Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TB PARU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI DI RUANG PERAWATAN MULTAZAM 4
RS ALIYAH 3

KARYA TULIS ILMIAH

Di Ajukan Sebaai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :

YUL DEVYA OKTAVIANI


NIM. P00320018050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2021

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Medis TB Paru

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3”.

Terkhusus ucapan terimakasih kepada kedua orang tuaku tersayang, Bapakku syarief
dan Ibuku Aulia Halami yang selalu memberikan semangat, motivasi untuk
menyelesaikan pendidikan dan dengan doa mereka atas keberhasilan penulis. Pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.


2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin penelitian kepada penulis.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari yang telah memberi izin penelitian
4. Direktur RSU Aliyah III yang telah memberikan izin penelitian Di Ruang Multazam 4.
5. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kendari.
6. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
7. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing I dan Ibu Lena Atoy,
SST.,MPH selaku pembimbing II yang telah membimbing saya dengan sebaik-baiknya
demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes, Bapak H. Taamu,
A.Kep.,S.Pd.,M.Kes dan Ibu Hj. Nurjannah, B.Sc.,S.Pd.,M.Kes selaku dosendosen
penguji yang telah memberikan arahan dan masukan-masukan sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

9. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama kuliah.

iii
10. Kepada saudaraku satu-satunya Taufik Ismail yang telah memberikan dorongan dan
kasih sayangnya dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dan selama penulis kuliah.
11. Kepada saudara Heris yang telah membantu banyak hal, dan memberikan dukungan
sehingga saya bisa mengerjakan KTI ini dengan baik
12. Kepada kakak Ani Lestari, A.Md.Kep yang telah membantu dan memotivasi dalam
penyusunan KTI ini.
13. Kepada sahabatku tersayang Olivia Sri Damayanti, Sindi Widyastuti, Vita Destiana
Sari, Erinda Hestia Ningrum, Iga Aprilia Supu, Sulfitriana, Layli Fajar Riski, Ayu
Wulandari yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta motivasi
14. Tak lupa juga sahabat ku Hilda Meisin Wulandari, Dytia Khoirunnisa, Nining
Susilawati, Alvi Anggun, Betricks Dianasarx, Impriyanti, Alpira Winsi, Sri Agustin,
Pratiwi, Nurul Zeika Wahdaniya, Nurul eika Khoirunnisa dan teman-teman perawat
angkatan 2018.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik yang
telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini kiranya
mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.

Kendari, 24 Juni 2021

Penulis

iv
ABSTRAK

Yul Devya Oktaviani, NIM : P00320018050 “Asuhan Keperawatan Pada Tn.


T Dengan Diagnosia Medis TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3”. Dibimbing oleh Bapak Abd.
Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM dan Ibu Lena Atoy, SST.,MPH. TB Paru adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal
dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem
kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. TB paru dapat diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa
memastikan asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah sembuh.
Pasalnya, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan infeksi tersebut
sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin berusaha mencukupi nutrisi untuk TBC
dengan makan sehat seimbang. Dengan menerapkan pola makan sehat, turut
membantu tubuh dalam melawan infeksi dan juga turut menjaga status gizi, sehingga
akan lebih cepat sembuh (Ambarwati, 2019). Berdasarkan data yang diperoleh dari
rekam medik RS Aliyah 3 menunjukan bahwa jumlah penderita TB Paru Di RS Aliyah 3
pada tahun 2018 yaitu sebanyak orang, tahun 2019 yaitu sebanyak orang, tahun 2020
yaitu sebanyak orang, dan tahun 2020 sebanyak orang. Studi kasus ini bertujuan untuk
mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa medis TB
Paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.
Desain studi kasus ini adalah menggunakan desain penelitian deskriptif dengan bentuk
penerapan studi kasus dengan subjek studi kasus menggunakan satu orang pasien sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Data diperoleh dengan
pengkajian dan wawancara secara langsung kepada pasien serta dokumen-dokumen
yang ada Di Rumah Sakit.

Kata Kunci : Tuberculosis Paru, Defisit Nutrisi, Manajemen Nutrisi, RS Aliyah 3

Pustaka : 20 (2018-2019)

v
DAFTAR ISI HALAMAN
JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN
PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN
PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iv RIWAYAT
HIDUP ......................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 5
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang TB Paru ............................................................... 7
B. Asuhan Keperawatan TB Paru Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi .......................................................................... 22 C.
Tinjauan Tentang Kebutuhan Nutrisi .................................................

