Seorang wanita G2P1A0, usia 27 tahun, hamil 38 minggu, datang ke unit gawat darurat RS
dengan keluhan kenceng-kenceng sering 1 jam yang lalu. Pasien merasakan keluar air ketuban 1
hari yang lalu. Gerak anak masih dirasakan, pasien juga mengeluh keluar lendir darah.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 88x/menit, frekuensi
napas 20x/menit dan temperatur 37oC. Pemeriksaan Leopold didapatkan janin tunggal, intra
uterine, letak membujur, di fundus teraba bagian janin bulat, besar, lunak,punggung kanan.
Pemeriksaan DJJ didapatkan 11-12-12 dan TBJ : 2900 gram. His diamati terjadi 1x tiap 10 menit,
durasi 10-20 detik, disertai relaksasi.Pemeriksaan inspekulo terlihat cairan menggenang di
forniks posterior dan vagina, tidak berbau, tes lakmus warna menjadi biru. Pemeriksaan dalam
didapatkan portio kenyal, dilatasi serviks 4 cm, efficement 50%, KK (-), bagian terbawah janin
teraba keras di Hodge I, tidak ada bagian yang menumbung maupun berdenyut, POD ubun-
ubun kecil depan. Sesuai partograph 4 jam kemudian dilakukan evaluasi. Didapatkan hasilnya
status quo.
STEP 1
STEP 2
1. Apa hubungan keluhan pasien kenceng- kenceng dan keluar lendir darah dengan keadaan
janin ?
2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan dari scenario ?
3. Mengapa pada inspekulo terdapat cairan yang menggenang di fornix posterior dan vagina
tidak berbau dan tes lakmus berwarna biru ?
4. Bagaimana partograf yang baik dan benar ?
5. Apa diagnosis dan DD dari scenario ?
6. Bagaimana tatalaksana dari scenario ?
7. Apa saja etiologi dan faktor resiko dari scenario ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari scenario ?
9. Apa saja komplikasi dari scenario ?
10. Bagaimana patofisiologi dari scenario ?
STEP 3
1. Apa hubungan keluhan pasien kenceng- kenceng dan keluar lendir darah dengan
keadaan janin ?
- Dilihat keadaan ibu usia kehamilan ibu 38 minggu (usia aterm),
Masuk inpartu KALA 1 : his teratur, durasi kurang adekuat (pada scenario), sudah
ada bloody show di liang vagina, sudah ada pembukaan pengawasan 10
Keadaan janin sudah mau proses partus
- Ibu fase mau melahirkan, pasien keluar ketuban 1 hari yang lalu, dilihat dari his
belum adekuat untuk mendorong janin.
Keluar lendir darah : fisiologis, kalo keluar darah saja harus dicurigai
- Dari ibu : penipisan serviks, kontraksi uterus, cairan lendir dan darah, merasakan
kontraksi tiap 10 menit dan frekuensi meningkat, kontraksi bersamaan dengan
keluar lendr dan pecah ketubamn, pembukaan kurang dari 5 cm bisa dikatakan
ketuban pecah dini.
- Dari janin : cek DJJ pada janin, letak kepala sudah masuk PAP atau belum
2. Mengapa pada inspekulo terdapat cairan yang menggenang di fornix posterior dan
vagina tidak berbau dan tes lakmus berwarna biru ?
- Tes lakmus biru : menandakan basa, ketuban sudah pecah, ketuban ph basa
Kalau lakmus merah asam
- Tidak berbau : tidak ada indikasi infeksi
- Cairan menggenang di fornix posterior : cairan dari ketuban menggenang di fornix
posterior
- Pem. Inspekulo
Tes lakmus biru : menandakan basa, ketuban sudah pecah, ketuban ph basa
Kalau lakmus merah asam
Tidak berbau : tidak ada indikasi infeksi
Cairan menggenang di fornix posterior : cairan dari ketuban menggenang di fornix
posterior
Menggunakan alat speculum
- Pemeriksaan dalam
Pembukaan 4
Effacement 50 % : inpartu
KK –
Bagian janin terbawah di H 1 : belum kebawah janin
Tidak ada bagian yang menumbung maupun berdenyut
Menggunakan Vaginal Toucher obstetric : untuk mengetahui penipisan, pembukaan,
ketubannya apakah sudah pecah.
