Anda di halaman 1dari 72

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN REMAJA PUTRI

MENGONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DI SMPS ILMIAH KENDARI


WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS WUA-WUA

Karya Tulis Ilmiah

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk menyelesaikan pendidikan


Diploma III Gizi

OLEH

YUSTINA PALIMBO
NIM : P00331016057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D-III GIZI
2019

i
ii
iii
iv
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN REMAJA PUTRI
MENGONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DI SMPS ILMIAH KENDARI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS WUA-WUA

RINGKASAN
Oleh

Yustina Palimbo.
Dibimbing oleh Fatmawati dan Euis Nurlaela.

Latar Belakang: Berdasarkan masalah yang ada, maka diadakan penelitian ini untuk
mengetahui “Bagaimana gambaran pengetahuan dan kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah pada remaja putri di SMPS Ilmiah Kendari Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Wua-Wua

Metode: Data yang dikumpulkan yaitu pengetahuan gizi yang diambil melalui
wawancara dengan menggunakan kuisioner dan data kepatuhan diambil dengan cara
observasi menggunakan lembar checklist.

Hasil: Hasil penelitian diperoleh dari 48 sampel pengetahuan baik sebanyak 25 sampel
(52,1%),pengetahuan cukup 18 sampel (37,5%) dan pengetahuan kurang 5
sampel(10,4%).Sampel yang memiliki kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah
sebesar 25 sampel (52,1%), dan yang tidak patuh mengonsumsi tablet tambah darah
yaitu 23 sampel (54,1%).

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan sampel di SMPS Ilmiah Kendari sebagian besar


dengan kategori cukup dan tingkat kepatuhan sampel sebagian besar dengan kategori
patuh.

Katakunci: Pengetahuan, kepatuhan,remaja putri,konsumsi tablet tambah darah.

v
ABSTRACT

Yustina Palimbo. Description of knowledge and obedience of female adolescent


consuming the blood-booster supplement in SMPS Ilmiah Kendari
Supervised by lecturers Fatmawati and Euis Nurlaela

Background: Based on the existing problems, this research was held to find out "How
is the description of knowledge and compliance with the consumption of added blood
tablets in young women in the Scientific SMPS Kendari Working Area UPTD
Puskesmas Wua-Wua
Objectives: To find out the description of knowledge and obedience of female
adolescent consuming blood-added tablets in SMPS Ilmiah Kendari.
Methods: Data collected is nutritional knowledge taken through interviews using
questionnaires and compliance data taken by observation using checklist sheets.
Results: The results of the study were obtained from 48 sample good knowledge as
many as 25 sample (52.1%), sufficient knowledge of 18 sample (37.5%) and less
knowledge of 5 sample (10.4%). Sample who had obedient to consume blood-booster
supplement by 25 sample (52.1%), and those who were not obedient to consume
blood-booster supplement were 20 sample (54.1%).
Conclusion: The level of sample knowledge in Kendari Scientific SMPS was mostly
in the adequate category and the level of sample compliance was mostly in the
compliance category.
Keywords: knowledge; obedience; female adolescents; the blood-booster supplement

KATA PENGANTAR

vi
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kepada Allah

SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal KTI dengan judul “Gambaran Pemberian Tablet Tambah

Darah Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Wua-Wua”.

Latar belakang disusunnya Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah

satu syarat akademik dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Bidang Gizi di

Politeknik Kesehatan Kendari.

Dalam penyusunan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak

mendapat bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, maka dengan penuh

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Ibu Sri Yunancy V.Gobel, SST, MPH, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Kendari.

3. Ibu Dr.Hj.Fatmawati, SKM, M.Kes,selaku Pembimbing I yang memberikan

masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Proposal KTI ini.

4. Ibu Euis Nurlaela, S.Gz, M.Kes, selaku Pembimbing II yang senantiasa

memberikan masukan, dan bimbingan penyusunan Proposal KTI ini.

5. Seluruh Dewan Penguji atas masukan, saran dan kritikan dalam perbaikan

Proposal KTI ini.

6. Seluruh Staf/Dosen Jurusan Gizi atas dukungan dan bimbingan dalam penyusunan

Proposal KTI ini.

7. Kepala Badan Riset Propinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberi ijin

penelitian di Kota Kendari.

vii
8. Kepala Puskesmas Wua-Wua, beserta jajarannya yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian.

9. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan Diploma III Alih Jenjang seperjuangan yang

telah banyak berbagi ilmu dan pikiran untuk kelancaran penulisan Proposal KTI

ini.

10. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang memberi

bantuan selama penyusunan Proposal KTI ini.

Ucapan terima kasih yang tak ternilai harganya penulis persembahkan kepada

Ayahanda Antonius Palimbo dan Ibunda Alm. Yuliana S. Pagiringan terkasih dan

tersayang, yang tak lelah memberi doa dan dukungan moril, Suami tercinta Ari

Mulyono dan Kedua Puteriku tersayang Ayu Aditya Pratiwi dan Zhee Vilsynka

Slavina serta seluruh keluarga yang tak henti memberikan dukungan semangat dan doa

sepenuhnya untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu , kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi perbaikan selanjutnya. Terima kasih banyak atas kritik dan sarannya.

Kendari, Agustus 2019

Penulis

DAFTAR ISI

viii
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN ................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH…………………….. iii

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI UJIAN AKHIR PROGRAM…………...iv

RINGKASAN…………………………………………………………………….v

ABSTRACT …………………………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

A. Telaah Pustaka ................................................................................ 5


B. Kerangka Teori ............................................................................... 29
C. Kerangka Konsep …………………………………………………30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 31


B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 31
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ................................ 32
E. Pengolahan dan Analisa Data …………………………………….33
F. Definisi Operasional ...................................................................... 34

ix
G. Jalan Penelitian .............................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 37

A. Hasil ............................................................................................... 36
B. Pembahasan ................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 46

A. Kesimpulan ..................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46

LAMPIRAN …………………………………………………………………….48

DOKUMENTASI ……………………………………………………………….49

x
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kecukupan Zat Gizi untuk Remaja menurut AKG Indonesia ...................... 22


2. Data ketenagaan di SMPS Ilmiah Kendari..................................................... 36
3. Tenaga Bimbingan Belajar ………………………………………………….37
4. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur …………………………….38
5. Distribusi pembagian kelas remaja putri di SMPS Ilmiah Kendari…………39
6. Gambaran pengetahuan dan kepatuhan tentang TTD ………………………39
7. Distribusi kepatuhan remaja putri mengonsumsi TTD …………………… 40

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Kerangka Teori ............................................................................................ 29

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah insan generasi penerus bangsa dan salah satu aset utama

bangsa Indonesia sebagai sumber daya manusia yang harus dipersiapkan untuk

membangun dan mengsejahterakan manusia. Keberhasilan Pembangunan

Nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM)

yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat

dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan

teknologi serta generasi remaja Tinggi, Cerdas dan Berprestasi. (Kemenkes RI,

2017).

Gizi merupakan salah satu faktor penentu bagi kualitas SDM untuk

mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Pada siklus kehidupan seorang

perempuan, pemeliharaan gizi, pertumbuhan dan perkembangan optimal sangat

memegang peranan penting pada masa dimulai sejak janin dan anak.

(Dit.Kes&Gizi/PPN-BAPPENAS, 2017). Jika dilihat dari cakupan belasan tahun

silam untuk status gizi anak dan remaja di Indonesia, hingga saat ini masih belum

mencapai target nasional. Dari data status gizi yang diambil pada tahun 2004 27,5

% atau lima juta balita kurang gizi, 19,2 % atau 3,5 juta anak gizi kurang, dan 8,3

% atau 1,5 juta anak gizi buruk. Demikian pula masalah gizi yang terjadi pada

usia remaja dan usia produktif, anemia gizi merupakan masalah yang paling

sering ditemui. Sepertiga remaja putri dan WUS serta sekitar 50% ibu hamil

menderita anemia gizi. Selain itu kurang energi kronis (KEK) juga ditemui pada

1
sekitar 30 juta kelompok usia remaja yang produktif. Kurang gizi pada kelompok

ini sangat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh dan produktivitas.

