10
Masruchin Rubai et.al., 2014, Buku Ajar Hukum Pidana, 11
Laurensius Arliman, Penegakan Hukum dan Kesadaran
(Malang; Bayumedika), hlm. 80- 81 Masyarakat, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm 13.
2. Penerapan hukum harus ditujukan untuk perbuatan catcalling ini menurut budaya dan sopan
menjamin keamanan dan ketertiban di santun wilayah setempat merupakan hal yang
masyarakat. wajar.14
Sebagaimana hakikat hukum dalam masyarakat Perbuatan catcalling ini sudah menjadi salah
yang memiliki peran pengatur sikap dan satu gejala sosial yang meresahkan banyak
pergaulan dalam masyarakat, maka penegakan masyarakat terutama kaum perempuan yang sering
hukum yang dilakukan juga harus dapat menjadi objek korban dari tindak pidana ini. Banyak
menciptakan cita hukum dimaksud, yaitu: tindakan pelecehan seksual secara verbal terjadi
terciptanya keselarasan pergaulan hidup karena keisengan belaka, kebanyakan pelaku
didalam masyarakat yang tercermin dari melakukan perbuatan catcalling kepada perempuan
keamanan dan ketertiban di masyarakat. yang berpakaian ketat dan menonjolkan lekuk
3. Penerapan hukum harus ditujukan untuk bentuk tubuhnya tapi tidak jarang juga perempuan
mencegah dan mengatasi permasalahan yang menggunakan pakaian tertutup juga menjadi
hukum. korban dari perbuatan catcalling.15 Terjadinya
Hukum dianggap sebagai pengatur yang dapat perbuatan catcalling dikarenakan adanya
mencegah, mengatasi, dan menyelesaikan penyalahgunaan suatu hubungan interaksi antara
persoalan – persoalan hukum yang terjadi, laki – laki dan perempuan yang merugikan salah
sehingga penegakan hukum harus dilakukan satu pihak karena merasa dilecehkan ataupun
untuk membantu mencegah, mengatasi dan direndahkan martabatnya melalui interaksi yang
menyelesaikan segala persoalan hukum yang meliputi objek sosial, bahasa dan pandangan.
dihadapi oleh masyarakat.12 Banyak korban dari perbuatan catcalling tidak mau
Guna adanya penerapan sanksi dari suatu atau enggan untuk melapor ke aparat penegak
tindak pidana adalah untuk menjamin kepastian hukum, salah satu alasan korban memilih bungkam
hukum dalam penegakan hukum di masa sekarang adalah karena aparat penegak hukum yang kurang
ataupun di masa yang akan datang. Permen menanggapi perbuatan tersebut dan belum adanya
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI aturan khusus yang mengatur tentang perbuatan
No. 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan catcalling ini.
Penanganan Kekerasan Seksual Di Lingkungan Hingga kini dalam perkembangan hukum di
Perguruan Tinggi Pasal 5 ayat (1) berbunyi Indonesia, belum ada peraturan yang secara khusus
kekerasan seksual mencakup tindakan yang mengatur tentang perbuatan tindak pidana
dilakukan secara verbal, non fisik, fisik, dan/atau catcalling yang bisa digunakan sebagai dasar hukum
melalui teknologi informasi dan komunikas. Pada dan aturan untuk memberikan serta menjelaskan
ayat (2) huruf a berbunyi menyampaikan ujaran bagaimana cara menangani dan menyelesaikan
yang mendiskriminasi atau melecehkan tampilan perkara perbuatan catcalling ini.
fisik, kondisi tubuh, dan/atau identitas gender Kemudian adanya ketidakpastian aturan hukum
korban; ayat (2) huruf c menyampaikan ucapan juga membuat aparat penegak hukum harus
yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau siulan yang menggabungkan beberapa beberapa pasal dalam
bernuansa seksual pada Korban; menyampaikan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau beberapa Peraturan Perundang – Undangan
siulan yang bernuansa seksual pada Korban 13 lainnya. Beberapa pasal yang dijadikan sebagai
Perbuatan catcalling pada dasarnya merupakan dasar aturan dalam menyelesaikan perkara tindak
pelecehan seksual secara verbal yang pelakunya pidana catcalling adalah Pasal 281 ayat (1) dan (2),
satu orang bahkan lebih yang memberikan Pasal 315 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
perhatian atau perbuatan yang tidak diinginkan (KUHP) dan Peraturan Perundang – Undangan yang
kepada orang lain yang menjadi objek korbannya digunakan adalah Undang – Undang No. 44 Tahun
dengan cara memberikan siulan, komentar dan 2008 tentang Pornografi tepatnya pada Pasal 8,
ucapan yang bernuansa seksual bahkan tindakan Pasal 9, Pasal 34 serta Pasal 35 .
