Anda di halaman 1dari 14

ANC normal

TANGGAL 01/DESEMBER/2022

Nama Pasien : Ny. EK

Umur : 28 tahun

Latar Belakang

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi
masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Melalui ANC berbagai informasi serta edukasi terkait
kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini mungkin. Kurangnya pengetahuan
mengenai tanda bahaya kehamilan sering terjadi karena kurangnya kunjungan ANC. Kurangnya
kunjungan ANC ini bisa menyebabkan bahaya bagi ibu maupun janin seperti terjadinya perdarahan saat
masa kehamilan karena tidak terdeteksinya tanda bahaya.

Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
adalah dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih
yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu, dibutuhkan partisipasi serta
kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan.

Cakupan pelayanan antenatal care dipantai melalui pelayanan terhadap kunjungan hamil K1 sampai
kunjungan K4 dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit enam kali (K6). Maka dari itu perlu di
lakukan ANC rutin sesuai dengan jadwal.

PELAKSANAAN

Terdapat 10 ibu hamil yang terdaftar untuk melakukan pemeriksaan ANC pada hari Selasa tanggal 29
November 2022 di ruang KIA Puskesmas Panunggangan Barat.

1.) Kegiatan ANC diawali dengan pemanggilan pasien menuju ruangan pemeriksaan di KIA
Puskesmas Panunggan Barat lalu mengkonfirmasi identitas pasien seperti nama serta umur.
2.) Selanjutnya dokter memperkenalkan diri serta menjelaskan tindakan apa saja yang akan
dilakukan pada hari ini, diikuti dengan meminta persetujuan dari pasien untuk melakukan
tindakan/inform consent.
3.) Kemudian dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dpemeriksaan obsetri yang meliputi
pengukuran Tinggi fundus uteri (TFU)/tinggi puncak rahim, pemeriksaan leopold dan
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ).
4.) Lalu mencatat hasil pemeriksaan pada buku KIA.
5.) Setelah itu dokter akan melakukan pengecekan pada buku KIA pasien apakah pasien sudah
mendapatkan imunisasi TT atau belum serta pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
dan dievaluasi seperti pemeriksaan HIV, Hepatitis B (HbsAg), sifilis, hematologi lengkap, protein
urin, glukosa urin serta gula darah sewaktu. Tujuan dilakukannya pemeriksaan tersebut adalah
untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang berisiko pada keselamatan ibu dan janin.
6.) Melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil yang belum mendapatkan vaksinasi TT
untuk mencegah kematian bayi akibat kuman tetanus.
7.) Pemberian vaksin TT dilakukan pada lengan bahu kiri (m.deltoideus) dan disuntikan 90 derajat
secara intramuscular.
8.) Setiap ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC mendapatkan tablet tambah darah untuk
satu bulan untuk mencegah terjadinya anemia.
9.) Kemudian dokter menjelaskan kepada setiap ibu hamil untuk selalu membawa buku KIA setiap
kali kontrol/ ANC. Serta melakukan promosi kesehatan rutin terkait gaya hidup sehat dan
anjuran nutrisi untuk ibu hamil.
10.)Pada ibu hamil cukup bulan/aterm, dokter menjelaskan tanda-tanda persalinan dan
menganjurkan setiap ibu hamil untuk segera menuju ke pelayanan kesehatan terdekat apabila
merasa adanya tanda-tanda persalinan seperti kontraksi yang dirasa semakin sering, keluar
lender kental dan darah.
11.)Setiap ibu hamil dianjurkan untuk segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-tanda
yang mengancam ibu dan janin seperti, perdarahan dari vagina terutama sebelum kandungan
menginjak usia 20 miggu, mual dan muntah terus-menerus hingga menyebabkan intake kurang,
air ketuban pecah sebelum waktunya dsb.

ANC ibu hamil dengan DM

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi
masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Melalui ANC berbagai informasi serta edukasi terkait
kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini mungkin. Kurangnya pengetahuan
mengenai tanda bahaya kehamilan serta kondisi ibu hamil yang memiliki resiko tinggi pada kehamilan
sering terjadi karena kurangnya kunjungan ANC.

Salah satu kehamilan dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus. Ibu hamil yang menderita diabetes melitus dapat melahirkan anak yang mengidap penyakit
jantung bawaan (PJB). Riwayat penyakit jantung yang dimaksud bisa saja hanya terjadi saat seorang ibu
sedang hamil (diabetes masa kehamilan) atau yang sudah terjadi sebelum hamil (diabetes melitus).

Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes mungkin lahir dengan ukuran lebih besar jika dibandingkan
dengan bayi lainnya. Organ dalam bayi seperti jantung, hati, dan kelenjar adrenal cenderung membesar.
Tak lama setelah lahir, biasanya bayi ini akan mengalami hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Selama
12 hingga 24 jam pertama setelah bayi lahir, kadar gula dara h bayi harus diawasi sehingga tidak terjadi
hal yang tidak diinginkan. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan cara mengontrol gula darah dan
mendiagnosis diabetes masa kehamilan melalui pemeriksaan ANC setiap bulannya. Ibu hamil dengan
diabetes memerlukan perawatan khusus selama kehamilan agar tidak timbul komplikasi penyakit.
Terdapat 10 ibu hamil yang terdaftar untuk melakukan pemeriksaan ANC pada hari Selasa tanggal 29
November 2022 di ruang KIA Puskesmas Panunggangan Barat. Salah satunya adalah Ny. RM usia 24
tahun G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu dengan diabetes mellitus.

1.) Kegiatan ANC diawali dengan pemanggilan pasien menuju ruangan pemeriksaan di KIA
Puskesmas Panunggan Barat lalu mengkonfirmasi identitas pasien seperti nama serta umur.
2.) Selanjutnya dokter memperkenalkan diri serta menjelaskan tindakan apa saja yang akan
dilakukan pada hari ini, diikuti dengan meminta persetujuan dari pasien untuk melakukan
tindakan/inform consent.
3.) Kemudian dokter melakukan anamnesis, TTV, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obsetri yang
meliputi pengukuran Tinggi fundus uteri (TFU)/tinggi puncak rahim, pemeriksaan leopold dan
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ).
4.) Lalu mencatat hasil pemeriksaan pada buku KIA.
5.) Setelah itu dokter akan melakukan pengecekan pada buku KIA pasien apakah pasien sudah
mendapatkan imunisasi TT atau belum serta pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
dan dievaluasi seperti pemeriksaan HIV, Hepatitis B (HbsAg), sifilis, hematologi lengkap, protein
urin, glukosa urin serta gula darah sewaktu. Tujuan dilakukannya pemeriksaan tersebut adalah
untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang berisiko pada keselamatan ibu dan janin.
6.) Melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil yang belum mendapatkan vaksinasi TT
untuk mencegah kematian bayi akibat kuman tetanus.
7.) Pemberian vaksin TT dilakukan pada lengan bahu kiri (m.deltoideus) dan disuntikan 90 derajat
secara intramuscular.
8.) Kemudian dokter menjelaskan kepada pasien untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin
setidaknya sebulan sekali. Hal ini bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah selama hamil,
menilai keberhasilan terapi pengobatan, dan mencegah komplikasi.
9.) Selain itu, tes darah dan tes urine juga penting dilakukan guna mendeteksi komplikasi diabetes
pada ibu hamil sejak dini. Ibu hamil juga disarankan untuk makan dalam porsi kecil tapi sering,
makan tepat waktu, dan tidak melewatkan sarapan, karena hal ini juga turut membantu dalam
mengontrol kadar gula darah serta mencegah hipoglikemia.
10.)Dokter juga menjelaskan kepada pasien perihal mengapa diabetes pada ibu hamil harus dikelola
dengan baik adalah diabetes yang tidak terkontrol bisa memicu berbagai komplikasi kehamilan,
baik pada ibu hamil maupun bayi dalam kandungan. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi
preeklampsia,bayi lahir besar, dan bayi mengalami hipoglikemia saat lahir.

ANC dengan Hepatitis B

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi
masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Melalui ANC berbagai informasi serta edukasi terkait
kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini mungkin. Kurangnya pengetahuan
mengenai tanda bahaya kehamilan serta kondisi ibu hamil yang memiliki resiko tinggi pada kehamilan
sering terjadi karena kurangnya kunjungan ANC.

Salah satu kehamilan kehamilan dengan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan hepatitis B. Hepatitis B
saat hamil tidak bisa menginfeksi bayi, selama ia masih berada dalam kandungan. Namun, risiko
penularan akan semakin tinggi saat proses persalinan berlangsung. enyakit ini ditularkan pada bayi saat
ia terpapar darah atau cairan vagina selama proses persalinan berlangsung. Jika hal tersebut terjadi,
maka risiko kehilangan nyawa pada bayi akan semakin tinggi.

