Anda di halaman 1dari 84

PLENO PEMICU 5

Kelompok 1 - 2
21 April 2021
KELOMPOK 1 - 2
• Tutor : dr. Norbert Tanto Harjadi, Sp.F
• Ketua : Muhammad Juni Akbar (405170069)
• Sekretaris : Melinda Saragih (405170147)

Kelompok 1 : Kelompok 2 :
 Muhammad Juni Akbar (405170069) Andrianto Hendrikus V. Wongkar (405160224)
 Marchel Toar Palit (405170071) Elsa Mathica Naibaho (405170106)
 Melinda Saragih (405170147) Diana Novita Sari (405170121)
 Brigita Nia Widyastuti (405170155) Aurora Rahyu Pasya (405170123)
 Eirene Priscilla Caroline S (405170179) Fitri Aqila (405170146)
 Jason Kurnia (405170195) Jerica Anggraini (405170156)
 Chanelia Dirgatni Liow (405170202) Wahyu Eka Shaputri (405170197)
 Gina Lestari (405170215) Sabina Ayu Nadia (405170223)
Teman yang Tega
Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa polisi ke UGD RS dengan keluhan luka-luka pada lengan dan terasa lemas. Korban
mengaku diperkosa oleh teman laki- lakinya. Kejadian bermula ketika dia diajak temannya tersebut untuk membicarakan bisnis di
sebuah pub. Di sana, mereka minum minuman keras. Korban kemudian ditawarkan menginap di hotel terdekat supaya keluarga
tidak mengetahui korban sedang mabuk.
Ketika sampai di hotel, korban tidak curiga ketika temannya menawarkan pil yang dikatakan dapat menghilangkan gejala mabuk.
Korban juga percaya karena sebelumnya lelaki tersebut terlihat mengonsumsi sebuah pil. Tak berapa lama setelah menelan pil
tersebut, korban merasa mengantuk dan tidak sadarkan diri. Ketika sadar, korban kaget dirinya telanjang dan merasa sakit di daerah
selangkangan. Korban sangat marah dan menuntut pertanggungjawaban laki-laki tersebut, yang kemudian menodongkan pistol dan
mengancam korban untuk tidak lapor polisi. Korban mencoba merebut pistol, namun lengan korban malah tertembak.
Hasil pemeriksaan korban didapatkan lengan atas kiri sisi depan terdapat sebuah luka terbuka berbentuk bulat yang dikelilingi luka
lecet dan daerah kehitaman. Ketika daerah kehitaman tersebut dibersihkan, tersisa bintik-bintik berwarna hitam yang tidak dapat
hilang dan kassa pembersih tampak berwarna hitam. Lengan atas kiri sisi belakang juga ditemukan luka terbuka berbentuk bulat.
Kedua luka tersebut tampak mengeluarkan darah. Pemeriksaan genital didapatkan robekan baru yang mencapai dasar pada selaput
dara. Swab vagina, mulut, dan anus dilakukan. Sel mani ditemukan pada swab vagina. Dokter kemudian melakukan berbagai
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Setelah memeriksa dan menangani korban, dokter segera membuat visum et repertum
karena polisi meminta hasilnya saat itu juga.

Apa yang dapat Saudara pelajari dari pemicu di atas?


Mind Map
Persetubuhan, Pelaku
Kekerasan Pemeriksaan fisik &
perzinahan,
Seksual penunjang
percabulan Korban

- Jenis luka Hukum yang mengatur


(masuk, keluar)
wanita Luka Tembak - Kualifikasi luka VeR
- Jarak tembakan

Sementara Lanjutan
Tanda & penurunan
Toksikologi NAPZA
kesadaran
- Pemeriksaan
kualitatif &
kuantitatif
Learning Issues
1. Kekerasan Seksual pada Perempuan & Anak (cara periksa, temuannya, dasar hukum,
pemeriksaannya, cara menangani korbannya)
2. Toksikologi Forensik (cara mengambil & mengirim bahan pemeriksaan, apa saja zat-
zat racun, cara masuknya, bagaimana efek di dalam tubuh (gejalanya), cara
deteksinya bagaimana (pemeriksaan fisik & pemeriksaan lab) hasilnya apa) 
Narkotika, Psikotropika, Zat aditif lainnya
3. Deskripsi & Kualifikasi Luka (cara mendeskripsi luka dalam visus pada orang hidup,
kualifikasi luka  apa itu kualifikasi lukanya (luka berat, sedang, ringan) & kualifikasi
hukumnya  istilah apa yang digunakan dalam hukum yang setara dengan kualifikasi
luka dalam kedokteran)
4. Analisis kasus pemicu & pembuatan VeR berdasarkan kasus pemicu (pada korban
hidup)
Kekerasan Seksual pada Perempuan & Anak
Pasal 284 KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1.a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan mukah (overspel) padahal diketahui bahwa pasal 27 BW(Burgerlyk
Wetboek) berlaku baginya;
b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW(Burgerlyk Wetboek)
berlaku baginya
2.a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.
b. Seorang wanita yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang
turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku
pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pidah meja atau ranjang karena
alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, pasal 73, pasal 75 KUHP
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena
perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja atau ranjang menjadi tetap.
BW Pasal 27
• Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai
satu orang perempuan sebagai isterinya, seorang perempuan hanya satu
orang laki sebagai suaminya

KUHP 285
• Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam
karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama 12
tahun.
KUHP pasal 286
• Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan,
padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau
tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun

Pada tindak pidana di atas harus terbukti bahwa perempuan berada dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya Ketika terjadi persetubuhan. Dokter hanya mencatat dalam
anamnesa apakah korban sadar Ketika terjadi persetubuhan adakah penyakit yang diderita
korban yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan korban pingsan atau tidak berdaya,
misalnya epilepsy, katalepsi, syncope. Jika korban mengatakan ia menjadi pingsan, maka
perlu diketahui bagaimana terjadinya keadaan pingsan itu, apakah terjadi setelah korban
diberikan makanan atau minuman
Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda bekas hilang
kesadaran, atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alcohol, hipnotik atau
narkotik. Apabila ada petujunjuk bahwa alcohol, hipnotik atau narkotik telah dipergunakan,
maka dokter pelu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologik
• KUHP Pasal 89
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan
dengan menggunakan kekerasan
Jika terbukti bahwa si terdakwa telah sengaja membuat wanita itu pingsan atau tidak
berdaya, ia dapat dituntut telah melakukan tindak pidana perkosaan, karena telah
membuat wanita itu pingsan atau tidak berdaya ia telah melakukan kekerasan
KUHP Pasal 287
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas
tahun, atau kalau umumnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum
sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan
pasal 294.
• Tindakan pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut undang-undang
belum cukup umur. Jika umur korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah di atas 12 tahun,
penuntutan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan keadaan itu
persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada pengaduan, tidak ada penuntutan.
• Tetapi keadaan berbeda jika:
– Umur Korban belum cukup 12 tahun atau
– Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu
(KUHP ps 291) atau
– Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang
berada di bawah pengawasannya, bujangnya, atau bawahannya (ps 294)
KUHP Pasal 291
(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289,
dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana
penjara paling lama dua belas tahun;
(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287,
289 dan 290 mengakibatkan kematian dijatuhkan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
KUHP Pasal 294
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, atau
anak piaraannya, anak di bawah pengawasannya, orang dibawah umur yang
diserahkan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau
bujangnya atau orang yang dibawah umur, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya 7 tahun.
Dengan itu dihukum juga:
1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabun dengan orang dibawahnya/
orang yang dipercayakan/ diserahkan kepadanya untuk dijaga
2. Pengurus, dokter, guru, pejabat, pengurus, atau bujang di penjara, di tempat
bekerja kepunyaan negeri, tempat Pendidikan, rumah piatu, R.S. gila atau
Lembaga semua yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang
dimasukkan disitu
Prosedur dan Etika Pemeriksaan
• Memiliki permintaan tertulis dari penyidik
– Dokter melakukan berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang
berwenang
– Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan
benda bukti
– Korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi
 korban jangan diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi
– Setiap Visum et Repertum dibuat hanya berdasarkan keadaan yang
didapatkan pada tubuh korban pada saat permintaan Visum et
Repertum diterima oleh dokter
Ilmu Kedokteran Forensik – Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
– Bila dokter telah memeriksa korban tanpa permintaan polisi/ atas inisiatif sendiri
 beberapa waktu kemudian polisi mengajukan permintaan Visum et Repertum
 dokter harus menolak, karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang
diri korban sebelum ada permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum
merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya (KUHP ps.322)
– Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk Visum et Repertum,
tetapi dalam bentuk surat keterangan
• Informed Consent
– Dokter harus mendapatkan surat ijin terlebih dahulu dari pada korban sendiri
atau jika korban adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya.
– Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa
korban
– Pemeriksa dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama
– Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya VeR perkara
cepat dapat diselesaikan, seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari
tahanan bila ternyata ia tidak bersalah
Ilmu Kedokteran Forensik – Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Pemeriksaan
• Data yg perlu dicantumkan dlm bagian pendahuluan VeR
– Instansi polisi yg meminta pemeriksaan, nama & pangkat polisi yg mengantar korban, nama,
umur, alamat & pekerjaan korban, nama dokter yg memeriksa, tempat, tanggal & jam
pemeriksaan, nama perawat
• Pemeriksaan pakaian
– Robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian
– Kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, lumpur dsb yang berasal dari tempat
kejadian
– Pakaian dalam rapih atau tidak, benda-benda yang melekat dan pakaian yang mengadung
trace evidence dikirim ke laboratorium kliminologi
• Pemeriksaan tubuh korban
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan pria tersangka
• Trace evidence
• Pemeriksaan tubuh korban