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Jenis Penelitian Studi Kasus ........................................................... 48
B. Subjek Studi Kasus......................................................................... 48
C. Fokus Studi Kasus .......................................................................... 49
D. Definisi Operasional ....................................................................... 49
E. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..................................................... 50
F. Pengumpulan Data ......................................................................... 51
G. Penyajian Data................................................................................ 52
H. Etika Studi Kasus ........................................................................... 52
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ........................................................................... 56
B. Pembahasan ................................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 81

vi
B. Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwa Dan Menu Nutrisi Menurut Teori ................................... 35

Tabel 2.2 SOP Pemberian Nutrisi ............................................................. 37

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian .................................................................. 50

Tabel 4.4 Pengkajian Kebutuhan Nutrisi ................................................... 57

Tabel 4.5 Analisa Data ............................................................................... 62

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan.............................................................. 63

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Hari Pertama.................................. 64

Tabel 4.8 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Pertama ......... 66

Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Hari Kedua .................................... 67

Tabel 4.10 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Kedua .......... 68

Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Hari Ketiga .................................. 69

Tabel 4.12 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Ketiga .......... 70

Tabel 4. 13 Implementasi Keperawatan Hari Keempat ............................. 71

Tabel 4.14 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Keempat ...... 72

Tabel 4. 15 Implementasi Keperawatan Hari Kelima ................................ 73

Tabel 4.16 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Keempat ...... 74

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 2 Surat Izin Pengembalian Data Awal Penelitian

vii
Lampiran 3 Surat Keterangan Pengambilan Data Awal

Lampiran 4 Surat Keteranagan Bebas Administrasi

Lampiran 5 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 Lembar ACC Judul Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 7 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiarn 8 Format Pengkajian Penelitian

Lampiran 9 SOP Latihan Batuk Efektif

Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10

viii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga dalam

memperbaiki tingkat sosial ekonomi masyarakat. TB Paru merupakan salah satu

penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah utama kesehatan dunia dan

menjadi isu global juga menjadi penyebab utama kematian. Penyakit TB Paru di

Indonesia termasuk salah satu prioritas nasional maupun internasional untuk

program pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan

ekonomi serta sering mengakibatkan kematian. World Health Organization (WHO)

menetapkan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah

penemuan minimal 70% dan keberhasilam pengobatan tuberkulosa mencapai 90%.

Data WHO jumlah kejadian TB Paru pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 10,4 juta

kasus baru TB Paru atau 142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 kasus

multidrugresistent. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah kasus baru

terbanyak kedua Di Dunia setelah India ( Kemenkes RI, 2020 ).

Indonesia sekarang berada pada urutan kedua Negara dengan beban TB

Parutertinggi Di Dunia.Estimasi prevalensi TB Parusemua kasus adalah sebesar

660,000 dari tahun 2019 sampai 2020 (WHO, 2020) dan estimasi insidensi berjumlah

430, 000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB Paru diperkirakan 61,000

dari tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalami peningkatan angka kematian per

tahunnya. Angka MDR-TB Paru diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB

Parubaru (lebih rendah dari estimasi di

tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB Paru dengan pengobatan ulang.

Setiap tahun, diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB Paru yaitu pada
2

tahun 2018 1.300 kasus, pada tahun 2019 1.730, pada tahun 2020 sebanyak 2.900

kasus, dan pada tahun 2021 di bulan Feberuari tercatat sebanyak 370 kasus. Proporsi

kasus TB Paru dengan BTA negatif sedikit meningkat dari 56% pada tahun 2019

menjadi 59% pada tahun 2020 (Kemenkes RI, 2021).

Data penderita TB Paru Di Sulawesi Tenggara saat ini sangat mencengangkan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Tenggara mencatat jumlah penderita TB Paru

tahun 2020 sebanyak 4.686 orang. Dari jumlah tersebut, penderita terbanyak berada

di Kabupaten Muna sebanyak 698 orang, Kendari 693 orang, dan paling sedikit Di

Konawe Kepulauan (Konkep) sebanyak 60 orang (Dinkes.Sultra, 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSU Aliyah III

menunjukan bahwa jumlah penderita TB Paru RSU Aliyah III pada tahun 2020 yaitu

sebanyak 1 orang, dan tahun 2021 sebanyak 7 orang (SIRS RSU Aliyah III, 2021).