Prevalensi anemia perempuan umur ≥ 15 tahun di Indonesia menurut

Riskesdas 2013 yaitu 22,7%, kelompok umur anak sekolah, remaja sampai

dewasa muda yaitu 26,4% (5 – 14 tahun), 18,7% (15-24 tahun ) dan 16,9% (25-

34 tahun). (Kemenkes, 2014). Demikian pula, berdasarkan data Kemenkes tahun

2018 menunjukkan bahwa Kategori kelompok umur remaja putri usia 10 - 18

tahun sebesar 57,1% dengan remaja yang mengalami anemia yaitu sekitar 12%

pada remaja laki-laki dan pada remaja perempuan sebesar 23%, yang sebagian

besar diakibatkan karena kekurangan (defisiensi) zat besi. (Kemenkes RI, 2018).

Dari data ini terlihat bahwa prevalensi anemia di kalangan remaja

perempuan lebih tinggi jika dibandingkan pada remaja laki-laki. Anemia pada

remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi

belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Dan secara khusus anemia pada

remaja putri dapat berdampak lebih serius, mengingat remaja putri adalah calon

ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko

kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR),

balita stunting. Dalam kondisi remaja sehat secara fisik dan psikologis,

diharapkan dapat membentuk remaja yang aktif dan mandiri dan dapat terbekali

dengan karakter peduli dengan masalah kesehatan disekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif oleh Riska 2016, pada remaja putri

SMAN 1 Bantul Yogyakarta, dari 50 responden sebagian besar terdapat remaja

mengalami anemia sebesar 26 (52 %), dan yang tidak mengalami anemia 24 orang

(48%). Penelitian yang dilakukan Giyanti & Wahtini 2016, dari 30 responden
menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan kadar Hb pada 15 responden

kelompok yang diberi perlakuan daripada 15 responden yang tidak diberi

perlakuan (kelompok kontrol). Ada perbedaan kenaikan kadar Haemoglobin

kelompok perlakuan setelah 30 hari mengkonsumsi tablet Fe kadar Hb meningkat.

Sama seperti pada penelitian Ahmady et al 2016, pada 60 orang responden

perlakuan dan kontrol, terdapat peningkatan kadar Hb setelah meminum Tablet

Tambah Darah. Kemudian hasil Permatasari et al 2018, dari 172 responden remaja

putri SMP/SMA usia 10 – 18 tahun, menunjukkan hasil bahwa kejadian anemia

sebelum intervensi yaitu 20,7% dan menurun menjadi 15,2% setelah 4 bulan

diberikan intervensi.

Pemberian Tablet Tambah Darah telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Propinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2017 dengan cakupan pemberian di 5

Kota/Kabupaten yaitu 15%, yang belum mencakup target nasional 20 %. Dari

hasil laporan kinerja Dinas Kesehatan Kota Kendari pada tahun 2017 sampai

dengan tahun 2018 menunjukkan cakupan pemberian TTD Remaja Putri di

wilayah kerja Puskesmas Wua-wua sebesar 15 %.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan kepatuhan

konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri di SMPS Ilmiah Kendari Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Wua-Wua?”.

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Gambaran

pengetahuan dan kepatuhan mengonsumsi Tablet Tambah Darah Pada

Remaja Putri di SMPS Ilmiah Kendari Wilayah Kerja Puskesmas Wua-Wua.

2. Tujuan Khusus

a). Untuk mengetahui pengetahuan gizi remaja putri SMPS Ilmiah Kendari

b). Untuk mengetahui kepatuhan konsumsi TTD remaja putri SMPS Ilmiah

Kendari

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan

juga sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang gizi dan kesehatan remaja.

b. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dalam menggali informasi perilaku kesehatan di

bidang gizi dan kesehatan remaja khususnya pengetahuan tentang manfaat

pemberian Tablet Tambah Darah yang dapat dijadikan data dasar untuk

penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

puskesmas pentingnya memberikan tablet tambah darah secara adekwat untuk

meningkatkan status gizi dan kadar haemoglobin bagi remaja puteri selama

masa pertumbuhan usia remaja.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau

dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

kematangan. Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19

tahun. Remaja adalah masa dimana tanda-tanda seksual sekunder

seseorang sudah berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja

juga mengalami kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.

Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan

semua aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan

masa kanak-kanak menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas.

Masa pubertas merupakan masa dimana remaja mengalami kematangan

seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa

pematangan fisik pada remaja wanita ditandai dengan mulainya haid,

sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan mengalami mimpi basah

(Hurlock, 2011).

Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik, psikologi,

dan sosial. Secara psikologis remaja adalah usia seseorang yang

memasuki proses menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa

dimana remaja tidak merasa bahwa dirinya tidak seperti anak-anak

5
lagi dan merasa bahwa dirinya sudah sejajar dengan orang lain di

sekitarnya walaupun orang tersebut lebih tua. (Hurlock, 2011).

b. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat,

baik fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya

berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja

permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan

pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena

dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja

juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil (Proverawati

dalam Ngafif, 2013).

Pematangan secara fisik merupakan salah satu proses pada remaja

adanya perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti haid pada

perempuan dan mimpi basah atau ejakulasi pada laki-laki.

Pematangan remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan

psikososial pada setiap individu, misalnya bersikap tidak ingin

bergantung pada orang tua, ingin mengembangkan keterampilan

secara interaktif dengan kelompoknya dan mempunyai tanggung

jawab pribadi dan sosial (Soetjiningsih, 2012).

Menurut Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja:

1) Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini

mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan- perubahan


yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran

baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang

secara erotis.

2) Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle

adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja

madya atau pertengahan sangat mebutuhkan temannya. Masa ini

remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri

(narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih bingung dalam

mengambil keputusan atau masih labil dalam berperilaku.

3) Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence

merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini

merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu

mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja

akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya

sudah berpikir secara matang dan intelek dalam mengambil

keputusan.

c. Perkembangan Remaja

1) Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan tumbuhnya

rambut di tubuh seperti di ketiak dan sekitar alat kemaluan. Pada

7
anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, dan suara membesar.

Organ reproduksinya juga sudah mencapai puncak kematangan

yang ditandai dengan kemampuannya dalam ejakulasi, dan sudah bisa

menghasilkan sperma. Anak laki-laki mengalami ejakulasi

pertama kali saat tidur atau yang lebih sering dikenal dengan

mimpi basah (Sarwono, 2011).

Perkembangan fisik pada anak perempuan yaitu tumbuhnya

payudara, panggul yang membesar, dan suara yang berubah menjadi

lembut. Pada anak perempuan mengalami puncak kematangan

reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pertama (menarche).

Menstruasi merupakan tanda bahwa anak perempuan sudah mampu

memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar

bersama dengan darah menstruasi melalui vagina (Sarwono, 2011).

2) Perkembangan emosi

Pada remaja awal mulai ditandai dengan lima kebutuhan

dasarnya yaitu : fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan

perwujudan diri. Setiap remaja juga masih menunjukkan reaksi-

reaksi dan ekspresi emosinya yang masih labil. Remaja awal

masih belum terkendali dalam meluapkan ekspresinya seperti

pernyataan marah, gembira, dan sedih yang setiap saat dapat berubah-

ubah dalam waktu yang cepat.


3) Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif remaja dapat dilihat dari mereka

dalam menyelesaikan masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang

logis. Dalam menyelesaikan masalah remaja juga dapat mencari

solusi dan jalan keluarnya secara efektif. Remaja juga mampu

berpikir secara abstrak setiap menyelesaikan masalah (Potter &

Perry, 2009).

4) Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial pada remaja biasanya ditandai

dengan ketertarikannya remaja tersebut untuk bersosial pada

teman sebayanya. Remaja pada masa ini biasanya mengalami

masalah pada teman dan memiliki ketertarikan pada lawan

jenisnya. Remaja sudah memiliki rasa solidaritas yang tinggi dan

memiliki rasa saling menghormati pada teman sebayanya maupun

orang yang lebih tua pada mereka. Pada masa ini remaja sudah

mementingkan penampilannya ketika bertemu seseorang yang

sesama jenis ataupun lawan jenisnya (Potter & Perry, 2009).

