Anda di halaman 1dari 36

FORENSIK KLINIK

PENGERTIAN

Forensik Klinik:
pemeriksaan pasien hidup yang
merupakan subjek dengan cedera atau
tersangka tersangkut kasus
pelanggaran hukum dan memerlukan
bukti medis. Pemeriksaan korban
kejahatan dan kasus pelanggaran
hukum dengan tujuan untuk
memperoleh,
mencatat/mendokumentasikan dan
KEBIJAKAN

• Yang melaksanakan pelayanan Forensik


Klinik adalah dokter klinik yang
menangani atau yang memeriksa pasien,
yaitu dokter yang bertugas di IGD bagi
pasien gawat darurat dan dokter yang
bertugas di IRJ bagi pasien yang masuk
ke rawat jalan, serta dokter yang bertugas
di ruang perawatan bagi pasien yang
dirawat
• Pembuatan VeR dilakukan oleh dokter
• Pemeriksaan / penanganan Forensik klinik
dilakukan di IGD, IRJ, atau ruang
perawatan.
• Visum et Repertum dibuat bila ada surat
permintaan dari kepolisian yang datang
bersama korban atau pasien, serta diantar
langsung oleh polisi.
• Pasien yang disertai surat permintaan
Visum et Repertum dikenakan biaya,
sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit dan
ketentuan KUHAP.

KEJAHATAN SEKSUAL

• Kejahatan seksual (sexual offences),


sebagai salah satu bentuk dari
kejahatan yang menyangkut tubuh,
kesehatan, dan nyawa manusia,
mempunyai kaitan yang erat dengan
Ilmu Kedokteran, khususnya Ilmu
Kedokteran Forensik; yaitu di dalam
upaya pembuktian kejahatan tersebut
memang telah terjadi.
• Upaya pembuktian secara kedokteran
forensik pada setiap kasus kejahatan
seksual sebenarnya terbatas di dalam
upaya pembuktian ada tidaknya tanda-
tanda persetubuhan, ada tidaknya
tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur,
serta pembuktian apakah seseorang itu
memang sudah pantas atau sudah
mampu untuk dikawini atau tidak.
PERSETUBUHAN YANG
MERUPAKAN KEJAHATAN

• Persetubuhan yang merupakan


kejahatan seperti yang dimaksudkan
oleh undang-undang, dapat dilihat
pada pasal-pasal yang tertera pada
Bab XIV KUHP, yaitu Bab tentang
Kejahatan Terhadap Kesusilaan; yang
meliputi baik persetubuhan di dalam
perkawinan maupun persetubuhan di
luar perkawinan.
• Di dalam upaya menentukan bahwa
seseorang itu belum mampu dikawin dapat
menimbulkan permasalahan bagi dokter, oleh
karena penentuan tersebut mencakup dua
pengertian, yaitu pengertian secara biologis
dan pengertian menurut undang-undang.
• Visum et Repertum dapat
memberikan kejelasan perihal
perkiraan umur dari wanita, apakah
umurnya di bawah 12 tahun atau di
bawah 15 tahun; perihal mampu atau
tidaknya dapat dikawin serta ada
tidaknya tanda-tanda persetubuhan
(pasal 287 KUHP). Demikian juga
kejelasan apakah umur wanita di atas
15 tahun serta ada tidaknya tanda-
PERKOSAAN

• Umumnya negara-negara maju mendefinisikan


perkosaan sebagai perbuatan bersenggama yang
dilakukan dengan menggunakan kekerasan
(force), menciptakan ketakutan (fear), atau
dengan cara memperdaya (fraud). Bersenggama
dengan wanita idiot atau imbisil juga termasuk
perkosaan (statutory rape), tidak
mempersoalkan apakah wanita tersebut
menyetujui atau menolak ajakan bersenggama
sebab dengan kondisi mental seperti itu tidak
mungkin yang bersangkutan mampu
(berkompeten) memberikan konsen yang dapat
• Berdasarkan pasal 285 KUHP, perkosaan
di Indonesia digolongkan sebagai tindak
pidana yang hanya dapat dilakukan oleh
laki-laki (male crime) terhadap wanita
yang bukan istrinya dan persetubuhannya
pun harus bersifat intravaginal coitus.
Persetubuhan oral atau anal yang
dilakukan dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai perkosaan,
Jadi tindak pidana perkosaan di Indonesia
harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
• Unsur pelaku, yaitu:
• harus orang laki-laki
• mampu melakukan persetubuhan
• Unsur korban:
• harus orang perempuan
• bukan istri dari pelaku
• Unsur perbuatan, terdiri atas:
• persetubuhan dengan paksa (against
her will)
• pemaksaan tersebut harus dilakukan
dengan menggunakan kekerasan fisik
atau ancaman kekerasan.
Dokter hanya dapat diminta bantuannya
untuk melakukan pemeriksaan terhadap:
• Korban, dengan tujuan untuk:
• Mengungkap apakah betul korban
seorang perempuan.
• Mengungkap apakah betul telah
terjadi senggama.
• Mengungkap identitas laki-laki yang
PEMBUKT IAN
PERKOSAAN menyetubuhi.
• Mengungkap apakah betul telah
terjadi kekerasan fisik.
• Tersangka, dengan tujuan untuk:
• Mengungkap apakah tersangka
benar-benar laki-laki.
• Mengungkap apakah tersangka
dapat melakukan senggama (tidak
TANDA-TANDA
PERSETUBUHAN