Penyakit TB Paru merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama

kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Dengan masuknya kuman TB

Paru maka akan menginfeksi saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya

batuk produktif dan darah. Disini akan menurunkan fungsi kerja silia dan

mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernafasan.

Tuberculosis Paru atau biasa di sebut TB Paru adalah penyakit infeksi

menular yang menyerang paru-paru di sebabkan oleh mycobacterium

tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang, tidak berbentuk spora, dan bersifat tahan

asam sehingga biasa disebut basil tahan asam(BTA). Bentuk yang paling sering

menyerang manusia adalah mycobacterium tuberculosis homonis yaitu menginfeksi

melalui udara, memiliki partikel yang tidak terlihat oleh mata, disebut dengan droplet

nuclei yang banyak berada di dalam saluran pernafasan orang yang terinfeksi TB Paru.

Bakteri ini dapat bertahan dari mekanisme tubuh untuk merusaknya, dapat bertahan
3

pada sel yang telah mati, dan dapat terus tumbuh walaupun bakteri ini dapat

menyerang bagian tubuh lain selain paru (Pranowo, 2019).

Selain menginfeksi paru, penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh

yang lain seperti meningen, tulang, ginjal, sendi, selaput otak, dan kelenjar getah

bening. Penyakit TB Paru di luar paru biasa di sebut dengan TB Paru extrapulmonel.

Bakteri tuberculosis ini mampu hidup di tempat yang sejuk dan gelap selama

berbulan-bulan, terutama di tempat yang gelap. Kuman TB Paru ini bisa menimbulkan

infeksi pada paru-paru sehingga biasa di sebut dengan TB Paru (Pranowo, 2019).

TB Paru dapat menular diakibatkan karena kebiasaan buruk pasien TB

Paruyang meludah sembarangan. Selain itu, kebersihan lingkungan juga dapat

mempengaruhi penyebaran virus. Misalnya, rumah yang kurang baik dalam

pengaturan ventilasi. Kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara dan

sinar matahari dapat membantu berkembang biaknya virus (Sunaryo,

2019). Lingkungan yang lembab, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil

besar bagi seseorang terjangkit TB Paru, penyakit TB Parusangat cepat menyebar dan

menginfeksi manusia terutama bagi kelompok sosial ekonomi rendah dan kurang gizi.

Kecepatan penyebaran infeksi TB Paru sangat tinggi, maka tidak berlebihan jika

penyakit TB Paru merupakan penyakit yang mematikan (Anggraeni, 2019).

Penyakit infeksi dan kurangnya makan tambahan pada umumnya mempunyai

hubungan dengan penyimpangan pertumbuhan dan gizi seseorang (Ruswanto, 2020).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada pasien TB Paru akan

menimbulkan masalah keperawatan salah satunya defisit nutrisi. Tuberkulosis dapat

menyebabkan atau memperparah mal nutrisi dengan cara mengurangi nafsu makan

dan meningkatkan katabolisme (Bhargava, 2019).


4

Prinsip diet untuk pasien TB Paru adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP), cukup

lemak, vitamin dan mineral (Florentina, 2019).

TB paru dapat diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa memastikan

asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah sembuh. Pasalnya,

tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan infeksi tersebut

sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin berusaha mencukupi nutrisi untuk

TBC dengan makan sehat seimbang. Dengan menerapkan pola makan sehat, turut

membantu tubuh dalam melawan infeksi dan juga turut menjaga status gizi, sehingga

akan lebih cepat sembuh (Ambarwati, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyono (2018) Di Ruang

Melati RSUD dr. Haryono Lumajang pada bulan Januri – April 2018,

Ddidapatkan 43 pasien dengan diagnose TB paru dan 10 pasien yang didiagosa TB


paru tersebut mengalami masalah keperawatan dengan gangguan

kebutuhan nutrisi, diaman tanda dan gejala yang timbul adalah penurunan berat

badan dibawah rentang normal dan penurunan nafsu makan yang merupakan

beberapa indikasi dari terjadinya masalah keperawatan deficit nutrisi.