2. Anemia Gizi Besi

Anemia oleh orang awam dikenal sebagai “kurang darah”. Sebagian

besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi adalah

salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah

merah. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi Besi. Anemia gizi besi ini timbul

akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga cadangan zat besi untuk

9
eritropoesis berkurang yang menyebabkan kadar Hemoglobin (Hb) dalam

darah kurang dari normal.

a. Pengertian Anemia

Pengertian anemia secara umum dan anemia gizi besi, menurut WHO dan

beberapa ahli gizi kesehatan masyarakat terbagi dalam beberapa pendapat

yaitu sebagai berikut:

1 ) Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit

dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk

perorangan (Arisman, 2008).

2) Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel

darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik

darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem

peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna

kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan

tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia

defisiensi zat besi

3) Menurut Wirakusumah, anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan

kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada

pendertita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah

merah atau hemoglobin dibawah normal.

4) Menurut Soekirman, anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana

terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin

darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi,


diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). (Soekirman,

2010).

5) Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang

lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan

pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan

kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia

yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel

darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani &

Wijatmadi, 2012).

b. Penyebab Anemia

Anemia gizi terutama yang disebabkan oleh defisiensi zat besi

merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemui di negara berkembang

dan bersifat epidemik. Anemia gizi umumnya terjadi pada perempuan dalam

usia reproduktif dan anak-anak. Keadaan ini membawa efek keseluruhan

terbesar dalam hal gangguan kesehatan. Anemia defisiensi besi rentan

terjadi pada remaja puteri karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama

masa pertumbuhan. Ditambah lagi, kehilangan darah pada masa menstruasi

juga meningkatkan risiko anemia. Pada perempuan usia subur, anemia gizi

berkaitan dengan fungsi reproduktif yang buruk, proporsi kematian maternal

yang tinggi (10-20% dari total kematian), meningkatnya insiden BBLR

(berat bayi <2,5 kg pada saat lahir), dan malnutrisi intrauteri. (Briawan,

2014).

Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti

11
vitamin A, C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi

dalam seharinya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan

hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap,

mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi

yang tinggi tetapi sulit diserap.

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi,

infeksi atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang

disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah yang cukup

banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan

jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami

menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara

perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon

juga dapat menyebabkan anemia. (Briawan, 2014).

Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda

Veretamala (2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak dan Remaja

penyebab anemia antara lain:

1) Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi Peningkatan kebutuhan zat besi pada

masa remaja memuncak pada usia antara14-15 tahun untuk perempuan

dan satu sampai dua tahun kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan

seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang

untuk memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki.

Sedangkan pada remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun

setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan

tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi
yang terjadi saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih

rentan mengalami anemia dibanding remaja putra.

2) Kurangnya Asupan Zat Besi Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah

rendahnya asupan dan buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang

dikonsumsi, yang berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada

masa remaja.

3) Kehamilan pada Usia Remaja Masih adanya praktik tradisional

pernikahan dini di negara-negara di Asia Tenggara juga berkontribusi

terhadap kejadian anemia gizi besi. Pernikahan dini umunya

berhubungan dengan kehamilan dini, dimana kehamilan meningkatkan

kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap semakin parahnya

kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami remaja

perempuan.

4) Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit Sering terjadinya penyakit infeksi

dan infeksi parasit di negara berkembang juga dapat meningkatkan

kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang terjadinya status gizi

negatif dan anemia gizi besi.

5) Sosial-Ekonomi Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian

anemia, remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki

pilihan dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih

luas di bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak

mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di

perkotaan (20,6%).

13
6) Status Gizi Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian

anemia. Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami

anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal

tersebut juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan

Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor

protektif anemia.

7) Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman

yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat

dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan

tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada

beberpa penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka yang

memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.

c. Tanda dan Gejala Anemia

Pada remaja putri yang mengalami anemia, akan muncul tanda dan gejala

anemia sebagai berikut:

1) kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat;

2) detak jantung meningkat;

3) sulit bernafas;

4) kurang tenaga atau cepat lelah;

5) pusing terutama saat berdiri;

6) sakit kepala;

7) siklus menstruasi tidak menentu;

8) lidah yang bengkak dan nyeri;


9) kulit mata dan mulut berwarna kuning;

10) limpa atau hati membesar; dan

11) penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu. Fikawati et al (2015).

d. Dampak Anemia pada Remaja Putri

Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,

terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja,

ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja. Adapun dampak anemia dapat

terbagi sebagai berikut:

1) Menurunkan Daya Tahan Terhadap Infeksi

Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap

penyakit infeksi (Thompson & Ward, 2008) dan meningkatnya

kerentanan mengalami keracunan. Pada populasi yang mengalami

kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi meningkat karena

kurangnya zat besi berdampak pada sistem imun;

2) Menurunnya Kesehatan Reproduksi

Berdampak saat kehamilan anemia yang terjadi pada masa hamil

berhubungan dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan

peningkatan risiko kematian ibu dan bayi perinatal. Anemia tingkat berat

diketahui merupakan faktor risiko kematian ibu. Untuk janin sendiri,

anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko BBLR, kelahiran

prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada bayi bahkan calon ibu

yang berisiko saat kehamilan dan melahirkan, akan terjadi perdarahan

bahkan kematian;

15
3) Mengganggu Produktivitas Kerja

Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga

menyebabkan kelelahan; serta dapat menurunkan kemampuan dan

konsentrasi belajar;

4) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan;

5) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal; dan menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran;

Fikawati et al (2015).

e. Manfaat dan Pentingnya Zat Besi (Fe) bagi Remaja Putri

Defisiensi merupakan batasan faktor untuk pertumbuhan masa remaja,

yang mengakibatkan tingginya kebutuhan zat besi. Kekurangan zat besi

dalam kandungan nutrisi yang dikonsumsi sehari-hari dapat menimbulkan

kekurangan darah yang dikenal sebagai Anemia Gizi Besi (AGB). Remaja

putri lebih rawan terhadap anemia dibandingkan remaja laki-laki oleh

karena remaja putri mengalami siklus menstruasi secara berkala yang

mengeluarkan sejumlah zat besi setiap bulan. Oleh sebab itu remaja putri

lebih membutuhkan zat besi lebih banyak dari pada remaja laki-laki.

Selain manfaat tersebut, zat besi juga berfungsi sebagai berikut yaitu:

1) Metabolisme Energi

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut

elektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme

energi.

2) Kemampuan Belajar

Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitiannya yang menunjukan


perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak yang menderita anemia

gizi besi dan anak-anak yang sehat. Kadar besi dalam darah meningkat

selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi yang kurang pada masa

pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi

berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi

system neurotransmitter (pengantar saraf). Daya konsentrasi, daya ingat

dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat,

fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.

3) Sistem Kekebalan Tubuh

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.

4) Pelarut Obat-obatan

Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besidapat

dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

f. Pencegahan Anemia

Upaya pencegahan dan peningkatan perbaikan gizi masyarakat

khususnya pada rematri terus menerus dilakukan pemerintah seperti yang

tertuang dalam Rencana Strategis Kemenkes tahun 2015-2019 yang

menargetkan program cakupan pemberian Tablet Tambah Darah pada

remaja putri secara bertahap dari 10 % pada 2015 hingga mencapai 30%

hingga tahun 2019. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah

Darah (TTD) Indikator persentase yang berusia 12-18 tahun yang

bersekolah di SLTP dan SLTA, yang mendapat tablet tambah darah 1 tablet

setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama 10 hari masa haid. Tablet

17
tambah darah yang diberikan dapat berupa TTD program atau TTD mandiri.

TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg kandungan besi dan

0.400 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara

gratis pada remaja puteri. Sementara itu, TTD mandiri adalah TTD multi

vitamin dan mineral, minimal mengandung element besi dan asam folat

yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran. (Kemenkes, 2016a).

