Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian

Menurut Kementrian kesehatan pada tahun 2016 (Kemenkes RI,

2016) merupakan suatu pelayanan yang bersifat preventif care untuk

mencegah suatu masakah yang kurang baik pada ibu atau janin,

sementara asuhan antenatal merupakan program pelayanan kesehatan

obstetrik yang mempunyai upaya preventif sebagai proses optimalisasi

luaran maternal maupun neonatal melalui kegiatan pemantauan secara

rutin (Prawirohardjo,2014)

Sedangkan menurut Syamsiah and pustikasari (2014) suatu

program terencana berupa observasi, edukasi terta penanganan medik

yang dilakukan pada ibu hamil, persalinan maupun nifas dengan tujuan

menjaga kehamilan agar ibu dan bayi yang dilahirkan sehat, kehamilan

dan proses persalinan yang aman serta memuaskan, memantau adanya

risiko yang terjadi, menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dan

merencanakan 15 penatalaksanaan optimal pada kehamilan risiko

tinggi. Pengawasan wanita hamil secara teratur dan tentu dengan

tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak

dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro,2012).


2. Tujuan antenatal care

a. Kesehatan fisik mental dan sosial ibu dapat dipertahankan dan

ditingkatkan

b. Kesehatan ibu dan janin dapat dipatau dan dipastikan selama

kehamilan

c. Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan

dapat dikurangi serta dikenali, seperti: riwayat pembedahan,

penyakit secara umum dan khusus kebidanan

d. Pemberian ASI secara eksklusif dipersiapkan

e. Persalinan ibu cukup bulan dan aman dengan trauma yang terjadi

seminimal mungkin dipersiapkan

f. Kelahiran mati pada bayi, kematian maternal dan lahir prematur

dikurangi

g. Kelahiran bayi untuk dapat tumbuh kembang secara normal

dipersiapkan melalui peran ibu dan keluarga

h. Kesehatan bayi dengan optimal dipersiapkan

(Kemenkes RI, 2016)

3. Alasan penting antenatal care

a. Kondisi yang baik bagi ibu dan bayi terwujud selama dalam

kandungannya

b. Informasi dasar diperoleh bagi kesehatan ibu serta bayinya


c. Rasa saling percaya antara petugas kesehatan dengan klien dapat

diberikan

d. Pendidikan kesehatan yang diperlukan oleh ibu dalam menjaga

kehamilan serta merawat bayi diberikan

e. Kehamilan risiko tinggi dapat ditatalaksanakan serta diidentifikasi

f. Gangguan kesehatan pada saat hamil yang membahayakan

keselamatan ibu serata bayi yang dikandung dapat dihindari

(Prawirohardjo, 2014)

4. Cakupan pelayanan ANC

Persentasi setiap ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan

kehamilan oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja yang terdiri

dari cakupan K1 (cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan

antenatal pertama kalinya oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja

dengan kurun waktu tertentu) dan K4 (cakupan ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan antenatal paling sedikit empat kali sesuai

dengan standar di wilayah kerja dengan kurun waktu tertentu).

(Kementrian RI, 2016).

1. Kunjungan pertama (< 14 minggu), dengan tujuan :

 Penapisan dan pengobatan anemia

 Pencegahan komplikasi yang diakibatkan kehamilan serta

pemberian pengobatan

 Perencanaan persalinan
2. Kunjungan II (15-28 minggu) dan III (29-36 minggu), dengan

tujuan:

 Pengenalan komplikasi akibat kehamilan serta pemberian

pengobatan

 Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan.

 Pengulangan perencanaan persalinan.

3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahiran, dengan tujuan :

 Pengenalan komplikasi akibat kehamilan serta pemberian

pengobatan

 Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan

 Pengulangan perencanaan perslinan

 Pengenalan adanya kelainan letak dan presentase

 Pengenalan tanda-tanda persalinan

(Dewi, 2011)

B. Standar Pelayanan ANC

1. Menurut kementrian kesehatan pelayanan atau asuhan standar minimal

10T (Kemenkes RI, 2016)