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, sehingga penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa

Medis TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Perawatan

Multazam 4 RS Aliyah 3”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. T

Dengan Diagnosa Medis TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3”.


5

C. Tujuan Studi Kasus

1. TujuanUmum

Peneliti mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. T

dengan diagnosa medis TB Paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di

Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien TB paru dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS

Aliyah 3.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien TB paru dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

c. Melakukan penyusunan intervensi atau rencana keperawatan pada pasien TB

paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4

RS Aliyah 3.

d. Mampu melakukan tindakan atau implementasi keperawatan pada pasien TB

paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4

RS Aliyah 3.

e. Melakukan evaluasi pada pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3

f. Analisis tindakan keperawatan manajemen nutrisi pada pasien TB paru

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4

RS Aliyah 3

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Klien / Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan klien/masyarakat mengenai pasien TB paru

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.


6

2. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat menambah wawasan dan teknologi terapan bidang

keperawatan pada pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam

mengaplikasiakan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pada

pasienTB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan bahan pengetahuan dalam hal ini pengetahuan tentang

TB Paru serta cara memberikan pelayanan dan asuhan kepada pasien TB Paru.

5. Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai bahan arsip dan bahan bacaan untuk mengevaluasi dan

menambah pengetahuan dalam hal ini studi kasus pada pasien TB Paru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang TB Paru

1. Definisi TB Paru

TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit

parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil

dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok

mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini bersifat menahun dan secara khas

ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. TB

Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB Paru aktif pada

paru batuk, bersin atau bicara (Werdhani, 2019).

Pengertian TB Paru adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman

TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB Paru juga dapat menyerang organ

Tubuh yang lainnya. TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB Paru (Mycobacterium

Tuberculosis) (Werdhani, 2019).

Tuberkulosis Paru atau biasa disingkat dengan TB Paru adalah penyakit

kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang

ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TB Paru kepada individu lain yang

rentan (Ginanjar, 2020).

7
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang

merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut

dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang

panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk

rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan

(Ginanjar, 2020).

2. Etiologi

Sumber penularan penyakit TB Paru adalah penderita Tuberkulosis BTA

positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman

Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman

Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui

sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet

dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Ginanjar, 2020).

3. Patofisiologi

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran

pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi

tuberkulosis (TB Paru) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang

mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi

(Kowalak, 2019).
TB Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan

melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel

yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang

terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan

di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari

pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Kowalak, 2019). Pneumonia seluler

ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau

proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak

di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah

bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan

sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh

limfosit.Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Kowalak, 2019).

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan

seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi

primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di

sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang

berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang

akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberculosis (Kowalak,

2019).

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya

kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon

lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair

lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang


dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial.

Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat

terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-

rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluarbersama batuk. Bila lesi

ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa (Kowalak,

2019).

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan

meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus

dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan

rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir

melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan

lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat

menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan

bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Kowalak, 2019).

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah

dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai

organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang

biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena

akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus

nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam

sistem vaskuler dan tersebar ke organorgan tubuh. Komplikasi yang dapat timbul

akibat TB Paru terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada

sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan

gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,

Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2019).


Tanda dan gejala yang timbul pada penyakit TB paru yaitu batuk, batuk

darah, sesak napas, nyeri dada, demam, keluar keringat pada malam hari,

anoreksia dan penurunan berat badan serta malaise (gejala malaise serin

ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, dan nyeri otot)

(Wahid, 2020).

Adapun akibat dari gejala anoreksia dapat menyebabkan

kecenderungan penururnan berat badan yag menyebabkan status gizi kurang

(IMT˂18,5). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya status gizi buruk apabila

tidak diimbangi dengan diet yang tepat. Malnutrisi yang terjadi akan memperberat

penyakit infeksinya, sehingga status gizi menjadi penyebab utama terjadinya

kegagalan konversi pengobbatan pada pasien TB paru

(Amalia, 2019).
Pathway
Berkembang Pembentukan tuberkel Kerusakan membran alveolar
menghancurkan jaringan
ikat sekitar

Bagian tengah nekrosis Pembentukan sputum Menurunnya permukaan efek


berlebihan paru

Membentuk jaringan
keju bersihan jalan nafas Alveolus
tidak efektif

Sekret keluar saat Alveolus mengalami


batuk konsolidasi dan eksudasi

Batuk produktif Gangguan pertukaran


(Batuk terus- gas
menerus)

Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat


Distensi abdomen

Resiko infeksi
Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Deficit nutrisi

4. Klasifikasi TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk

menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan

sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru :

a. TB Paru

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :

1) TB Paru BTA (+)

Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurangkurangnya 2

pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen

dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran

tuberculosis aktif.