bernuansa seksual lainnya yang tidak berkenaan
dengan fisik korban. Perbuatan catcalling
merupakan suatu delik aduan, karena bisa saja 14
Ida Ayu, “Catcalling: Candaan, Pujian atau Pelecehan
Seksual”, Acta Comita, Vol. 4 No.2 (Agustus, 2019), hlm. 206.(
12
Dijan Widijowati, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Andi, Diakses pada tanggal 12 Maret 2022 pukul 09.59 Wita)
2018), hlm 279 - 280. 15
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-
13
Permen Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI No. 16611-BAB%20I.Image.Marked.pdf (Diakses pada tanggal 25
30 Tahun 2021 Maret 2022 pukul 15.15 Wita)
Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
(KUHP) di Indonesia tidak mengenal istilah gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan,
pelecehan seksual, hal ini karena dalam Kitab gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya, melalui
Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIV berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
berisi tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan yang pertunjukan di muka umum, yang memuat
didalamnya terdapat istilah perbuatan cabul yang kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar
diatur dalam Pasal 289 sampai dengan Pasal 296. norma kesusilaan dalam masyarakat”.19 Pengertian
Pasal 281 masuk pada Bab XIV Kejahatan Terhadap pornografi ini mengandung makna bahwa catcalling
Kesusilaan pada Kitab Undang- Undang Hukum dapat dikatakan sebagai suatu hal yang bermuatan
Pidana (KUHP) yang berbunyi : pornografi karena memenuhi unsur bunyi, gerak
Diancam dengan pidana penjara paling lama tubuh, suara dan pesan yang bermuatan kecabulan
dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling Pada Pasal 8 Undang – Undang No. 44 Tahun
banyak empat ribu lima ratus rupiah : 2008 tentang Pornografi menjelaskan bahwa
1. Barangsiapa dengan sengaja dan terbuka seseorang dilarang menjadikan orang lain sebagai
melanggar kesusilaan. objek atau model dari perbuatan si pelaku yang
2. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan kemudian mengandung unsur pornogafi walaupun
orang lain yang ada di situ bertentangan atas persetujuannya.20
dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.16 Pembahasan pada Pasal 8 Undang – Undang ini
Pasal 281 ayat (2) Kitab Undang – Undang berkaitan dengan penjelasan pada Pasal 34 Undang
Hukum Pidana (KUHP) memberikan penjelasan – Undang ini juga yang menjelaskan bahwa “Setiap
bahwa “apabila seseorang dengan sengaja di depan orang yang dengan sengaja atau atas persetujuan
orang lain diluar kesediaan orang tersebut dirinya menjadi objek atau model yang
melakukan suatu perbuatan asusila dapat dipidana mengandung muatan pornografi sebagaimana
penjara ataupun pidana denda”17. Kesusilaan yang dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana
dimaksud dalam Pasal ini memiliki arti yang sama penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
dengan perbuatan yang terjadi di ruang publik. Hal pidana denda paling banyak Rp.5.000.000.000 (lima
ini memberikan suatu pandangan mengenai miliar rupiah)”.21
perlindungan bagi orang – orang yang perlu Pada Pasal 9 menyatakan bahwa “Setiap orang
perlindungan terhadap perbuatan asusila baik dari dilarang menjadikan orang lain sebagai objek atau
kata – kata yang dilontarkan sampai pada model yang mengandung muatan pornografi”.
perbuatan – perbuatan yang melanggar kesusilaan. Dalam penjelasan Pasal 9 ini terdapat unsur tanpa
Pasal 315 Kitab Undang – Undang Hukum persetujuan dari objek tersebut yang berkaitan
Pidana (KUHP) menyatakan bahwa “setiap dengan Pasal 35 yang menjelaskan bahwa:
penghinaan yang sengaja dilakukan terhadap “Setiap orang yang menjadikan orang lain
seseorang dengan tulisan maupun lisan di depan sebagai objek atau model yang mengandung
orang tersebut maupun melalui surat dapat muatan pornografi sebagaimana dimaksud dalam
dikategorikan sebagai penghinaan ringan yang Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling
mampu dipidana dengan penjara maupun pidana singkat 1(satu) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
denda”.18 Penerapan Pasal 315 Kitab Undang – tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai dasar dalam Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan paling
menyelesaikan perkara perbuatan catcalling ini banyak Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah)”.22
masih kurang tepat dikarenakan perbuatan Penerapan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 34, dan Pasal
catcalling tidak dikatakan sebagai penghinaan tetapi 35 sesungguhnya juga tidak dapat menjamin
merupakan pujian namun pujian yang membuat kepastian hukum akan perbuatan catcalling karena
rasa tidak nyaman kepada objek atau korbannya. penekanan pada keempat pasal tersebut hanyalah
Undang – Undang No. 44 Tahun 2008 tentang dilarang menjadikan orang lain sebagai model atau
Pornografi adalah salah satu Peraturan Perundang – objek perbuatan pornografi. Perbuatan apa yang
undangan yang bisa dijadikan sebagai dasar hukum dilarang belum diatur secara jelas dalam suatu
penyelesaian perkara tindak pidana catcalling aturan hukum yang tetap.
dikarenakan pada Pasal 1 angka 1 bagian Ketentuan
Umum menyatakan bahwa “Pornografi adalah
19
Undang – Undang No. 44 Tahun 2008
16 20
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) Ibid
17 21
Ibid. Ibid
18 22
Ibid Ibid
Suatu aturan khusus mengenai perbuatan kesehatan dan keselamatan.24 Terkait dengan
catcalling terdapat dalam Rancangan Undang – perbuatan catcalling, dalam Undang – Undang ini
Undang Republik Indonesia tentang Penghapusan ketentuannya diatur dalam Pasal 12 yang pada
Kekerasan Seksual (RUU PKS). Peraturan Menteri intinya mengatur tentang perbuatan, gerakan atau
tersebut mencocoki rumusan dari pengertian isyarat yang bernuansa seksual, ajakan melakukan
perbuatan catcalling. Pada Rancangan Undang - hubungan seksual, mempertunjukkan materi
Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS), pornografi, mempertunjukkan alat kelamin,
ada upaya negara dalam melakukan pembaharuan merekam atau memfoto secara diam – diam tubuh
tentang makna kekerasan seksual yang mencakup orang. Terhadap orang – orang yang melakukan
cukup luas, sehingga korban dari kekerasan seksual perbuatan sebagaimana diatur dalam Undang –
dapat memperoleh perlindungan hukum. Dalam Undang ini maka akan dikenakan pidana pelecehan
Rancangan Undang - Undang Penghapusan seksual yang terdapat dalam Pasal 113 Undang –
Kekerasan Seksual (RUU PKS) memiliki tujuan untuk Undang tersebut, yang meliputi rehabilitasi khusus,
mencegah segala bentuk Kekerasan Seksual; pidana tambahan kerja sosial dan pengumuman
menangani, melindungi dan memulihkan korban; putusan hakim.25
menindak pelaku; dan mewujudkan lingkungan Uraian diatas menunjukkan bahwa
bebas Kekerasan Seksual. Kekerasaan Seksual dalam sesungguhnya pelecehan seksual secara verbal atau
Rancangan Undang - Undang tentang Penghapusan tindakan catcalling memiliki aturan dalam Hukum
Kekerasan Seksual, menguraikan pengertian Positif di Indonesia, hanya saja masih ada pro dan
kekerasan seksual yang lebih luas sebagai setiap kontra terhadap pengenaan Pasal yang dapat
perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, digunakan dalam menjerat pelaku. Hingga kini
dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh, hasrat belum ada suatu putusan pengadilan atau doktrin
seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, oleh ahli hukum di Indonesia yang dapat
secara paksa, bertentangan dengan kehendak memberikan titik terang mengenai pemilihan dan
seseorang, yang menyebabkan seseorang itu tidak penerapan pasal untuk mempidanakan pelaku
mampu memberikan persetujuan dalam keadaan perbuatan catcalling. Rancangan Undang - Undang
bebas, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang
relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat secara khusus mengatur mengenai perbuatan
penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, catcalling belum memperoleh kepastian kapan
seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, peraturan ini akan disahkan, karena sampai saat ini,
dan/atau politik.23 Rancangan Undang - Undang Penghapusan
Pasal dalam Rancangan Undang - Undang Kekerasan Seksual (RUU PKS) mengalami beberapa
Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) tidak miskonsepsi dikalangan masyarakat.