- Hpht , DJJ,
- Servikograf : 2 fase
Fase laten dan fase aktif (pembukaan 3cm sampai pembukaan legkap)
- Waktunya
- Air ketuban bisa jernih, kering campur mekonium
- Moulage
- Kontraksi dari uterus
- Oksitosin
- Nadi dan tekanan darah ibu
- Urin : volume, albumin atau glukosa
- Selaput ketuban pecah karena elastisitas hilang, karena dari jaringan kolagen
menipis (rendahnya kadar kolagen, infeksi)
- High morphological change, zona paling rawan di sekitar serviks, perubahan lapisan
tunika
Faktor resiko
- Umur ibu : wanita hamil kurang 20 tahun beresiko tinggi, organ reproduksi belum
siap,usia lebih dari 35 tahun penurunan organ reproduksi
- Paritas ibu : sebelumnya kelenturan yang sudah berkurang pecah ketuban dini
- Kelainan letak : sungsang (karena ada peregangan berlebih uterus penipisan kulit
ketuban) atau melintang
- Kehamilan kembar : peregangan struktur, di uterus janin 2 keregangan rahim
berlebih selaput ketuban mudah untuk pecah
- Infeksi : bacterial vaginosis pelepasan sitokin inflamasi ketuban pecah
Fase aktif
- Diinduksi oksitosin , misoprostol maksimal diberikan 4 kali,
- Kalau tidak bisa diinduksi oksitosin lakukan sectio caesaria
STEP 4
STEP 7
1. Apa hubungan keluhan pasien kenceng- kenceng dan keluar lendir darah dengan
keadaan janin ?
LENDIR DARAH
Impartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah atau blood show, karena
serviks mulai membuka atau dilatasi dan menipis (effacement). Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks
mendatar dan membuka.
Tanda-tanda persalinan
Memasuki proses persalinan terdapat beberapa tanda-tanda yang dirasakan oleh ibu
dan dilihat oleh bidan melalui pemeriksaan. Tanda-tanda persalinan tersebut antara
lain:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan
kecil pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan sudah ada
(Kuswanti dan Melina, 2014 :9).
Fisiologi Sherwood. Bab 20 Sistem Reproduksi Hal 823-825
2. Mengapa pada inspekulo terdapat cairan yang menggenang di fornix posterior dan
vagina tidak berbau dan tes lakmus berwarna biru ?
Bagian ketuban yang pecah adalah bagian inferior cairan berkumpul di bagian forniks
(cekung) sehingga berkumpul sesuai dg gravitasi. Bagian forniks posterior berdekatan dengan
cavum douglas membentuk cekungan dan ditutupi oleh peritoneumpada posisi litotomi
cairan akan mengumpul di bagian poterior karena adanya gravitasi
Tes lakmus berubah warna menjadi biru: ph sekresi vagina asam (4,5-5,5) cairan amnion
bersifat basa(7,0-7,5). tes lakmus jadi biru menunjukkan basa, ketika ketuban pecah ph vagina
meningkat menjadi 7,0 – 7,5 (basa) karena cairan amnion.
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan lainnya
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari
arborization of fluid dari forniks posterior vagina. Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion,
pasien tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat kecurigaan yang kuat
ketuban pecah dini. Semua presentasi bukan kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan
pemeriksaan digital vagina untuk menyingkirkan kemungkinaan adanya prolaps tali pusat.
Sumber : PNPK Ketuban Pecah Dini POGI 2016
PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah 120/80 mmHg --> N
Denyut nadi 88x/menit --> N
Frekuensi napas 20x/menit --> N
Temperatur 37C. --> N
PEMERIKSAAN LEOPOLD
Janin tunggal --> lahir tunggal tidak gemelli
Intra uterine
Letak membujur
Di fundus teraba bagian janin bulat, besar, lunak, punggung kanan. --> presentasi
kepala, puka
5. Pemeriksaan penunjang
BISHOP SCORE
4. Bagaimana partograf yang baik dan benar ?
Partograf harus digunakan : Untuk semua ibu dalam fase aktif kala
satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Selama persalinan dan kelahiran bayi di
semua tempat (rumah, puskesma, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll). Secara rutin oleh semua penolong
persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada
ibu dan proses kelahiran bayinya ( spesialis obstetric, bidan, dokter
umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).