Anemia yang ditimbulkan akibat defisiensi zat besi dapat dicegah dengan

berbagai upaya antara lain:

1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi;

2) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan

nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe);

3) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan

nenas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi

dalam usus;

4) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet

Tambah Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau

memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC;

Menurut teori Lawrence Green terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

perilaku pencegahan anemia yaitu: 1) Faktor predisposisi (predisposing

factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

nilai-niai dan sebagainya; 2) Faktor pendukung (enabling factor) yaitu

berupa fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, alat dan sebagainya; 3) Faktor pendorong

(reinforcing factor) yaitu berupa sikap dan periaku petugas kesehatan dan

petugas yang lain yang merupakan kelompok dari perilaku masyarakat.

Dari tiga faktor yang mempengaruhi anemia gizi tersebut diatas, dapat

disimpukan bahwa perilaku pencegahan anemia pada remaja putri di

masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

petugas fasilitas kesehatan. Tiga strategi pencegahan penyakit tersebut,

menurut Green yaitu sebagai berikut: (Notoadmodjo, 2012)

(a) Pencegahan Primer (Promosi Kesehatan)

Promosi yang dilakukan pada individu atau masyarakat untuk

mendorong perilaku yang meningkatkan kesehatan dengan cara

mengurangi faktor risiko dengan cara perubahan ligkungan untuk

menyediakan pilihan makanan bergizi, disekolah menjual makanan yang

bergizi dan mengandung zat besi seperti berasal dari sayuran dan buah

yang segar, informasi gizi di akses di internet, penjual dan pembeli

makanan harus memperhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa.

(b) Pencegahan Sekunder (Penilaian dan Pengurangan Resiko)

Pencegahan sekunder ini untuk menekankan deteksi dini dan diagnosa

penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pemeriksaan

sejak dini ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui sejak dini hasil

pemeriksaan/diagnosa anemia diantaranya: anamnesa/keluhan,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah.

(c) Pencegahan Tersier (Pengobatan dan Rehabilitasi)

19
Mencakup pengobatan dan rehabilitasi untuk mencegah kejadian anemia

lebih lanjut. Anemia pada remaja putri disebabkan dari faktor kurangnya

berbagai macam nutrisi penting dalam pembentukan Hb. Prinsip dasar

dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi adalah memastikan

konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan

untuk meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas (ketersediaan

hayati) zat besi dalam makanan.

Ada empat pendekatan utama dalam upaya pencegahan tersier yaitu:

i. Penyediaan suplemen zat besi

Dosis Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet besi folat yang

setiap tablet mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60mg besi

elemental dan 0,25 mg asam folat. Mengkonsumsi tablet Fe saat

mentruasi dapat membantu mencegah anemia. Cara paling efektif

untuk mengatasi anemia defisiensi besi segera setelah diketahui

adalah dalam bentuk preparat, terapi juga harus ditujukan kepada

keadaan yang mungkin terdapat dibalik anemia tersebut.

ii. Makanan yang mengandung zat besi.

Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (heme) seperti daging, ikan, ayam, hati, telur dan

bahan makanan nabati (non heme) sayur-sayuran dan buah buahan

yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong,

bayam, jambu, tomat, jeruk, nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.


iii. Mengurangi yang menghambat penyerapan zat besi yaitu minum

teh, kopi, susu, dan minuman beralkohol.

iv. Edukasi gizi.

Pendekatan berbasis holtikultur untuk memperbaiki ketersediaan

hayati zat besi pada bahan pangan yang umum.

3. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri

Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan WUS

merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat

besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan

meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Pemberian suplementasi ini

dilakukan di beberapa tatanan yaitu fasyankes, institusi pendidikan, tempat

kerja dan KUA/tempat ibadah lainnya. Pelaksanaan pemberian TTD

sebelumnya adalah 1 tablet per minggu dan pada masa haid diberikan 1 tablet

per hari selama 10 hari, namun pertemuan para pakar gizi memberi

rekomendasi pemberisn TTD diubah agar lebih efektif, efisien dan mudah

pelaksanaannya.(Kemenkes, 2016b).

a. Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja

Pada orang dewasa, volume darah di dalam tubuh sekitar 5 liter.

Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap

detik, tubuh harus memproduksi 2,5 juta sel darah merah (eritropoiesis).

Selama 120 hari sel darah merah tersebut dapat digunakan oleh tubuh

(lifespan), dan kemudian akan mati. Kebutuhan remaja dihitung dari

peningkatan total volume darah (0,18 mg/hari pada remaja pria dan 0,14

21
mg/hari pada remaja wanita). Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut

termasuk peningkatan volume darah yang diiringi dengan peningkatan rata-

rata konsentrasi Hb selama pertumbuhan yang pesat (growth spurt).

Kebutuhan zat besi terabsorpsi pada remaja wanita diperkirakan sekitar 1,9

mg/ hari, berdasarkan rata-rata kebutuhan untuk tumbuh (0,5 mg), basal

(0,75 mg), dan kehilangan darah menstruasi (0,6mg) (Briawan &

Puspadewi, 2014). Kebutuhan zat besi berbeda pada berbagai kelompok

umur. Kebutuhan zat besi orang Indonesia menurut angka kecukupan gizi

(AKG) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.
Kecukupan Zat Gizi untuk Remaja menurut AKG Indonesia

Jenis Kelamin Usia Zat Besi (mg/hari)


Wanita 10-12 tahun 20
13-15 tahun 26
16-18 tahun 26
Laki-laki 10-12 tahun 13
13-15 tahun 19
16-18 tahun 15

b. Maksud dan Tujuan Program

Meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai

terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi

dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang sehat

berkualitas dan produktif.

c. Ruang Lingkup Program

Komposisi pemberian TTD terdiri dari 60 mg zat besi elemental (dalam

bentuk sediaan ferro sulfat, ferro furamat dan ferro glukonat) dan 400 mg
asam folat pada remaja putri usia 12-18 tahun di institusi pendidikan (SMP

dan SMA atau sederajat.

d. Pelaksanaan Program TTD

1) Cara pemberian TTD dengan dosis 1 tablet per minggu untuk semua

Remaja putri.

2) Pemberian TTD dilakukan pada remaja putri usia 12-18 tahun

3) Pemberian TTD pada remaja putri dilakukan di institusi pendidikan

(SMP dan SMA atau sederajat dengan menentukan hari minum TTD

bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan di wilayah masing-

masing.

e. SOP Pemberian

Mendistribusikan Tablet Tambah Darah kepada anak SMP dan SMA

yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas.

f. Prosedur; Unit dan Dokumen Terkait

Prosedur pemberian TTD terdiri dari 4 bentuk yaitu:

1) Sosialisasi ke siswi remaja putri mengenai anemia dan Tablet Tambah

Darah;

2) Sosialisasi dari Puskesmas ke Guru tentang rencana pelaksanaan

pemberian Tablet Tambah Darah ke sekolah;

3) Mendistribusikan Tablet Tambah Darah ke sekolah;

4) Melakukan monitoring pemberian Tablet Tambah Darah;

Unit terkait pelaksana program pemberian TTD terdiri dari 5 pihak yaitu:

1) Apotek;

2) Pemegang Program Remaja;

23
3) Petugas Gizi;

4) Pihak Sekolah;

5) Siswi SMP dan SMA;

Dokumen terkait form pemberian TTD yaitu: 1) Kartu Tablet Tambah Darah

Remaja Putri; dan 2) Format Laporan Pemberian Tablet Tambah Darah.

g. Cara Pemberian TTD

TTD diberikan kepada remaja putri usia 12-18 tahun di sekolah dengan

frekuensi 1 tablet setiap minggu . Pemberian TTD pada remaja putri di

sekolah dapat dilakukan dengan menentukan hari minum TTD bersama

setiap minggunya sesuai kesepakatan di masing-masing sekolah. Saat libur

Sekolah TTD diberikan sebelum libur sekolah.

Berdasarkan penelitian di Indonesia dan di beberapa negara lain tersebut,

maka pemerintah menetapkan Kebijakan Program Pemberian TTD pada

remaja putri dan WUS dilakukan setiap 1 kali seminggu dan sesuai dengan

Permenkes yang berlaku. Pemberian TTD untuk remaja putri dan WUS

diberikan secara blanket approach.

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya TTD dikonsumsi

bersama dengan: 1) Buah-buahan sumber vitamin C (jeruk, pepaya,

mangga, jambu biji dan lain-lain); dan 2) Sumber protein hewani, seperti

hati, ikan, unggas dan daging;

Hindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan :

1) Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat

mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat

diserap.
2) Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat penyerapan

zat besi. Susu hewani umumnya mengandung kalsium dalam jumlah yang

tinggi sehingga dapat menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus.

3) Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga

penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat besi akan semakin

terhambat jika menggunakan obat maag yang mengandung kalsium.

h. Dasar Pendekatan Blanket Approach

Blanket Approach atau dalam bahasa Indonesia berarti “pendekatan

selimut”, berusaha mencakup seluruh sasaran program. Dalam hal ini,

seluruh remaja putri dan WUS diharuskan minum TTD untuk mencegah

anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh tanpa dilakukan

skrining awal pada kelompok sasaran.

Konsumsi zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan keracunan

karena tubuh mempunyai sifat autoregulasi zat besi. Bila tubuh kekurangan

zat besi, maka absorpsi zat besi yang dikonsumsi akan banyak, sebaliknya

bila tubuh tidak mengalami kekurangan zat besi maka absorpsi besi hanya

sedikit, oleh karena itu TTD aman untuk dikonsumsi. Namun, konsumsi

TTD secara terus menerus perlu mendapat perhatian pada sekelompok

populasi yang mempunyai penyakit darah seperti thalassemia,

hemosiderosis.

Pada daerah endemis malaria, pemberian TTD mengacu pada Pedoman

Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Monitoring berkala dilakukan

dengan pemeriksaan kadar Hb. Bila ada kecurigaan adanya thalassemia dan

25
atau malaria, harus dirujuk ke dokter. Konsumsi TTD kadang menimbulkan

efek samping seperti: nyeri/perih di ulu hati; mual dan muntah; dan tinja

berwarna hitam.

Gejala di atas (nyeri/perih di ulu hati, mual, muntah, dan tinja berwarna

hitam) tidak berbahaya. Untuk mengurangi gejala di atas sangat dianjurkan

minum TTD setelah makan (perut tidak kosong) atau malam sebelum tidur.

Bagi remaja putri dan WUS yang mempunyai gangguan lambung

dianjurkan konsultasi kepada dokter.

i. Pencatatan dan Pelaporan

1) Pencatatan

(a) Institusi Pendidikan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Pencatatan dilakukan oleh tim pelaksana UKS di sekolah (guru UKS)

sesuai dengan tugas tambahan. Pemberian TTD dicatat pada Kartu

Suplementasi Gizi dan Buku Rapor Kesehatanku. Setiap Remaja Putri

akan mendapat Kartu Suplementasi Gizi dan Buku Rapor

Kesehatanku.

Kartu Suplementasi Gizi untuk remaja putri diisi sendiri oleh siswi

pada saat menerima dan mengkonsumsi TTD.

Buku Rapor Kesehatanku terdiri dari:

i. Buku Informasi Kesehatan untuk peserta didik tingkat SMP/MTs

dan SMA/SMK/MA yang memuat berbagai informasi kesehatan

termasuk anemia.

ii. Buku Catatan Kesehatan untuk peserta didik tingkat SMP/MTs dan

SMA/SMK/MA. Di dalam Buku Catatan Kesehatan, tenaga


kesehatan mencatatkan hasil penjaringan kesehatan/pemeriksaan

berkala ke dalam formulir penjaringan kesehatan/pemeriksaan

berkala yang terdapat dalam Buku Rapor Kesehatanku dan kolom

pencatatan pemberian tablet tambah darah (TTD).

(b) Tempat kerja

Pemberian TTD pada pekerja perempuan merupakan salah satu

program pencegahan dan penanggulangan anemia pada WUS

melalui Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP).

Pencatatan pemberian TTD di perusahaan dilakukan oleh tenaga

kesehatan di klinik perusahaan.

(c) Calon Pengantin

Pencatatan pemberian TTD untuk calon pengantin dilakukan oleh

petugas di puskesmas.

2) Pelaporan

Pelaporan pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD direkapitulasi

dan dilaporkan oleh:

(a) Sekolah

Data pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD direkapitulasi

oleh guru pembina UKS untuk dilaporkan ke Puskesmas dengan

menggunakan formulir 1a dan 1b. (Lampiran 2);

(b) Tempat kerja

Pelaporan pemberian TTD di perusahaan dikirimkan kepada

Puskesmas dengan menggunakan formulir 2. (Lampiran 3);

27
(c) Puskesmas

Puskesmas mencatat pemberian TTD untuk calon pengantin dengan

menggunakan formulir 3 (Lampiran 4). Selanjutnya petugas

puskesmas merekap laporan dari sekolah, tempat kerja dan calon

pengantin dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan kota

dengan menggunakan formulir 4. (Lampiran 5);

(d) Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota

Laporan dari Puskesmas direkap oleh pengelola program gizi dan

dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan

formulir 5. (Lampiran 6);

(e) Dinas Kesehatan Provinsi

Melakukan rekapitulasi dan analisis semua laporan dinas kesehatan

kota dan kabupaten yang ada di wilayah kerjanya menggunakan

formulir 6 dan hasilnya dilaporkan ke Kementerian Kesehatan.

(Lampiran 7);

(f) Kementerian Kesehatan

Melakukan rekapitulasi dan analisis semua laporan Dinas Kesehatan


Provinsi menggunakan formulir 7. (Lampiran 8);

4. Kepatuhan Remaja Putri Mengkonsumsi TTD

Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak

mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Masalah kepatuhan

merupakan kendala utama suplementasi besi harian, karena itu suplementasi

mingguan sebagai alternatif untuk mengurangi masalah kepatuhan tersebut.


B. Kerangka Teori

Dalam kerangka teori ini memuat konsep yang menguraikan keterkaitan

faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku seseorang yaitu Kepatuhan remaja putri

dalam mengkonsumsi tablet tambah darah. Perilaku muncul dari pengetahuan dan

sikap seseorang memahami pentingnya tujuan pemberian tablet tambah darah.

Pengetahuan yang baik membentuk sikap positif untuk menerima atau

menolak semua hal yang berkaitan dengan Pemberian Tablet Tambah Darah.

Berdasarkan konsep tersebut. maka penulis membuat kerangka teori sebagai

berikut:

INDIVIDU
STIMULUS

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Kepatuhan:
- Usia
- Pendidikan SIKAP
- Pengalaman PENGETAHUAN
- Pekerjaan
- Dukungan orang tua
- Asupan Nutrisi

PEMBERIAN TTD

KEPATUHAN
KONSUMSI
(PERILAKU)

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi dari Notoatmodjo (2007); Azwar (2011);
& UNICEF/WHO Tahun 1998

Keterangan:
: variabel yang diteliti

29
C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Sikap Kepatuhan

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa Pengetahuan gizi remaja putri dapat

mempengaruhi sikap sehingga secara langsung mempengaruhi kepatuhan remaja

putri mengonsumsi tablet tambah darah.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan observasi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019, di wilayah kerja

Puskesmas Wua-Wua, yaitu di SMPS Ilmiah Kendari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh remaja putri SMPS Ilmiah

Kendari yang mendapatkan Tablet Tambah Darah berjumlah 100 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan teknik “purposive sampling”

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan

kriteria inklusi

31
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Remaja putri yang berusia 12-15 tahun

2) Sudah mengalami menstruasi

3) Memiliki buku Rapor Kesehatanku

Sampel penelitian ini adalah remaja putri SMPS Ilmiah Kendari usia

12-15 tahun dengan jumlah 48 siswi.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

a). Pengetahuan gizi tentang Tablet Tambah Darah yang dikumpulkan dengan

cara wawancara menggunakan kuisioner.

b). Kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah dikumpulkan dengan cara

observasi menggunakan formulir checklist konsumsi TTD.

2. Data Sekunder

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang dikumpulkan dari sumber lain yang telah tersedia sebelum

penelitian. Sumber data sekunder adalah dengan melalui dokumentasi ,buku

register daftar pemberian TTD di Puskesmas Wua-Wua.

F. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian telah dikumpulkan,

maka kemudian data tersebut diolah.

1. Pengolahan Data

Pada penelitian ini, data diolah berdasarkan variabel berikut :


a). Pengetahuan.

Data pengetahuan dikumpulkan dan diolah dengan cara skor jawaban

yang dibagi menjadi 2 yaitu jika jawaban benar maka mendapatkan skor

10, jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali akan

mendapatkan skor 0 dengan total skor tertinggi 100 dan terendah 0.

Pengetahuan sampel akan dikategorikan dalam pengetahuan cukup dan

pengetahuan kurang.

b). Kepatuhan.

Data kepatuhan diolah dengan membagi kriteria menjadi 2 yaitu patuh

dan tidak patuh, untuk kriteria patuh diberi skor 1 dan untuk kriteria

tidak patuh diberi skor 0.

2. Analisa Data.

Hasil dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi yang dihitung berdasarkan rumus persentase sebagai berikut :

Rumus:

Keterangan:

P = Persentase (%)

f = Frekuensi

n = Jumlah Sampel

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji statistik karena analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan atau informasi pemberian

33
yang terjadi dan tidak untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara satu

variabel dengan variabel lain.

G. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sampel dalam menjawab

pertanyaan tentang tablet tambah darah.

Kriteria objektif :

Cukup : jika skor jawaban ≥ 60% total skor

Kurang : jika skor jawaban < 60% total skor

2. Kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah adalah ketaatan sampel dalam

mengonsumsi Tablet Tambah Darah.

Kriteria Objektif :

Patuh : mengkonsumsi Tablet Tambah Darah yang diberikan dengan

jumlah 8 tablet dalam 2 bulan, dengan aturan 1 x perminggu

Tidak patuh : Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah yang diberikan dengan

jumlah kurang dari 8 tablet dalam 2 bulan,dengan aturan 1 x

perminggu.

H. Jalan Penelitian

Jalan penelitian yaitu tahap – tahap dan langkah – langkah penelitian yang

terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian data. Adapun

tahap-tahap dalam penelitian ini adalah :


1. Tahap Persiapan

Tahap ini adalah kegiatan mempersiapkan instrumen data sekunder yaitu

Formulir 1a, Kartu Suplementasi Gizi, Buku Rapor Kesehatanku, dan Register

Cakupan Program Gizi serta Lembar Tabulasi Data untuk merekapitulasi data

setelah pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian akan dimulai pada tahap pertama yaitu melakukan proses

perijinan ke sekolah, kemudian mengumpulkan data masing-masing responden

(siswi remaja putri) yang berasal dari sekolah, dengan menggunakan cara

pengolahan data dan direkapitulasi kedalam lembar tabulasi.

3. Tahap Peyelesaian

Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan dan analisa data yang berasal dari

rekapan tabulasi data. Data diolah menggunakan lembar tabel yang selanjutnya

dientri kedalam Excell Office untuk dilakukan perhitungan persentase data.

Pengolahan dan analisis data dengan arahan pembimbing, kemudian dilanjutkan

dengan penyusunan laporan hasil penelitian untuk dipertanggung jawabkan saat

ujian akhir.

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis SMPS Ilmiah berada di Jln. Ahmad Yani Lorong Ilmiah

Kelurahan Mataiwoi Kecamatan Wua-wua Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara SMPS Ilmiah Kendari adalah salah satu sekolah dengan fasilitas

sekolah yang memadai dan sekolah ini banyak diminati oleh masyarakat Kota

Kendari Khususnya masyarakat wilayah Kecamatan Wua-wua. Status sekolah

yaitu swasta dan status kepemilikan adalah milik yayasan

Sumber daya Untuk ketenagaan di SMPS Ilmiah Kendari dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2
Data Ketenagaan di SMPS Ilmiah Kendari
Tenaga Kependidikan Jumlah (orang)
Kepala Sekolah 1
Guru Mata Pelajaran 13
Guru BK 1
Tenaga Administrasi Sekolah 1
Tenaga Perpustakaan 1
Jumlah 17

Pada tabel 2 terlihat bahwa SMPS Ilmiah Kendari memiliki guru mata

pelajaran sebanyak 13 orang. Sedangkan guru BK, Tenaga Administrasi

sekolah dan tenaga perpustakaan masing-masing sebanyak 1 orang.


Untuk tenaga bimbingan belajar di SMPS Ilmiah Kendari dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3
Tenaga Bimbingan Belajar SMPS Ilmiah Kendari

Tenaga Pembimbing Jumlah (orang)


Guru / Wali Kelas 7 1
Guru / Wali Kelas 8 2
Guru / Wali Kelas 9 2
Jumlah 5

Pada tabel 3 terlihat bahwa tenaga bimbingan belajar di SMPS Ilmiah

Kendari guru/ wali kelas 7 sebanyak 1 orang dan guru/ wali kelas 8 dan guru/

wali kelas 9 masing-masing 1 orang

Fasilitas, Sarana & Prasarana Unggulan Terbaru yang ada di Wilayah

SMPS Ilmiah Kendari terdiri dari

a. Ruang Laboratorium IPA

b. Ruang UKS

c. Ruang Konseling / Assesmen.

Adapun Sarana dan Prasarana yang ada di SMPS Ilmiah Kendari adalah

berupa bangunan gedung terdiri dari :

a. Ruang Kepala Sekolah

b. Ruang Guru

c. Ruang Tata Usaha

d. Ruang Kelas

e. Ruang Perpustakaan

f. Ruang BP/BK

37
g. Ruang Laboratorium

h. Ruang UKS

i. Ruang OSIS

j. Musholla

k. Gudang

l. Kantin Sekolah.

2..Gambaran Umum Sampel

a. Karakteristik Sampel

1. Umur

Distribusi frekuensi umur sampel dapat dilihat tabel berikut :

Tabel 4
Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur

Umur (tahun) n %
12 10 20,8
13 11 22,9
14 12 25
15 15 31,3
Jumlah 48 100

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 48 sampel, sebagian sampel

dengan persentase terbanyak ( 31,3 %) berada pada kelompok umur 15

tahun, dan sebagian kecil dengan persentase (20,8 %) berada pada kelompok

umut 12 tahun
2. Kelas

Distribusi pembagian Kelas di SMPS Ilmiah Kendari dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5
Distribusi Sampel di SMPS Ilmiah Kendari

Kelas n %
VII 10 20,8
VIII 15 31,3
IX 23 47,9
Jumlah 48 100

Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa distribusi sampel menurut kelas

menunjukkan bahwa kelas IX sebanyak 23 sampel (47,9 %), VIII

sebanyak 15 sampel (31,3 %), VII sebanyak 10 sampel (20,8 %).

3..Variabel Penelitian

a. Pengetahuan

Pengetahuan remaja putri tentang tablet tambah darah dalam penelitian

ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden seputar konsumsi

tablet tambah darah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6
Distribusi Pengetahuan sampel Tentang Tablet Tambah Darah di
SMPS Ilmiah Kendari

Pengetahuan n %
Cukup 25 52,08
Kurang 23 47,91
Jumlah 48 100

39
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan sampel

dengan kategori cukup sebanyak 25 orang (52,08 %), sedangkan

pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 23 orang (47,91%)

b. Kepatuhan

Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada sampel dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 7

Distribusi Kepatuhan Sampel Mengonsumsi Tablet Tambah Darah

di SMPS Ilmiah Kendari.

Kepatuhan n %
Patuh 25 52,08
Tidak Patuh 23 47,91
Jumlah 48 100

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 48 sampel yang memiliki

kepatuhan sebanyak 25 sampel (52,08 %), dan yang tidak patuh sebanyak

23 sampel (47,91%).

