BAB I
1
PENDAHULUAN
2
Kekerasan seksual terhadap anak dan wanita merupakan kejahatan
yang sering terjadi di waktu belakangan ini,pentingnya memperberat
hukum terhadap para pelaku kekerasan pelecehan seksual yang ada di
Indonesia dengan catatan tidak melupakan aspek dalam melindungi
kepentingan seorang pelaku sebagai sesama manusia,seorang pelaku
kejahatan seksual merupakan tindakan yang tidak diinginkan oleh
siapapun,maka dari itu tentu saja perbuatan pelaku dari kejahatan
seksual memberikan dampak yang begitu besar bagi korban,segala
tindakan yang melanggar peraturan tentu saja seharusnya diperberat atau
dihukum sepantasnya.
Kejahatan seksual dapat diamati Sebagian karena terjadinya suatu
pendekatan yang tidak diinginkan oleh seseorang terhadap orang
lain.Pendekatan seksual yang dilakukan juga tidak harus bersifat fisik
akan tetapi dapat berbentuk serangan mental.Oleh karena itu,kejahatan
sekesual sering hadir dari berbagai bentuk,contohnya pemerkosaan
menyentuh badan seseorang secara sengaja,menghina atau ejekan lelucon
terhadap seseorang yang berbau seksual.pernyataan pribadi tentang
seksual,dan suara yang mengandung kearah seksual,bedasarkan data
resmi Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada tahun
2001 sampai tahun 2012 jumlah korban kekerasan seksual mencapai 35
setiap hari nya,pada tahun 2012 terjadi total 4,336 kasus kekerasan
seksual,kasus tersebut terjadi di kelompok/publik dengan kasus
kekerasan berupa pencabulan dan kekerasan.Pada tahun 2013 angka
kekerasan mengalami kenaikan menjadi 5.629 kasus,tercatat kasus naik
menjadi 2 kekerasan perempuan yang terjadi pada 3 jam sekali,rentan
umur yang mengalami kekerasan seksual antara umur 13-18 dan 25-40
tahun.2
Kekerasan seksual di Indonesia terjadi dalam banyak konteks yang
3
dewasa.Faktanya kekerasan seksual tidak terjadi hanya pada wanita,tetapi
pada tahun 2020 berjumlah 7.191 kasus.Data yang terhitung dari juni
bagi para pelaku kejahatan seksual dan juga hukum di Indonesia belum
sisi korban yang menjadi penyebab kejahatan seksual seperti korban selalu
pulang larut malam hingga korban memakai pakaian yang kurang pantas
untuk dilihat.
4
Maka dari itu pentingnya penegakkan hukum terhadap pelaku
kejahatan seksual dan perlindungan bagi korban kejahatan seksual,Pada
instrument yuridis negara untuk melindungi warga negaranya dala alenia
IV UUD 1945 tersebut,di dalam BAB XA tentang Hak Asasi Manusia
Perlindungan anak dibawah umur,pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 yang
berbunyi "Setiap anak dibawah umur berhak atas kelangsungan
hidup,tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskrimniasi.”
Pasal 1 Nomor 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 3 mengatur
bahwa semua kegiatan perlindungan adalah kumpulan kegiatan yang
bertujuan untuk menjamin dan melindungi hak-hak anak dan anak agar
anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal. Mengenai dampak tindakan kejahatan seksual terhadap
anak,korban berdampak negatif dapat mempengaruhi masa depan bangsa
Indonesia, pelakunya harus dihukum berdasarkan peraturan yang berlaku,
berdasarkan UU 23/2002 digabungkan dengan Pasal 81 dan 82 UU No.
35/201, Pasal 292 KUHP.
Dilihat dari isinya, Pasal 81 ayat(1) UU 23/2002 bersama dengan UU
35/201 menyediakan itu siapa saja yang secara sadar melakukan tindakan
kekerasan atau mengancam kekerasan terhadap anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan
pidana”.dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
minimal 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).
Sedangkan pasal 82 UU 23/2002 jo UU 35/201 menyatakan bahwa
seseorang dengan sengaja melakukan tindakan kekerasan atau diancam
dengan kekerasan, dipaksa, memainkan trik, serangkaian berbohong atau
membujuk anak melakukan atau membiarkan kinerja perbuatan
pornografi, dipidana pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
3
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
5
minimal 3 (tiga) tahun dan denda maksimal Rp,300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) dan minimal Rp60.000.000 (enam puluh juta rupiah). Bagian
287 ayat (1) KUHP mengacu pada siapa saja yang berhubungan seks
dengan wanita di di luar nikah, meskipun orang tersebut mengetahui atau
harus berasumsi bahwa umumnya berusia di bawah lima belas tahun. ,
atau jika usia tidak jelas, bawa dia kawin lagi, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Pada pelaku kekerasan seksual anak antara umur 14 (empat belas)
tahun dan di bawah 18 tahun, (delapan belas) tahun, menurut Undang-
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak No. 5, (3) menjelaskan bahwa dalam
Sistem Peradilan Pidana Remaja, wajib mencoba pengalihan. Definisi
mengarahkan ulang menurut Pasal 1, Ayat 7, UU 11/2012, ialah
pengalihan penyelesaian kasus anak dari kasus kriminal ke kasus di luar
kasus pidana.
Undang-undang juga melindungi bagi para korban dan saksi dari
kejahatan seksual sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang No.26 tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia menjelaskan tentang
perlindungan korban dan para saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia
yang berat,pada Pasal 65 juga menyebutkan tentang anak sebagai korban
tindak kejahatan seksual berhak memperoleh perlindungan dari kegiatan
eskploitasi dan pelecehan seksual.
Pasal 34 UU NO.26/ 2000 berbunyi:
(1) Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia
yang berat berhak atas perlindungan fisik dan mental dari
ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan
secara cuma-cuma.
(3) Ketentuan mengenai tata cara perlindungan terhadap korban
dan saksi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 4
4
UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan hak asasi manusia.
6
Sedangkan sanksi pidana mengenai pemerkosaan, perbudakan
seksual,prostitusi paksa, pemaksaan kehamilan, sterilisasi atau sterilisasi
dengan paksa atau bentuk lain kekerasan seksual lainnya tercantum
dalam Pasal 9 huruf (g).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan,maka
rumusan permasalaha,sebagai berikut :
a. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelecahan seksual
secara tindak pidana?
b. Bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap korban
dalam tindak pidana kejahatan seksual?
C. Tujuan Penelitian
Bedasarkan identifikasi rumusan masalah adapun tujuan
penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Menganalisis dan mengetahui penegakan hukum dalam
tindak pidana kejahatan seksual.
2. Menjadikan refrensi terhadap korban tindak pidana kejahatan
seksual.
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut :
a. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumber pengetahuan kepada para pembaca dan
masyarakat umum mengenai penegakan hukum
tindak pidana bagi pelaku kejahatan seksual
wanita dan anak.
b. Penelitian ini diharapkan sebagai refrensi
penegakan hukum tindak pidana kejahatan
seksual terhadap wanita dan anak
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman
penegakan hukum tindak pidana kejahatan seskual
terhadap wanita dan anak.
E. Metode Penelitian
A. Metode pendekatan
Pendekatan pada penelitian ini ialah pendekatan
normative atau doctrinalmyang dimana pendekatan
berfokus pada kaidah-kaidah yang mengharuskna pada
penegakan hukum tindak pidana kejahatan seksual yang
penegakkannya dapat dipaksa oleh kebijaka negaral
(normatif).
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini ialah jenis penelitian yang
memiliki sifat yudiris normatif atau penelitian hukum
yuridis normatif atau penelitian normatif ialah peneltian
8
yang membahas tentang asas-asas hukum yang
ada,sistematika hukum,taraf sinkronisasi huku, dan
perbandingan hukum.Dalam penelitian ini penulis
mengacu kepada Asas Kepastian Hukum.
c. Sumber data
Data penelitian ini bersumber dari data sekunder dalam
bentuk :
a. Bahan Hukum Primer
Undang -Undang Dasar tahun 1945,Peraturan
Perundang-undang Hukum Pidana,Undang-undang
sistem peradilan anak,UU NO.26 tahun 2000 pasal
34 tentang perlindungan saksi dan korban pada
kejahatan seksual.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan-bahan penelitian melalui kepustakaan
seperti karya ilmiah,Buku literatur,Jurnal maupun
informasi yang diambil sebagai bahan refrensi yang
berkaitan dengan penelitian.
d. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data untuk penelitian normatif
digunakan metode kajian kepustakaan yang bersumber
dari Undang-Undang 1945,dokumen resmi,dan hasil
penelitian.
9
Sismatika penulisan skripsi ini untuk mempermudah
para pembaca dengan memberikan gambar dan mempelajari isi
penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penelitian.
D. Manfaat Penelitian.
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
10
Anggoman, E. (2019). Penegakan Hukum Pidana Bagi Pelaku
Kekerasan/Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan. Jurnal Lex
Crimen, VIII, 55-65.
Halawa, R. S. (2020). Kebijakan Hukum Pidana dalam Perlindungan Hukum
Terhadap Korban Pelecehan Seksual Secara Verbal. JOM Fakultas
Hukum Universitas Riau, VII, 1-11.
Khairida, Syahrizal, & Moh.Din. (2017, April). Penegakan Hukum Terhadap
Pelaku Tindak Pidana Pelecehan Seksual Pada Anak Dalam Sistem
Peradilan Jinayat. Syiah Kuala Law Journal, I(I).
R. P., & E. S. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pelecehan
Seksual. Jurnal Pembangunan Hukum IndonesiJa, IV, 61-72.
SH,MH, N. S. (2016). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Seksual
Terhadap Anak Dibawah Umur Di Indonesia. Jurnal Ilmiah "Advokasi",
04, 34-40.
T. H. (2016, Juli). Perlindungan Dan Penegakan Hukum Terhadap Kasus
Kekerasan Seksual Pada Anak. Jurnal Mimbar Justitia, II, 827-837.
11