2) TB Paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada

menunjukan gambaran TB Paru aktif. TB ParuBTA (-), rontgen (+) dibagi

berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.

Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran

kerusakan paru yang luas.

b. Tuberculosis Ekstra Paru

TB Paru ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu :

1) TB Paru ekstra-paru ringan

Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang

(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

2) TB Paru ekstra-paru berat

Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa

duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat

kelamin.
c. Tipe Penderita

Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe

penderita yaitu:

1) Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

2) Kambuh (Relaps)

Adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

TB Paru dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat

dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

3) Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten

lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan

tersebut harus membawa surat rujukan/pindah

(Form TB.09).

4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2

bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan

dahak BTA (+).

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada TB Paru adalah batuk yang tidak spesifik

tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda

dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk

purulent (menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah

paru.

d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri

otot dan keringat di waktu di malam hari.

6. Komplikasi TB Paru Komplikasi dari

TB Paruadalah :

a. Pleuritis tuberkulosa

b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)

c. Tuberkulosa milier

d. Meningitis tuberkulosa

7. Pemeriksaan Penunjang TB Paru

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB Paruadalah :

a. Pemeriksaan Diagnostik

b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya

kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak

dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu

kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan

mikroskopik BTA positif.Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan

perlu diulang kembali.Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif

maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.


c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri

taham asam.

d. Skin test (PPD, Mantoux)

Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :

1) Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative

2) Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan

3) Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif

4) Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat

5) Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi

kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara

antibody dan antigen tuberculin

e. Rontgen dada

Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,

timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.Perubahan yang

menunjukkan perkembangan TB Paru meliputi adanya kavitas dan

area fibrosa.

f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila


terdapat

Mikobakterium Tuberkulosis.

g. Biopsi jaringan paru

Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan

terjadinya nekrosis.

h. Pemeriksaan elektrolit

Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.

i. Analisa gas darah (AGD)

Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan

paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru

Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu

udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai

akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura

(akibat dari tuberkulosis kronis)

8. Penatalaksanaan penderita TB Paru

a. Pengobatan TB Paru

Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:

1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB Paru

per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek

bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih

lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat.

2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam

obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri

yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur

berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari

50 kg.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya

keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lainlain), berkurangnya

kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap

sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6.Pada yang

memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5,

dan 8.BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.

Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam

evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir

pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus

kambuh.
5) Perawatan bagi penderita tuberkulosis

Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :

1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang

terdekat yaitu keluarga.

2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan

3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari

5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,

kelima dan enam

6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang

baik

6) Pencegahan penularan TB Paru

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1) Menutup mulut bila batuk

2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada

wadah tertutup yang diberi lisol

3) Makan makanan bergizi

4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita

5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik

6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2019)

9. Dampak TB Paru

Penyakit TB Parumerupakan salah satu penyakit yang sangat

mempengaruhi kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru antara lain:

a. Terhadap individu

1) Biologis
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,

sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang

tinggi

2) Psikologis

Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena

batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang

menyenangkan.

3) Sosial

Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan

penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

4) Spiritual

Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena

penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga

menganggap

penyakitnya yang manakutkan.

5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.

b. Terhadap keluarga

1) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang

pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang

pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya

pencegahan penularan penyakit.

2) Produktifitas menurun

Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan

kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari

terutama untuk biaya pengobatan.


3) Psikologis

Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain

4) Sosial

Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar

masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru.

c. Terhadap masyarakat

1) Apabila penemuan kasus baru TB Parutidak secara dini serta pengobatan

Penderita TB Parupositif tidak teratur atau droup out pengobatan maka

resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara

penularan penyakit TB Paru.

2) Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua

orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat

yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan

oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada sistem pencatatan / pelaporan.

