Anda di halaman 1dari 26

PLENO FB

Kelompok 8
Nama anggota kelompok

1. Alda Namira Lubis 030001800007


2. Muhammad Ihsanul Amal 030001800063
3. Nadia Hani Nabilah Irawan 030001900094
4. Natasha Louise Euphora 030001900096
5. Rahmat Natalio 030001900112
6. Regina Salim 030001900115
7. Yusuf Arif Prijadi 030001900147
Skenario Kasus
JUDUL: Dokter tolong, Anak Saya mengalami perdarahan dari kelaminnya!
Seorang anak perempuan berusia 15 tahun dibawa oleh ibunya ke UGD RS dengan keluhan perdarahan dari kelaminnya
sejak 1 jam. Ibu ingin dibuatkan visum karena curiga anaknya diperkosa dan hamil. Ibunya bercerita bahwa dua hari yang
lalu anaknya tidak pulang ke rumah setelah selesai dari sekolah tanpa izin. Siang ini, anaknya pulang ke rumah dengan
keadaan pucat, lemas dan rok SMP yang dipakainya berlumuran darah karena mengalami perdarahan dari kelaminnya.
Orang tua pasien menanyakan kepada teman yang mengantar bahwa anaknya sempat ke dukun urut untuk menggugurkan
kandungannya dengan pemijatan pada bagian perut, namun terjadi masalah. Ayah pasien telah lapor ke Polisi untuk
menangkap pacar anaknya. Saat dilakukan anamnesis, pasien menyatakan bahwa kurang lebih empat bulan yang lalu,
setelah minum soda di rumah pacarnya ia tertidur dan tidak ingat apapun. Pasien sudah tidak mengalami menstruasi kurang
lebih 3 bulan. Pasien pergi ke dukun urut untuk aborsi karena merasa hamil. Dokter UGD bekerjasama dengan Spesialis
kebidanan dan kandungan untuk menangani perdarahannya. Setelah melakukan visum, dokter UGD bekerjasama dengan
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam menangani pasien.

Keywords : visum, perkosaan, hamil, aborsi, P2TP2A


1. Aborsi → Tindakan pengguguran kandungan untuk menghentikan kehamilan setelah masa 2 bulan
kehamilan

2. P2TP2A → pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang
pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak
kekerasan, termasuk perdagangan orang

3. Visum et Repertum → keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik
tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh
manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.
Identifikasi Masalah

1. Perempuan 15 tahun dengan keluhan perdarahan dari kelaminsejak 1 jam


2. Ibu pasien ingin dibuatkan visum karena curiga anaknya diperkosa dan hamil
3. Dua hari yang lalu anak tidak pulang, dan hari ini pulang dengan keadaan pucat, lemas dan rok
robek berlumuran darah
4. Anak sempat ke dukun untuk menggugurkan kandungan dengan metode pemijatan, namun timbul
masalah yaitu perdarahan dari kelaminnya
5. Pasien sudah tidak menstruasi kurang lebih 3 bulan
6. Empat bulan lalu, pasien meminum soda di rumah pacarnya lalu tertidur dan tidak ingat apapun
7. Ayah pasien telah melapor ke polisi untuk menangkap pacar anaknya
8. Dokter UGD bekerja sama dengan Sp.OG untuk menangani perdarahan
9. Setelah visum, dokter bekerja sama dengan P2TP2A
BRAINSTORMING
Abortus
Pemeriksaan fisik abortus
a) Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat;
b) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi;
c) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus;
d) Pemeriksaan ginekologis:
i) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
ii) Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
iii) Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba
atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan penunjang abortus
a) Laboratorium :
● Darah Lengkap
- Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;
- LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
● Tes Kehamilan
- Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil positif menunjukkan
terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
a) Ultrasonografi
● USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5
Minggu;
● Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm
(usia kehamilan 5 - 6 minggu);
● Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat,
pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.
Aspek hukum abortus

- Pasal 346 KUHP


- Pasal 348 KUHP
- Pasal 75 UU No. 36 Tahun 2009
Tanda Kehamilan
Tanda Kehamilan Pasti Tanda Kehamilan Tidak Pasti

- Ibu merasakan gerakan kuat bayi - Tidak menstruasi


di dalam perutnya - Ada bercak darah dan keram perut
- Terlihat gambaran janin melalui - Perut membesar
USG - Tanda hegar : konsistensi rahim dalam
- kehamilan berubah menjadi lunak
Denyut jantung bayi dapat
terutama daerah isthmus.
terdengar - Tanda chadwick : perubahan warna
- Tes kehamilan medis menjadi kebiruan/keunguan pada vulva,
menunjukkan bahwa ibu hamil vagina dan serviks.
- Tanda pisaseck : uterus yang membesar ke
salah satu bagian.
Kejahatan Seksual
Kejahatan Seksual

Definisi : semua tindakan seksual, percobaan, komentar, perdgaangan seks, dengan


menggunakan paksaan, ancaman, paksaan fisik oleh siapapun tanpa memandang
hubungan dengan korban, situasu apa saja, tidak terbatas rumah dan pekerjaan

Jenis:

a. Senggama : selingkuh, perkosaan, hubungan seksual dengan wanita tidak berdaya,


hubungan seksual dengan wanita dibawah umur, incest
b. Non senggama : perbuatan cabul
Kejahatan seksual

Anamnesis

a. Anamnesis umum: nama, siklus haid, penyakit kelamin,penyakit kandungan, penyakit lamanya
b. Anamnesis khuusus

→ apakah telah mandi, bersihkan diri, ganti pakaian/minum obat setelah kejadian?

→ pernah bersetubuh? Kapan terakhir?

→ adakah tanda perlawanan ?

→ terjadi penetrasi/ejakulasi?

→ deskripsikan dengan kata2 sendiri

→ apakah ada pingsau sblmny


Kejahatan seksual
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan fisik: ● Pemeriksaan cairan mani
→ reaksi florens,
● Periksa fisik seperti pada umumnya → reaksi berberio
● Periksa selaput dara: lokasi robekan ● Pemeriksaan bercak darah
→ tes benzidine
selaput, jumlah robekan, bentuk → tes luminol
robekan, sifat robekan dan sekitarnya → tes teichman
→ tes takayama
- teknik pemeriksaan: frog-leg, frog-
leg sambil dipangku, knee chest
Aspek hukum kejahatan seksual

- KUHP pasal 285


- KUHP pasal 286
- KUHP pasal 287
- KUHP pasal 89
VeR kejahatan seksual

- Prosedur permintaan visum et repertu korban hidup tidak diatur dalam KUHAP. Hal
ini berarti pemilihan jenis pemeriksaan yang dilakukan diserahkan kepada dokter.
- Surat permintaan VeR korban hidup bukan surat untuk meminta pemeriksaan, tapi
surat keterangan ahli tentang hasil pemeriksaan medis

.
Teknik pemeriksaan korban kejahatan seksual

Yang perlu diperhatikan dalam kasus kejahatan seksual :

1. Sebaiknya korban tidak menggu terlalu lama


2. Sebaiknya polisi, dokter, perkerja sosial atau psikolog memeriksa dalam waktu yang bersamaan
sehingga korban tidak ditanya berulang kali
3. Dokter menjelaskan prinsip dn tujuan pemeriksaan, tatalaksana, dan intwerpretasi hasil pemeriksaan
4. Korban yang usia 21 tahun atau pernah menikah, sadar dan tidak mempunyai gangguan jiwa (psikosis
atau retardasi mental) harus menandatanganinya sendiri. Korban yang tidak memenuhi kriteria di atas
diwakili oleh keluarga terdekatnya
5. Dokter didampingi seorang perawat wanita atau bidan selama melakukan pemeriksaan
6. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh
Aspek pada kasus kejahatan seksual / perkosaan

1. Mengumpulkan bukti-bukti persetubuhan, seperti robekan selaput dara, adanya


cairan mani dan atau sel sperma
2. Mencari tanda-tanda kekerasan, seperti riwayat kehilangan kesadaran atau luka-
luka
Pemeriksaan

1. Anamensis
- Identitas (umur dan tanggal lahir)
- Riwayat menstruasi ( usia menarche, siklus haid, haid terakhir)
- Status perkawinan
- Kejadian kekerasan seksual (waktu dan lokasi), kekerasan sebelum kejadian,terjadi
penetrasi atau tidak, dan apa yang dilakukan setelah terjadinya kekerasan seksual.
Pemeriksaan fisik :

1. Status generalis (keadaan umum, TV, keaddan emosional, koperatif atau tidak.
2. Keadaan dalam rongga mulut juga harus diperiksa apakah terdapat lecet, ptekiae,
maupun kemerahan untuk menilai ada atau tudak akibat aktifitas seksual secara
oral.
3. Periksa seluruh tubuh apakah ada luka-luka atau tidak. Bila ditemukan luka
4. Apabila ada riwayat kehilangan kesadaran, carilah tanda bekas hilang kesadaran/
pemberian obat bius atau obat tidur, kalau ada bekas suntikan periksa darah dan
urin
Pemeriksaan status ginekologis

1. Posisi litotomi
2. Periksan luka di vulva, perineum, paha
3. Pemeriksaan pada labia minora, mayora, vestibulum, selaput dara, vagina, leher
rahim, dan besar uterus

Pemeriksaan selaput dara : besarnya orifisium, ada tidaknya robekan, robekannya baru
atau lama, robekannya sampai dasar liang vagina atau tidak, lokasi robekan.
Jenis-Jenis Kejahatan Seksual

Menurut RUU kekerasan seksual (PKS) tercantum 9 bentuk kejahatan seksual :


- Perkosaan
- Pelecehan seksual
- Penyiksaan seksual
- Eksploitasi seksual
- Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi
- Pemaksaan perkawinan
- Pemaksaan pelacuran
- Perbudakan seksual
- Pemaksaan aborsi
P2TP2A
P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak)
TP2A adalah pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan
perempuan di berbagai bidang pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari
berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan, termasuk perdagangan orang. Berfungsi
sebagai :
1. Pusat informasi bagi perempuan dan anak
2. Pusat pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
3. pusat pemberdayaan bagi perempuan dan anak
Referensi

1. UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Republik Indonesia.
2. Mun'im Idries A, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses penyidikan. Sagung Seto;
2013
3. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. Jakarta:Rajawali Pers. 2017
4. Kalangit A. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan
Kekerasan Seksual. e-CliniC. 2013;1(1).

Anda mungkin juga menyukai