memberikan arti khusus mengenai apa itu Para pelaku dari perbuatan catcalling sebagai
pelecehan seksual secara verbal namun dalam Pasal perilaku pelecehan seksual secara verbal bisa
11 ayat (1), pelecehan seksual termasuk ke dalam mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat jika ada
kekerasan seksual. Pelecehan seksual diartikan keberanian korban untuk menunjukkan
sebagai segala perbuatan baik fisik maupun non fisik kemarahannya pada saat mendapatkan perlakuan
yang menjadikan organ seksual atau seksualitas tersebut, akan tetapi kebanyakan korban ketika
korban sebagai sasarannya, prakteknya dilakukan mendapatkan perlakuan perbuatan catcalling
dengan panggilan – panggilan yang tidak diinginkan, memilih untuk diam atau bungkam.
gerakan atau isyarat yang menunjukkan secara
terang – terangan adanya keinginan yang bersifat B. Perlindungan Hukum yang Diberikan Kepada
seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, Korban Pelecehan Seksual Secara Verbal
tersinggung, bahkan merasa direndahkan (Catcalling) di Kota Manado.
martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan 1. Tinjauan menurut Undang - Undang No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
23
Tim Perumusan dan Penyusun Naskah Akademik RUU Indonesia dan Undang – Undang Republik
Penghapusan Kekerasan Seksual, Naskah Akademik Rancangan
Indonesia No. 31 Tahun 2014 tentang
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Penghapusan
Kekerasan Seksual (Jakarta Pusat: Komisi Nasional Anti Perlindungan Saksi dan Korban.
Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), 2017), Dalam menyikapi beberapa tindak kekerasan
Hal.35, https://fpl.or.id/wp- yang sering terjadi terhadap perempuan, tugas
content/uploads/2020/08/Rancangan-Undang-Undang-
Tentang-Penghapusan-Kekerasan-Seksual.pdf. (Diakses pada 24
Ibid
tanggal 18 Maret 2022 pukul 17.46 Wita) 25
Ibid
polisi pada dasarnya adalah memberikan seorang perempuan dan anak yang menjadi korban
perlindungan, pelayanan, dan pengayoman kejahatan dan penegakan hukum yang diberikan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang – kepada pelakunya. Unit ini adalah salah satu unit di
Undang. Bahkan, Undang – Undang No. 2 Tahun Polresta Manado yang bertugas menangani kasus
200226 tentang Kepolisian Negara Indonesia serta yang terkait perempuan dan anak, baik sebagai
Peraturan Kapolri (Perkap) No. 8 Tahun 200927 korban maupun pelaku kejahatan yang
tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi berkedudukan di Kota Manado. Salah satu contoh
Manusia Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian kasus yang ditangani Unit Pelayanan Perempuan
Negara Republik Indonesia secara jelas telah dan Anak (UPPA) di Kota Manado adalah kasus
mengatur bagaimana seorang polisi seharusnya kekerasan atau pelecehan seksual.
bertindak dengan tegas untuk menjunjung tinggi Kekerasan seksual adalah salah satu kasus yang
suatu hak asasi manusia (HAM). sering terjadi di kota Manado. Berikut adalah data
Seorang perempuan masih terus mengalami kasus kekerasan seksual yang terjadi selama Tahun
yang namanya ketidakadilan yang karena statusnya 2021, yang telah diteliti oleh tim peneliti Unit
sebagai perempuan. Dan kita mengenalnya dengan Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta
sebutan ketidakadilan gender (gender injustice). Manado .
Perlakuan dimana menempatkan kaum perempuan Tabel 1
pada posisi yang lebih rendah daripada laki – laki Data Kasus Kekerasan Seksual Selama Tahun 2021
(subordination) ; dan menjadikan perempuan
sebagai objek kekerasan (violence) adalah beberapa
bentuk perlakuan yang membuat perempuan sudah No Nama Jumlah Kasus
merasa “terbiasa” dan sering tidak menyadari
bahwa mereka sudah menjadi korban dari suatu
tindak pidana28. Situasi tersebut menjadi salah satu
1. Persetubuhan Anak 102
penyebab mengapa banyak perempuan ketika
menjadi korban dari suatu tindak pidana merasa
tidak mau atau enggan untuk melapor ke aparat
penegak hukum padahal hak – hak mereka 2. Percabulan 32
dilindungi oleh suatu Undang – Undang dan seorang
polisi yang bertugas sebagai aparat penegak hukum
wajib menangani semua masalah yang berkaitan
dengan rasa tidak aman dan nyaman yang dirasakan 3. Zinah 8
setiap warga masyarakatnya, termasuk perempuan.
Namun, tidak jarang seorang polisi ragu – ragu
dalam bertindak menangani suatu tindak pidana Kekerasan Seksual /
dikarenakan dalam situasi tertentu hukum belum 4. 1
Pelecehan
atau tidak mengaturnya.
