Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN FISIK DAN FORENSIK KLINIS

Pemeriksaan Fisik Klinis Forensik


1) Teknik Pemeriksaan Korban Perlukaan
2) Teknik Pemeriksaan Korban Kejahatan Seksual
Prinsip melakukan pemeriksaan pada korban kejahatan seksual adalah objektif-
imparsial, konfidensial, dan professional. objektif-imparsial artinya boleh
berempati tetap jangan bersimpati atau memihak sehingga percaya pada cerita
korban secara keseluruhan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai pemeriksaan pada korban
antara lain:
− Setiap pemeriksaan harus berdasarkan permintaan tertulis penyidik
− Korban harus diantar polisi karena tubuh korban adalah benda bukti
− Jika korban diperiksa atas inisiatif sendiri kemudian polisi meminta Visum
et Repertum jangan diberikan karena hasil pemeriksaan ada sebelum SPV
− Ijin tertulis untuk pemeriksaan diminta pada korban atau wali
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memulai pemeriksaan pada korban
antara lain:
− Sebaiknya korban tidak menunggu lama
− Sebaiknya dokter, polisi, dan psikolog memeriksa di waktu yang sama
− Dokter harus menjelaskan prinsip, tujuan, tatalaksana, hasil pemeriksaan,
dan meminta ttd keluarga atau korban (usia di atas 21)
− Dokter didampingi bidan atau perawat wanita
− Dokter mengisi rekam medis dengan lengkap
Teknik anamnesis yang harus dilakukan pada korban kekerasan seksual adalah
sebagai berikut:
− Identitas korban (umur, tanggal lahir)
− Riwayat menstruasi
− Status pernikahan
− Aktivitas seksual
− Peristiwa: Waktu, lokasi, kekerasan +/-, penetrasi/tidak, kejadian
setelahnya
Teknik pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada korban kekerasan seksual
adalah sebagai berikut:
− Keadaan umum, kesadaran
− Tanda vital, keadaan emosional
− Pakaian
− Hilang kesadaran
− Bekas obat bius/obat tidur
− Suntik: periksa darah/urin
− Organ seks sekunder
− Keadaan rongga mulut
− Lecet, ptekie, kemerahan
Teknik pemeriksaan fisik ginekologik yang harus dilakukan pada korban
kekerasan seksual adalah sebagai berikut:
− Posisi litotomi
− Periksa luka sekitar vulva, perineum, paha
− Periksa selaput dara
− Orifisium, adanya robekan, robekan lama atau baru, lebar dan lokasi
robekan
− Pengambilan sampel
− Swab vagina, darah, urin
3) Teknik Pemeriksaan Korban Kekerasan pada Anak
Batasan anak adalah sebelum usia 21 tahun. Pemeriksaan untuk kekerasan pada
anak harus cermat karena seringkali terlambat dilaporkan. Pemeriksaan ini
melibatkan banyak hal dan multidisiplin. Anamnesis yang dilakukan harus secara
menyeluruh, termasuk siapa yang dekat dengan korban.
Teknik anamnesis yang harus dilakukan pada korban kekerasan anak adalah
sebagai berikut:
− Auto/alloanamnesa
 Jika memungkinkan, pisahkan antara pengantar dan si korban
 Tanyakan: perubahan perilaku anak, Kesehatan sebelum trauma,
Riwayat trauma sebelumnya, Riwayat penyakit sebelumnya, faktor
sosial budaya keluarga
− Menilai adanya ketidaksesuaian dengan penuturan dan temuan medis
− Perhatikan sikap anak
− Catat rekam medis selengkap-lengkapnya termasuk identitas pengantar
− Konfirmasi ulang
− Jika korban kekerasan seksual, maka tanyakan:
 Waktu dan lokasi kejadian?
 Kekerasan lain sebelumnya? Ada penetrasi atau tidak?
 Ada nyeri? Perdarahan dari vagina?
 Apa yang dilakukan korban setelah kejadian?
 Aktivitas seksual sebelumnya? Selama dua minggu terakhir?
Teknik pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada korban kekerasan anak
adalah sebagai berikut:
− Keadaan umum, TV, Kesadaran
− Luka lama atau baru, sesuaikan dengan anamnesa
− Perlu dicurigai adanya kekerasan anak apabila:
 Memar/jejas pada daerah tidak lazim terkena kecelakaan
 Perlukaan ganda
 Patah tulang tidak lazim
 Luka bakar tidak lazim
 Cedera pada kepala
 Dislokasi atau lepas sendi
− Tanda-tanda kekerasan seksual
 Tanda perlawanan
Pakaian robek, darah pada pakaian dalam, gigitan, cakaran, ekimosis,
hematoma
 Pemeriksaan ginekologik
Teknik pemeriksaan status mental yang harus dilakukan pada korban
kekerasan anak adalah sebagai berikut:
− Ketakutan
Takut tidak dipercaya, takut lawan jenis, takut pelaku, takut sendirian,
marah, syok, malu, kacau, bingung, diam, etc
− Siaga berlebihan
Mudah kaget, terkejut, curiga
− Panik
− Berduka
− Sedih terus menerus

Anda mungkin juga menyukai