 Berat badan ditimbang dan tinggi badan diukur

 Tekanan darah diperiksa

 Lingkar lengan atas diukur untuk menilai status gizi

 Tinggi fundus uteri atau puncak rahim diperiksa


 Presentase dan denyut jantung janin (DJJ) ditentukan

 Berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan setelah

dilakukan skrining status imunisasi Tetanus

 Tablet zat besi minimal 90 tablet diberikan selama kehamilan

 Test laboratorium rutin dan khusus

 Kasus tatalaksana

 Merencanakan persalinan dan mencegah komplikasi (P4K) serta

KB pasca persalinan dilakukan melalui temu wicara atau konseling

2. Cara menentukan pelayanan ANC dengan sesuai Standar pelayanan

 Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada saat kontak pertama

skrining ibu hamil yang memiliki risiko kurang energi kronis

(KEK), yaitu: kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung

lama, beberapa bulan atau tahun (kurang 18 cm). Risiko ibu hamil

yang mengalami KEK adalah melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR)

 Penimbangan berat badan pada ibu hamil setiap kali kunjungan

ANC yang bertujuan mendeteksi gangguan pertumbuhan janin.

Gangguan pertumbuhan janin terjadi jika penambahan berat badan

kurang 1 kg/ bulan atau 9 kg selama kehamilan.

 Pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan pita ukur setelah

kehamilan berusia 24 minggu setiap kali kunjungan ANC untuk

mendeteksi adanya pertumbuhan janin yang tidak sesuai dengan


umur kehamilan dengan kemungkinan adanya gangguan

pertumbuhan janin.

 Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan ANC

untuk mengetahui adanya hipertensi pada kehamilan (TD > 140/90

mmHg) dan preeklamsia, yaitu: hipertensi yang disertai oedema

tungkai bawah atau wajah serta protein uria)

 Menentukan presentase janin untuk mengetahui letak janin yang

dilakukan pada akhir trimester II dan dilanjutkan setiap kali

kunjungan ANC. Kelainan letak, panggul sempit atau masalah

lainnya yang ditemukan pada saat pemeriksaan trimester III dapat

ditandai dengan belum masuknya kepala janin ke panggul atau

bagian bawah janin bukan kepala

 Penilaian penghitungan detak jantung janin (DJJ) yang dilakukan

pada akhir trimester I lalu dilakukan setiap kali kunjungan ANC

gawat janin ditandai dengan DJJ > 160/ menit atau < 120/menit

 Pemberian tablet tambah darah atau tablet besi untuk mencegah

anemia minimal 90 tablet selama kehamilan

 Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah

terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil skrining status imunisasi

TT pada saat kontak pertama ANC. Pemberian disesuaikan dengan

status imunisasi ibu, jika belum pernah atau ragu mendapat

imunisasi diberikan sebanyak 2 kali dengan interval pemberian

minimal 1 bulan, jika pernah mendapatkan imunisasi sebanyak 2


kali pemberian pada kehamilan sebelumnya atau pada saat calon

pengantin, maka hanya diberikan 1 kali.

 Pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus yang meliputi :

a) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) yang dilakukan

minimal 1 kali pada trimester pertama dan 1 kali pada trimester

ketiga untuk mengetahui keadaan ibu hamil anemia atau tidak.

Jika pada usia 21 bulan ibu hamil mengalami anemia, hal ini

dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin.

b) Pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui jenis golongan

darah ibu dalam rangka mempersiapkan calon pendonor jika

diperlukan pasa saat situasi gawat darurat.

c) Pemeriksaan kadar gula darah selama kehamilan jika dicurigai

menderita Diabetel Melitus. Minimal pemeriksaan dilakukan 1

kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 1

kali pada trimester ketiga

d) Pemeriksaan protein dalam urin pada trimester kedua dan

ketiga sesuai indikasi untuk mengetahui adanya protein uria

pada ibu hamil sebagai indikator preeklamsia pada ibu hamil

e) Pemeriksaan tes sifilis yang dilakukan sedini mungkin didaerah

yang memiliki risiko tinggi serta ditunjukan pada ibu hamil

yang diduga terkena risiko


 Tatalaksana atau penanganan khusus berdasarkan hasil

pemeriksaan yang ditangani sesuai standar dan wewenang tenaga

kesehatan serta proses rujukan.

 KIE efektif yang dilakukan setiap kunjungan ANC, yang meliputi:

a) Anjuran menjaga kebersihan badan seperti mandi 2 kali sehari

menggunakan sabun, mencuci tangan sebelum makan, olah raga

ringan serta menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur

yang merupakan rangkaian perilaku hidup bersih dan sehat.

b) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan ibu ke tenaga kesehatan

secara rutin serta menganjurkan ibu hamil tidak kerja berat dan

istrahat yang cukup selama kehamilan (sekitar 9-10 jam per-hari)

c) Menjelaskan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas

serta kesiapan menghadapi komplikasi sebagai upaya untuk segera

mencari pertolongan ketenaga kesehatan, misalnya: keluar cairan

berbau dari jalan lahir pada masa nifas, perdarahan pada hamil

muda maupun tua dan lain sebagainya

d) Dukungan dari keluarga terutama suami sangat dibutuhkan oleh

setiap ibu hamil, misalnya: persiapan biaya persalinan, biaya

transportasi rujukan, calon donor darah dan biaya kebutuhan bayi

e) Menjelaskan gejala penyakit menular, misalnya: tuberculosis dan

IMS serta penyakit tidak menular, misalnya hipertensi yang dapat

mempengaruhi kesehatan ibu serta janin.


f) Selama kehamilan dianjurkan untuk mendapat asupan yang cukup

dengan pola gizi seimbang untuk menunjang proses tumbuh

kembang janin serta derajat kesehatan ibu, contohny: minum tablet

tambah darah dengan rutin untuk mencegah anemia.

g) Konseling HIV yang merupakan salah satu komponen standar

pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama didaerah risiko tinggi.

Ibu hamil di beri kesempatan untuk dapat menetapkan sendiri

keputusannya dalam menjalani tes HIV atau tidak, jika dari hasil

test positif harus dilakukan pencegahan supaya tidak terjadi

penularan ke janin, jika hasil test negatif diberikan bimbingan agar

tetap negatif

h) Setelah persalinan setiap ibu hamil diberikan pengarahan tentang

pentingnya KB dalam menjarangkan kehamilan

i) Segera setelah bayi lahir dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayi karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat

penting. Untuk kesehatan bayi yang dianjurkan sampai bayi

berusia 6 bulan

j) Seriap ibu dianjurkan memberikan stimulasi pemenuhan nutrisi

pengungkit otak (brainbooster) pada periode kehamilan untuk

dapat meningkatkan intelegensi bayi yang akan dilahirkan

k) Untuk pencegahan tetanus neonatorum setiap ibu hamil harus

mendapatkan imunisasi TT

(Kemenkes RI, 2016).


3. Standar pelayanan ANC

 Enam standar pelayanan antenatal

 Dua standar pelayanan umum

 Tiga standar pelayanan nifas

 Sepuluh standar penanganan kegawatdaruratan obstetrik dan

neonatal

 Empat standar pertolongan persalinan

(Kemenkes RI, 2016)

4. Standar 5 T pada pelayanan ANC

Standar ini bertujuan untuk penerapan operasional, meliputi:

 Pengukuran tekanan darah

 Pengukuran tinggi fundus uteri

 Penimbangan berat badan dan tinggi badan

 Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

 Pemberian imunisasi tetanus toksoid

(Prawirohardjo, 2014)

5. Standar pelaksanaan pelayanan ANC

 Diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini dan

pemberian terapi sesuai dengan diagnosis (aspek medik)

 Penjagaan kesehatan diri dan janin, pengenalan tanda bahaya dan

faktor risiko yang dimiliki, percarian pertolongan memadai tepat


pada waktunya yang diberikan melalui penyuluhan komunikasi dan

motivasi

 Ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan

yang mempunyai fasilitas lebih lengkap (Kemenkes RI, 2016)

6. Standar pelayanan antenatal

 Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat dalam rangka pemberian penyuluhan dan motivasi agar

ibu memeriksakan kehamilan sejak dini dan secara teratur untuk

bisa melakukan identifikasi

 Memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan meliputi pemeriksaan

(anamnesa) dan pemantuan (untuk memeriksa apakah

perkembangan janin berlangsung normal atau tidak)

 Bidan melakukan pemeriksaan abdominal (palpasi) secara seksama

untuk memperkirakan usia kehamilan, pemeriksaan posisi untuk

menentukan bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke

rongga panggul untuk menetukan kelainan serta bentuk rujukan

yang tepat.

 Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai ketentuan


 Bidan menemukan secara dini kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengambil tindakan yang tepat serta melakukan

rujukan.

 Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarga untuk mempersiapkan rencana persiapan persalinan yang

bersih, aman dan menyenangkan di samping persiapan transportasi

dan biaya untuk merujuk jika terjadi kondisi kegawatdaruratan.

(Kemenkes RI, 2010)

7. Komponen pelayanan ANC

 Upaya kehamilan sehat

 Deteksi dini komplikasi dengan penatalaksanaan awal serta

rujukan

 Persalinan yang bersih dan aman dipersiapkan

 Persiapan dini rujukan jika terjadi komplikasi dan perencanaan

antisipatif (Saifuddin, 2014)

8. Pelaksanaan kunjungan ANC

 Dokter umum serta spesialis obstetrik dan ginekologi (tenaga

medis)

 Bidan, pembantu bidan, perawat bidan dan perawat wanita yang

sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (tenaga perawatan)

(Kemenkes RI, 2010)

9. Lokasi pelayanan ANC


 Puskesmas

 Puskesmas pembantu

 Pondok bersalin desa

 Posyandu

 Rumah penduduk dalam rangka kunjungan kegiatan Puskesmas,

Rumah sakit pemerintah atau swasta

 Rumah sakit bersalin

 Tempat praktek swasta (bidan atau dokter)

(Kemenkes RI, 2010)

C. Definisi Bidan

Bidan secara internasional adalah seorang yang telah diakui secara reguler

dalam program pendidikan bidan dan mendapat kualifikasi untuk

didaftarkan dan atau diizinkan secara hukum/sah untuk melaksanakan

praktik. (FIGO, 1992)

1. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan sikap dan tindakan. Perilaku ibu selama kehamilan akan

mempengaruhi kehamilan, perilaku ibu dalam mencari penolong


persalinan akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan janin yang

dilahirkan. Adapun perilaku profesional dari bidan mencakup :

 Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi, etika

profesi dan aspek legal.

 Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan

klinis yang dibuatnya.

 Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan

keterampilan mutahir secara berkala

 Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah

penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi.

 Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama

memberikan asuhan kebidanan

 Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan

dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca

perslianan, bayi baru lahir dan anak.

 Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum

wanita/ ibu agar mereka dapat menetukan pilihan yang telah

diinformasikan tentang semua aspek asuhan meminta persetujuan

secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya

sendiri.

 Menggunakan ketrampilan komunikasi

 Bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga.


 Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

2. Pelayanan kebidanan

 Merupakan bagian intergral dalam pelayanan kesehatan

 Bertujuan untuk meningkatkan keluarga yang berkualitas

 Merupakan pelayanan yang diberikan sesuai dengan kewenangan

bidan

 Sasaran pelayanan kebidanan individu, keluarga dan masyarakat

 Meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif

3. Pengorganisasian pelayanan kebidanan/ pelayanan kebidanan

dibedakan menjadi :

a. Primer : sepenuhnya tanggung jawab bidan

 Bidan berpegangan pada keyakianan informasi klien untuk

melindungi hak akan privasi dan penggunaan keadilan dalam

hal saling berbagi informasi

 Bidan bertanggung jawab dalam keputusan dan tindakannya

dan bertanggung jawab untuk hasil yang berhubungan dengan

asuhan yang diberikan pada wanita

 Bidan bisa menolak ikut serta dalam kegiatan yang berlawanan

dengan moral yang dipegang akan tetapi tekanan pada hati

nurani individu seharunya tidak kehilangan pelayanan pada

wanita yang essinsial


 Bidan memahami konsekuensi yang merugikan dalam

pelanggaran kode etik dan akan bekerja sama untuk

mengurangi pelanggaran ini

 Bidan berperan serta dalam mengembangkan dan menerapkan

kebijaksanaan dalam bidan kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan semua wanita dan pasangan usia

subur.