Polisi sebagai aparat penegak hukum yang Keterangan: Data diambil dari Polresta Manado
sudah terbiasa bergerak dalam lingkup Hukum Tahun 2021 yang telah diolah oleh Tim Unit PPA
Positif umumnya tidak berani untuk mengambil Polresta Manado.
resiko untuk keluar dari ranah Hukum Normatif Adapun data yang diperoleh penulis dengan
dengan alasan “peraturannya belum ada”, menyebarkan angket di sosial media, didapatkan
“pasalnya tidak ada”, bahkan “takut untuk data dari responden dengan range umur 18 – 30
dipraperadilankan karena tidak ada aturan hukum tahun. Dalam angket tersebut mendapat respon
yang mengaturnya”, yang pada intinya polisi tidak sebanyak 40 responden yang diantaranya
berani untuk melakukan suatu terobosan. 52,5% atau 21 responden adalah perempuan dan
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) 47,5% atau 19 responden adalah laki – laki.
adalah unit yang bertugas memberikan suatu Menurut data yang diperoleh ada 62,5% atau 25
pelayanan yang berbentuk perlindungan terhadap responden tidak tahu bahwa perbuatan catcalling
adalah suatu perbuatan yang termasuk dalam
26
Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 pelecehan seksual dan 37,5% atau 15 responden
27
Peraturan Kapolri (Perkap) No. 8 Tahun 2009 telah mengetahui hal tersebut.
28
Imam Subandi, Penegakan Hukum Progresif Untuk Mengatasi Perbuatan catcalling adalah salah satu tindak
Ketidakadilan Gender, (Jakarta: Pustaka Milenia, 2020), hlm 7-8.
pidana yang termasuk dalam kekerasan seksual
yang sering terjadi di Kota Manado. Namun, banyak dengan sebutan yang tidak pantas, bahkan ada
orang yang ketika menjadi korban dari perbuatan korban yang mengaku mendapat perlakuan yang
catcalling mereka memilih untuk tidak melaporkan mengarah ke pelecehan seksual non verbal yang
kejadian tersebut kepada aparat penegak hukum berupa sentuhan terhadap paha dan bokong.
setempat. Berdasarkan hasil wawancara yang Oleh karena itu, diperlukan adanya tindakan
penulis telah lakukan kepada responden yang dari pemerintah dan aparat penegak hukum untuk
bertugas di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak memberikan perlindungan kepada korban
(Unit PPA) Polresta Kota Manado didapati hasil perbuatan catcalling ini agar dapat mengurangi
bahwa di Kota Manado tindak pidana pelecehan bahkan menghilangkan dampak dari perbuatan
seksual secara verbal (catcalling) belum pernah catcalling ini bahkan rasa malu akibat stigmatisasi
masuk dalam laporan bahkan pengaduan kepada masyarakat lain dan agar dapat memulihkan mental
pihak kepolisian setempat. dan psikis para korbannya29. Menurut hasil
Korban dari suatu perbuatan catcalling penelitian di Manilla menyebutkan bahwa suatu
memerlukan adanya suatu perlindungan untuk perbuatan catcalling memiliki pengaruh buruk pada
melindungi hak – haknya. Suatu perlindungan yang pada penurunan tingkat atau harga diri. Wanita
diberikan kepada korban dari tindak pidana akan dapat merasa tidak percaya diri lagi, dapat
pelecehan seksual secara verbal (catcalling) sama merasa dirinya tidak terlalu bernilai dimata orang
seperti perlindungan yang diberikan kepada korban lain dan kemungkinan memikirkan hal tersebut
tindak pidana lainnya. Alasan pentingnya terlebih dahulu atau yang sering disebut dengan
memberikan perlindungan kepada korban overthinking. Tingkat keparahan pada penurutan
perbuatan catcalling adalah karena kebanyakan self-esteem dapat berujung kepada depresi, karena
korban dari tindak pidana ini mendapatkan kurang percaya diri dan dapat membatasi ruang
stigmatisasi dari banyaknya masyarakat bukan untuk berekspresi.30
kepada pelakunya melainkan kepada korbannya, Bentuk respon para korban perempuan
karena kebanyakan masyarakat akan menuduh terhadap perbuatan catcalling yang dialaminya bisa
korban kembali karena menggunakan baju atau berbeda – beda antara individu satu dengan
celana yang akan membuat pelaku terpancing individu lain. Hal ini dipengaruhi oleh beragam
sehingga menimbulkan suatu perbuatan catcalling. kondisi yang melingkupi konteks terjadinya
Seharusnya bagaimanapun cara seseorang perbuatan catcalling dan pemahaman mengenai
berpakaian atau bertingkah laku tidak bisa menjadi perbuatan catcalling yang dialami oleh perempuan
jaminan bahwa orang tersebut akan merasa aman itu sendiri.