B. PEMBAHASAN.

1. Pengetahuan sampel tentang Konsumsi Tablet Tambah Darah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 sampel, dapat dilihat bahwa

pengetahuan sampel dengan kategori baik cukup sebanyak 25 orang (52,08

%), sedangkan pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 23 orang

(47,91%)
Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman yang cukup baik dari seseorang dan

juga dipengaruhi karakteristik sampel dimana rata-rata umur sampel terbanyak

dalam penelitian ini pada usia 15 tahun (31,3%), serta tingkat kelas sampel

terbanyak pada kelas IX. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik, bertambahnya pengalaman dan kesadaran sikap serta perilaku dapat

secara nyata dipraktikkan dan dilaksanakan untuk mengkonsumsi tablet tambah

darah yang mampu mencegah anemia.

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui panca indra yang dimilikinya seperti

mata, hidung, telinga dan kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Menurut

Notoatmodjo (2014), seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik dan

tinggi maka akan mampu untuk berfikir lebih kritis dalam memahami segala

sesuatu. Seseorang yang berpengetahuan baik tidak menjamin akan

mempunyai sikap dan perilaku yang positif. Karena seseorang dalam

menentukan sikap dan perilaku yang utuh selain ditentukan oleh pengetahuan

juga dipengaruhi oleh pikiran, keyakinan dan emosi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang seperti

pendidikan, media massa, pekerjaan, usia, pengalaman, dan budaya.

Pendekatan sosialisai yang dapat dilakukan diantaranya melalui keluarga,

kelompok teman sebaya, institusi sekolah dan peran tenaga kesehatan juga

sangat penting untuk melakukan program kesehatan peduli remaja (PKPR)

41
seperti melakukan promosi dan preventif untuk memperkenalkan dan

mengajarkan cara konsumsi tablet tambah darah yang benar untuk mencegah

terjadinya penyakit anemia.

Selain itu dukungan dari keluarga terutama orang tua dalam pemberian

informasi mengenai tablet tambah darah sangat dibutuhkan bagi remaja puteri.

Keluarga seharusnya memberikan pemahaman dan pengenalan mengenai organ

reproduksi kepada puterinya sebelum mengalami perubahan organ reproduksi.

Hal ini akan meningkatkan pengetahuan remaja puteri sehingga saat terjadinya

menstruasi remaja puteri dapat mengonsumsi tablet tambah darah dengan

benar.

2. Kepatuhan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 sampel di

SMPS Ilmiah Kendari sebanyak 25 sampel (52,08 %), dan yang tidak patuh

sebanyak 23 sampel (47,91%). dari hasil penelitian tersebut maka peneliti

menyimpulkan kepatuhan sampel mengonsumsi tablet tambah darah dinilai

sudah cukup baik terbukti lebih banyak sampel di SMPS Ilmiah Kendari yang

patuh dibandingkan yang tidak patuh.

Peran dan campur tangan petugas kesehatan dan guru UKS dalam

memberikan motivasi dan pengetahuan tentang pentingnya konsumsi tablet

tambah darah untuk mencegah penyakit anemia dan manfaat lainnya kepada

sampel. Sejalan dengan penelitian Putri et al. (2017), bahwa terdapat hubungan

signifikan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia yaitu

p=0,0005 (p<0,05).
Pengawasan melalui kartu monitoring dari pihak sekolah khususnya para

guru juga merupakan bentuk perhatian, reward dan dukungan bagi siswa

remaja putri dalam meningkatkan sikap dan kepatuhan seseorang dalam

perilaku mengkonsumsi tablet tambah darah.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan sampel, salah satu

diantaranya terkait dengan pembentukan sikap sampel seperti pengalaman

pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media

masa,pengaruh pendidikan dan pengaruh faktor emosional. Menurut Azwar

(2012), jika seseorang remaja mempunyai sikap yang baik terhadap kesehatan

dirinya maka akan melahirkan perilaku yang baik pula terhadap pengetahuan

dan kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah, sikap diartikan pula sebagai

kesiapan/kesediaan sampel dalam bertindak tetapi belum melaksanakan.

Proses ini tidak langsung terjadi dengan sendirinya, tetapi ada beberapa tahap

salah satunya dengan proses belajar. Dengan banyaknya pengalaman yang

diperoleh dapat membantu seseorang untuk menentukan sikap terhadap

tindakan yang akan dilakukan.

Oleh karena itu sangat penting dilakukan pendidikan kesehatan kepada

remaja dan masyarakat sedini mungkin khususnya dalam membahas tentang

tablet tambah darah yang bisa dilakukan satu bulan sekali oleh tenaga

kesehatan khususnya diwilayah kerja puskesmas terdekat supaya sampel dan

orang tua mengetahui pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah untuk

terhindar dari penyakit anemia. Salah satu akibat kurangnya pemahaman

tentang tablet tambah darah pada sampel adalah terjadinya gangguan

kesehatan seperti anemia, konsentrasi belajar berkurang sehingga dibutuhkan

43
informasi yang sangat baik mengenai manfaat mengonsumsi tablet tambah

darah agar remaja memiliki pemahaman yang baik dan dapat mencegah

ancaman penyakit.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan dan kepatuhan remaja

puteri tentang tablet tambah darah yaitu :

1. Tingkat pengetahuan sampel di SMPS Ilmiah Kendari sebagian besar

dengan kategori cukup sebesar 52,08% sedangkan dengan kategori

kurang sebesar 47,91%

2. Tingkat kepatuhan sampel di SMPS Ilmiah Kendari sebagian besar

dengan kategori patuh sebesar 52,08 % sedangkan dengan kategori

tidak patuh hanya sebesar 47,91%.

B. Saran

Masih ditemukan tingkat pengetahuan dengan kategori kurang

sehingga perlu dilakukan penyuluhan pada sampel tentang tablet tambah

darah. Untuk menambah tingkat kepatuhan konsumsi tablet tambah darah,

perlu dilakukan upaya lain seperti sampel disaksikan dalam mengkonsumsi

tablet tambah darah serta adanya pemberitahuan sehari sebelum pemberian

tablet tambah darah untuk sarapan pagi atau membawa bekal untuk dimakan

sebelum konsumsi tablet tambah darah.

45
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wijatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana. Jakarta


Ahmady, Hapsah, & Mariana. 2016. Penyuluhan Gizi Dan Pemberian Tablet Besi
terhadap Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas
Negeri di Mamuju, Jurnal Kesehatan MANARANG, Volume 2, Nomor 1, Juli
2016 ISSN: 2443-3861
Briawan, D., Puspadewi, R.H. 2014. Persepsi Tentang Pangan Sehat, Alasan
Pemilihan Pangan dan Kebiasaan Makan Sehat pada Mahasiswa. Jurnal Gizi dan
Pangan. vol 9. no.3. http://jai.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/issue/view/1295
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veretamala, A. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Giyanti & Wahtini. 2016. Pengaruh Pemberian Tablet Fe Terhadap Kenaikan Kadar
Hemoglobin Remaja Putri dengan Anemia di SMK Negeri 1 Ponjong Gunung
Kidul, Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi
Hurlock, H.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Penerbit Erlangga. Jakarta

Kemenkes RI. 2016(a). Ditjen Kesehatan Masyarakat, Surat Edaran Nomor


H.K.03.03/V/0596/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja
Putri dan WUS. Jakarta
Kemenkes RI, 2016(b). Ditjen Kesehatan Masyarakat, Pedoman Pencegahan &
Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS).
Jakarta
Kemenkes RI. 2017. Ditjen Kesehatan Masyarakat, Gizi, Investasi Masa Depan
Bangsa. Warta KESMAS, Jakarta
Kementerian PPN/Bappenas RI & Ditjen Kesehatan Masyarakat. 2017. Harmoni dan
Sinkronisasi RAN-PG 2015-2019 dan RAD-PG, Samarinda
Kemenkes RI. Ditjen Kesehatan Masyarakat. 2018. Kenali Masalah Gizi Yang Ancam
Remaja Indonesia, Jakarta
Khan, L. 2016. Anemia In Childhood. Healthy Baby/Healthy Child. Pediatric Annals
Vol. 47, No. 2, 2018; doi:10.3928/19382359-20180129-01
Machfoedz, Ircham. 2013. Metodologi Penelitian (kuantitatif & kualitatif). Fitramaya.
Jakarta
Notoatmodjo, S 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, S 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. JPT Rineka
Cipta. Jakarta
Nuradhiani, A., Briawan, D., & Dwiriani, C.M., 2017. Dukungan Guru Meningkatkan
Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri Di Kota Bogor. J.
Gizi Pangan, 12(3):153-160 ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920
Permatasari, T., Briawan, D., & Madanijah, S. 2018. Efektivitas Program
Suplementasi Zat Besi Pada Remaja Putri di Kota Bogor, Institut Pertanian Bogor,
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018
Potter, P. A. (2009). Critical Thinking in Nursing Practice. In P. A. Potter & A. G.
Perry (Eds.), Fundamentals of nursing (7th ed., pp. 215–230). St. Louis, MO:
Mosby Elsevier
Purwitasari, D. & Maryanti,D. 2009.Gizi Dalam Kesehatan reproduksi. Nuha Medika.
Yogyakarta
Putri, R.D., Simanjuntak, B.Y., & Kusdalinah. 2017. Pengetahuan Gizi, Pola Makan,
dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian Anemia Remaja
Putri Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu.
https://ejournal.poltekes.tjk.ac.id/index.php/JK/article/view
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.
Yogyakarta

