Anda di halaman 1dari 1

Perbedaan Gugatan Dikabulkan, Ditolak, dan Tidak Dapat Diterima

Dalam hukum acara perdata terdapat beberapa istilah yang mungkin sudah sering didengar khususnya
terkait dengan putusan pengadilan. Dalam hukum acara perdata, putusan pengadilan dapat berupa 3
hal, yaitu:

1. Gugatan dikabulkan
Menurut M. Yahya Harahap, dikabulkannya suatu gugatan adalah bila dalil gugatannya dapat
dibuktikan oleh si penggugat sesuai alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 1865 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)/Pasal 164 Het Herzien Inlandsch Reglement
(HIR).
2. Gugatan Ditolak
Menurut M. Yahya Harahap maksud dari gugatan ditolak adalah bila si penggugat dianggap
tidak berhasil membuktikan dalil-dalil gugatannya. Akibat hukumnya ketika si penggugat tidak
dapat membuktikan dalil gugatannya maka gugatan tersebut mesti ditolak seluruhnya. Jadi, bila
gugatan yang diajukan oleh si penggugat dan si penggugat tidak dapat membuktikan dalil-dalil
gugatannya terhadap si tergugat, maka gugatannya akan ditolak.
3. Gugatan Tidak Dapat Diterima
Gugatan tidak dapat diterima maksudnya adalah gugatan yang dilayangkan mengandung cacat
formil, seperti error in persona, obscur libel, tidak berdasarkan kompetensi absolut atau relatif.
Hal tersebut pun dijelaskan menurut M. Yahya Harahap terkait dengan cacat formil, bahwa
terdapat berbagai cacat formil yang mungkin melekat dalam gugatan, antara lain, gugatan yang
ditandatangani kuasa berdasarkan surat kuasa yang tidak memenuhi syarat yang digariskan
Pasal 123 ayat (1) HIR jo. SEMA No. 4 Tahun 1996, gugatan tidak memiliki dasar hukum,
gugatan error in persona dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis consortium, mengandung
cacat obscur libel, atau melanggar yuridiksi (kompetensi) absolut atau relatif, dan sebagainya.

Dengan begitu secara sederhana dapat disimpulkan perbedaan ketiganya yaitu gugatan dikabulkan
apabila dalil gugatannya dapat dibuktikan, gugatan ditolak apabila penggugat tidak dapat
membuktikan dalil-dalil gugatannya, dan gugatan tidak dapat diterima apabila gugatannya
mengandung cacat formil.

Demikan, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.


- Het Herzien Inlandsch Reglement (HIR).
- Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 1996.

Sumber bacaan

- M. yahya Harahap. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai