Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Bentuk Kekerasan Seksual Menurut UU TPKS

Kekerasan seksual merupakan isu hukum yang memang sudah lama menjadi perbincangan masyarakat
Indonesia.1 Bagaimana tidak, isu tersebut tentunya memiliki dampak yang tidak main-main terhadap
korban khususnya. Pada isu hukum kekerasan seksual yang menjadi perbincangan di tengah masyarakat,
lebih banyak kaum perempuan yang mengalami korban kekerasan seksual, dibandingkan kaum laki-laki. 2
Namun demikian yang dimaksud dengan kekerasan seksual tidak melihat dari gender mana apakah
kaum laki-laki ataupun perempuan.

Beberapa bulan lalu tepatnya pada bulan April RUU PKS disahkan menjadi Undang-Undang, yaitu dikenal
dengan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). Hal tersebut tentunya dikarenakan
kasus kekerasan seksual terhadap perempuan sudah tidak main-main lagi, selain itu dampak dan
pengaruh dari korban kekerasan seksual terhadap perempuan sangatlah besar entah dari segi fisik
maupun psikologis.

Kekerasan seksual dalam UU TPKS termasuk ke dalam tindak pidana, yang mana dalam Pasal 1 ayat (1)
UU TPKS menyebutkan bahwa Tindak Pidana Kekerasan Seksual merupakan segala perbuatan yang
memenuhi unsur tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini dan perbuatan kekerasan
seksual lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang sepanjang ditentukan dalam Undang-
Undang ini.3

UU TPKS ini lahir dilandasi atau berasaskan kepada penghargaan atas harkat dan martabat manusia,
nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi korban, keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. 4

Selain itu, pada Pasal 3 UU TPKS substansi dari UU TPKS bertujuan untuk:

a. Mencegah segala bentuk kekerasan seksual;


b. Menangani, melindungi, dan memulihkan korban;
c. Melaksanakan penegakan hukum dan merehabilitasi pelaku;
d. Mewujudkan lingkungan tanpa kekerasan seksual; dan
e. Menjamin ketidakberulangan kekerasan seksual.

Lalu apa saja bentuk-bentuk yang termasuk ke dalam tindak pidana kekerasan seksual menurut UU
TPKS?

Bentuk-bentuk tindak pidana kekerasan seksual menurut UU TPKS tertuang dalam Pasal 4 UU
TPKS yang mana terdiri atas pelecehan seksual nonfisik, pelecehan seksual fisik, pemaksaan
kontrasepsi, pemaksaan sterilisasi, pemaksaan perkawinan, penyiksaan seksual, eksploitasi
seksual, perbudakan seksual, dan kekerasan seksual berbasis elektronik. 5 Perkosaan,
perbuatan cabul, persetubuhan terhadap anak (perbuatan cabul terhadap anak dan/
eksploitasi seksuak terhadap anak), perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan
dengan kehendak korban, pornografi yang melibatkan anak atau pronografi yang secara
1
Rosania Paradiaz dan Eko Soponyono, "Perlindungan Hukum terhadap Korban
Pelecehan Seksual," Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia 4, (2005), hlm. 61.
2
Ni Nyoman Juwita Arsawati, AAA. Ngr. Tini Rusmini Gorda, “Kekerasan Seksual
Akibat Ketimpangan Gender”, Jurnal Legislasi Indonesia 16 (Juni 2019), hlm, 238.
3
Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
4
Pasal 2, Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
5
Pasal 4 ayat (1), Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
eksplisit memuat kekerasan dan eksploitasi seksual, pemaksaan pelacuran, tindak pidana
perdagangan orang (ditujukan eksploitasi seksual), kekerasan seksual dalam lingkup rumah
tangga, tindak pidana pencucian uang yang asal tindakan awalnya merupakan tindak pidana
kekerasan seksual, dan tindak pidana lain yang dinyatakan tegas sebagai tindak pidana
kekerasan seksual sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.6

Demikian, semoga bermanfaat

6
Pasal 4 ayat (2), Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

Anda mungkin juga menyukai