Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN

K E J A H ATA N
SEKSUAL

DISUSUN OLEH :
N U R A I D A S YAT I AW AT I
RIMA NURDZULQOIDAH
DASAR HUKUM
• BW (Burgerlyk Wetboek) 27
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai
isterinya, seorang perempuan hanya satu orang laki sebagai suaminya.
• Pasal 284 KUHP
Dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan :
1.a Seorang pria yang telah kawin, yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal
BW 27 berlaku baginya
1b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal BW 27
berlaku baginya
2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut
bersalah telah kawin
2b. Seorang wanita yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui
olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal BW 27 berlaku baginya.
Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi
mereka berlaku pasal BW 27, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan untuk
bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.
DASAR HUKUM
• Pasal 285 KUHP
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau
dengan ancaman kekerasan. Dokter hanya berwenang untuk menentukan apakah telah terjadi persetubuhan atau tidak.
Yang berwenang untuk menentukan telah terjadi perkosaan dan unsur paksaan adalah hakim. Dalam bagian kesimpulan
visum et repertum hanya dituliskan (1) ada tidaknya tanda persetubuhan (2) ada tidaknya tanda kekerasan, serta jenis
sebab kekerasannya.
• Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
• Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.
Melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik, dokter perlu menentukan apakah korban sadar ketika terjadi persetubuhan,
adakah penyakit yang diderita korban yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan korban pingsan atau tidak berdaya
(epilepsi, katalepsi, syncope, dsb), bagaimana terjadinya pingsan, apakah pingsan terjadi setelah korban diberi minuman
atau makanan, apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas hilang kesadaran, atau tanda-tanda telah berada dibawah
pengaruh alkohol, hipnotik atau narkotik.
DASAR HUKUM
• Pasal 287 KUHP
• Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.
• Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita itu belum sampai dua belas tahun.
• Tindak pidana diatas merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut Undang-Undang belum cukup umur. Jika umur
korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah diatas 12 tahun, penuntutuan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang
bersangkutan.
• Jika :
• Umur korban belum cukup 12 tahun; atau
• Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat tindak pidana tersebut
• Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang berada dibawah pengawasannya,
bujangnya atau bawahannya.
• Dalam keadaan diatas, dapat dilakukan penuntutan, walaupun tidak ada pengaduan.
• Untuk mengetahui umur korban, perlu dilakukan pemeriksaan dari wajah dan bentuk badan korban jika tidak ada akta kelahiran.
• Pemeriksaan meliputi, perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan, pertumbuhan gigi geraham belakang ke-2
(molar 2) muncul pada umur ± 12 tahun, molar 3 muncul pada usia 17-21 tahun/lebih, tanyakan korban sudah haid atau belum.
DASAR HUKUM
• Pasal 291 KUHP
• Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286,287 berakibat luka berat, dijatuhkan hukuman penjara
selama-lamanya 12 tahun
• Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287, 289 berakibat matinya orang dijatuhkan
hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.
• Pasal 294 KUHP
• Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau anak piaraaannya, anak yang dibawah
pengawasannya, orang dibawah umur yang diserahkan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau
bujangnya atau orang yang dibawah umur, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun.
• Dengan itu dihukum juga :
• Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawahnya/orang yang dipercayakan/diserahkan
kepadanya untuk dijaga.
• Pengurus, dokter, guru, pejabat, pengurus atau bujang di penjara, ditempat bekerja kepunyaan negeri, tempat pendidikan,
rumah piatu, RS Jiwa atau lembaga semua yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan disitu.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
• Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang
• Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Tidak boleh diperiksa apabila korban
datang sendiri hanya dengan membawa surat permintaan dari polisi.
• Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu
permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
• Apabila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit, atau di tempat praktek atas inisiatif sendiri,
bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et
Repertum, maka harus ditolak, karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan
untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya (pasal 322 KUHP). Dalam
keadaan seperti itu, dokter dapat meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya dan Visum et
Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu,
termasuk ke dalam surat keterangan dan bukan sebagai benda bukti.
• Untuk pemeriksaan perlu ada ijin tertulis, ijin ini dapat diminta kepada korban sendiri atau apabila korban masih anak-
anak, maka ijin tertulis diminta dari orang tua atau walinya. Sebelumnya jelaskan terlebih dahulu tindakan apa yang akan
dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan ke pengadilan.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
• Harus ada pendamping dokter saat pemeriksaan, seorang perawat atau bidan.
• Pemeriksaan perlu dilakukan secepat mungkin.
• Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Hal ini akan membuat penyelesaian perkara menjadi
lebih cepat. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.
• Apabila ada orang tua yang meminta untuk memeriksa anaknya apakah masih perawan atau tidak karena
curiga telah terjadi persetubuhan, maka tanyakan dulu maksud dan tujuannya apa.
• Bila tujuannya untuk penuntutan, maka dokter harus menolak, karena harus ada surat permintaan polisi
terlebih dahulu.
• Bila tujuannya hanya sekedar ingin mengetahui, jelaskan kepada orang tua bahwa hasil pemeriksaan tidak
akan dibuat dalam bentuk surat keterangan.
PEMERIKSAAN
• Data yang perlu dicantumkan dalam bagian pendahuluan visum et reertum delik kesusialan adalah :
– Instalasi polisi yang memintakan pemeriksaan
– Nama dan pangkat polisi yang mengantar korban
– Nama, umur, alamat dan pekerjaan korban seperti tertulis dalam surat permintaan
– Nama dokter yang melakukan pemeriksaan
– Nama perawat yang menyaksikan pemeriksaan.
• Anamnesis  tidak objektif  “keterangan yang diperoleh dari korban”
– Keterangan korban
– Nama
– Umur
– Tempat dan tanggal lahir
– Status perkawinan
– Siklus haid
– Penyakit kelamin dan penyakit lainya
– Apakah pernah melakukan hubungan seksual?
– Pernah menggunakan kondom?
– Kapan terakhir melakukan hubungan seksual.
– Waktu kejadian korban, meliputi jam dan tanggal
PEMERIKSAAN
• Tanda-Tanda Persetubuhan
– Tanda Langsung
• Robeknya selaput dara akibat penetrasi penis (jenis robekan, lokasi/arah dan kedalaman)
– Bagian atas jika robekan terdapat pada jam 9, 10, 11, 12, 1, 2, 3
– Bagian bawah jika robekan terjadi pada jam 4, 5, 6, 7, 8
– Tidak beraturan
– Lokasi robekan dara dipengaruhi oleh posisi pemerkosaan itu sendiri.
– Celah bawaan dari rupture dapat terlihat hingga di insertion selaput dara. Pada vagina akan ditemukan parut bila
rupture sudah sembuh, bila tidak sampai basis tidak akan menimbulkan parut.
• Lecet atau memar akibat gesekan-gesekan penis
• Adanya sperma akibat ejakulasi
– Tanda Tidak Langsung
• Terjadinya kehamilan
• Terjadinya penularan penyaki kelamin
PEMERIKSAAN
• Tanda-tanda Kekerasan
– Perlu diketahui alokasi luka yang sering ditemukan yaitu didaerah mulut dan bibir, leher, puting susu, pergelangan tangan, pangkal paha serta
disekitar dan pada alat genital. Luka biasanya berbentuk luka-luka lecet bekas kuku, gigitan, serta luka memar. Perlu diketahui di dalam hal
pembuktian adanya kekerasan bahwa tidak selamanya kekerasan itu menimbulkan jejak atau bekas membentuk luka. Dengan demikian tidak
ditemukannya luka tidak berarti bahwa pada wanita korban tidak terjadi kekerasan. Disini kembali pentingnya dokter harus menggunakan
kalimat tanda-tanda kekerasan didalam setiap VeR yang dibuat.
• Penentan Sudah Atau Belum Waktunya Untuk Dikawin
– Mengacu pada undang undang perkawinan menyatakan bahwa seorang wanita boleh kawin bila ia telah berusia 16 tahun.
• Homoseksual Sebagai Salah Satu Bentuk Kejahatan Seksual
– Di dalam KUHP pasal 292 terdapat ancaman hukuman bagi seseorang yang cukup usia yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain
yang sama kelaminnya yang belum cukup usia. Pasal 292 KUHP berbunyi orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain
sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya jarus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
Dengan demikian kasus homoseksual dan lesbian jelas merupakan kejahatan seksual, bila partnernya belum dewasa yang secara yuridis
yaitu sebelum 21 tahun. Atau sebelum 21 tahun tapi sudah pernah kawin dianggap sudah dewasa. Pada kasus homoseksual lebih mudah
dibuktikan yaitu dengan perkiraan usia (belum dewasa), dan sperma serta air mani didalam dubur atau mulut dan bagi yang telah sering
melakukan persetubuhan melalui dubur maka bentuk dari dubur sudah berbeda dengan tanda sedikit terbuka dan membentuk dubur. Pada
kasus lesbian selain perkiraan usia maka perlu dicari apakah terdapat kelainan yang diakibatkan oleh manipulasi genital dengan tangan atau
alat-alat bantu.
PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan Barang Bukti
– Sperma atau bercak sperma
– Rambut kepala
– Rambut kelamin
– Darah
– Gigi
– Jejas gigit dan air liur
– Pakaian
• Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan Laboratorium Korban Kejahatan Seksual
• Cairan vagina
• Pakaian
• Pewarnaan BAEECHI  Warna ungu timbul kurang dari 30 detik (indikasi besar), warna ungu timbul kurang dari 65 detik (indikasi sedang)
• Berberio  cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat kemudian lihat dibawah mikroskop  Kristal-kristal spermin pikrat akan berbentuk
rombik atau jarum kompas yang berwarna kuning kehijauan.
• Sinar UV, visual, taktil dan penciuman.
• STI  secret uretra dan secret serviks uteri
• Kehamilan  urine (Hemagglutination inhibition test, Agglutination inhibition test)
• Racun  Bahan pemeriksaan:darah dan urine (TLC Mikrodifusi,dsb)
• Golongan darah  Cairan vagina yang berisi air mani dan darah
– Pemeriksaan Laboratorium Pelaku Kejahatan Seksual
• Sel epitel vagina pada penis  Cairan yang masih melekat disekitar korona glandis
• STI secret urethra
– Pemeriksaan Pada Kasus Homoseksual
• Sperma dalam dubur pasangan  Anal swab
– Pemeriksaan Air Mani Dari Rambut Dan Kulit
• Daerah yang diperiksa tergantung dari peristiwanya  kepala,rambut diwajah,kulit didaerah perioral,paha bagian dalam dan
daerah pantat.
• Rambut kepala dicabut dan direndam dalam larutan NaCl
• Pemeriksaan dilakukan dengan Pap Smear dan penentuan asam fosfatase
• Kulit dibasahi dengan aplikator katun yang telah direndam dalam laurutan NaCl,tes kemudian dapat dilakukan
• Test yang positif pada paha atau pantat ,dapat membantu memperkirakan saat terjadinya kejahatan tersebut,tentunya
tergantung dari,apakah korban telah membersihkan dirinya atau belum

Anda mungkin juga menyukai