Anda di halaman 1dari 2

PERBEDAAN PERMOHONAN DAN GUGATAN

Hukum acara perdata merupakan aturan-aturan bagaimana berpraktek di dalam suatu


persidangan yang berpegang kepada peraturan-peraturan yang berlaku. Di dalam hukum
acara perdata kita akan mengenal istilah yang tidak asing untuk didengar tetapi terkadang
masyarakat mengartikan istilah tersebut adalah makna yang sama padahal sesungguhnya
makna dari istilah tersebut adalah berbeda. Apakah itu? Ya, tentunya terkait permohonan dan
gugatan. Istilah tersebut dapat kita temui pada ranah keperdataan, untuk itu penulisan ini
dibuat supaya dapat lebih mengenal dan memahami tentang apa itu permohonan dan gugatan.

Permohonan merupakan mengenai suatu perkara di pengadilan tanpa adanya pihak-pihak lain
yang saling bersengketa. Sedangkan gugatan adalah kebalikan dari permohonan, yaitu suatu
perkara yang terdapat pihak yang bersengketa. Untuk perbedaan lainnya berikut di bawah ini:

1. Dalam permohonan hanya ada 1 pihak saja yang berperkara, sedangkan gugatan
terdapat beberapa pihak yang bersangkutan.
2. Dalam hal permohonan tidak ada sengketa, sedangkan gugatan terdapat sengketa.
3. Dalam permohonan hakim hanya sekedar memberi jasa-jasanya sebagai tata usaha
negara dan hasil daripada putusannya hanyalah suatu penetapan dan menerangkan
saja (peradilan yang bukan sebenarnya). Sedangkan dalam gugatan fungsi hakim
sebagai mengadili dan memutus suatu perkara (peradilan yang sebenarnya).
4. Dalam permohonan produk dari peradilan berupa penetapan (beschiking). Sedangkan
dalam gugatan putusannya bersifat menghukum kepada pihak yang bersengketa
(vonis).
5. Penetapan hanya mengikat kepada pemohon saja. Sedangkan putusan dalam gugatan
mengikat kepada kedua belah pihak yang bersengketa.

Contoh dari permohonan yang banyak diajukan ke pengadilan adalah mengenai permohonan
pengangkatan anak angkat, perbaikan akta catatan sipil, penetapan ahli waris, penetapan
bagian ahli waris dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari gugatan yang diajukan ke
pengadilan adalah gugatan cerai, gugatan ganti kerugian, gugatan PMH (Perbuatan Melawan
Hukum), dan lain sebagainya.

Referensi:

Abdullah Tri Wahyudi. Hukum Acara Peradilan Agama. Bandung: Mandar Maju, 2018.
Ny. Retnowulan Sutantio, dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata dalam
Teori dan Praktik. Bandung: Mandar Maju, 2019.

Anda mungkin juga menyukai