dari suatu tindak pidana. Berikut beberapa dampak yang akan diterima
Banyak masyarakat di Indonesia yang tidak korban adalah :
mengetahui kalau dirinya merupakan korban dari a. Dampak Pada Kesehatan Psikis
perbuatan catcalling. Menurut hasil penelitian, Dampak pelecehan seksual terhadap
penulis menemukan data bahwa 92,5% yaitu perempuan bervariasi dan sangat tergantung
sebanyak 37 responden adalah orang yang pernah pada bentuk kasusnya. Dampak psikis terbagi
menjadi korban dari perbuatan catcalling, adapun menjadi 2 yaitu dampak dalam jangka pendek
reaksi para responden ketika mendapat perlakuan dan dampak dalam jangka panjang. Dampak
catcalling diantaranya mereka mengaku merasa yang terjadi pada jangka pendek misalnya
tidak nyaman, marah, merasa risih, terganggu, dampak tersebut dialaminya hanya sesaat atau
bahkan tersinggung tetapi yang mereka bisa beberapa hari setelah kejadian pelecehan
lakukan adalah hanya diam dan tidak merespon seksual tersebut. Korban biasanya akan marah,
para pelaku catcalling tersebut. Walaupun data jengkel, merasa terhina bahkan malu untuk
yang diperoleh dari responden menunjukan bahwa keluar dari rumah atau tempat tinggalnya. Hal
kaum perempuan adalah korban terbanyak, tidak ini diantaranya ditandai dengan gejala sulit
dapat dipungkiri bahwa laki - laki juga bisa menjadi tidur (insomnia) dan berkurangnya selera
korban dari perbuatan catcalling. Penulis telah
merangkum beberapa bentuk perbuatan catcalling 29
Livia Jayanti Putri, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan
yang korban dapatkan berupa: siulan, sapaan Catcalling (Pelecehan Verbal) di Indonesia” hlm.10. (Diakses
absurd contohnya “hai cewek”, “hai cantik”, pada tanggal 22 Maret 2022 pukul 10.32 Wita)
“selamat malam”, “mau kemana dek?”, kalimat 30
Yuni Kartika dan Andi Najemi, "Kebijakan Hukum Perbuatan
godaan yang berkonotasi porno dan mengarah ke Pelecehan Seksual dalam Perspektif Hukum Pidana" Pampas,
Journal of Criminal Law, Vol. 1 No. 2 (2020), hlm 2. (Diakses
hal yang berbau seks, kedipan mata, dipanggil pada tanggal 21 Maret 2022 pukul 15.12 Wita)
makan (lost of appetite). Dampak yang terjadi seseorang yang mengalami penderitaan baik fisik,
dalam jangka panjang misalnya adalah trauma. mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
b. Dampak Pada Pemenuhan Hak Asasi Manusia diakibatkan oleh suatu tindak pidana32. Namun
Perempuan dan Relasi Sosial. dalam Undang – Undang No. 13 Tahun 2006
Tindak pelecehan seksual baik dalam bentuk tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang telah
fisik maupun non fisik, membuat kaum diubah menjadi Undang – Undang Republik
perempuan menderita. Dampak yang dialami Indonesia No. 31 Tahun 2014 diakui bahwa seorang
korban sering diperparah oleh reaksi korban berhak atas perlindungan dari rasa takut dan
masyarakat. Mereka dipurukkan ke dalam ancaman karena mengungkapkan sesuatu,
kondisi yang serba menyulitkan bagi mereka khususnya yang terkait terjadinya tindak pidana
untuk mampu menjalankan peranan sosialnya, tertentu.
yang dapat berakibat lebih lanjut pada Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang ini, saksi
eksistensinya dalam berelasi sosial di tengah – dan korban berhak atas jaminan – jaminan
tengah masyarakat. prosedural dan substansial antara lain :
c. Dampak Secara Ekonomis a. Memperoleh perlindungan atas keamanan
Bila korban bermaksud memperkarakan tindak pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta
pelecehan seksual yang dialaminya melalui bebas dari ancaman yang berkenaan dengan
jalur hukum, fakta lapangan menunjukkan kesaksian yang akan, sedang, atau telah
bahwa korban perlu mengeluarkan biaya besar diberikannya;
untuk itu, setidaknya untuk biaya operasional b. Ikut serta dalam proses memilih dan
selama proses penyidikan sampai kepada di menentukan bentuk perlindungan dan
pengadilan. Ini sangat menyulitkan korban dukungan keamanan;
yang berkekurangan bahkan korban yang c. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
berkecukupan pun akan merasa berat karena d. Mendapat penerjemah;
diperlukan adanya biaya yang besar untuk hal e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
itu31 f. Mendapat informasi mengenai perkembangan
Sampai saat ini perlindungan yang diberikan kasus;
kepada korban catcalling diatur pada Undang – g. Mendapat informasi mengenai putusan
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi pengadilan;
Manusia dan Undang – Undang No. 26 Tahun 2000 h. Mendapat informasi dalam hal terpidana
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM). dibebaskan;
Kedua Undang – Undang ini mengatur tentang i. Dirahasiakan identitasnya;
perlindungan korban dan saksi. Setiap korban dan j. Mendapat identitas baru:
saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang k. Mendapat tempat kediaman sementara;
berat berhak atas perlindungan fisik dan mental dari l. Mendapat tempat kediaman baru;
ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak m. Memperoleh penggantian biaya transportasi
manapun. Perlindungan sebagaimana dimaksud sesuai dengan kebutuhan;
wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dan n. Mendapat nasihat hukum;
aparat keamanan secara cuma – cuma. Ketentuan o. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara
mengenai tata cara perlindungan terhadap korban sampai batas waktu perlindungan berakhir; dan
dan saksi diatur lebih lanjut dengan peraturan /atau
pemerintah. Hanya saja dalam perkembangannya, p. Mendapat pendampingan
keluarlah Undang – Undang No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 memberikan perlindungan khusus bagi
tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang telah korban tindak pidana berupa pelanggaran hak asasi
dilakukan perubahan dengan Undang – Undang No. manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang,
31 Tahun 2014. penyiksaan, kekerasan seksual, dan penganiayaan
Pada pasal 1 ayat (3) Undang – Undang No. 31 berat juga berhak atas bantuan medis dan bantuan
Tahun 2014 menyebutkan bahwa korban adalah psikososial dan psikologis.33
Pasal 7 memberikan ketentuan khusus bagi
31
Yurosa Nur Hayati Puspitasari, “Catcalling dalam Perspektif korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat
Gender, Maqasid Syariah dan Hukum Pidana (Studi Pada
Mahasiswi Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN 32
Undang – Undang No. 31 Tahun 2014
Tulungagung)”, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN 33
Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia Perspektif
Tulungagung, 2019, hlm.23 (Diakses pada tanggal 23 Maret Internasional. Regional dan Nasional, (Depok: Rajawali Pers,
2022 pukul 08.13 Wita) 2019), hlm 251.