KOMPONEN PARTOGRAF
Komponen partograf pada dasarnya dibagi 3 bagian utama, yaitu :
1. Komponen menilai kondisi janin
2. Komponen untuk menilai kemajuan persalinan
3. Komponen untuk menilai kondisi Ibu.
Partograf WHO sudah dimodifikasi agar lebih sederhana dan lebih
mudah digunakan. Fase laten
dihilangkan dan pengisian partograf dimulai pada fase aktif ketika
pembukaan serviks sudah
mencapai 4 cm. Sebuah contoh partograf disertakan disini (Gambar).
Partograf tersebut
diperbesar ke ukuran seharusnya sebelum digunakan. Catat hal-hal
berikut didalam partograf:
Informasi Pasien: Isi nama pasien, gravida, para, nomor registrasi di
rumah sakit, tanggal dan
jam masuk serta jam berapa ketuban pecah.
Denyut Jantung Janin : Catat setiap setengah jam.
Cairan Ketuban: Catat warna air ketuban setiap kali pemeriksaan
dalam:
U : selaput ketuban utuh
J : Selaput ketuban pecah, cairan ketuban jernih
M : Cairan ketuban bercampur mekonium
D : Cairan ketuban bercampur darah
K : kering
Penyusupan :
1: Sutura beradu
2: Sutura tumpang tindih tapi bisa dipisahkan
3: Sutura tumpang tindih dan tak bisa dipisahkan
Pembukaan Serviks: Dinilai pada saat melakukan pemeriksaan dalam
dan diberi tanda (X).
Mulai pengisian pada partograf saat pembukaan 4 cm.
Garis Waspada : Garis ini dimulai pada saat pembukaan serviks 4 cm
hingga titik pembukaan
lengkap yang diperkirakan dengan laju 1 cm per jam.
Garis Bertindak : Paralel dan 4 jam ke sebelah kanan garis waspada
Penurunan dinilai melalui palpasi abdomen: Mengacu pada bagian
kepala (dibagi menjadi 5
bagian) yang bisa dipalpasi diatas simfisis pubis; dicatat dengan
lambang lingkaran (O) setiap
melakukan pemeriksaan dalam. Pada 0/5, sinciput (S) berada pada
tingkat simfisis pubis.
Waktu: menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien diterima
Jam: catat jam sesungguhnya
Kontraksi: lakukan palpasi untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10
menit dan lamanya.
Lama kontraksi dibagu dalam hitungan detik: <20 detik, 20-40 detik,
dan >40 detik
Oksitosin: catat jumlah oksitosin pervolum cairan infus serta jumlah
tetes permenit.
Obat- obatan lain yang diberikan dan cairan IV
Cata semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
Nadi: tandai dengan titik besar.
Tekanan darah: tandai dengan anak panah
Suhu tubuh
Protein, aseton, volum urin: catat setiap ibu berkemih
Jika ada temuan yang melintas ke arah kanan dari garis waspada,
petugas kesehatan harus segera
melakukan tindakan atau mempersiapkan rujukan yang tepat
5. Bagaimana partograf yang baik dan benar ?
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi robekan
selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan
kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada
selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan
retikuler atau trofoblas.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan.Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.Pada daerah
di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone of exteme altered
morphologi (ZAM)”. Selaput ketuban di daerah paraservikal akan pecah dengan hanya diperlukan 20 -
50% dari kekuatan yang dibutuhkan untuk robekan di area selaput ketuban lainnya. Berbagai penelitian
mendukung konsep adanya perbedaan zona selaput ketuban, khususnya zona di sekitar serviks yang
secara signifikan lebih lemah dibandingkan dengan zona lainnya seiring dengan terjadinya perubahan
pada susunan biokimia dan histologi.Paracervical weak zone ini telah muncul sebelum terjadinya pecah
selaput ketuban dan berperan sebagai initial breakpoint.