1. Pemeriksaan Mulut dan bibir 2. Pemeriksaan bite mark (love bite)


– Terlebih dahulu swab pada permukaan bukal - Gigitan atau oral suction  tanda
mulut u/ mengambil sampel berupa spermatozoa berupa bite mark atau suction mark,
atau cairan semen yang tertinggal saat terjadi umumnya daerah leher bagian depan
pada penetrasi oral. Kebanyakan spermatozoa dan samping, di bawah telinga,
tidak ditemukan, tetapi dapat diperiksa sel epitel pundak depan, serta yang lebih
dari alat kelamin pelaku yang tertinggal pada
permukaan bukal.
khusus terjadi pada payudara,
– Tanda-tanda kekerasan akibat pemaksaan pelaku
terutama pada daerah puting susu
saat mencium korban, atau pembekapan agar atau aerola mamae.
korban tidak berteriak. Contoh tanda: memar, - Bentuk lingkaran atau oval, ptekie atau
luka lecet pada permukaan bukal karena perdarahan intradermal.
tertekan ke gigi korban, luka robek. Adanya
perdarahan berupa ptekie bisa ditemukan pada
- Lecet akibat gigitan, berbentuk
permukaan palatum molle yang lunak, yang bisa semilunar sesuai pola gigi pelaku.
timbul akibat falatio, yakni memasukkan alat - Swab lesi love bite sblm PF, untuk
kelamin pelaku ke dalam mulut korban. mengambil sampel saliva dari pelaku
3. Memar dan lecet pada badan 4. Alat kelamin

• Pada payudara, pantat, atau paha. • Pada vulva dan anus bisa lecet, memar, bengkak atau luka robek,
• Lecet yang berbentuk linear dapat diakibatkan kuku serta adanya perdarahan atau keluarnya cairan dari kedua lubang
pelaku. tersebut.
• Memar pada pantat dan paha menunjukkan terjadinya • Setiap darah atau sisa cairan pada baju atau tubuh korban harus
kekerasan saat pelaku berusaha melakukan diambil sampelnya.
persetubuhan dengan korban • Rambut pubis diperiksa apakah terdapat benda asing, rambut yang
• Perlu diperhatikan adalah memar pada paha atas sisi terlepas, cairan semen yang telah mengering atau masih basah 
diambil dan disimpan untuk dikirim ke laboratorium.
dalam, dimana korban akan berupaya untuk mencegah
persetubuhan dengan menutupkan paha sekuat tenaga. • Sampel pemeriksaan biologi forensik, untuk pemeriksaan cairan
semen atau pemeriksaan penyakit kelamin, juga sampel untuk
• Memar atau lecet sekitar anus terjadi saat pelaku
pemeriksaan DNA, atau residu dari bahan kimia yang ada pada
membuka bagian pantat untuk melakukan anal seks atau kondom.
persetubuhan vagina melalui belakang.
• Jika ada cairan yang keluar dari vulva dan anus, ambil dengan pipet dan
• Hub seksual di tempat yang keras atau permukaan kasar, kemudian disimpan dalam tabung kering yang bisa mencegah dari
seperti lantai yang kasar, maka dapat ditemukan memar penguapan.
atau lecet pada bagian punggung, terutama pundak • Swab dengan lidi kapas dilakukan dengan gentle pada permukaan: (1)
belakang dan pantat. Permukaan dalam dan luar vulva dan sekitar lubang vagina bagian luar.
• Lapangan terbuka, maka memar atau lecet dapat (2) Tepi dan bagian dalam anus. (3) Vagina bagian tengah, dengan
berbentuk seperti batu, ranting atau daun. Dapat pula menggunakan speculum yang memungkinkan pengambilan sampel
ditemukan warna kehijauan karena rumput atau daun tanpa terkontaminasi dari bagian vagina luar. (4) Vagina bagian dalam,
pada permukaan kulit, yang bercampur dengan tanah atau cervix uteri dan fornix posterior, dengan menggunakan speculum. Jika
debu. ada banyak cairan didalamnya, maka diambil terlebih dahulu dengan
pipet dan dimasukkan dalam tabung.
4. Alat kelamin
• Hasil asam fosfatase meragukan 
• Lalu evaluasi lecet, memar, robek dan
pemeriksaan PSA, karena PSA dapat positif
perdarahan.
pada pemeriksaan degan asam fosfatase
• Selaput dara dan kondisi selaput dara apakah ada negatif.
robekan, kemudian dicatat robekan baru atau • PSA (+) dan spermatozoa (-)  tetap
lama, serta posisi robekan selaput daranya.
dilakukan pemeriksaan DNA dari sampel swab
• Pemeriksaan cairan semen dapat dilakukan mata
vagina.
telanjang untuk skrining, dengan mengidentifikasi • Spermatozoa yang masih bergerak dapat
bercak yang dicurigai pada pakaian, kulit, atau
ditemukan dalam waktu kurang 6 jam,
rambut pubis.
terkadang dapat ditemukan sampai 12 jam
• Pemeriksaan di bawah sinar ultraviolet  cairan
setelah kejadian, dan sangat jarang
semen akan berfluoresensi warna biru-silver.
ditemukan lebih dari 12 jam setelah kejadian.
• Pemeriksaan menemukan adanya spermatozoa
• Spermatozoa yang tidak bergerak dapat
pemeriksaan DNA dari sampel hasil swab.
ditemukan sampai 26 jam setelah kejadian,
• Spermatozoa (-) maka sampel dari swab vagina,
terkadang pada beberapa kasus masih bisa
anus atau bukal mulut harus diperiksa tes asam
ditemukan dalam 2-3 hari setelah kejadian.
fosfatase.
• Hasil pemeriksaan dinyatakan terjadi
• Tes asam fosfatase (+)  ada ejakulat pelaku
persetubuhan jika ditemukan satu
pada korban.
spermatozoa utuh, kepala dan ekor, dalam
liang vagina.
• Pemeriksaan pria tersangka • Trace Evidence

• Pakaian • Pakaian yang dipakai ketika


– Bercak semen: tidak mempunyai arti terjadi persetubuhan harus
dalam pemnuktian, tidak perlu diperiksa
ditentukan • Kirim ke lab forensik: dibungkus,
– Darah: kemungkinan berasal dari darah segel, dibuat berita acara
deflorasi (penentuan gol darah penting pembungkusan dan penyegelan
dilakukan)
• Rambut dan barang bukti lain
• Tanda bekas kekerasan
– Akibat perlawanan korban
juga diperlakukan serupa
• Glans penis • Dokter menemukan rambut
– Mengetahui seorang pria baru kemaluan yang lepas pada badan
melakukan persetubuhan terdapat perempuan ia harus mengambil
sel epitel vagina beberapa helai rambut kemaluan
• Sekret uretra dari wanita dan laki-laki sebagai
– Menentukan adanya penyakit kelamin bahan pembanding (matching)
Pengambilan sampel autopsy
• Penyelidikan kematian akibat keracunan yang dicurigai mungkin didasarkan
pada kebenaran atau kesalahan pengambilan sampel cairan dan jaringan dari
tubuh.
• Hasil akhirnya mungkin salah: kegagalan mendeteksi racun, mengukur racun
• Sampel harus dalam kondisi optimal
• Informasi yg menyertai dari ahli patologi hingga Analisa harus seakurat dan
sekomprehensif mungkin
• Pada tubuh yg membusuk yg dipenuhi belatung, dan tidak adanya jaringan
atau cairan yg biasanya diambil untuk toksikologi  diptera dan artropoda
lainnya dapat digunakan sebagai specimen alternatif