Sarwono, Solita, 2011. Sosiologi Kesehatan. Gadjah Mada University Perss,


Yogyakarta
Siahaan, N. R. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia Pada
Remaja Putri di Wilayah Kota Depok Tahun 2011 (Analisis Data Sekunder
Survey Anemia Remaja Putri Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011).
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi

47
LAMPIRAN
Lampiran 1
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SAMPEL

PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN


REMAJA PUTRI KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DI SMPS
ILMIAH KENDARI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, merupakan sisiwi SMPS


Ilmiah Kendari
Nama :
Tempat /Tanggal Lahir :
Alamat :
Kelas :
Bersedia menjadi sampel penelitian yang dilakukan oleh Yustina
Palimbo (P00331016057) berjudul “ Gambaran Pengetahuan dan Kepatuhan
Remaja Putri Konsumsi Tablet Tambah Darah di SMPS Ilmiah Kendari”. Dari
awal sampai akhir penelitian dan akan menjalankan dengan sebaik-baiknya
tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Atas kesediaan dan partisipasinya kami mengucapkan terima kasih.
Kendari, 2019

Mengetahui,

Sampel Peneliti

(_______________________) ( Yustina Palimbo )

49
LAMPIRAN 2.

Kuisioner Pengetahuan tentang Konsumsi Tablet Tambah Darah


Beri tanda ( √ ) pada jawaban yang menurut anda benar
No Pertanyaan Benar Salah
1 Anemia dikenal juga sebagai kurang darah yang disebabkan
oleh kekurangan zat besi
2 Pada remaja putri yang mengalami anemia, akan muncul
tanda dan gejala anemia diantaranya yaitu pusing terutama
saat berdiri, kurang tenaga atau cepat lelah dan siklus
menstruasi tidak teratur.
3 Salah satu dampak anemia pada remaja putri yaitu
meningkatkan kecerdasan
4 Remaja putri lebih rawan terhadap anemia dibandingkan
remaja laki-laki oleh karena remaja putri mengalami siklus
menstruasi secara berkala yang mengeluarkan sejumlah zat
besi setiap bulan
5 Gizi yang tidak seimbang ditambah siklus menstruasi butuh
tablet untuk tingkatkan darah dan zat besi pada remaja putri
6 Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen makanan
yang mengandung vitamin A
7 Tablet Tambah Darah diberikan pada remaja putri 1 tablet
setiap hari
8 Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya TTD
dikonsumsi bersama dengan buah-buahan sumber vitamin C
dan sumber protein hewani
9 Hindari konsumsi Tablet Tambah Darah bersamaan dengan
teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin
yang dapat mengikat zat besi menjadi senyawa yang
kompleks sehingga tidak dapat diserap
10 Tablet Tambah Darah boleh diminum sebelum sarapan pagi
LAMPIRAN 3

KARTU SUPLEMENTASI GIZI

KARTU SUPLEMENTASI GIZI


PEMBERIAN TTD PADA REMAJA PUTRI

NAMA : …………………………………………….
TANGGAL LAHIR : …………………………………………….
KELAS : ……………………………………………..

Bulan :…………………………………………….
Minggu I * Minggu II * Minggu III * Minggu IV*

Bulan : …………………………………………….
Minggu I * Minggu II * Minggu III * Minggu IV *

Keterangan :
Kolom * = diisi dengan tanda (√ )

51
LAMPIRAN 4
MASTER TABEL GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN REMAJA PUTRI MENGONSUMSI
TABLET TAMBAH DARAH DI SMPS ILMIAH KENDARI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS WUA-WUA

Pengetahuan Bulan Pemberian TTD Kepatuhan


TTL TTL % Juli Agustus
No Nama Umur Kelas JWB SOAL Kriteria 1 2 3 4 1 2 3 4 Jumlah Kriteria

T M T M T M T M T M T M T M T M T M
12 6 Tidak patuh
1 LR 7 7 10 70 CUKUP 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
8 Patuh
12
2 MR 7 8 10 80 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
12
3 HD 7 3 10 30 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
12
4 SM 7 8 10 80 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
12
5 NR 7 5 10 50 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 Tidak patuh
12
6 NA 7 0 10 0 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
7 Tidak patuh
12
7 NU 7 4 10 40 KURANG 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
8 Patuh
12
8 DN 7 8 10 80 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
12
9 NU 7 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Tidak patuh
12
10 HS 7 10 10 100 CUKUP 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1
8 Patuh
13
11 DN 8 3 10 30 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
13
12 ML 8 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
13
13 YS 8 0 10 0 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
13
14 AS 8 0 10 0 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Patuh
13
15 YT 8 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Tidak patuh
13
16 SM 8 6 10 60 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
5 Tidak patuh
13
17 NR 8 5 10 50 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1
Patuh
13 8
18 WR 8 0 10 0 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

53
13 8 Patuh
19 NN 8 0 10 0 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 8 Patuh
20 SL 8 2 10 20 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 6 Tidak patuh
21 MK 8 2 10 20 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
14 8 Patuh
22 WM 8 1 10 10 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 8 Patuh
23 MR 8 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 8 Patuh
24 SL 8 9 10 90 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 8 Patuh
25 WL 8 1 10 10 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 6 Tidak patuh
26 WM 9 1 10 10 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
14 8 Patuh
27 SA 9 0 10 0 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 6 Tidak patuh
28 HR 9 10 10 100 CUKUP 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
14 6 Tidak patuh
29 FR 9 0 10 0 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
14 8 Patuh
30 NR 9 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 6 Tidak patuh
31 NV 9 10 10 100 CUKUP 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
14 6 Tidak patuh
32 RH 9 6 10 60 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
14 6 Tidak patuh
33 RS 9 9 10 90 CUKUP 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
15 8 Patuh
34 HT 9 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 6 Tidak patuh
35 DN 9 9 10 90 CUKUP 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
15 6 Tidak patuh
36 SM 9 10 10 100 CUKUP 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
15 6 Tidak patuh
37 YT 9 6 10 60 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
15 8 Patuh
38 SP 9 9 10 90 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 5 Tidak patuh
39 HS 9 9 10 90 CUKUP 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1
15 6 Tidak patuh
40 HP 9 10 10 100 CUKUP 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
15 8
41 NR 9 9 10 90 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Patuh
15 6
42 RH 9 5 10 50 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 Tidak Patuh
15 6
43 ML 9 4 10 40 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 Tidak Patuh
15 8
44 EN 9 9 10 90 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Patuh
15 6
45 EM 9 3 10 30 KURANG 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 Tidak Patuh
15 6
46 HL 9 10 10 100 CUKUP 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 Tidak Patuh
15 8
47 LW 9 10 10 100 CUKUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Patuh
15 6
48 FN 9 10 10 100 CUKUP 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 Tidak Patuh

25 23

Keterangan :

T = Terima TTD

M = Minum TTD

55
DOKUMENTASI

57
DOKUMENTASI PENELITIAN
PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTRI
DI SMPS ILMIAH KENDARI
59

Anda mungkin juga menyukai