Selaput ketuban di daerah supraservikal menunjukan penigkatan aktivitas dari petanda protein
apoptosis yaitu cleaved-caspase-3, cleaved-caspase-9, dan penurunan Bcl-2.Didapatkan hasil laju
apoptosis ditemukan lebih tinggi pada amnion dari pasien dengan ketuban pecah dini dibandingkan
pasien tanpa ketuban pecah dini, dan laju apopsis ditemukan paling tinggi pada daerah sekitar serviks
dibandingkan daerah fundus.
Degradasi dari jaringan kolagen matriks ektraselular dimediasi ole enzim matriks metalloproteinase
(MMP).Degradasi kolagen oleh MMP ini dihambat oleh tissue inhibitor matrixmetyalloproteinase
(TIMP).Pada saat menjelang persalinan, terjadi ketidakseimbangan dalam interaksi antara matrix MMP
dan TIMP, penigkatan aktivitas kolagenase dan protease, penigkatan tekanan intrauterin.
Mamede, A. C., Carvalho, M. J., Abrantes, A. M., Laranjo, M., Maia, C. J., & Botelho, M. F. 2012.
Amniotic membrane: from structure and functions to clinical applications. Cell and tissue research,
349(2), 447-458.
Rangaswamy, N., Mercer, B. M., Kumar, D., Moore, J. J., Mansour, J. M., Redline, R., & Moore, R. M.
2012. Weakening and Rupture of Human Fetal Membranes-Biochemistry and Biomechanics.
Reti, N. G., Lappas, M., Riley, C., Wlodek, M. E., Permezel, M., Walker, S., & Rice, G. E. 2007. Why do
membranes rupture at term? Evidence of increased cellular apoptosis in the supracervical fetal
membranes.American journal of obstetrics and gynecology, 196(5), 484-e1.
Weiss, A., Goldman, S., & Shalev, E. 2007. The matrix metalloproteinases (MMPS) in the decidua and
fetal membranes. Front Biosci, 12(1), 649-659
Koriodesidua merupakan lapisan ketuban, jika terjadi infeksi bakterial kolonisasi, fetal
tissue respon meningkatkan kortikotropin releasing hormon prostaglandin
Maternal respons desidua, meningkatkan sitokin dan kemokin meningkatkan dari
prostaglandin KPD, karena menyebabkan iritabilitas uterus, degradasi kolagen membran
ruptur membran amnion respon imun bisa membatasi infeksi tapi respon imun juga
memproduksi sitokin dan prostaglandin meningkatkan MMP pecahnya selput ketuban
sepsis jika infeksi sistemik
etiologi KPD?
mikroorganisme masuk kedalam celah amnion dengan korion dan korion dengan desidua
ketuban rapuh
FIGURE 5 | Oxidative stress-induced pathways of pPROM and spontaneous PTB with intact
membranes. Risk factors of pPROM and PTB – like infection, obesity, poor nutrition, stress, behavioral
risk factors (cigarette smoking, drinking, and drug abuse) – can cause oxidative stress (OS) in human
fetal membranes that leads to OS-induced damages to all major cellular elements (lipids, proteins,
and nucleic acid). Damages to DNA are especially lethal to fetal membranes and placental cells
because they lead to oxidation of guanine base, resulting in mutagenic 8-OxoG formation. Telomeres
are rich in G bases, and oxidation G bases lead to telomere attrition as a part of damage repair [base
excision repair (BER)]. The pathway of pPROM and PTB may be delineated at this stage based on the
type of risk and the type of OS response: overwhelming OS (chronic OS with smoking, alcohol use,
obesity, poor nutrition, etc.) vs. infection/inflammation-related acute OS by fetal cells or
immunocytes. Overwhelming OS can lead to persistent DNA damage and telomere reduction, 8-OxoG
formation, resulting in DNA damage foci (DDF) formation. Telomere-dependent pathway – when OS is
too high to be controlled by antioxidant mechanisms of the intrauterine tissues, especially fetal
membranes, a telomere-dependent pathway arises where either OS itself or damaged DNA and other
cellular elements can trigger p38MAPK activation either through NF-κB activation or direct cellular
senescence. This is characterized by rounded, swollen organelles, and nuclear condensates.