B. Asuhan Keperawatan TB Paru Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Pengkajian Keperawatan pada Pasien TB Paru

Pengkajian Menurut Muttaqin (2019) fokus pengkajian pada

Tuberkulosis Paru berdasarkan sistem tubuh manusia adalah :

a. B1 Breathing/ Sistem Pernafasan

1) Inspeksi : Sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan menggunakan otot

bantu pernafasan.
2) Palpasi : Vokal fremitus menurun

3) Perkusi : Bunyi pekak


4) Auskultasi : Suara nafas ronkhi

b. B2 Blood/ Sistem Kardiovaskuler

1) Inspeksi : Adanya paru dan kelemahan fisik

2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah

3) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada Tuberkulosis Paru

4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal

c. B3 Brain/ Sistem persarafan

Kesadaran biasanya compos mentis, adanya sianosis perifer apabila

gangguan perfusi jaringan berat

d. B4 Bladder/ Sistem perkemihan

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.

Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan

berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi karena

meminum OAT terutama Rifampisin.

e. B5 Bowel/ Sistem pencernaan & Eliminasi

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan

penurunan berat badan.

f. B6 Bone/ Sistem integument

Gejala yang muncul antara lain yaitu kelemahan, kelelahan, insomnia,

pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur.

g. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada pasien dengan kebutuhan

oksigen meliputi : Ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan seperti

sinusitis, kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, influenza, dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan. Hal – hal yang harus

diperhatikan yaitu keadaan infeksi kronis dari hidung, nyeri pada sinus, otitis

media, nyeri tenggorokan, suhu tubuh meningkat hingga 38,5 derajat celsius,

nyeri kepala, lemah, dan adanya edema.

h. Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah

batuk termaksud batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing,

berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit

kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian

tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat pasien sedang makan,

merokok, atau saat malam

hari.

i. Sakit Dada

Pengkajian terhadap sakit dada untuk mengetahui bagian yang sakit,

luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada

apabila posisi pasien berubah, serta apakah ada kelainan saat inspirasi dan

ekspirasi.

j. Pengkajian Fisik

1) Inspeksi : Apakah nafas spontan melalui nasal, oral dan selang endotrakeal

atau tracheostomi, serta kebersihan dan adanya sekret, pendarahan,

edema, dan obstruksi mekanik. Kemudian menghitung frekuensi

pernafasan dan apakah pernafasan bradipnea, takhipnea.

Apakah sifat pernafasan abdominal dan torakal, kemudian irama

pernafasan apakah ada perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi,

pernafasan teratur atau tidak dan pernafasan cheyne stokes.


2) Palpasi : adanya nyeri tekan, peradangan setempat, pleuritis, adanya

edema, dan benjolan pada dada. Gerakan dinding dada apakah simetris

atau tidak, jika ada kelainan paru adanya getaran suara atau fremitus vokal

yang jelas mengeras atau melemah.

3) Perkusi : untuk menilai suara perkusi paru normal (sonor) atau tidak

normal (redup).

4) Auskultasi : untuk menilai adanya suara nafas seperti bunyi nafas vesikuler

dan bunyi nafas bronkhial. Bunyi nafas tambahan seperti bunyi ronkhi,

suara wheezing dan sebagainya.

5) Nutrisi

Pasien dengan TB paru pemenuhan nutrisinya harus tetap

terpenuhi dengan memberikan makanan secara bertahap dimulai dari

makanan lunak, makan sayur-sayuran untuk pemenuhan kebutuhan

nutrisi, dan anjurkan pasien untuk banyak minum. Dalam pengkajian

nutrisi pada pasien gastritis sebelum dan setelah sakit terdiri dari :

frekuensi makan sehari, waktu makan, porsi makan yang dihabiskan,

penggunaan alat bantu makan, makanan pantang/yang tidak disukai,

pembatasan makanan, jenis makanan yang dibatasi, konsumsi makanan

berserat, nafsu makan, mual, hipersalivasi, sensasi asam pada mulut,

muntah, perasaan cepat kenyang setelah makan, dan perasaan kem

6) Eliminasi

Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, dan bau.

Untuk BAK berapa kali/hari, warna, dan bau.