Terdapat 10 ibu hamil yang terdaftar untuk melakukan pemeriksaan ANC pada hari Selasa tanggal 29
November 2022 di ruang KIA Puskesmas Panunggangan Barat.

1.) Kegiatan ANC diawali dengan pemanggilan pasien menuju ruangan pemeriksaan di KIA
Puskesmas Panunggan Barat lalu mengkonfirmasi identitas pasien seperti nama serta umur.
2.) Selanjutnya dokter memperkenalkan diri serta menjelaskan tindakan apa saja yang akan
dilakukan pada hari ini, diikuti dengan meminta persetujuan dari pasien untuk melakukan
tindakan/inform consent.
3.) Kemudian dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dpemeriksaan obsetri yang meliputi
pengukuran Tinggi fundus uteri (TFU)/tinggi puncak rahim, pemeriksaan leopold dan
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ).
4.) Lalu mencatat hasil pemeriksaan pada buku KIA.
5.) Setelah itu dokter akan melakukan pengecekan pada buku KIA pasien apakah pasien sudah
mendapatkan imunisasi TT atau belum serta pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
dan dievaluasi seperti pemeriksaan HIV, Hepatitis B (HbsAg), sifilis, hematologi lengkap, protein
urin, glukosa urin serta gula darah sewaktu. Tujuan dilakukannya pemeriksaan tersebut adalah
untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang berisiko pada keselamatan ibu dan janin.
6.) Melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil yang belum mendapatkan vaksinasi TT
untuk mencegah kematian bayi akibat kuman tetanus.
7.) Pemberian vaksin TT dilakukan pada lengan bahu kiri (m.deltoideus) dan disuntikan 90 derajat
secara intramuscular.
8.) Setiap ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC mendapatkan tablet tambah darah untuk
satu bulan untuk mencegah terjadinya anemia.
9.) Kemudian dokter menjelaskan kepada setiap ibu hamil untuk selalu membawa buku KIA setiap
kali kontrol/ ANC. Serta melakukan promosi kesehatan rutin terkait gaya hidup sehat dan
anjuran nutrisi untuk ibu hamil.
10.)Selanjutnya dokter menjelaskan kepada ibu hamil mengenai faktor yang memicu peningkatan
risiko tertularnya hepatitis B dari ibu pada bayinya, pemantauan keluhan hepatitis B yang
dialami pasien, serta prosedur proses persalinan yang dapat dilakukan oleh pasien.
11.)Setiap ibu hamil dianjurkan untuk segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-tanda
yang mengancam ibu dan janin seperti, perdarahan dari vagina terutama sebelum kandungan
menginjak usia 20 miggu, mual dan muntah terus-menerus hingga menyebabkan intake kurang,
air ketuban pecah sebelum waktunya dsb.
ANC pada ibu Hamill dengan Anemia

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi
masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Melalui ANC berbagai informasi serta edukasi terkait
kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini mungkin. Kurangnya pengetahuan
mengenai tanda bahaya kehamilan serta kondisi ibu hamil yang memiliki resiko tinggi pada kehamilan
sering terjadi karena kurangnya kunjungan ANC.

Salah satu masalah yang dapat dialami oleh ibu hamil adalah terjadinya anemia. Angka anemia pada
kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada
daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi
tumbuh kembang anak janin dalam rahim. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5
gr%.

Anemia kehamilan di sebut “potentional danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan
anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan. Penyebab anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dalam tubuh.
Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.

Terdapat 9 ibu hamil yang terdaftar untuk melakukan pemeriksaan ANC pada hari Kamis tanggal 8
Desember 2022 di ruang KIA Puskesmas Panunggangan Barat. Salah satunya adalah Ny. LS Usia 27 tahun
G1P0A0 hamil 36-37 minggu dengan anemia.

1.) Kegiatan ANC diawali dengan pemanggilan pasien menuju ruangan pemeriksaan di KIA
Puskesmas Panunggan Barat lalu mengkonfirmasi identitas pasien seperti nama serta umur.
2.) Selanjutnya dokter memperkenalkan diri serta menjelaskan tindakan apa saja yang akan
dilakukan pada hari ini, diikuti dengan meminta persetujuan dari pasien untuk melakukan
tindakan/inform consent.
3.) Kemudian dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obsetri yang meliputi
pengukuran Tinggi fundus uteri (TFU)/tinggi puncak rahim, pemeriksaan leopold dan
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ).
4.) Lalu mencatat hasil pemeriksaan pada buku KIA.
5.) Setelah itu dokter akan melakukan pengecekan pada buku KIA pasien apakah pasien sudah
mendapatkan imunisasi TT atau belum serta pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
dan dievaluasi seperti pemeriksaan HIV, Hepatitis B (HbsAg), sifilis, hematologi lengkap, protein
urin, glukosa urin serta gula darah sewaktu. Tujuan dilakukannya pemeriksaan tersebut adalah
untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang berisiko pada keselamatan ibu dan janin.
6.) Melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil yang belum mendapatkan vaksinasi TT
untuk mencegah kematian bayi akibat kuman tetanus.
7.) Pemberian vaksin TT dilakukan pada lengan bahu kiri (m.deltoideus) dan disuntikan 90 derajat
secara intramuscular.
8.) Selanjutnya jika hasil laboratorium sudah keluar, dokter akan menjelaskan hasil laboratorium
yang diperiksakan pasien.
9.) Jika terdapat anemia yaitu kadar Hb kurang dari 11 gr/dL pada kehamilan, Ibu harus diberi
suplemen tablet zat besi (Fe) secara teratur 1 tablet/hari selama 90 hari. Jika Hb kurang dari 8
gr/dL maka ibu hamil harus disarankan untuk segera mendapatkan tranfusi darah.
10.)Kemudian dokter menjelaskan kepada setiap ibu hamil untuk selalu membawa buku KIA setiap
kali kontrol/ ANC. Serta melakukan promosi kesehatan rutin terkait gaya hidup sehat dan
anjuran nutrisi untuk ibu hamil terutama pada ibu hamil yang menderita anemia untuk
mengkosumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, bayam, dan buah bit.
11.)Setiap ibu hamil dianjurkan untuk segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-tanda
yang mengancam ibu dan janin seperti, perdarahan dari vagina terutama sebelum kandungan
menginjak usia 20 miggu, mual dan muntah terus-menerus hingga menyebabkan intake kurang,
air ketuban pecah sebelum waktunya dsb.

VAKSINASI

Vaksin adalah salah satu cara untuk mencegah penyakit dengan membentuk kekebalan pada tubuh.
Caranya adalah dengan memasukkan zat/produk tertentu ke dalam tubuh untuk menstimulasi sistem
imun tubuh, agar menimbulkan kekebalan terhadap penyakit menular yang ditargetkan. Salah satu jenis
vaksin yang sekarang gencar dilakukan adalah vaksinasi COVID-19. Vaksinasi COVID-19 adalah
pemberian antigen yang mampu merangsang terbentuknya imunitas di dalam tubuh atau disebut juga
antibodi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membentuk kekebalan pada tubuh, sehingga dapat
meminimalkan segala risiko yang dapat timbul akibat virus corona secara optimal, termasuk berbagai
macam komplikasi dan bahkan kematian.

Salah satu tujuan dilakukannya vaksinasi ini adalah untuk membentuk kekebalan kelompok (herd
immunity). Tujuan lainnya dari pemberian vaksin ini adalah melindungi dan memperkuat kesehatan
masyarakat secara menyeluruh. Ada berbagai macam vaksin yang masuk ke Indonesia dengan tingkat
efikasi yang berbeda-beda. Berikut penjelasan lebih lengkap tentang beberapa jenis vaksin COVID-19,
antara lain : Pfizer, Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Sinopharm, Sputnik-V, Novovax, Convicencia, dan
Zifvac.

Gambaran Pelaksanaan :

Vaksinasi covid-19 dilaksanakan pada hari kamis tanggal 01 Desember 2022 pukul 08.00-11.30 di
Puskesmas Panungganga Barat. Pasien yang mendaftar untuk vaksinasi covid-19 yaitu berjumlah 29
orang. Vaksin dosis ke-2 berjumlah 1 orang, booster 1 berjumlah 20 orang, booster 2 berjumlah 18
orang. Vaksin yang tersedia hari ini adalah Pfizer yang diutamakan untuk lansia berumur >60 tahun.
Salah satu pasien yang mendaftarkan diri untuk melakukan vaksinasi adalah Ny.E usia 63 tahun yang
akan melakukan vaksinasi covid untuk booster ke-2.