Additionally, senescing cells generate a unique set of biomarkers (senescence-associated secretory
phenotype – SASP). SASP is characterized by cytokines, chemokines, matrix metalloproteinases,
growth and angiogenic factors, and eicosanoids, all of which are involved in promoting labor.
Telomere-independent pathway – in this pathway, oxidized Gs are excised from the damaged region
by 8-oxoguanine glycosylase (OGG1) as a part of BER. 8-OxoG:OGG1 complex then activates Ras-
GTPase and either promotes p53-mediated apoptosis or NF-κB-mediated inflammation. The exact
mechanism of this switch is still unclear. Apoptosis is previously linked to pPROM. The latter pathway
of NF-κB-mediated inflammation can be linked mostly to PTB with intact membranes.
7. Apa diagnosis dan DD dari scenario ?
Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan kadang-
kadang bau kalau ada infeksi.
c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis.
d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban sudah
pecah.
e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam menentukan usia
kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air
ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3 , kemungkinan
adanya infeksi.
Sarwono.(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2004.
8. Apa saja etiologi dan faktor resiko dari scenario ?
Etiologi dari KPD dan persalinan prematur adalah multifaktorial dan sebagian besar penyebabnya
masih belum diketahui (idiopatik).
Faktor Risiko
1. Jumlah Paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih berisiko tinggi mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya. Menurut Sumadi dan Ariyani KPD banyak terjadi pada multipara (8). Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Sudarto dan Tunut, yang dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan
kota Pontianak yaitu di Puskesmas Siantan Hilir yang dilaksanakan pada awal bulan Juli sampai
Oktober 2015 menyatakan bahwa faktro yang memengaruhi kejadian KPD adalah paritas (9).
Kehamilan yang terlalu sering dapat memengaruhi embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis
sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi
amnion karena rusaknya struktur servik pada persalinan sebelumnya. Wanita dengan paritas kedua
dan ketiga pada usia reproduktif biasanya relative memiliki keadaan yang lebih aman untuk hamil
dan melahirkan, karena pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak
mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat
menyanggah selaput ketuban dengan baik (10).Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan
lebih berisiko mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh yang diakibatkan
oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang mengakibatkan akhirnya selaput ketuban
mengalami pecah spontan
2. Usia Ibu Melahirkan
Usia ibu melahirkan yang memiliki resiko rendah adalah umur 20-35, 35 tahun memiliki resiko tinggi
dalam proses persalinan. Akan tetapi untuk KPD sendiri secara patobiologi dari kehamilan dengan
ketuban pecah dini masih belum banyak diketahui. Banyak faktor dan jalur yang dapat menyebabkan
degradasi dari matriks selaput membran ekstrasellular antara lain: jumlah kolagen diselaput
membran ekstrasellular, keseimbangan antara degradasi dan aktifitas perbaikan dari komponen
matriks, enzim spesifik yang berfungsi sebagai pengendali dan pengatur aktifi tas biofi sik matriks
membran ekstraseluler, infeksi terkait dengan keseimbangan enzim yang dihasilkan pada selaput
membran ekstrasellular, aktivitas adanya peningkatan apoptosis pada daerah robekan selaput
amnion.
3. Umur Kehamilan
Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil akan mengalami KPD, dan
sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Hal ini
juga menunjukkan bahwa semakin tua umur kehamilan akan mengakibatkan pembukaan serviks dan
peregangan selaput ketuban yang berpengaruh terhadap selaput ketuban sehingga semakin
melemah dan mudah pecah.