7) Sosialisasi

Pada data sosial ini dapat dilihat apakah pasien merasa terisolasi

atau terpisah karena terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada

kebiasaan atau perubahan dalam kapasitas fisik untuk menentukan


keputusan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya pasien

mungkin tampak sangat cemas dan ketakutan.

8) Spiritual

Ibadah pasien di lakukan apa tidak selama dirawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan

Tuberkulosis Paru, yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

b. Pola napas tidak efektif

c. hipertermia

d. Defisit nutrisi

3. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

a. Luaran Utama : Bersihan Jalan Nafas

1) Definisi

Bersihan jalan nafas adalah kemampuan membersihkan secret atau obsruksi

jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

2) Ekspektasi : Meningkat

3) Kriteria Hasil

a) Batuk efektif meningkat

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Mekonium (pada neonates) menurun

f) Dipsnea menurun

g) Ortopnea menurun
h) Sulit bicara menurun

i) Sianosis menurun

j) Gelisah menurun

k) Frekuensi napas membaik

l) Pola napas membaik

b. Luaran Tambahan

1) Kontrol gejala

2) Pertukaran gas

3) Respons alergi local

4) Respons alergi sitemik

5) Respons ventilasi mekanik

6) Tingkat infeksi

c. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

1) Latihan batuk efektif

Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda-tanda gejala infeksi saluran napas

d) Monitor ouput cairan (mis jumlah dan karakteristik

Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler

b) Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien

c) Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi

a) Jelaskan tujuann dan prosedur batuk efektif


b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,ditahan

selama 2 detik. Kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir mencucu

(dibulatkan) selama 6 detik

c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke

2) Manajemen nutrisi

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi makanan yang disukai

c) Monitor asupan makanan

d) Monitor berat badan

e) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapiutik

a) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

b) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

c) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

d) Berikan suplemen makanan, jika perlu Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian meditasi sebelum makan

b) Kolaborasi dengan keahlian gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

4. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata

berupa serangkaian sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai

hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan

yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik

secara umum maupun secara khusus pada pasien ISPA pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen, dan

dependen. Pada fungsinya independen adalah mencakup dari setiap kegiatan

yang diprakarsai oleh perawat itu sendri sesuai dengan kemampuan dan

keterampilan yang dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah dimana

fungsi yang dilakukan dengan bekerjasama dengan profesi disiplin ilmu lain

dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi

dependen adalah fungsi yang dilakukan oleh perawat berdasarkan atas pesan

orang lain (Jiptowiyono & Kristianasari, 2020).

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dermawan (2019) evaluasi adalah membandingkan suatu

hasil/perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang

tepat sejauh mana tujuan tercapai. Tujuan evaluasi

antara lain:

1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien

2) Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan

keperawatan yang diberikan

3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan

4) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan

5) Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan cara

membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:

a) Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari

pasien setelah tindakan diperbaiki


b) Objektif adalah informasi yang didapat melalui hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan

tindakan

c) Analisa data adalah membandingkan antara informasi subjektif dan

objektiv dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan

bahwa masalah teratasi dan tidak tertasi.

d) Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa.

C. Tinjauan Tentang Kebutuhan Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh

tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau berhubungan dengan kesehatan, penyakit, termasuk

keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-

bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk

aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat

dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang

terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan

dan penyakit. Nutrisi merupakan kesehatan dasar dan sangat penting bagi tubuh

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mempertahankan dan

memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan fungsi organ (Ambarwati,

2019)

2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Penecernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ

asesoris.Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,

sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantung empedu, dan pankreas.Ketiga

organ membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.


a. Saluran Pencernaan

1) Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri

atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi,

bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan

mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat

makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzimamilase yang

akan memecah amilium yang terkandung dalam makanan menjadi maltosa.

Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi,

dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang

menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat

arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan,

menetralkan, serta mengencerkan bolus.

2) Faring dan Esofagus

Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak

dibelakang hidung, mulut, dan laring.Faring berbentuk kerucut dengan

bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring

langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot

dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di

depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus

diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta

menyambung dengan lambung.

Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan

dari faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang

berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm dengan kedua ujungnya

dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu

tertutup, kecuali bila ada makanan masuk kedalam lambung.Keadaan ini


bertujuan untuk mencegah gerakan balik sini ke organ bagian atas yaitu

esofagus.

3) Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas

bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal

(antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui

orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui pilorik. Lambung

terletak di bawah diafrgma dan pankreas, sedangkan limpa menempel pada

sebelah kiri fundus.

Lambung memiliki fungsi yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan

pencernaan.Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk

menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai

pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang

dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan

adalah mensekresi pepsin dan HCI yang akan memecah protein menjadi

pepton, amilase memecah amilium menjadi maltosa, lipase memecah lemak

menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin. Makanan

berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah

lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCI

untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan

desinfektan.

4) Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang

lebih 2.5 meter dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang

menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang meninggal.


a) Usus halus terdiri dari atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang

kurang lebih 25 centimeter, jejenum dengan panjang kurang lebih 2

meter, dan illeum dengan panjang kurang lebih 1 meter.

b) Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan halus akan

diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum.

5) Usus Besar

Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan

dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang

merupakan tempat lewatnya makan. Usus besar memiliki panjang kurang

lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden,

sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira-kira 10 centimeter

dari usus besar.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang

lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa.Kapasitas absorpsi air

kurang lebih 5000 cc/hari.

b. Organ Asesoris
1) Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di

bagian paling atas rongga abdomen, di sebalah kanan di bawah diafragma,

dan memili berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati

terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh

ligamen falsiformis.

2) Kantung Empedu

Kantung empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantung

yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati

sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 centimeter dan

berkapasitas 40-60 centimeter. Fungsi kantung empedu adalah tempat

menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu, mengemulsi


garam-garam empedu, mengemulasi lemak, mengsekresi beberapa zat yang

tidak digunakan oleh tubuh, dan memeberi warna pada feses.

3) Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang mempunyai dua fungsi yaitu fungsi

endokrin dan fungsi eksokrin. Fungsi endokrin adalah yang tersebar di

antara alveoli pankreas dan fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel

sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit.

3. Macam-Macam Nutrien

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada

umumnya dalam bentuk amilium. Sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-

tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan karbohidrat pada

hewani berbentuk glikogen. Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi

utama tubuh, cadangan untuk tenaga tubuh,pengaturan metabolisme lemak,

dan memberi rasa kenyang.

b. Lemak

Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan kalori

lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Sumber lemak berasal dari nabati

dan hewani, lemak nabati seperti kacangkacangan,kelapa, dan lain-lain.

Sedangkan lemak hewani berasal dari daging sapi, kambing, dan lain-lain.

Fungsi lemak adalah untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid, melarutkan vitamin

sehingga dapat diserap oleh usus, dan sebagai sumber energi.

c. Protein

Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam

penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan antibodi.


Sumber protein berasal dari nabati dan hewani, protein nabati seperti jagung,

tepung terigu, kedelai, kacang hijau, dan sebagainya. Sedangkan protein hewani

seperti susu, daging, telur, hati, udang, kerang, ayam, dan sebagainya. Fungsi

protein adalah sebagai sumber energi disamping karbohidrat dan lemak,

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, pengaturan metabolisme

dalam bentuk enzim hormon.

d. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yag dibutuhkan tubuh dalam

jumalah kecil dan tidak dapat di produksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan

dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai

katalisator.

e. Mineral

Mineral adalah ion organik esensial untuk tubuh karena peranannya

sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral merupakan elemen kimia yang

berperan dalam mempertahankan proses tubuh.

f. Air

Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel

bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 hingga 70% darii seluruh

berat badan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh


kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami

kebutuhan gizi.

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makan bergizi tinggi dapat

mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang

merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan

yang layak untuk dimakan karena masyarakat

menganggap bahwa mengkonsumsi makanan tersebut dapat

merendahkan derajat mereka.

c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah,

terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal,

makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh

zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan

merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

e. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena

persediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh

karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya

mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingan masyarakat dengan

kondisi perekonomian rendah.


5. Menentukan Berat Badan Ideal

Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energi seseorang

adalah melalui penentuan berat badan ideal dan indeks massa tubuh. Rumus

Brocca adalah cara untuk menegetahui berat badan ideal, yaitu sebagai berikut:

Berat badan ideal (kg)= [tinggi badan(cm)-100]- [10%(tinggi badan -100)]

Hasil:

a. Bila berat badannya < 80%, dikategorikan sebagai kurus

b. