Gambaran Kasus
1. Pendahuluan
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan,
yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang
atau rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya
kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ
didalam panggul turun (Pajario, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi
keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih
tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada
wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih
berpengaruh pada perempuan di negara-negara berkembang yang
perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat
fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa
laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada
kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik
(Koblinsky M, 2011).
Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat genital
bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu sekali
guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak timbul kembali
penyulit pascaoperasi di kemudian hari (Wiknjosastro, 2015).
Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan, seperti
dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidensinya
5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,7%.
Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan
pada orang Negro Amerika dan Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus
uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering dijumpai pada wanita
yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita dengan pekerja berat.
Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr. Pirngadi di Medan
diperoleh 63 kasus prolapsus uteri terbanyak pada grande multipara
dalam masa menopause dan pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut
69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat
ditemukan pada seorang nullipara (Winkjosastro, 2015).
Prolapsus organ panggul merupakan masalah kesehatan yang
umum terjadi dan mengenai hingga 40% wanita yang telah melahirkan
dan berusia di atas 50 tahun. Prolapsus uteri menempati urutan kedua
tersering setelah cystourethrocele (bladder and urethral prolapse).
Pada studi Women’s Health Initiative (WHI) Amerika, 41 % wanita
usia 50-79 tahun mengalami Prolapsus Organ Panggul (POP),
diantaranya 34% mengalami cystocele, 19% mengalami rectocele dan
14% mengalami prolapsus uteri
Gejala yang timbul pada prolapsus uteri bersifat individual dan
berbeda-beda. Gejala yang biasa muncul adalah tekanan kuat pada
vagina, low back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus
vagina dan ketika diperiksa dapat ditemukan sistokel, rektokel atau
enterokel. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering
merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Wanita yang
pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan
empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul
sehingga terjadi penurunan organ panggul (Suryaningdyah, 2011).
f. Proses keperawatan
1) Pengkajian fokus kebutuhan dasar
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakn rajin membersihkan vagina dan
runtin setiap 3 bulan membersihkan pesarium ke
poliklinik RSUD Dr. Moewardi
Pola
Kategori Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi makan 3-4 kali sehari 1-2 kali sehari
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk Nasi, Sayur, lauk
Nafsu makan Tidak ada masalah Berkurang
Makanan pantang
Tidak ada Tidak ada
Keluhan yang Mual dan merasa ingin
Tidak ada
dirasakan muntah
BB/TB 52 kg/154 cm 48 kg/ 154 cm
2) Pemeriksaan Fisik Head to toe
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,2oC
Pernapasan : 20x/menit
a) Kepala
Inspeksi: Tidak ada lesi, rambut tampak tidak ada,
rambut rontok, kepala sebagian botak.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan dan massa pada kepala
b) Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan
c) Hidung
Inspeksi : tidak ada kotoran berlebih, hidung tampak
simetris
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan
d) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada lesi, tidak ada
sariawan
e) Telinga
Inspeksi: telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada
cairan dan serumen berlebih
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
f) Dada
Pernafasan(Paru-paru)
Inspeksi : pengembangan dinding dada simetris, tidak
ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi: suara nafas vesikuler
Sirkulasi (Jantung)
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba pada ics 5 mid klavikula
sinistra
Perkusi : -
Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambahan
g) Mammae (Payudara)
Inspeksi : mamae simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
Palpasi: tidak ada massa dan nyeri tekan
h) Abdomen
Inspeksi : perut supel, tidak ada lesi pada perut
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Palpasi : ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan
tidak ada massa pada abdomen
Perkusi: tympani di keempat kuadran
i) Genetalia
Vagina : keputihan encer berbau khas, keputihan
j) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak ada lesi dan tidak ada edema pada
tangan kanan dan kiri pasien
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada lesi dan tidak ada edema pada
kaki kanan dan kiri pasien
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan
Kekuatan otot:
5 5
5 5
Keterangan
2) Diagnosa keperawatan
a) Nausea berhubungan dengan program pengobatan (Nanda
2015-2017, domain 00134)
b) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(Nanda 2015-2017, domain 00004)
3) Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1.
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Kaji keadaan dan
berhubungan tindakan keperawatan kebersihan vagina
dengan prosedur 3x24 jam diharapkan - Kaji tanda-tanda vital
infasif luka terhindar dari pasien
infeksi ditandai - Kaji infeksi kulit
dengan: terhadap adanya
- Mulut rahi iritasi
tidak - Berikan perawatan
kemerahan, vulva hygien
mulut rahim - Ajarkan cara
tidak panas, mencegah infeksi
mulut rahim - Kolaborasi dengan
tidak keluar dokter dalam
nanah, mulut perawatan pesarium
rahim tidak
berbau
- Leukosit dalam
batas normal
4.5- 11.0
ribu/ul
- Suhu badan
dalam batas
normal 36 -37,
2 oC
IMPLEMENTASI
Nama
Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
& TTD
1 10.0 Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan Lina
0 penyebab mual mual setelah terpasang
obat kemoterapi
O : Pasien tampak
meringis