Anda di halaman 1dari 4

Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah Umur:

Dampak dan Perlindungan Hukum


Andin Fitriansyah
andinfitriansyah62@gmail.com

Kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur merupakan realitas yang


menyayat hati dan meninggalkan dampak yang mendalam dalam kehidupan korban.
Kekerasan seksual pada anak mendapatkan perhatian dari banyak masyarakat karena
kekerasan seksual pada anak merupakan tingkat kekerasan paling tinggi dibandingkan
dengan kekerasan fisik dan psikologis. (Ratna Sari et.al, 2010). Diperkuat dengan data
dari Komisi Nasional Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa kekerasan seksual
pada anak merupakan tingkat kekerasan yang paling tinggi dibandingkan dengan
kekerasan fisik dan psikologis.

Sejumlah berita yang saat ini sedang ramai di media online menunjukkan bahwa
kekerasan seksual terhadap anak tidak hanya menjadi permasalahan tersembunyi, tetapi
juga menjadi perhatian utama masyarakat. Misalnya, baru-baru ini, sebuah berita
menggemparkan tentang kasus kekerasan seksual terhadap seorang bayi yang baru
berusia 4 bulan diculik dan mengalami tindak kekerasan seksual oleh pelaku yang
berprofesi sebagai tukang pijat. Kejadian ini mencuat dan menjadi sorotan luas di
berbagai platform media. (Diakses dari Kompas.com, pada 27 November 2023)

Kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur adalah suatu tindakan atau
perilaku yang bersifat seksual yang dilakukan oleh orang dewasa atau anak yang lebih
tua terhadap anak di bawah umur, tanpa persetujuan anak tersebut. Kekerasan seksual
pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas
seksual. ( Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan),
pencabulandan pemerkosaan.(Ratna Sari et.al,2010). Definisi kekerasan seksual Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, didefinisikan
sebagai: Setiap perbuatan yang berakibat timbulnya penderitaan, kesengsaraan, atau
eksploitasi secara seksual terhadap anak. Kekerasan seksual dapat dilakukan oleh orang
tua, anggota keluarga, guru, teman, atau orang lain yang dikenal oleh anak itulah
sebabnya pelaku tindak pelecehan seksual ini di katakan sebagai predator seksual
(Novrianza,2022).

Dampak kekerasan seksual terhadap anak akan menimbulakan trauma bagi


korban tindakan tersebut, sehingga dapat menggangu korban dalam menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
Menurut (Novrianza,2022), adapun dampak dari kekerasan seksual yaitu dampak psikis
dampak fisik.
1. Dampak secara psikis, sebab dari perbuatan tersebut anak akan menunjukan sikap
yang tidak biasanya di lakukan, seperti hilnagnya napsu makan pada anak, tidak
lagi bersemangat dan tidak mau sekolah, menjadi introvert tidak berbaur dengan
orang-orang, takut dengan orang baru kenal/ tidak kenal, dan bahkan bisa trauma
jika melihat suatu benda atau tempat yang mengingatkan korban pada kejadian
yang telah di alaminya. Psikis anak sangatlah lemah, anak yang masih awam
terhadap seputar pengetahuan seksual tentu tidak akan mengerti atas apa yang
telah di alaminya bahkan tidak mengetahui bahwa dirinya sudah menjadi korban
pelecehan seksual.
2. Dampak secara fisik yang dialami oleh korban yaitu:
a. sulitnya untuk tidur,
b. sakit kepala,
c. nafsu makan menurun,
d. berasa sakit di area kemaluan,
e. beresiko tertulat penyakit menular,
f. luka lebab dari akibat tindakan tersebut
g. hinggal yang paling parah korban sampai hamil karena hubungan seksual
tersebut.

Kasus kekerasan seksual di Indonesia menjadi problematika sosial di masyarakat.


Namun sayangnya, hukum pidana yang dibuat untuk melindungi korban kekerasan
seksual masih terkesan serampangan dan tidak menunjukkan adanya keberpihakan pada
korban.(Rosania & Eko, 2022). Hal ini, membuat banyak korban kekerasan seksual takut
untuk memperjuangkan keadilan yang berhak didapatkannya. Pemerintah Indonesia telah
memiliki Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang
mengatur tentang perlindungan hukum terhadap anak, termasuk anak korban kekerasan
sesksual. Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan pencabulan dipidana dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun dan paling singkat 5 (lima) tahun dan denda paling banyak (empat miliar
lima ratus juta rupiah) dan paling sedikit (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Selain itu, terdapat pula Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang


Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
mengatur tentang perlindungan khusus terhadap anak korban kekerasan seksual. Pasal
82A Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlindungan khusus kepada anak yang menjadi korban kekerasan seksual,
termasuk: Perlindungan dari tindakan kekerasan, Perlindungan dari ancaman kekerasan,
Perlindungan dari penelantaran, Perlindungan dari eksploitasi, Perlindungan dari
diskriminasi, Perlindungan dari perlakuan salah.

Kesimpulannya, kekerasan seksual terhadap anak merupakan kejahatan yang


serius dan berdampak buruk bagi korban. Pemerintah Indonesia telah memiliki undang-
undang yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan
seksual. Namun, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang bahaya kekerasan seksual terhadap anak dan meningkatkan
penegakan hukum terhadap pelaku.

DAFTAR PUSTAKA

Novrianza, N., & Santoso, I. (2022). Dampak Dari Pelecehan Seksual Terhadap
Anak Di Bawah Umur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 10(1), 57-58.

Paradiaz, R., & Soponyono, E. (2022). Perlindungan hukum terhadap korban


pelecehan seksual. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 4(1), 69-70.

Sari, R., Nulhaqim, S. A., & Irfan, M. (2015). Pelecehan seksual terhadap anak.
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1), 15.
https://amp.kompas.com/regional/read/2023/11/24/151349878/bayi-4-bulan-
diculik-otk-di-cirebon-diduga-jadi-korban-kekerasan-seksual (Diakses dari Kompas.com
pada 27 November 2023).

Anda mungkin juga menyukai