Knight’s Forensic Pathology


The time of sampling
• Semakin pendek jeda antara kematian dan pengambilan sampel  semakin baik
• Beberapa zat beracun, seperti karbon monoksida, membentuk senyawa stabil di dalam tubuh,
banyak zat lainnya (terutama zat yang mudah menguap dan beberapa produk farmasi) akan
dipecah oleh autolisis dan dekomposisi mayat
• Pendinginan kamar jenazah  pertahanan untuk memperlambat proses pembusukan dan
autolitik Ketika otopsi tidak dapat segera dilakukan
• Jika ada penundaan  sampel darah dapat diambil melalui permukaan tubuh (vena femoralis) 
darah disimpan dalam kondisi optimal, pengawet (jika diperlukan), mungkin dengan serum atau
plasma yg dipisahkan dari sel untuk menghindari hemolisis
• Urin dapat dikeluarkan dengan kateter atau suprapubic puncture
• Jika dicurigai keracunan, izin hanya dapat diberikan untuk pemeriksaan eksternal dan
pengambilan sampel; di sini darah vena, urin, dan mungkin cairan vitreus mungkin cukup untuk
semua pemeriksaan.

Knight’s Forensic Pathology


Information supplied to the laboratory
• Informasi yg harus diberikan dan dilengkapi:
– Data pribadi almarhum: usia, jenis kelamin dan jika dianggap relevan, pekerjaan (terutama jika di
bidang pertanian atau industri).
– Rincian singkat gejala, jika ada, dan lamanya penyakit.
– Interval bedah mayat sebelum sampel diperoleh, serta tanggal dan waktu pengambilan sampel
yang sebenarnya.
– Nama, alamat dan nomor telepon ahli patologi.
– Daftar semua sampel disediakan, dengan indikasi lokasi pengambilan sampel untuk masing-
masing sampel.
– Sifat pengawet di setiap sampel.
– Jika ada penundaan dalam pengiriman atau pengangkutan sampel, perhatikan kondisi
penyimpanan sampel tersebut (misalnya, pendinginan atau deep-freeze).
– Risiko khusus apa pun yang terkait dengan sampel harus dikomunikasikan ke laboratorium.

Knight’s Forensic Pathology


• Yg paling jelas adalah kondisi infeksi (terutama virus hepatitis B/C, HIV);
penyakit lain seperti tuberkulosis, tetanus, antraks, gangren gas atau
kondisi bakteri atau virus lainnya juga harus dilaporkan secara khusus
• Peringatan harus diberikan kepada analis jika ada kemungkinan zat
berbahaya tertentu, seperti isotop radioaktif atau gas perang tertentu,
ada dalam sampel.
• Setiap wadah harus diberi label dengan hati-hati dan sebaiknya
ditandatangani oleh ahli patologi.
• Petugas polisi harus menyerahkan sampel secara pribadi kepada anggota
staf laboratorium dan catatan rantai bukti ini harus disimpan

Knight’s Forensic Pathology


Medicinal poisons
• Obat dalam dosis besar dapat menyebabkan toksisitas jantung atau
neurotoksisitas
• barbiturat jarang menjadi penyebab kematian kecuali, mungkin, pada
epilepsi, di mana kematian lebih mungkin disebabkan oleh ketiadaan obat
daripada kelebihan
• Anggota famili benzodiazepin (alprazolam, klonazepam, diazepam, zolpi
dem) mengikat reseptor benzodiazepin yang terletak di reseptor γ-
aminobutyric acidA (GABAA) yang bekerja secara sinergis dengan opiat
untuk menekan pernapasan.
• Antidepresan generasi kedua dan ketiga menyebabkan 'sindrom serotonin'

Simpson Forensic Medicine 13ed


Serotonin syndrome
• Sindrom serotonin: reaksi obat merugikan yang berpotensi mengancam nyawa
yang terjadi ketika kelebihan serotonin terakumulasi dalam celah sinaptik saraf
di sistem saraf pusat.
• Dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terapeutik, interaksi yang
tidak disengaja antara obat-obatan, overdosis obat resep, atau penggunaan
obat-obatan tertentu lainnya seperti kokain.
• Spektrum gejala spesifik, somatik, kognitif dan otonom, dapat terjadi.
• Gejala sindrom serotonin lengkap: efek kognitif (mental confusion, hipomania,
halusinasi, agitasi, sakit kepala, koma), efek otonom (menggigil, berkeringat,
hipertermia, hipertensi, takikardia, mual dan diare) dan efek somatik
(mioklonus, hyper-reflexia dan tremor).

Simpson Forensic Medicine 13ed


Simpson Forensic Medicine 13ed
QT interval prolongation
• Individu dengan sindrom long QT (LQTS) mengalami perpanjangan interval
QT yang abnormal
• The normal rate-adjusted length for the QT interval is less than 440
milliseconds
• Interval OT yg memanjang  takikardia ventrikel  torsades des pointes
• Diagnosis tidak dapat dibuat saat otopsi kecuali dengan DNA resequencing
• LQTS yang didapat : hasil dari interaksi obat antara obat dan salah satu
kanal yang mengontrol urutan depolarisasi yang teratur dalam cardio
myocytes  ‘rapid delayed repolarizing channel’ (hERG)
• Metadon  obat yg paling terkenal yg menyebabkan

Simpson Forensic Medicine 13ed


Simpson Forensic Medicine 13ed
Common Misused Drugs

Simpson Forensic Medicine 13ed


Stimulants
• Increasing concentrations of a neurotransmitter called dopamine.
• Moderate doses of stimulants are ingested  profound state of euphoria, which
rapidly dissipates in the case of cocaine (1 hour) but persists for much longer in
the case of other drugs, such as methamphetamine (closer to 12 hours).
• All stimulants, except for khat, can be injected, insufflated (snorted) or smoked.
Khat is chewed.
• The onset of effects after smoking or injecting occurs much more rapidly than
when the drug is taken orally because drug reaches the brain more quickly.
• Physical effects  dilation of pupils, increased heart rates and raised blood
pressure

Simpson Forensic Medicine 13ed


Amphetamines
• Sekarang jarang digunakan dalam praktik medis karena efek samping
yang tidak diinginkan, kelompok obat amfetamin sebelumnya
digunakan untuk menghilangkan kelelahan dan menekan nafsu makan.
• Methylamphetamine sulphate dan dexamphetamine adalah analog
paling umum dan masih tersedia luas pada pasar gelap
• Kematian jarang terjadi karena penggunaan amfetamin yang berlebihan
• Pada otopsi tidak ada karakteristik khusus, selain kemungkinan terjadi
perdarahan cerebral atau subarachnoid akibat induced hypertension,
namun sangat jarang terjadi

Knight’s Forensic Pathology


Amphetamines
• Data toksikologi menunjukkan:
• Setelah dosis terapi 10 mg  konsentrasi pada darah dalam 2 jam sekitar 0,035 mg/l
• Setelah 30 mg  kadar plasma puncak sekitar 0,11 mg/l diamati pada 2-5 jam, menurun
menjadi 0,084 mg/l pada 4,5 jam
• Pengguna kronis yang mengonsumsi dalam jumlah besar dapat memiliki kadar dalam
darah hingga 2-3 mg/l
• Pada kasus kematian yang sangat jarang terjadi, kadar dalam darah dari 0,5-41 mg/l (rata-
rata 8,6) tergantung pada jumlah overdose dan waktu kematian.
• Liver level : 474 mg / kg (rata-rata 30) dan ekskresi urin tinggi, berkisar antara 25 hingga
700 mg / l (rata-rata 237 mg / l)

Knight’s Forensic Pathology


Methylenedioxymethamphetamine (MDMA) or ecstasy

• Turunan amfetamin  MDMA (3,4 methylenedioxymethamphetamine), yang


dikenal sebagai ‘ekstasi’, ‘XTC’, atau ‘ADAM’
• Dikembangkan sejak tahun 1914 dan untuk beberapa waktu berperan dalam
psikoterapi sebagai consciousness-altering agent
• Sekarang digunakan sebagai obat halusinogen illegal dan meskipun kematian
hanya sedikit, sekarang kematian dilaporkan dari Amerika Serikat dan Inggris.
• Otopsi marked generalized cyanotic congestive state
• Diagnosis murni berdasarkan bukti toksikologi
• Kematian MDMA meningkat tajam karena ketersediaannya di mana-mana bagi
kaum muda, terutama pada 'rave’ parties
• Beberapa konsekuensi yang berpotensi fatal: hipertermia, dehidrasi dan miositolisis

Knight’s Forensic Pathology


Opiates dan Opioid

• Opiate dan opioid akan


memberikan efek ketika
berikatan dengan reseptor
opiate µ1 yang terletak di
neuron yang ada di otak
• Stimulasi pada reseptor µ1
dapat menyebabkan hilangnya
nyeri, depresi pernapasan, dan
berkurangnya motilitas usus

Simpson Forensic Medicine 13ed


Opiates dan Opioid

• Dengan penggunaan kronik, pengguna


menjadi semakin kurang responsive
terhadap efek obat dan harus
meningkatkan dosisnya
• Salah satu tanda penggunaan opiate akut
adalah pinpoint pupils
• Gejala withdrawal opiate  rhinorrhea,
lakrimasi, nyeri perut, diare, muntah

Simpson Forensic Medicine 13ed


Morfin & Heroin
• Morfin & Heroin merupakan opioid
• Morfin sendiri sulit diserap saluran pencernaan,
heroin dapat digunakan melalui mukosa nasal

Knight’s Forensic Pathology


• Tidak ada karakteristik khusus pada temuan otopsi pada kematian
akibat opioid
• Petunjuk yang berguna adalah adanya bekas suntikan, biasanya
berada di lengan di fossa antecubiti di depan siku atau di salah satu
vena yang tampak di lengan bawah atau punggung tangan
• Pembuluh darah dorsum kaki dapat digunakan jika tangan dan
lengan tidak dapat digunakan karena trombosis dan jaringan parut.
• Tempat suntikan yang kurang umum ada di paha, dinding perut,
namun suntikan darah mungkin dilakukan secara subkutan, bukan
intravena
• Injeksi seperti ini Skin-Popping  dapat menyebabkan sklerosis
subkutan, nekrosis lemak, abses dan, jika suntikan lebih dalam
hingga otot, dapat mengakibatkan miositis kronis
Knight’s Forensic Pathology
• Tanda eksternal lainnya mungkin tato, Salah satu jenis yang spesifik adalah
tato, seringkali dengan angka, seperti '13', pada permukaan bukal (bagian
dalam) bibir bawah.
• Tubuh mungkin tampak kurus, kotor dan menunjukkan tanda-tanda infeksi,
terutama dalam bentuk ulserasi kulit.
• Bekas suntikan lama, kadang-kadang disertai memar
• Vena mungkin menunjukkan fibrosis dimana telah terjadi pheblitis
• Kematian mendadak yang terjadi pada pengguna kronis, mungkin ada edema
paru yang parah, dengan segumpal buih yang keluar dari mulut atau lubang
hidung, sugestif tenggelam.
• Polson et al. (1983) menunjukkan, hal ini dapat menyebabkan kebingungan
ketika korban ditemukan tewas di kamar mandi.
• Edema paru ini merupakan ciri mencolok yang dari kematian mendadak pada
mereka yang terhabituasi dengan opioid obat, terutama heroin.

Knight’s Forensic Pathology


• Edema paru dapat berdarah  menyebabkan kebingungan dengan
tenggelam
• Penyebabnya tidak diketahui, tetapi sering dikaitkan dengan
beberapa fenomena 'alergi’  tapi penjelasannya masih
diragukan
• Pada pengguna opioid pemula biasanya tidak terjadi edema paru
namun mereka meninggal secara mendadak karena cardiac arrest
• Kematian terjadi mendadak sehingga kadang ditemukan jarum
yang masih tertusuk, sering kali ditemukan di toilet umum atau
bersama dengan pecandu lainnya.

Knight’s Forensic Pathology


• Tidak ada lagi karakteristik spesifik pada penampilan otopsi,
secara klinis, pupil menyempit merupakan tanda pemberian
morfin. Setelah kematian terjadi perubahan pupil, mungkin
tetap kecil, membesar  sehingga tidak ada kekhususan
untuk keracunan opioid
• Pada pengguna opioid baru, beberapa meninggal pada
suntikan pertama heroin/ morfin dosis parenteral  cardiac
arrest following an arrhythmia and ventricular fibrillation
• Ini mungkin terkait dengan sensitisasi miokardium pd
katekolamin oleh obat tersebut

Knight’s Forensic Pathology


Sedative Hypnotics
• Drugs most frequently prescribed for insomnia (which
may also have an anxiolytic action) include
benzodiazepines (BZs), non-benzodiazepines (nonBZs)
and anti- depressants.
• Benzodiazepines increase the effect of the
neurotransmitter called GABA (γ-amino butyric acid) 
action potentials are less likely to occur and
neurotransmission is slowed.
• sedative, anticonvulsant and anxiolytic effects. Some
drugs may produce muscle relaxation while others may
produce euphoria.
• combinations of high doses of BZs with other drugs,
such as alcohol, barbiturates, opiates and tricyclic
antidepressants may lead to coma and death
• Reversal agrnt  flumazenil
Simpson Forensic Medicine 13ed
Halusinogen
• Terjadi perubahan suasana hati dan persepsi yang
mendominasi
• mengganggu kecerdasan atau memori secara minimal
• Penggunaan tidak terkait dengan agitasi
• Efek sampingnya minimal
• Ketagihan dan kecanduan tidak muncul

Simpson Forensic Medicine 13ed


Halusinogenik – LSD
• LSD diambil dari Bahasa German 
'Lysergsäurediäthylamid’
• LSD merupakan halusinogen  turunan indole
alkaloid
• Indole Alkaloid  psilocybin & psieocin
terkandung dalam jamur meksiko

Knight’s Forensic Pathology Simpson’s Forensic Medicine


Dissociative Anaesthetics
• Five drugs fall into this category: phencyclidine (PCP), ketamine, γ-hydroxybutyrate (GHB),
dextro- methorphan and Salvia divinorum.
• Mechanism  block the NMDA receptor, the predominant molecular mechanism involved in
memory function and learning.
• Salvia has no effect on the NMDA channel. Instead, it specifically blocks the κ receptor. Drugs
that bind to the κ receptor produce intense feelings of unhappiness and depression but all
have hallucinogenic (psychotomimetic) effects.

Marijuana
• Binds to receptors C1 and C2  increases pulse rate in direct proportion to the dose
administered, may decrease cardiac output, and can sometimes cause syncope, particularly in
those with pre-existing heart disease.

Simpson Forensic Medicine 13ed


Solvents
• ‘huffing’
• Use of these agents and others such as glue, or gas fuel for cigarette lighters is much less
common now than previously
• Clinical examination 
– traces of the inhalant, such as glue, around an individual’s mouth and face,
– persistent odour of the relevant inhalant.
– singeing of beard or hair, or
– evidence of old burn injury to the face
• Toluene, as opposed to the solvents found in hair spray, dry-cleaning fluid and gaso- line, is the
agent most often responsible for fatal intoxication .
– mechanism  disruption of normal cardiac electrical activity.
• Result in transient euphoria, headache and ataxia, selectively destroy brain white matter, and
a distinctive pattern can be identified in the MRI scans of chronic abusers.

Simpson Forensic Medicine 13ed


Drug facilitated sexual assault (DFSA)
• Ethanol, chloral hydrate, BZs, nonBZ sedative-hypnotics, GHB,
ketamine, opioids, dex- tromethorphan, barbiturates, anticholinergics
and antihistamines.
• Clinical examination and sampling of blood, urine and hair as soon as
possible after an alleged incident may assist in determining the
possible drug group involved (if any), and the time at which it was
involved.

Simpson Forensic Medicine 13ed


Kokain
• merupakan stimulator sistem saraf otonom.
• hancur dengan cepat jika diberikan secara oral, karena itu kokain biasanya dimasukkan
kedalam tubuh dengan injeksi atau dihirup.
• Kematian karena kokain dapat disebabkan apabila kokain dimasukkan melalui rectum.
• Di daerah-daerah di mana penggunaan kokain umum, sebagian besar kematian janin
dikaitkan dengan narkotika.
• Studi menunjukkan bahwa kematian janin, abruptio placentae, dan aborsi disebabkan
oleh penggunaan kokain oleh ibu.
• Dengan dosis 20-30 mg, kokain dapat menyebabkan kematian apabila digunakan pada
mukosa hidung, tetapi 1 g kokain yang dikonsumsi secara oral tidak menyebabkan
kematian.
• Pada pengguna yang sudah kronis, susah untuk memperkirakan dosis yang bersifat letal.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Kokain
• Dosis intravena kokain adalah 100 mg, dosis yang dianggap letal umumnya 10
kali lebih besar, meskipun pada pengguna yang sudah kronis, jumlahnya bisa
jauh lebih besar karena sudah terdapat toleransi.
• Penyerapan melalui mukosa hidung kurang efektif dan dosis yang lebih besar
diperlukan untuk efek yang sama ketika digunakan secara parenteral.
• Dapat terjadi ulserasi dan perforasi pada septum hidung pengguna kokain
kronis, walau sangat langka.
• Kematian dapat terjadi dengan cepat saat terjadi overdosis atau hipersensitif
kokain.
• Pada pengguna kokain pertama kali, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba
akibat cardiac arrest.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Kokain
• Pada saat otopsi tidak terdapat karakteristik yang spesifik.
• Edema paru, yang sering terdapat pada kematian akibat heroin, tidak terdapat pada kematian akibat
kokain, meskipun kematiannya disebabkan juga oleh disritmia.
• Bahan pengencer yang digunakan bersamaan dengan obat dapat ditemukan di tempat suntikan,
kelenjar getah bening regional, di paru-paru dan di organ lain.
• Partikel kokain itu sendiri juga dapat ditemukan sebagai mikroemboli.
• Peningkatan tiba-tiba tekanan darah dapat terjadi, kadang peningkatan dapat mencapai 300 mmHg dan
menyebabkan terjadinya cerebral haemorrhage sebagai komplikasi dari hipertensi akut tersebut.
• Infeksi piogenik sangat umum terjadi, disertai dengan terjadinya flebitis dan abses embolik distal.
• Pada tempat bekas tusukan dapat ditemukan ulserasi
• Kalau sudah fatal dapat terjadi endocarditis. Dapat memengaruhi katup jantung yang mana saja,
termasuk katub jantung sebelah kanan yang biasanya tidak terpengaruh post-rheumatic endocarditis.
– Organisme penyebab Streptococcus faecalis, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa,
serta beberapa jamur.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Kokain
• Pada kultur darah post mortem biasanya ditemukan berbagai macam organisme yang berasal dari
kontamnasi. Hal tersebut menyebabkan penemuan organisme penyebab menjadi sulit, tetapi
pertumbuhan dominan dari suatu organisme dapat menjadi pertanda signifikan.
• Obat yang digunakan secara intravena, apabila obat tersebut memiliki partikel bahan lain yang
tercampur seperti starch atau talc dapat menyebabkan adanya foreign bodies granulomata pada
paru, ketika komponen yang tidak dapat larut sudah tersaring pada kapiler paru.
• Karena kokain banyak digunakan dengan dihirup, maka swab harus selalu dilakukan pada setiap
lubang hidung dengan menggunakan cotton-wool swab.
• Pemeriksaan darah, urin, isi perut, hati, dan sampel vitreous harus dilakukan saat otopsi.
• Jumlah kokain dalam darah yang berakibat fatal itu bervariasi, tetapi biasanya berkisar sekitar 1-21
mg/l dengan rata-rata 5,3 mg/l.
• Adanya kokain dan metabolitnya pada pemeriksaan forensic tidak selalu menunjukkan
penyalahgunaan kokain karena kokain dapat digunakan sebagai anastesi local dan vasokonstriksi yang
biasanya digunakan pada operasi telinga, hidung, dan mata.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Alkohol
• Alkohol (etanol) dapat tertelan atau mungkin muncul karena kerja bakteri yang terjadi setelah
kematian
• Alkohol diserap dari lambung dan usus kecil melalui difusi, dengan sebagian besar penyerapan
terjadi di usus kecil.
• Tingkat penyerapan maksimum terjadi setelah mengonsumsi minuman beralkohol yang
mengandung sekitar 20-25%
• Penyerapan alkohol lebih di konsumis dengan air dibandingkan ketika alkohol di kosnumsi dengan
makanan yg akan menuunkan kadar yg di serap
• Eleminasi alkohol terjadi dengan kecepatan konstan pada setiap individu. Tingkat rata-rata
penurunan kosentrasi alkohol darah secara umum sekitar 15 mg persen (mg%) per jam, tetapi
kisaran sebenarnya adalah 10-20 mg% per jam, pada pencandu alkohol berat dapat
mengeleminasi dengan lebih cepat dari pada rata” normal

Simpson Forensic Medicine 13ed


General spectrum of behaviour (mg/100 ml of alcohol in blood)
• Above 30 Impairment of complex skills such as driving
• 30–50 Definite deterioration in driving ability
• 50–100 Objective signs such as loquaciousness, progressive loss of
• inhibitions, laughter and some sensory disturbance
• 100–150 Slurred speech, unsteadiness, possible nausea
• 150–200 Obvious drunkenness, nausea, staggering gait
• 200–300 Stupor, vomiting, possibly coma
• 300–350 Stupor or coma, danger of aspirating vomit
• Over 350 Progressive danger of death from respiratory
• centre paralysis

Simpson Forensic Medicine 13ed


Pengukuran
• Rumus widmark A =R x P xC, dimana A adalah total alkohol adala tubuh, C
konsentrasi darah , P adalah berat badalm dalam kilogram, R adalah factor,
dimana 0.68 untuk pria dan 0.55 untuk women.

Simpson Forensic Medicine 13ed


Pertimbangan pasca kematian
• Enzim bakteri(terutama alkohol dehidrogenase dan asetaldehida dehidrogenase) bekerja pada
karbohidrat di dalam mayat. Glikogen atau laktat diubah menjadi piruvat dan kemudian etanol.
Jumlah alkohol yang dihasilkan bergantung pada jumlah glikogen atau substrat yang tersedia.
Dengan demikian, produksi etanol postmortem akan lebih besar di beberapa jaringan daripada di
jaringan lain. Misalnya kandungan glikogen hati adalah 8 g / 100 g berat jaringan basah, sedangkan
vitreoushumor hanya 90 mg / 100 g.
• Harus di tentukan Apakah alkohol yang terdeteksi terbentuk sebelum atau setelah kematian
dengan membandingkan kadar etanol urin , kecuali mayat penderita diabetes, tidak mengandung
karbohidrat, dan vitreous humor (yang hanya mengandung sedikit karbohidrat)
• Jika rasio UAC (kadar etanol urin): BAC (kadar konsentrasi alkohol darah) kurang dari 1: 2, ini
umumnya dianggap sebagai konfirmasi bahwa konsentrasi etanol meningkat saat kematian
• Rasio lebih besar 1: 3 menunjukkan bahwa orang yang meninggal berada dalam tahap
pascabsorpsi.
• Rasio yang jauh lebih besar dari 1: 3 menunjukkan konsumsi yang banyak dalam jangka waktu
yang lama

Simpson Forensic Medicine 13ed


Pengambilan sampel
Darah dan urine
• Darah masih merupakan matriks pengujian pilihan untuk deteksi obat. selalu dikumpulkan ke
dalam tabung yang mengandung natrium fluorida (yang mencegah degradasi obat lebih lanjut).
• Dalam kematian, konsentrasi dalam darah utuh (whole blood) diukur. Konsentrasi obat, terutama
konsentrasi alkohol, berbeda dalam plasma dan darah utuh (whole blood)
• Serum dan plasma mengandung 10–15% lebih banyak air daripada darah utuh. Oleh karena itu,
konsentrasi etanol plasma 10–15% lebih tinggi daripada konsentrasi darah lengkap yang sesuai.
• Setelah kematian, konsentrasi obat cenderung meningkat lebih cepat dalam darah jantung
dibandingkan di tempat lain membuat sampel tersebut lebih sensitif sebagai indikator
penggunaan obat-obatan meskipun kurang spesifik
• urine dapat diperoleh dengan kateter atau tusukan suprapubik dengan jarum suntik Pada otopsi
biasanya menunggu sampai pengeluaran isi telah dilakukan sebelum menangani kandung kemih.
Cara lainnya, kandung kemih dapat diregangkan dengan menarik fundus ke atas menggunakan
jari, kemudiandibuat sayatan sagital dengan pisau pada permukaan ventral

Simpson Forensic Medicine 13ed


Humor vitreous
• Vitreous humor adalah media pengujian yang berguna, terutama untuk diagnosis gangguan elektrolit, gagal
ginjal, hiperglikemia, dan konsumsi etil alkohol
• Dalam banyak hal, humor vitreous terilindungi dari lingkungan eksternal, dan ini mungkin satu-satunya
matriks pengujian yang andal yang tersedia ketika individu tenggelam atau ketika mayat ditemukan setelah
periode paparan lingkungan yang lama, juga cairan di mata lebih tahan lama pembusukan dari pada cairan
tubuh lainnya
• Tusukan harus dilakukan melalui sklera di bagian luar canthus dengan jarum ukuran halus dan di ambil .

Pengujian rambut
• Setelah disimpan di rambut, obat-obatan dan metabolitnya stabil untuk waktu yang tidak terbatas. Diperlukan
sedikit usaha untuk mengumpulkan rambut saat otopsi, menempatkannya dalam amplop tertutup dan
simpan sampel
Analisis hati
• Bisa sangat berguna dalam kasus di mana obat yang dicari (seperti antidepresan trisiklik) sangat terikat
dengan protein. Analisis hati juga bermanfaat jika obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Beberapa obat,
seperti morfin, dapat terdeteksi di hati, lama setelah habis (cleared) dari darah karena obat tersebut tetap
berada dalam sirkulasi enterohepatik untuk waktu yang lama.
• sebagian besar obat dengan mudah berdifusi dari lambung ke lobus kanan hati sehingga, sebagai aturan,
hanya lobus kiri hati yang harus digunakan untuk pengujian analitik
Simpson Forensic Medicine 13ed
Lambung
• Pengujian isi lambung hanya bermanfaat jika (1) volume isi lambung dicatat, (2) spesimen homogen
dianalisis dan (3) total kandungan obat di dalamlambung dihitung.
• Tidak ada baiknya mengetahui konsentrasi obat dalam cairan lambung jika volume total isi lambung juga
tidak diketahui
• ini dapat dikumpulkan langsung ke dalam gelas bermulut lebar atau pot plastik dengan volume minimal
250ml.
• Untuk mengumpulkannya, bagian luar lambung harus dicuci bersih dari darah dan kontaminasi lainnya,
bagian Lengkungan yang lebih besar harus dibuka secara hati-hati dengan gunting besar, dan wadah
ditahan di bawahnya sehingga isinya mengalir langsung ke dalamnya.
Empedu
• Ini dapat berguna untuk beberapa analisis, seperti untuk morfin dan klorpromazin, yang dipekatkan oleh
hati dan diekskresikan ke kantong empedu. Pengumpulan langsung ke dalam botol disarankan, karena
empedu biasanya terlalu kental untuk dihisap melalui jarum

Simpson Forensic Medicine 13ed


Deskripsi & Kualifikasi Luka
• Dari jenis luka yang ada, kita dapat menyimpulkan jenis kekerasan yang
menyebabkannya:
Memar
Kekerasan Tumpul Lecet
Luka Robek
Iris
Kekerasan Tajam Bacok
Tusuk

Kekerasan Senjata Api Luka Tembak Masuk


Luka Tembak Keluar

Luka Akibat Zat Kimia


Luka Bakar
(Panas, Asam, Basa)
Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013
Deskripsi Luka Secara Umum
Menyebutkan regio/daerah tempat luka berada
• Menentukan koordinat "X" luka dengan mengukur jarak pusat luka dari garis
pertengahan badan
• Menentukan koordinat "Y" luka dengan mengukur jarak pusat luka
diatas/dibawah dari suatu patokan organ tubuh
• Pada kasus kekerasan tajam dan luka tembak, ditentukan koordinat "Z" luka
dengan mengukur jarak pusat luka diatas dari tumit
• Menyebutkan jenis luka (memar, luka lecet, luka terbuka, patah tulang)

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Penyebutan Regio dalam Patokan Anatomis dalam
Mendeskripsikan Letak Luka
Mendeskripsikan Luka

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Deskripsi Luka Memar
• Menyebutkan warna memar
• Menyebutkan bentuk apabila memberikan gambaran yang khas
• Menentukan ukuran memar dengan mengukur panjang kali lebar luka atau
diameter luka
• Menyebutkan ada tidaknya bengkak
• Menyebutkan ada tidaknya nyeri tekan

Pada dagu, tepat garis pertengahan depan (GPD),


terdapat memar berwarna kemerahan, bengkak,
nyeri pada penekanan, berukuran tiga sentimeter
kali tiga sentimeter

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013
Deskripsi Luka Lecet
• Pada luka lecet tekan, diraba konsistensi luka dan
menyebutkan warna luka
• Pada luka lecet geser, diperiksa arah kekerasan
dari tepi yang relatif rata ke ujung luka yang tidak
rata dan terdapat penumpukan epitel kulit
• Ukuran luka lecet dinyatakan dengan mengukur
panjang kali lebar luka
• Pada luka lecet gores ditentukan ukuran panjang
luka saja

Pada hidung, terdapat luka lecet tekan yang teraba


keras berukuran tiga sentimeter kali tiga sentimeter

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013
Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013
Deskripsi Luka Robek Akibat Kekerasan
Tumpul
• Menjelaskan tepi luka
• Menjelaskan dasar luka dan menyebutkan apakah
sampai jaringan bawah kulit, otot, tulang atau
menembus rongga tubuh
• Menjelaskan ada atau tidaknya jembatan jaringan
• Pada daerah yang berambut, dapat dilihat adanya
akar rambut yang tercabut
• Menyatakan ukuran luka dengan merapatkan
kedua tepinya dan mengukur panjang luka
• Apabila terdapat kehilangan jaringan, maka
ukuran luka ditentukan dengan mengukur
panjang kali lebar luka, termasuk memar atau
luka lecet disekitarnya

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Deskripsi Luka Terbuka Akibat Kekerasan
Tajam
• Memeriksa tepi luka
• Memeriksa dasar luka dan menyebutkan
apakah sampai jaringan bawah kulit, otot,
tulang atau menembus rongga tubuh
• Memeriksa kedua ujung luka, apakah lancip
atau tumpul
• Pada daerah yang berambut, dapat dilihat
adanya akar rambut yang terpotong
• Menentukan ukuran luka terbuka tepi tidak
rata dengan merapatkan kedua tepinya dan
mengukur panjang luka

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Deskripsi Luka Bakar
• Menyebutkan bentuk kelainan pada kulit,
disertai warna, ada atau tidaknya jaringan
kulit ari, ada atau tidaknya gelembung kulit
ari, warna kulit ari disekitar luka
• Menentukan ukuran luka dengan
mengukur panjang kali lebar luka

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013
Deskripsi Luka Tembak Masuk
• Menyatakan bentuk luka
• Menjelaskan garis tengah luka
• Menyebutkan 4 koordinat kelim lecet disekeliling
luka dengan menentukan terlebih dahulu sumbu
terpanjang dan sumbu pendek yang tegak lurus
sumbu terpanjang
• Menyatakan ukuran 4 koordinat kelim lecet
tersebut
• Menjelaskan ada atau tidaknya kelim mesiu,
kelim jelaga di sekeliling lubang luka

Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka FKUI 2013


Luka akibat tembakan senjata api
• Senjata api : senjata yang dengan • Keparahan luka tembak akibat anak peluru
menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu, tergantung pada :
dapat melontarkan anak peluru dengan  Besar dan bentuk anak peluru
kecepatan tinggi  Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas
anak peluru)
• Alur dalam laras dibuat dalam jumlah 4-6
 Kerapuhan anak peluru
alur dg arah perputaran ke kiri atau ke
 Kepadatan jaringan sasaran
kanan:
 Vurnerabilitas jaringan sasaran
• Senjata api dengan alur ke kiri
• Kondisi  merubah gambaran luka tembak
Senjata tipe COLT, kaliber 0.36 ,0.38 dan dengan cepat
0.45. Anak peluru dari senjata api ini 1. Luka terbuka yang sudah mengering
memiliki goresan dan alur yang memutar ke
2. Proses pembusukan tubuh
kiri bila dilihat dari bagian basis anak peluru
3. Penyembuhan dari luka itu sendiri
• Senjata api dengan alur ke kanan
4. Intervensi tenaga medis
Senjata tipe SMITH dan WESON (SW), 5. Intervensi bedah
dengan kaliber 0.22, 0.36, 0.38, 0.45 dan 6. Intervensi oleh personel/ orang yang tidak
0.46. Anak peluru memiliki ciri terdapatnya profesional
goresan dan alur memutar ke kanan bila 7. Pencucian atau pembersihan luka setelah
dilihat dari bagian basis anak peluru korban mati
Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI.
• Tembakan yang mengenai • Luka tembak masuk dibedakan:
tubuh akan menimbulkan Luka tembak masuk jarak jauh, luka tembak masuk jarak dekat, luka
luka tembak.
tembak masuk jarak sangat dekat, dan luka tembak tempel.
• Gambarannya tidak hanya • Apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki tenaga
terjadi sebagai akibat untuk meneruskan lintasannya dan menembus ke luar tubuh  luka
terjangan anak peluru pada
sasaran, tetapi juga oleh tembak keluar.
produk ikutan yg tjd saat • Anak peluru yang menembus kulit akan  lubang yang dikelilingi
tembakan dilepaskan, yi: bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet
- Partikel logam akibat • Zat yg melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dan
geseran anak peluru elemen mesiu (Pb, Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang sehingga
dengan laras terbentuk kelim kesat yang terdapat tepat di tepi lubang (pada luka
- Butir mesiu yang tidak tembak masuk jarak jauh)
sempurna terbakar • Butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar  tertanam pada kulit
- Asap serta panas akibat disekitar kelim lecet  kelim tatoo (pada luka tembak masuk jarak
ledakan mesiu dan pada dekat)
luka tembak yang terjadi • Jelaga/asap yang keluar dari ujung laras senjata akan membentuk
akibat tembak tempel kelim jelaga
- Kerusakan jaringan akibat • Api yang ikut keluar akan membentuk kelim api (berupa hiperemi atau
moncong laras yang juga jaringan yang terbakar, pada luka tembak masuk jarak sangat dekat)
menekan sasaran Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI.
LUKA TEMBAK MASUK (LTM)
• Ujung laras yang menempel pada Jenis LTM Pembentuk Bentuk
kulit saat senjata api ditembakkan LTM jarak jauh Komponen anak peluru Lubang dengan kelim lecet
 luka lecet tekan yang dan kelim kesat pada
mengelilingi kelim lecet dengan dindingnya
sekitar yang menonjol  jejak
laras LTM jarak dekat Komponen anak peluru Lubang dengan kelim
• Bila seluruh lingkaran laras senjata dan butir-butir mesiu yang lecet, kelim kesat, kelim
menempel tegak lurus pada kulit tidak habis terbakar dan tatoo dan/atau kelim
 maka butir mesiu, jelaga, api jelaga jelaga
langsung masuk ke dalam
saluran luka. Tekanan balik gas LTM jarak sangat Komponen anak peluru, Lubang dengan kelim
panas yang ikut masuk ke dlm dekat butir mesiu, jelaga, dan lecet, kelim kesat, kelim
saluran  mengakibatkan panas/api tatoo dan/atau kelim
peregangan kulit yang sangat jelaga, dengan kelim api di
besar dan memberikan gambaran tepi lubangnya
luka seperti bintang.
• Bila tidak seluruh lingkaran laras LTM tempel Seluruh komponen Saluran luka akan
senjata menempel pada tersebut (yang akan berwarna hitam dan jejas
permukaan kulit  akan masuk seluruhnya atau laras akan tampak
terbentuk gambaran LTM yang sebagian ke dalam saluran mengelilingi di luar LTM
luka) dan jejas laras sebagai luka lecet tekan
merupakan kombinasi dari LTM
tempel dan LTM jarak sangat dekat
Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI.
LUKA TEMBAK KELUAR (LTK)
• Luka tembak yang terjadi akibat peluru • Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
meninggalkan tubuh korban terjadinya perbedaan besarnya luka
• LTK umumnya lebih besar dari LTM akibat tembak luar :
terjadinya deformitas anak peluru,  Velocity (kecepatan)
bergoyangnya anak peluru dan terikutnya  Luas permukaan anak peluru pada tempat
jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK. keluar
• LTK mungkin lebih kecil dari LTM dari LTM bila  Yawing dan tumbling of the bullet
terjadi pada luka tembak tempel/kontak, atau (pergerakan anak peluru yang tidak
pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga beraturan dalam tubuh dan pergerakan
pada saat akan keluar meninggalkan tubuh berputar menurut poros penunjang
• Bentuk LTK tidak khas, tidak beraturan dan  Ada tidaknya fragmen tulang yang ikut
tidak memiliki kelim keluar
• Di sekitar LTK mungkin pula dijumpai daerah  Ada tidaknya tulang dibawah kulit tempat
lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat luka tembak keluar
benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau  Ada tidaknya benda yang menekan kulit
korban sedang bersandar pada dinding pada tempat keluarnya anak peluru
Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI.
Pemeriksaan
 Mesiu mengandung unsur Sb, Ba dan Nitrat. Penentuan kuantitatif terhadap Sb pada luka tembak masuk mungkin
dapat memberikan perkiraan kasar terhadap jarak tembak
 Tangan Si Penembak
• Tangan si penembak selalu akan kecipratan mesiu (nitrat)  dapat dibuktikan dengan zat yang disebut
diphenylamine  jika terdapat nitrat akan tampak warna biru.
• Untuk memudahkan pemeriksaan biasanya dibuatkan paraffin glove dari tangan si penembak.
 Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap:
– Tangan seorang tersangka
– Tangan korban bunuh diri
• Bunuh Diri dengan Senjata Api
• Perlu diperhatikan letak senjata itu di tempat kejadian.
• Kemungkinannya ialah:
 Terlempar oleh daya tolak tembakan
 Tetap digenggam oleh si korban  terbentuk cadaveric spasm
• Tembakan Melalui Tulang Gepeng  (tulang tengkorak, tulang dada, tulang iga, dan tulang panggul) mempunyai
bentuk yang khas yaitu berbentuk corong yang melebar sesuai dengan arah tembakannya.
• Jadi pada lubang tembak masuk bagian luar lebih kecil dari bagian dalam, sedangkan pada luka tembak keluar
bagian luar > daripada bagian dalam.
Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI.
ANALISIS KASUS
• Korban diajak temannya untuk membicarakan bisnis di sebuah Pasal 89 KUHP
pub. Di sana, mereka minum minuman keras. Korban kemudian “Membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan
ditawarkan menginap di hotel terdekat supaya keluarga tidak menggunakan kekerasan”
mengetahui korban sedang mabuk. UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
– Korban memiliki keberanian untuk datang/sebelumnya sudah Pasal 116 Ayat 1
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
pernah berkunjung ke tempat tsb. menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau
– Minimal untuk seseorang dapat masuk ke pub : berusia memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain,
minimal 17 tahun serta menunjukkan KTP/SIM dan membawa dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
sejumlah uang paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
• Di hotel, korban tidak curiga ketika temannya menawarkan pil banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”
yang dikatakan dapat menghilangkan gejala mabuk. Korban juga Pasal 121 Ayat 1
percaya karena sebelumnya lelaki tersebut terlihat mengonsumsi “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
sebuah pil. Tak berapa lama setelah menelan pil tersebut, korban menggunakan Narkotika Golongan II tehadap orang lain atau
merasa mengantuk dan tidak sadarkan diri memberikan Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain,
– NAPZA  bersifat hipnotik sedative  korban merasa dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
mengantuk dan tidak sadarkan diri
sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
 Kemungkinan obat GHB (gamma hydroxybutyrate)  banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”
salah satu jenis obat yang terkenal dengan sebutan ‘’obat Pasal 126 Ayat 1
pemerkosaan/date rape drug’’. Kerjanya mendepresi SSP “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
sehingga bisa menurunkan kesadaran. menggunakan Narkotika Golongan III tehadap orang lain atau
 Kemungkinan pasien diberikan obat golongan barbiturat, memberikan Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
dimana biasanya dipakai sebagai sedative dan bila paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
diminum bersama dengan alkohol maka efek barbiturat Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
dapat diperberat akibat sinergisme efek depresi pada SSP. Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
 Dapat pula kemungkinan diberikan obat golongan
benzodiazepine dengan efek yang sama.
• Hasil pemeriksaan korban didapatkan lengan atas kiri sisi depan Pasal 360 Ayat 2 KUHP
“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)
terdapat sebuah luka terbuka berbentuk bulat yang dikelilingi
menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga
luka lecet dan daerah kehitaman. Ketika daerah kehitaman
timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan
tersebut dibersihkan, tersisa bintik-bintik berwarna hitam yang
jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam
tidak dapat hilang dan kassa pembersih tampak berwarna
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
hitam. Lengan atas kiri sisi belakang juga ditemukan luka pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda
terbuka berbentuk bulat. Kedua luka tersebut tampak paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.”
mengeluarkan darah Pasal 351 Ayat 2 KUHP
 Lengan atas kiri sisi depan terdapat sebuah luka terbuka “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
berbentuk bulat yang dikelilingi luka lecet dan daerah kehitaman.
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima
Ketika daerah kehitaman tersebut dibersihkan, tersisa bintik-
bintik berwarna hitam yang tidak dapat hilang dan kassa tahun.”
pembersih tampak berwarna hitam  merupakan tanda2 luka Pasal 90 KUHP
tembak masuk. “Luka berat berarti:
 LTM sangat dekat : jelaga yang keluar dari ujung laras senjata 1) jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan membentuk kelim jelaga dan sedangkan api yang ikut keluar akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
akan membentuk kelim api (hiperemis atau jaringan terbakar) 2) tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan
 Lengan atas kiri sisi belakang juga ditemukan luka terbuka atau pekerjaan pencarian;
berbentuk bulat : LTK. 3) kehilangan salah satu pancaindra;
 Terjadi penganiayaan : diatur dalam KUHP Bab XX tentang 4) mendapat cacat berat (verminking);
penganiayaan yaitu “dengan penganiayaan disamakan dengan 5) menderita sakit lumpuh;
sengaja merusak kesehatan”.
6) terganggu daya pikir selama empat minggu lebih;
 Korban mengalami kerugian materiil  karena harus
7) gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan."
mengeluarkan biaya untuk perawatan lukanya.
• Pemeriksaan genital didapatkan robekan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
baru yang mencapai dasar pada selaput dara. Pasal 71 Ayat 1
 Tanda persetubuhan (minimal 9cm). “Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara
• Sel mani ditemukan pada swab vagina. fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
 Swab vagina, mulut dan anus : untuk
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada
mengetahui/memastikan jenis tindakan
lakilaki dan perempuan”
yang dilakukan oleh teman korban
Pasal 72
terhadap korban apakah persetubuhan
“Setiap orang berhak:
(genitogenital) /pencabulan (diluar itu).
a. menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan
 Sel mani ditemukan pada swab vagina : seksual yang sehat, aman, serta bebas dari
• Merupakan tanda - tanda paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan
persetubuhan kejadian baru yang sah.
• Ditemukan air mani/sperma. Air mani b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas
dapat terdeteksi sampai 7 hari. dari diskriminasi, paksaan, dan/atau kekerasan
• Tanda-tanda persetubuhan  luka p yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak
ada vulva, perineum, labium mayor, merendahkan martabat manusia sesuai dengan
labium minor, robekan selaput dara norma agama.
(lama = ada jaringan parut), c. menentukan sendiri kapan dan berapa sering
ditemukannya air mani/ sperma di ingin bereproduksi sehat secara medis serta tidak
vagina bertentangan dengan norma agama.”
• Dokter segera membuat visum et repertum karena polisi meminta hasilnya saat
itu juga
 Untuk memastikan benar atau tidak ada unsur tindak pidana
 Untuk melakukan penahanan terhadap tersangka
 Untuk mengetahui apa jenis kejahatannya sehingga bisa menentukan berapa
lama waktu penahanan tersangka
RS SEHAT
Jl. S. Parman No. 1, Grogol, Jakarta Barat
Telp/Fax 021-1234567
Jakarta, 16 April 2021
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No. 16/TU.RSSEHAT/VII/2021

Yang bertandatangan di bawah ini, dr. Muhammad Juni Akbar, dokter pada Rumah Sakit Sehat, atas
permintaan dari kepolisian Sektor Grogol dengan suratnya nomor 15/VER/VI/2021/Sek.Grogol,
tertanggal 16 April 2021, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal enambelas April tahun
duaribu duapuluh satu, pukul tujuh Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RS SEHAT, telah
melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 08120023 yang menurut surat tersebut adalah:
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Karin ------------------------------------------------------------------------------------------------
Umur : 25 tahun --------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Perempuan -----------------------------------------------------------------------------------------
Warga Negara : Indonesia -------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Wiraswasta -----------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Tanjung Gedong Baru No. 10 ----------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN: --------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Korban datang dengan kesadaran sadar penuh, dengan keadaan umum tampak lemas. ------------------------------
2. Korban mengaku diperkosa oleh pelaku (teman laki-lakinya), bermula ketika korban diajak pelaku untuk
membicarakan bisnis di sebuah pub. Di lokasi, korban dan pelaku minum-minuman keras. Korban kemudian
ditawarkan menginap di hotel terdekat. Korban ditawarkan pil oleh pelaku. Setelah menelan pil tersebut, korban
merasa mengantuk dan tidak sadarkan diri. Ketika korban sadar, korban mengaku dirinya telanjang dan merasa sakit
di daerah selangkangan. Korban menuntut pertanggungjawaban dari pelaku, namun pelaku menodongkan pistol dan
mengancam korban untuk tidak lapor polisi. Korban mencoba merebut pistol, namun lengan korban malah
tertembak. ----------------------------------------------------------------------------------------------
3. Pada korban ditemukan:--------------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Tanda vital: napas spontan, frekuensi napas sembilanbelas kali permenit. Tekanan darah seratus duapuluh per
delapanpuluh milimeter air raksa, frekuensi nadi sembilanpuluh kali permenit. ----------------------------
b. Pada lengan atas kiri sisi depan terdapat sebuah luka terbuka berbentuk bulat yang dikelilingi luka lecet dan
daerah kehitaman. Ketika daerah kehitaman tersebut dibersihkan, tersisa bintik-bintik berwarna hitam yang tidak
dapat hilang. Lengan atas kiri sisi belakang juga ditemukan luka terbuka berbentuk bulat. Kedua luka tersebut
tampak mengeluarkan darah. -------------------------------------------------------------------
c. Pada alat kelamin didapatkan robekan baru yang mencapai dasar pada selaput dara. ---------------------------
d. Pada pemeriksaan swab vagina ditemukan sel mani. ----------------------------------------------------------------
KESIMPULAN: -------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada korban perempuan berusia duapuluh lima tahun ini, ditemukan sebuah luka terbuka berbentuk
bulat yang dikelilingi luka lecet dan daerah kehitaman pada lengan atas kiri sisi depan. Ketika daerah
kehitaman tersebut dibersihkan, tersisa bintik-bintik berwarna hitam yang tidak dapat hilang. Ciri-ciri
tersebut sesuai dengan gambaran luka tembak masuk jarak sangat dekat. Selanjutnya, lengan atas kiri
sisi belakang juga ditemukan luka terbuka berbentuk bulat. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan gambaran
luka tembak keluar. Pada selaput dara ditemukan adanya robekan baru mencapai dasar selaput dara
akibat kekerasan tumpul dan ditemukan sel mani pada swab vagina yang menandakan adanya tanda-
tanda persetubuhan. Luka-luka tersebut telah menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian untuk sementara waktu. --------------------------------------------------------
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.----------

Dokter Pemeriksa,

dr. Muhammad Juni Akbar

Anda mungkin juga menyukai