4. Pembesaran Uterus
Over distensi dapat menyebabkan terjadinya KPD karena distensi uterus atau over distensi yang
membuat rahim lebih besar sehingga selaput ketuban lebih tipis dan mudah pecah. Hasil penelitian
lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya KPD pada ibu hamil trimester III
di RS Ban Lawang yaitu faktor over distensi sebanyak 4,83%. Menurut Caughay bahwa over distensi
yang disebabkan oleh polihidramnion dan kehamilan kembar mengakibatkan lebih tinggi resiko
terjadi KPD. Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami KPD. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon yang dap memungkinkan ketegangan rahim
meningkat sewaktu-waktu selaput ketuban dapat pecah secara tiba-tiba yang dapat diidentifi kasi
sebagai KPD.
5. Kelainan Letak
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan letak dapat
memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat sehingga dapat menyebabkan KPD. Penelitian
Suryaputri dan Anjarwati bahwa tidak ada hubunganya antara kelainan letak dengan kejadian KPD.
Besar kecilnya janin dan posisi janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan pada selaput
ketuban seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang, karena sebenarnya yang dapat
mempengaruhi KPD adalah kuat lemahnya selaput ketuban dalam menahan janin. Penelitian Suhaimi
mengatakan bahwa KPD bisa disebabkan karena Peningkatan apoptosis pada selaput amnion
berperan penting pada penipisan membran janin yang mengakibatkan terjadinya KPD. Peningkatan
p53 akan meningkatkan munculnya kaspase-3 yang akan menyebabkan apoptosis yang berlebihan,
sehingga dengan adanya peningkatan proses apoptosis ini dapat menyebabkan terjadinya KPD.
Penelitian lain mengatakan, bahwa ada hubungan letak susang dengan kejadian ketuban pecah dini,
ini disebabkan karena pada letak sungsang dimana bokong menempati servik uteri dengan dengan
keadaan ini pergerakan janin terjadi dibagian terendah karena keberadaan kaki janin yang
menempati daerah servik uteri sedangkan kepala janin akan mendesak fundus uteri yang dapat
menekan diafragma dan keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa sesak pada ibu saat hamil.
- Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari 2.500 zat kimia
yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen,
dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-
gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang
lebih tinggi (Sinclair, 2003).
- Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat
berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD
sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan
maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak
pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh
dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.
Budi Rahayu, Ayu Novita Sari, 2017. Studi Deskriptif Penyebab Kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin . JNKI, Vol. 5, No. 2, Tahun 2017,
134-138
`
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari scenario ?
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang / oligohidramnion, namun dalam hal ini
tidak dapat dibedakan KPD sebagai penyebab oligohidramnion dengan penyebab lainnya.
SUMBER : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Desember 2019. Ketuban pecah dini dan
tatalaksananya Mohd. Andalas
a. Konservatif
- Lihat umur kehamilan 32 – 37 mgg belum ada inpartu & tdk infeksi betametason
(pematangan paru-paru). Diberikan trimester 3.
- 32 – 37 mgg sdh inpartu & tidak infeksi tokolitik
- 32 – 37 mgg antibiotic
b. Aktif
- Kehamilan > 37 mgg induksi dg oksitosin, gagall lakukan SC
- Atau misoprostol 25 – 50 mikrogram untuk vagina dpt menetralkan pH
- Ketuban pecah > 18 jam antibiotic profilaskis ampicillin 2 g i.v setiap 6 jam/
penicillin-G 2 juta UI I.V selama persalinan tidak ada infeksi setelah persalinan
obat dihentikan
- Bishop score <5 pematangan serviks dg prostaglandin induksi tdk berhasil SC
- Bishop >5 langsung SC
Sumber: Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG. Kapita Selekta Penatalaksanaan
Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. 2001
11. Apa saja komplikasi dari scenario ?
Komplikasi ketuban pecah dini (KPD) yang paling sering dialami adalah kelahiran
prematur. Komplikasi janin terkait KPD adalah kematian janin, sindrom distres
napas, infeksi polimikrobial intraamnion, perdarahan intraventrikular, hipoplasia
pulmonal, prolaps tali pusat, dan malpresentasi janin.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat KPD bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi
infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
1. PERSALINAN PREMATUR
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. INFEKSI
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi korioamnionitis.
Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada KPD premature, infeksi lebih sering
daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat
dibandingkan dengan lamanya periode laten.