1.) Siapkan vial vaksin yang tersedia pada hari ini yaitu Pfizer, pelarutnya (NaCl), spuit 0,3 ml, spuit 3
ml, alcohol swb, plester, dan pastikan tersedianya safety box.
2.) Lalu mengoplos vaksin Pfizer dengan menggunakan pelarut NaCl yang dimasukkan ke dalam vial
vaksin Pfizer sebanyak 1,8 ml. Selanjutnya kocok secara perlahan dengan cara membolak-
balikan vial vaksi sebanyak +/- 10x agar tercampur dengan pelarutnya.
3.) Selanjutnya pasien akan dipanggil untuk melakukan pendaftaran lalu setelah itu menuju meja
skrining untuk skring pre-vaksinasi mengenai kondisi pasien hari ini seperti apakah ada batuk,
pilek, demam, serta peyakit penyerta yang diderita pasien. Kemudia pasien akan melakukan
pengecekan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu, serta riwayat vaksin sebelumnya.
4.) Pasien yang sebelumnya mendapatkan vaksin Pfizer maka dosis yang diberikan adalah 0,3 ml
(full dose) sedangkan pasien yang mendapatkan vaksin selain Pfizer maka dosis yang diberikan
adalah 0,15cc (half dose).
5.) Pada pasien Ny.E diberian dosis vaksin 0,3 ml (full dose) karena riwayat vaksin sebelumnya yang
beliau dapatkan adalah Pfizer.
6.) Penyuntikan dilakukan di lengan kiri atas secara intramuskular dengan sudut 90 derajat. Setelah
selesai penyuntikan, dokter akan membuang spuit ke safety box. Selanjutnya memberikan
edukasi kepada pasien mengenai efek samping kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
seperti bengkak,kemerahan di lokasi penyuntikan. Untuk mengatasinya dapat dikompres
menggunakan air dingin serta jika mengalami demam dapat mengonsumsi obat penurun panas
seperti paracetamol.

Penyuluhan
Stunting di Posyandu Tulip
Latar Belakang :
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya
kasus gizi kurang pada anak balita, usia masuk sekolah baik pada lakilaki dan perempuan.
Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualiatas tingkat pendidikan,
tingginya angka absensi dan tingginya angka putus sekolah.1 Malnutrisi meru-pakan suatu
dampak keadaan status gizi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu lama.
Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat
gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting diukur
sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin
balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di masyarakat menyebabkan
kejadian stunting sulit disadari.
Stunting atau perawakan pendek (shortness). suatu keadaan tinggi badan (TB)
seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan menghitung
skor Z-indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-
indeks TB/U- nya di bawah -2 SD (standar deviasi). Kejadian stunting merupakan dampak dari
asupan gizi yang kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya kesakitan, atau
merupakan kombinasi dari keduanya. Kondisi tersebut sering dijumpai di negara dengan kondisi
ekonomi kurang.

Pangan merupakan salah satu hal yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup.
Ketahanan pangan mengacu pada kemampuan individu atau kelompok dalam pemenuhan akses
pangan yang cukup baik dari segi ekonomi maupun fisik, aman, dan bergizi untuk memenuhi
kebutuhan agar dapat hidup dengan sehat dan baik. Oleh sebab itu, untuk menekan angka
stuting perlu dilakukan adanya penyuluhan agar mayarakat bisa menyadari sedari dini tentag
betapa pentingnya pencegaha stunting terutama pada 1000 hari pertama kelahiran.

Gambaran penatalaksanaan :

Pada hari rabu 07 Desember 2022 dilaksanakan sebuah penyuluhan yang membahas
tentang stunting. Penyuluhan dilakukan di Posyandu Tulip pada pukul 09.15-10.00 yang dihadiri
oleh warga sekitar posyandu sebanyak 20 orang.

1. Sebelum melakukan penyuluhan, pastikan para peserta berkerumun dengan tertib dan
tetap menggunakan masker.
2. Setelah itu dokter memberi salam serta sapa untuk membuka sesi penyuluhan hari ini.
3. Sebelum memasuki kedalam materi lebih lanjut, dokter akan mengukur terlebih dahulu
tingkat pengetahuin peserta penyuluhan mengenai materi yang akan disampaikan.
4. Dokter akan menunjuk salah satu peserta kemudian memberikan pertayaan terkait materi
yang akan disampaikan.
5. Setelah mendengarkan jawaban salah satu peserta, dokter akan menjelaskan dan
memberikan komplimen terhadap jawaban peserta penyuluhan.
6. Kemudian, peserta akan difokuskan kepada poster/liflet yang dibawa oleh dokter dan dokter
akan melanjutkan memberi penejelasan terkait materi pada hari ini yaitu stunting.
7. Dokter akan menjelaskan mulai dari pengertian, gejala, factor resiko yang dapat terjadi serta
bagaimana cara penganggulangan stunting tersebut.
8. Setelah menjelaskan secara rinci, dokter akan melakukan sesi sharing atau tanya jawab
terkait materi yang sudah disampaikan.
9. Kemudian sebelum menutup penyuluhan, dokter akan kembali mengukur tingkat
pengetahuan mengenai materi yang telah disampaikan.
10. Lalu dokter akan menutup penyuluhan pada hari ini dan memberi salam.