• Tanda langsung:
• robeknya selaput dara akibat
penetrasi penis.
• Lecet atau memar akibat gesekan-
gesekan penis
• Adanya sperma akibat ejakulasi
• Tanda tidak langsung
• terjadinya kehamilan
• terjadinya penularan penyakit
TANDA-TANDA KEKERASAN

Kekerasan adalah tindakan pelaku yang bersifat


fisik yang dilakukan dalam rangka memaksa
korban agar dapat disetubuhi. Termasuk
kekerasan di sini adalah penggunaan obat-obatan
yang dapat mengakibatkan korban tidak sadar.
Pertama yang perlu dicatat adalah:
• Waktu dan nama polisi yang
mengantarkan korban/tertuduh ke dokter
di rumah sakit dengan permintaan visum
et repertum.
• Nama bidan atau perawat yang
membantu dokter.
• Waktu dan tempat dilakukan
pemeriksaan.
• Korban/tertuduh harus menandatangani
Anamnesis meliputi:
• Nama, umur, tanggal lahir, pekerjaan.
• Status perkawinan: belum kawin, kawin, cerai.
• Tanggal haid terakhir, hamil
• Persetubuhan sebelum kejadian: belum
pernah/pernah
• Terakhir tanggal, pukul, pakai kondom.
• Obat kontrasepsi: ya/tidak, macam:
• Obat lain : ya/tidak, macam:
• Minuman keras: macam: , berapa banyak:,
waktunya:
Anamnesis mengenai kejadian:
• Kapan kejahatan terjadi.
• Kapan melapor kepada polisi.
• Di mana terjadi kejahatan ini, lukisan
mengenai TKP.
• Apa yang dilakukan tertuduh dari awal
sampai terjadi persetubuhan.
• Adakah tertuduh melakukan kekerasan
• Adakah ancaman kekerasan dari tertuduh.
• Caranya:
• Apakah korban pingsan.
Mengadakan perlawanan.
• Berteriak minta tolong. Apakah
terjadi persetubuhan.
• Seluruh penis masuk dalam vagina.
Ada mani keluar dari vulva.
• Waktu penetrasi berasa nyeri. Sudah
buang air kecil, cebok, mandi, ganti
Status Umum:
• Perhatikan: keadaan rambut, tampang
muka, pakaiannya.
• Keadaan kesadaran, emosi korban,
mengantuk, sedih, menangis,
gembira, pengaruh obat penenang,
narkotika, minuman keras.
• Cara korban berjalan.
PEMERIKSAAN
• Ukur tinggi badan, timbang berat
MEDIK KORBAN badan, perkiraan umur.
K E J A H ATA N S E K S U A L
• Korban/tertuduh diminta
menanggalkan pakaian satu persatu.
Dari ketiga data ini dapat diambil
kesimpulan bahwa korban dapat
melakukan perlawanan atau tidak.
• Dari umur yang perlu diperhatikan
adalah: belum umur 12 tahun, belum
15 tahun, belum genap 21 tahun.
Kemudian periksa dan perhatikan
• Kepala:
Mata : pupil miotik, midriasis
Mulut : bekas pembungkaman.
• Leher : bekas cekikan.
• Dada:
Payudara : bekas gigitan, remasan. Buat foto dengan
meletakkan skala.
• Perut : bekas persentuhan dengan benda tumpul.
• Punggung : bekas landasan yang tidak rata korban
dipaksa berbaring.
• Lengan : bekas tangkisan, bekas suntikan di lekuk
siku, punggung tangan.
• Status lokalis: alat kelamin
• Paha : ada kekerasan di bagian
medial paha akibat merenggangkan
kedua paha yang diimpitkan korban.
• Pubis: rambut kemaluan disisir
dengan sisir halus, mencari rambut
asing. Rambut yang lepas, noda yang
kering, dimasukkan amplop yang
bersih dan diberi keterangan yang
cukup. Ambil contoh rambut
Alat kemaluan :
• Bibir kemaluan: tanda
kekerasan: lecet,
memar, hiperemis.
• Selaput dara : buat
sediaan mikroskopik
dari lendir sekitar
selaput dara.
Perhatikan robekan
baru/hampir sembuh.
Sesuaikan lokasi
Vagina dan serviks
• Vagina diperiksa dengan spekulum.
Adakah benda asing yang tertinggal
dalam vagina. Buat sediaan dari lendir di
vagina dan forniks vagina. Semua lendir
yang ada di vagina dan forniks vagina
diambil dengan swab, dikeringkan pada
suhu udara kamar dan disimpan, mungkin
di kemudian hari dapat dipakai untuk
menunjuk pelaku kejahatan dengan
pemeriksaan DNA-fingerprinting.
Pakaian:
• Pakaian diperiksa satu persatu. Perhatikan
adanya robekan atau noda. Kelau robek,
robekan itu baru atau sudah lama. Kancing baju
yang tanggal, baru atau sudah lama. Kalau baru,
beritahu penyidik untuk mengusahakan
mendapatkan barang bukti itu. Perhatikan
punggung pakaian. Ada bekas landasan korban
dipaksa tidur. Perhatikan tali BH yang putus,
baru atau lama. Kalau ada kelainan pada
pakaian, pakaian yang dipakai dianggap sebagai
barang bukti dan dibungkus sesuai berita acara
• Sediaan basah
• Sediaan kering
• Bakteriologi
P E M E R IK S A A N
L A B O R ATO R IU M • Biakan
• Golongan darah
• Serologi
• Urine
terhadap tersangka hanya
diperlukan jika ia menyangkal
dapat melakukan persetubuhan
karena impotensi.
• Dalam kaitannya dengan
impotensi tersebut, dokter hanya
dapat memastikannya jika
PEMERIKSAAN
TERHADAP ditemukan penyakit-penyakit
TERSANGKA
organik yang dapat
mengakibatkan impotensi;
seperti misalnya diabetes
mellitus, hernia scrotalis, atau
hydrocele. Impotensi juga dapat
dialami laki-laki yang sudah tua.
Yang agaknya sulit untuk
dibuktikan adalah impotensi
• Perkiraan usia bisa
berdasarkan:
• Tinggi dan berat badan
• Bentuk tubuh secara
PENGUMPULAN
D ATA U N T U K umum
M E M P E R K IR A K A N
U S IA • Jumlah dan bentuk gigi
• Perkembangan ciri-ciri
seksual
• Pemeriksaan dengan
sinar-x
Tulang Penyatuan
1 Epikondilus lateralis 10-12 tahun
2 Epikondilus medialis 13-14 tahun
3 Ujung olekranon dan darah 14-15 tahun
4 Krista iliaka 17-19 tahun
5 Tuberositas isiadikus 18-20 tahun
6 Leher tulang femur 14 tahun
7 Pisiformis 9-12 tahun
diduga tindak pidana,
dalam hal ini
penganiayaan (KUHP
bab XX : tentang
penganiayaan);
khususnya pasal 351
LUKA, dan 352, serta arti atau
KEKERASAN,
DAN pengertian luka berat
P E N G A N IAYA A N
dalam pasal 90,
berkaitan dengan
penentuan derajat atau
kualifikasi luka.
Penentuan tersebut
amat menentukan
Pemeriksaan forensik yang dilakukan oleh
dokter sebagaimana dituangkan dalam
Visum et Repertum, harus memuat
kejelasan sebagai berikut:
• Jenis luka yang ditemukan
• Jenis kekerasan yang menyebabkan
luka
Yang lazim dinyatakan oleh dokter di
dalam kesimpulan VR kasus penganiayaan
atau perlukaan; terbatas pada jenis luka
Trauma Tumpul Tajam
Bentuk Tidak Teratur
luka teratur
Tepi Tidak Rata
luka rata
KL AS IF I K A S I
Jembat Ada Tidak
JE NIS L UK A an ada
B E R DA S A R K A jaringa
N JE NIS B E ND A
n
Rambu Tidak Terpoton
t ikut g
terpoton
g
Dasar Tidak Berupa
luka teratur garis
DESKRIPSI LUKA

Hal yang harus dideskripsikan • Bentuk


pada pemeriksaan luka (secara • Tepi
sistematis): • Resapan darah
• Regio • Jembaran jaringan
• Koordinat (x dan y) • Sudut
• Jenis • Dalam
• Ukuran • Dasar
• Arah • Benda asing
Bunuh diri Pembunuhan Kecelakaan
Jumlah luka Banyak Banyak Satu atau banyak
Letak luka Pada daerah yan mudah Bagian tubuh Di mana saja,
dijangkau, misalnya yang vital, biasanya bagian
bagian depan dan misalnya kepala, tubuh yang
samping tubuh, seperti dada, abdomen. menonjol.
leher, pergelangan
tangan, lipat paha, dada,
dll.
Jenis luka Biasanya luka potong Lika tusuk, Abrasi, memar,
atau tusuk laserasi laserasi
Arah luka Dari kiri ke kanan dan Tidak tentu Tidak tentu
dari atas ke bawah
Tingkat Biasanya tidak parah Paling parah Tingkat
keparahan keparahan
bervariasi
Luka Tidak ada Mungkin ada, Berkaitan dengan
lainnya karena ada kecelakaan
perlawanan.
Pakaian Tidak rusak Biasanya rusak Rusak dan
terkena kotoran

Anda mungkin juga menyukai