b. Kolaborasi: pelayanan oleh bidan sebagai anggota tim yang

kegiatanya dilakukan secara bersamaan sebagai salah satu urutan

dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan

c. Rujukan : merujuk ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau

sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu

menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan juga

layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat atau fasilitas

pelayanan kesehatan lain secara horisontal maupun vertikal.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan standar pelayanan ANC

bidan terhadap cakupan K4

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Keterbatasan jumlah SDM di puskesmas menyebabkan beban kerja

tinggi karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kecepatan

petugas dalam melayani pasien, petugas yang tidak menjalankan

prosedur ANC yang seharusnya/sesuai standar. Bahkan bidan desa

tidak menetap pada satu tempat. Hal ini menyebabkan akses


pelayanan kesehatan menjadi berkurang. (H.Nasrudin andi

Mappaware, dkk., 2020)

b. Fasilitas kesehatan

Lingkungan dan fasilitas/ alat merupakan sarana yang mendukung

untuk melaksanakan tindakan atau kegiatan lingkungan meliputi

ruangan pemeriksaan ibu hamil yang memenuhi standar kesehatan

yaitu tersedianya air bersih yang memenuhi syarat fisik, kimia dan

bakteriologik, pencahayaan yang cukup, pentilasi yang cukup, serta

terjamin keamanannya. Sedangkan fasilitas suatu alat atau sarana

untuk mendukung melaksanakan tindakan/kegiatan, pengelolaan

yang baik dan mudah diperoleh serta pencatatan dan pelaporan

yang lengkap dan konsisten (Depkes RI, 2013). Bidan dalam

menjalankan praktik perorangan harus memenuhi persyaratan yang

meliputi tempat dan ruangan praktik, tempat tidur, peralatan, obat-

obatan dan kelengkapan administrasi (Kemenkes RI, 2010)

c. Alat dan obat

Bidan dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya

harus memiliki peralatan dan kelengkapan administrative. Selain

itu obat-obatan yang dapat digunakan dalam melakukan praktik

sebagaimana tercantum dalam lampiran I dan II peraturan

Kemenkes (2010), Standar alat asuhan antenatal terdiri atas:

 Tensimeter

 Stetoskop
 Stetoskop monocular

 Thermometerer

 Timbangan

 Refleks hammer

 Alat pemeriksaan Hb (sahli)

 Blood lancet

 Set pemeriksaan urine (protein,reduksi)

 Kom

 Bengkok

 Pita pengukur

 Tempat sampah

 Bahan habis pakai (kapas DTT, tissue, sarung tangan, spuit)

 Tablet Fe (tambah darah)

 Vaksin TT

(Karwati, 2011)

d. Faktor jarak

Keterjangkauan tempat pelayanan sangat menentukan terhadap

pelayanan kesehatan, di tempat terpencil ibu hamil sulit

memeriksakan kehamilannya, hal ini karna transportasi yang sulit

menjangkau sampai tempat terpencil. Selain itu jarak yang jauh

dari pusat layanan kesehatan juga mempengaruhi kunjungan ibu

hamil (Hasanah, H., 2013).


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003),

hubungan antara lokasi pemeriksaan dengan tempat tinggal ibu

hamil dapat diukur dengan satuan jarak waktu tempuh, atauapun

biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber

daya yang ada. Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan

jauh dari puskesmas dan maupun rumah sakit sebagai tempat

pemeriksaan kehamilan seringkali menyebabkan ibu hamil sulit

untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya.

e. Pemanfaatan buku KIA

Buku KIA, sebagai dokumen pencatatan pelayanan kesehatan ibu

dan anak dapat memastikan terpenuhinya hak ibu dalam

mendapatkan pelayanan KIA secara lengkap dan

berkesinambungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan buku KIA dapat meningkatkan pengetahuan dan

kepercayaan ibu terhadap pelayanan kesehatan sehingga

mendorong ibu untuk mengakses pelayanan kesehatan. Hasil

analisis data Riskesdas 2013 dan Sirkesnas 2016 menunjukkan

terdapat keterkaitan antara kepemilikan buku KIA dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu yang memiliki

buku KIA lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilan, lebih

banyak bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang ridak

memiliki buku KIA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buku KIA

berdampak positif.
E. Kerangka Teori

SDM
 Bidan
 Fasilitas
 Obat-obatan cakupan
Jarak K4
Buku KIA

Keterangan :

Variabel dependent :

Variabel Independent:

Anda mungkin juga menyukai