Penyuluhan PHBS Hipertensi

Latar Belakang :

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan
didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Jika tidak segera
ditangani, hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit
serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke.

Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Bahkan, peningkatan orang-
orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29
persen pada tahun 2025. Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menunjukkan bahwa
34,1 persen penduduk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Sementara pada 2013,
jumlahnya masih mencapai 25,8 persen.

Oleh sebab itu, screening hipertensi terutama pada lansia serta orang-orang yang telah
terdiagnosa hipertensi patut selalu dilakukan agar tidak terjadinya “silent killer” atau timbulya
penyakit-penyakit lebih lanjur yang dipacu dengan adanya hipertensi seperti stroke.

Gambaran penatalaksanaan :

Pada hari rabu 15 November 2022 dilaksanakan sebuah penyuluhan yang membahas
tentang pengendalian hipertensi terutama melalui PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Tulip pada pukul 09.30-10.00 yang dihadiri oleh warga
sekitar posyandu sebanyak 20 orang.

1. Sebelum melakukan penyuluhan, pastikan para peserta berkerumun dengan tertib dan
tetap menggunakan masker.
2. Setelah itu dokter memberi salam serta sapa untuk membuka sesi penyuluhan hari ini.
3. Sebelum memasuki kedalam materi lebih lanjut, dokter akan mengukur terlebih dahulu
tingkat pengetahuin peserta penyuluhan mengenai materi yang akan disampaikan.
4. Dokter akan menunjuk salah satu peserta kemudian memberikan pertayaan terkait materi
yang akan disampaikan.
5. Setelah mendengarkan jawaban salah satu peserta, dokter akan menjelaskan dan
memberikan komplimen terhadap jawaban peserta penyuluhan.
6. Kemudian, peserta akan difokuskan kepada poster/liflet yang dibawa oleh dokter dan dokter
akan melanjutkan memberi penejelasan terkait materi pada hari ini yaitu stunting.
7. Dokter akan menjelaskan mulai dari pengertian, gejala, factor resiko yang dapat terjadi serta
bagaimana cara penganggulangan stunting tersebut.
8. Setelah menjelaskan secara rinci, dokter akan melakukan sesi sharing atau tanya jawab
terkait materi yang sudah disampaikan.
9. Kemudian sebelum menutup penyuluhan, dokter akan kembali mengukur tingkat
pengetahuan mengenai materi yang telah disampaikan.
10. Lalu dokter akan menutup penyuluhan pada hari ini dan memberi salam

Penyuluhan Campak dan Rubella di Posyandu Munawaroh

Latar Belakang :

Campak dan rubella adalah dua penyakit yang menyerang kulit pada bayi dan anak-
anak. Hal ini terbilang ditakuti oleh orangtua dikarenakan penularan yang cepat. Selain itu,
meski sama-sama disebabkan oleh virus, gangguan yang disebabkan dan obat yang dikonsumsi
dapat berbeda. Campak adalah penyakit terbilang sangat menular dan disebabkan oleh virus
RNA, yang disebut juga paramyxovirus. Virus ini dapat tetap hidup hingga dua jam di udara,
maka dari itu penularannya masif. Inkubasi dari penyakit ini sekitar 1 hingga 2 minggu, tetapi
gejalanya dapat bertahan hingga 10 hari. Sementara rubella juga disebabkan oleh virus RNA
tetapi berbeda jenis. Penyebarannya mirip dengan campak, yaitu melalui cairan pernapasan
ketika pengidapnya batuk atau bersin. Seseorang yang terinfeksi telah tertular seminggu
sebelum gejala timbul dan sekitar dua minggu sebelum gejala berkembang.