dan terorisme juga berhak atas kompensasi. Pasal keluarganya sesuai ketentuan yang
7A memberikan ketentuan meluas bahwa bagi diberlakukan.
korban tindak pidana, yang jelasnya ditentukan d. Melakukan upaya untuk melawan berbagai
berdasarkan keputusan Lembaga Perlindungan Saksi pihak yang menjadikan saksi dan korban tidak
dan Korban (LPSK), berhak memperoleh restitusi. dapat memperoleh hak perlindungan sesuai
Restitusi berupa : ketentuan yang berlaku.
a. Ganti kerugian atas kehilangan kekayaan atau e. Membantu saksi dan korban untuk
penghasilan mewujudkan haknya berkenaan dengan
b. Ganti kerugian yang ditimbulkan akibat kompensasi restitusi dan/atau rehabilitasi
penderitaan yang berkaitan langsung sebagai yang ditentukan baginya.
akibat tindak pidana; dan/atau Sesuai dengan tugas dan kewenangannya
c. Penggantian biaya perawatan medis dan/atau maka Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
psikologis.34 (LPSK) mempunyai tanggung jawab sebagai
Korban catcalling merupakan seseorang yang berikut :
mengalami kerugian secara mental dan psikisnya a. Memberikan rasa aman terhadap saksi dan
dikarenakan perbuatan catcalling menyebabkan korban dalam memberikan keterangan
rasa malu, rasa terganggu dan ketakutan yang terhadap semua tahapan proses peradilan
dialami oleh korbannya. Selama proses awal pidana.
peradilan sampai selesai, para korban perbuatan b. Memberikan perlindungan dan hak lain
catcalling mendapat perlindungan dari Lembaga kepada saksi dan korban yang akan sedang
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sesuai dengan dan/atau telah memberikan keterangan
yang diatur oleh Perundang – Undangan. Lembaga kepada peradilan pada kasus tertentu.
Perlindungan Saksi dan Korban atau yang sering c. Mendayagunakan berbagai sumber daya
disingkat dengan sebutan LPSK adalah suatu kemampuan dan anggaran Negara untuk
lembaga nonstruktural yang didirikan dan melakukan perlindungan bantuan serta
bertanggung jawab untuk menangani pemberian mewujudkan hak asasi dan korban berkenan
perlindungan dan bantuan pada saksi dan korban dengan proses peradilan pidana pada kasus
berdasarkan tugas dan kewenangan sebagaimana tertentu.
diatur dalam Undang – Undang ini 35. Adapun tujuan d. Membuat system dan model
dari lembaga ini yaitu terwujudnya perlindungan pertanggungjawaban proses bantuan kepada
bagi saksi dan korban dalam sistem peradilan saksi dan korban.
pidana yang berarti bahwa Lembaga Perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
Saksi dan Korban (LPSK) harus mampu mewujudkan membantu pemberian hak – hak dan bantuan
suatu kondisi dimana saksi dan korban benar – hukum yang harus diterima oleh korban. Kemudian
benar merasa terlindungi dan dapat mengungkap apabila korban perbuatan pidana adalah
kasus dalam peradilan pidana.36 perempuan mengingat proporsi laki – laki menjadi
Adapun kewenangan Lembaga Perlindungan korban pelecehan seksual yang terjadi, korban juga
Saksi dan Korban (LPSK) yaitu: dapat meminta bantuan dan perlindungan dari
a. Memberikan perlindungan kepada saksi dan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
korban Perempuan (Komnas Perempuan).37
b. Mendayagunakan, mensinergikan, dan Korban tindak pidana catcalling sesuai dengan
mengoptimalkan berbagai kemampuan Undang - Undang No. 31 Tahun 2014 secara garis
kelembagaan fasilitas dan anggaran Negara besar berhak untuk mendapatkan perlindungan
yang diperuntukkan bagi saksi dan korban dalam bidang keamanan serta dibebaskan untuk
dengan penuh tanggung jawab. memilih jenis perlindungan yang akan diberikan
c. Melakukan persyaratan maupun wujud dan kepada korban, dibebaskan dari segala tekanan
pemberian dan/atau penghentian aktivitas untuk memberikan keterangan, terlindungi dari
perlindungan saksi dan korban termasuk segala jenis pertanyaan yang bersifat menjerat,
terus diberikan mengenai perkembangan informasi
34
Ibid, hlm. 2`52
35 37
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Perlindungan_Saksi_d Benedicta Alodia Santoso, Michael Bezaleel, “Perancangan
an_Korban (Diakses pada tanggal 25 Maret 2022 pukul 16.17 Komik 360 Sebagai Informasi Tentang Pelecehan Seksual
Wita) Catcalling”, Jurnal Fakultas Teknologi Informasi Universitas
36
https://lpsk.go.id/profil/sekilaslpsk (Diakses pada tanggal 25 Kristen Satya Wacana, Vol. 4 No.01 (Februari, 2018), hlm.15.
Maret 2022 pukul 17.00 Wita) (Diakses pada tanggal 25 Maret 2022 pukul 19.05 Wita)
mengenai kasus yang sedang berlangsung, Seiring berjalannya waktu dan semakin
mendapatkan informasi perihal putusan pengadilan berkembangnya teknologi justru bisa membuat
pelaku, diberitahu apabila terpidana bebas dari suatu pelecehan seksual dapat terjadi secara online
segala tuntutan, memperoleh identitas baru, khusunya di media sosial. Undang – Undang No. 11
diberikan kediaman baru, mendapat jaminan Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
penggantian biaya ganti rugi perihal transportasi, Elektronik adalah suatu aturan hukum yang
diberikan nasihat hukum dan juga mendapatkan mengatur kejahatan seksual yang terjadi melalui
biaya bantuan untuk menyokong kehidupan media sosial, tepatnya pada Pasal 27 ayat 1. Pasal
sementara tersebut menjelaskan bahwa “setiap orang dengan
Seharusnya selain Lembaga Perlindungan Saksi sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
dan Korban (LPSK) dan aparat penegak hukum yang mentransmisikan dan/atau membuat dapat
memiliki arti penting dalam perlindungan korban, diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen
masyarakat juga harus membantu memberikan elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
dukungan kepada korban guna memulihkan mental, kesusilaan”40
psikis dan memulihkan nama baik serta memulihkan Adapun penjelasan unsur – unsur dari Pasal
keseimbangan batin korban tindak pidana catcalling 27 ayat 1 Undang – Undang No. 11 Tahun 2008
ini.38 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah
Dengan demikian para korban yang dirugikan sebagai berikut :
dalam hal terjadinya suatu tindak kejahatan harus 1. Setiap Orang
mendapat perhatian dan pelayanan dalam rangka Kata setiap orang menunjuk kepada siapa
memberikan perlindungan terhadap hak – hak dan orangnya atau siapa pelakunya yang harus
kepentingannya. Hak – hak korban tersebut diatur bertanggungjawab atas perbuatan atau
dalam Undang – Undang No. 31 Tahun 2014 kejahatan yang telah diperbuatnya.
tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 13 2. Dengan Sengaja
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Kesengajan adalah pada waktu melakukan
Dalam mengaplikasikan Undang – Undang tersebut perbuatan, pelaku mengehendaki perbuatan
terdapat Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dan atau akibat perbuatannya, juga
(LPSK) yang dapat membantu para korban dalam hal mengethui atau mengerti hal – hal
pemberian hak – hak serta bantuan hukum. Tidak tersebut.Kesengajaan telah berkembang
hanya itu para korban perbuatan catcalling yang dalam yurisprudensi dan doktrin sehingga
didominasi oleh kaum perempuan juga dapat umumnya telah diterima beberapa bentuk
meminta bantuan perlindungan kepada Komisi Anti kesengajaan, yaitu
Kekerasan Terhadap Perempuan. a. Sengaja sebagai maksud
2. Tinjauan menurut Undang – Undang No. 11 b. Sengaja dengan kesadaran tentang keharusan
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi c. Sengaja dengan kesadaran tentang
Elektronik. kemungkinan41
Kini sosial media semakin banyak digunakan 3. Tanpa Hak
oleh kalangan masyarakat sosial media hampir Tanpa hak sejatinya adalah bagian dari
merata disetiap rentang kelompok usia. Riset dari pengertian “melawan hukum”. Dimana
Data Portal menunjukkan bahwa jumlah pengguna pengerian melawan hukum adalah suatu
media sosial di Indonesia mencapai 191,4 juta pada perbuatan seseorang yang melanggar atau
Januari 2022. Angka ini meningkat 21 juta atau bertentangan dengan kaidah – kaidah yang
sekitar 12,6 persen dari tahun 2021. Dalam laporan berlaku baginya.42
bertajuk Digital 2022, Data Reportal membeberkan 4. Mendistribusikan dan Mentransmisikan
bahwa angka ini setara dengan 68,9 persen dari Mendistribusikan dan mentransmisikan
total populasi di Indonesia.39 memiliki arti mengirimkan dan/atau
menyebarkan informasi elektronik dan/atau
38 dokumen elektronik kepada siapa saja melalui
I gusti Ngurah Agung Brahmandya, “Perlindungan Hukum
Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, system elektronik.
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm. 2.( Diakses
pada tanggal 25 Maret 2022 pukul 22.10 Wita) 40
Undang – Undang No. 11 Tahun 2008
39
https://www.suara.com/tekno/2022/02/23/191809/jumlah- 41
Frans Maramis, Hukum Pidana (Manado: Unsrat Press,
pengguna-media-sosial-indonesia-capai-1914-juta-per- 2022? 2019), hlm 86
page=all (Diakses pada tanggal 26 Maret 2022 pukul 42
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta; Rajawali Pers, 2012)
07.20 Wita) hlm. 71.
5. Membuat dapat diakses Perlindungan Saksi dan Korban. Perlindungan
Suatu perbuatan yang menyebabkan bagi korban tindak pidana catcalling sangat
informasi elektronik dan/atau dokumen penting karena tidak sedikit korban dari
elektronik dapat diketahui phak lain bahkan perbuatan ini memilih untuk diam dan tidak
publik mau melapor ke pihak yang berwajib jika
6. Melanggar Kesusilaan mereka telah menjadi korban dari suatu
Melanggar kesusilaan berarti suatu perbuata perbuatan catcalling. Pentingnya perlindungan
yang merupakan pelanggaran terhadap sopan bagi korban akibat dari perbuatan catcalling
santun dalam bidang seksual yang dimana karena perbuatan catcalling ini mempunyai
perbuatan itu pada umumnya dapt dampak besar yang akan dirasakan oleh
menimbulkan perasaan malu, perasaan jijik korbannya , perbuatan catcalling akan
atau bahkan bisa merangsang nafsu membuat korban mengalami gangguan
seseorang. psikologis, dan mental seseorang.
Pasal 27 ayat 1 Undang – Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi B. Saran
Elektronik dapat diberlakukan dalam hal 1. Ketidakpastian aturan hukum atas perbuatan
penyalahgunaan informasi elektronik yang catcalling harus segera dibentuk karena untuk
membuat seseorang mengalami kerugian meskipun mengurangi terjadinya perbuatan catcalling
tindakan yang dilakukan tidak secara langsung. dikehidupan bermasyarakat. Pemilihan suatu
dasar hukum perbuatan catcalling juga harus
PENUTUP sesuai sehingga pelaku perbuatan catcalling
A. Kesimpulan mendapat hukuman yang setimpal dengan
1. Tindak pidana pelecehan seksual secara verbal perbuatannya.
atau yang sering disebut dengan kata catcalling 2. Perlindungan yang diberikan terhadap korban
bukanlah suatu hal yang wajar untuk terjadi dari tindak pidana catcalling harus maksimal
namun merupakan suatu permasalahan sosial dan sebaiknya perlindungan terhadap korban
yang sering terjadi di lingkungan dapat menjadi fokus pemerintah dan aparat
bermasyarakat. Perbuatan catcalling bisa penegak hukum juga.
terjadi dimana – mana baik itu di ruang publik
seperti di jalan, pasar, angkutan – angkutan DAFTAR PUSTAKA
umum, dan lain – lain bahkan di ruang privat. Buku
Seseorang yang menjadi korban dari perbuatan Arliman, Laurensius, 2015, Penegakan Hukum dan
catcalling akan merasa tidak aman, nyaman, Kesadaran Masyarakat, Yogyakarta:
tentram bahkan tidak damai ketika berada Deepublish, 2015.
diluar rumah. Pelecehan seksual secara verbal Maramis, Frans, 2019, Hukum Pidana, Manado:
atau tindakan catcalling memiliki aturan dalam Unsrat Press.
Hukum Positif di Indonesia , hanya saja masih Prasetyo, Teguh, 2012, Hukum Pidana, Jakarta;
ada pro dan kontra terhadap pengenaan Pasal Rajawali Pers.
yang dapat digunakan dalam menjerat pelaku. Riyadi, Eko, 2019, Hukum Hak Asasi Manusia
Adapun pasal – pasal yang bisa digunakan Perspektif Internasional. Regional dan
dalam menangani kasus perbuatan catcalling Nasional, Depok: Rajawali Pers.
adalah Pasal 281 ayat (1) dan (2), Pasal 315 Rubai, Masruchin 2014, Buku Ajar Hukum Pidana,
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) Malang; Bayumedika.
dan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 34 serta Pasal 35 Subandi, Imam, 2020, Penegakan Hukum Progresif
Undang – Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Untuk Mengatasi Ketidakadilan Gender,
Pornografi, walaupun penggunaan pasal –pasal Jakarta: Pustaka Milenia.
tersebut dapat dijadikan dasar hukum dalam Widijowati, Dijan, 2018, Pengantar Ilmu Hukum,
menangani kasus catcalling tetapi belum Yogyakarta: Andi,
mampu menjamin kepastian hukumnya secara Sumber Lain
maksimal. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP)
2. Perlindungan terhadap korban perbuatan Peraturan Kapolri (Perkap) No. 8 Tahun 2009
catcalling diatur dalam Undang – Undang No. Permen Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Teknologi RI No. 30 Tahun 2021
Undang – Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Undang – Undang No. 11 Tahun 2008
Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-
Undang – Undang No. 31 Tahun 2014 referensi-pemantauan-detail/15-bentuk-
Undang – Undang No. 44 Tahun 2008 kekerasan-seksual-sebuah-pengenalan
Internet (Diakses pada tanggal 09 Maret 2022 pukul
Aleng, Christy A. I, Sanksi Hukum Terhadap Pelaku 08.55 Wita)
Pelecehan Seksual Secara Verbal, Lex Crimen, https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Perlindunga
Vol.IX/No.2, (2020) (Diakses pada tanggal 09 n_Saksi_dan_Korban (Diakses pada tanggal
Maret 2022 pukul 10.32 Wita) 25 Maret 2022 pukul 16.17 Wita)
Ayu, Ida, Catcalling: Candaan, Pujian atau https://lpsk.go.id/profil/sekilaslpsk (Diakses pada
Pelecehan Seksual, Acta Comita, Vol.4 No.2 tanggal 25 Maret 2022 pukul 17.00 Wita)
(2019) (Diakses pada tanggal 12 Maret 2022 https://www.suara.com/tekno/2022/02/23/191809
pukul 09.59 Wita) /jumlah-pengguna-media-sosial-indonesia-
Brahmandya, I gusti Ngurah Agung, Perlindungan capai-1914-juta-per-2022?page=all (Diakses
Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan pada tanggal 26 Maret 2022 pukul 07.20
Dalam Rumah Tangga, Jurnal Fakultas Hukum Wita)
Universitas Udayana (Diakses pada tanggal 25 https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/minang
Maret 2022 pukul 22.10 Wita) wan-Seminar-Indonesia-Darurat-Kekerasan-
Kartika, Yuni Kartika dan Andi Najemi, Kebijakan Seksual-Mendorong-rancangan-Undang-
Hukum Perbuatan Pelecehan Seksual dalam Undang-Tentang-Penghapusan-Kekerasan-
Perspektif Hukum Pidana, Pampas, Journal of Seksual-1494217089.pdf (Diakses pada
Criminal Law, Vol.1 No.2 (2020) (Diakses pada tanggal 09 Maret 2022 pukul 07.45 Wita)
tanggal 12 Januari dan 21 Maret 2022) https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Puspitasari, Yurosa Nur Hayati, Catcalling dalam Undergraduate-16611- BAB
Perspektif Gender, Maqasid Syariah dan %20I.Image.Marked.pdf (Diakses pada
Hukum Pidana (Studi Pada Mahasiswi tanggal 25 Maret 2022 pukul 15.15 Wita)
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN
Tulungagung), Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum IAIN Tulungagung (2019) (Diakses
pada tanggal 23 Maret 2022 pukul 08.13
Wita)
Putri, Livia Jayanti, “Tinjauan Yuridis Terhadap
Perbuatan Catcalling (Pelecehan Verbal) di
Indonesia” hlm.10. (Diakses pada tanggal 22
Maret 2022 pukul 10.32 Wita)
Santoso, Benedicta Alodia dan Michael Bezaleel,
Perancangan Komik 360 Sebagai Informasi
Tentang Pelecehan Seksual Catcalling, Jurnal
Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Kristen Satya Wacana, Vol.4 No.01 (2018)
(Diakses pada tanggal 25 Maret 2022 pukul
19.05 Wita)
Tim Perumusan dan Penyusun Naskah Akademik
RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang
Republik Indonesia Tentang Penghapusan
Kekerasan Seksual (Jakarta Pusat: Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan), 2017),
https://fpl.or.id/wp-
content/uploads/2020/08/Rancangan-
Undang-Undang-Tentang-Penghapusan-
Kekerasan-Seksual.pdf. (Diakses pada tanggal
18 Maret 2022 pukul 17.46 Wita)