Secara garis besar, memang gangguan ini mempunyai gejala yang sangat mirip dan
mudah tertukar. Untuk itu, kamu benar-benar harus tahu secara detail beda antara campak dan
rubella. Berikut adalah beberapa rangkuman yang harus kamu ketahui tentang beda campak
dan rubella:

1. Campak jauh lebih menular dan menyebabkan hal yang parah dibandingkan dengan rubella.
2. Campak terdapat tahap prodromal atau tahap awal dari gangguan yang tidak terjadi pada
rubella.
3. Masa inkubasi pada campak sekitar 1 hingga 2 minggu. Pada rubella sekitar 2 hingga 3
minggu.
4. Gejala dari campak dapat terjadi hingga 10 hari, sedangkan rubella terjadi maksimal 5 hari.
5. Pembengkakan kelenjar getah bening umumnya terjadi pada rubella, tetapi jarang pada
campak.
6. Campak dapat menyebabkan Bintik Koplik, sedangkan rubella akan menyebabkan Bintik
Forchheimer.
7. Dari segi demam, campak dapat mencapai 40 derajat Celcius dan rubella berada di kisaran
38,3 derajat Celsius.

Pencegahan utama penyakit campak adalah melalui imunisasi campak dan MMR.
Imunisasi campak dilakukan saat anak berusia 9 bulan, dilanjutkan dengan vaksin MMR yang
diberikan saat anak berusia 12–18 bulan, dan diulang pada usia 5–7 tahun.

Gambaran penatalaksanaan :

Pada hari rabu 14 Desember 2022 dilaksanakan sebuah penyuluhan yang membahas
tentang Campak dan Rubella. Penyuluhan dilakukan di Posyandu Munawaroh pada pukul 09.30-
10.00 yang dihadiri oleh warga sekitar posyandu sebanyak 15 orang.

1. Sebelum melakukan penyuluhan, pastikan para peserta berkerumun dengan tertib dan
tetap menggunakan masker.
2. Setelah itu dokter memberi salam serta sapa untuk membuka sesi penyuluhan hari ini.
3. Sebelum memasuki kedalam materi lebih lanjut, dokter akan mengukur terlebih dahulu
tingkat pengetahuin peserta penyuluhan mengenai materi yang akan disampaikan.
4. Dokter akan menunjuk salah satu peserta kemudian memberikan pertayaan terkait materi
yang akan disampaikan.
5. Setelah mendengarkan jawaban salah satu peserta, dokter akan menjelaskan dan
memberikan komplimen terhadap jawaban peserta penyuluhan.
6. Kemudian, peserta akan difokuskan kepada poster/liflet yang dibawa oleh dokter dan dokter
akan melanjutkan memberi penejelasan terkait materi pada hari ini yaitu stunting.
7. Dokter akan menjelaskan mulai dari pengertian, gejala, factor resiko yang dapat terjadi serta
bagaimana cara penganggulangan stunting tersebut.
8. Setelah menjelaskan secara rinci, dokter akan melakukan sesi sharing atau tanya jawab
terkait materi yang sudah disampaikan.
9. Kemudian sebelum menutup penyuluhan, dokter akan kembali mengukur tingkat
pengetahuan mengenai materi yang telah disampaikan.
10. Lalu dokter akan menutup penyuluhan pada hari ini dan memberi salam

Penyuluhan TB Paru di Posyandu Arafah

Latar Belakang :

Tuberculosis paru (TB) adalah infeksi bakteri pada paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Selain menginfeksi paru-paru, bakteri Mycobacterium tuberculosis
dapat menginfeksi jaringan tubuh lain. TB paru dapat sembuh dengan diagnosis dini dan
pengobatan antibiotik yang tepat. Penting untuk melindungi diri Anda dari penyakit TB. Menurut
American Lung Association (ALA) lebih dari 9,6 juta orang menderita penyakit ini. Jika tidak
diobati, tb paru dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti kerusakan paru-
paru permanen. TB paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis).
Bakteri TB paru dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain. Anda bisa terinfeksi TB
dengan menghirup udara yang terkontaminasi dengan batuk atau bersin dari orang yang
terinfeksi. Infeksi paru-paru yang dihasilkan disebut TB primer.

Sebagian besar orang sembuh dari infeksi TB primer tanpa bukti adanya penyakit lebih
lanjut. Infeksi dapat tetap tidak aktif selama bertahun-tahun. Namun pada beberapa orang,
infeksi dapat menjadi aktif kembali. Pentingnya dilakukan penyuluan terkait TB Paru karena
Indonesia menduduki urutan ketigasetelah India dan China dalam jumlahpenderita TB paru di
dunia. Jumlahpenderita TB paru dari tahun ke tahun diIndonesia terus meningkat. Saat ini
setiapmenit muncul satu penderita baru TB paru,dan setiap dua menit muncul satu
penderitabaru TB paru yang menular. Bahkan setiapempat menit sekali satu orang
meninggalakibat TB di Indonesia.

Gambaran penatalaksanaan :

Pada hari rabu 13 Desember 2022 dilaksanakan sebuah penyuluhan yang membahas
tentang Campak dan Rubella. Penyuluhan dilakukan di Posyandu Arafah pada pukul 09.15-10.00
yang dihadiri oleh warga sekitar posyandu sebanyak 10 orang.

1. Sebelum melakukan penyuluhan, pastikan para peserta berkerumun dengan tertib dan
tetap menggunakan masker.
2. Setelah itu dokter memberi salam serta sapa untuk membuka sesi penyuluhan hari ini.
3. Sebelum memasuki kedalam materi lebih lanjut, dokter akan mengukur terlebih dahulu
tingkat pengetahuin peserta penyuluhan mengenai materi yang akan disampaikan.
4. Dokter akan menunjuk salah satu peserta kemudian memberikan pertayaan terkait materi
yang akan disampaikan.
5. Setelah mendengarkan jawaban salah satu peserta, dokter akan menjelaskan dan
memberikan komplimen terhadap jawaban peserta penyuluhan.
6. Kemudian, peserta akan difokuskan kepada poster/liflet yang dibawa oleh dokter dan dokter
akan melanjutkan memberi penejelasan terkait materi pada hari ini yaitu stunting.
7. Dokter akan menjelaskan mulai dari pengertian, gejala, factor resiko yang dapat terjadi serta
bagaimana cara penganggulangan stunting tersebut.
8. Setelah menjelaskan secara rinci, dokter akan melakukan sesi sharing atau tanya jawab
terkait materi yang sudah disampaikan.
9. Kemudian sebelum menutup penyuluhan, dokter akan kembali mengukur tingkat
pengetahuan mengenai materi yang telah disampaikan.
10. Lalu dokter akan menutup penyuluhan pada hari ini dan memberi salam
KB Suntik

Latar Belakang :

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang memilik 3 tujan yaitu
menunda, menjarangkan, dan mengakhiri kesuburan. Pemilihan kontrasepsi menentukan alat atau obat
yang digunakan untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang baik yang bersifat sementara maupun bersifat
permanent.

KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan,
dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan
cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa
jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Salah
satu alat kontrasepsi yang tersedia adalah dengan metode suntik yaitu hormon progesteron yang
disuntikkan ke bokong/ otot panggul atau lengan setiap 3 bulan atau hormon estrogen yang disuntikan
setiap 1 bulan sekali. Tingkat keberhasilannya lebih dari 99%.

Gambaran penatalaksanaan :

Pada hari rabu 25 Januari 2023 dilaksanakan kegiatan suntik KB per-3 bulan yang dilakukan
diruang KIA, dengan didampingi oleh bidan serta dokter terkait. Pasien yang hadir untuk melakukan
suntik KB sebanyak 6 orang, diantaranya adalah Ny. SA umur 47 tahun dengan riwayat hipertensi grade
I.

1.) Kegiatan suntik KB diawali dengan pemanggilan pasien menuju ruangan pemeriksaan di KIA
Puskesmas Panunggan Barat lalu mengkonfirmasi identitas pasien seperti nama serta umur.
2.) Selanjutnya dokter memperkenalkan diri serta menjelaskan tindakan apa saja yang akan
dilakukan pada hari ini, diikuti dengan meminta persetujuan dari pasien untuk melakukan
tindakan/inform consent.
3.) Kemudian dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, TTV lalu mempersilahkan pasien
untuk berbaring ditempat tidur yang telah disediakan.
4.) Sebelum dilakukan penyuntikan, dokter akan menyiapkan alat-alat seperti kasa alcohol, plester,
spuit disposable 3 ml, obat suntik kontrasepsi.
5.) Setelah itu dokter akan meminta pasien untuk mengambil posisi miring agar sesuai dengan
tempat penyuntikan.
6.) Kemudian dokter melakukan prosedur asepsis antisepsis pada daerah yang akan dilakukan
penyuntikan.
7.) Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada musculus gluteus secara 90 derajat.
8.) Setelah selesai penyuntikan, dokter akan menjelaskan mengenai tanggal kembali selanjutnya
untuk dilakukan penyuntikan serta mencatat tanggal kembali pada buku kunjungan yang dimiliki
pasien.

Anda mungkin juga menyukai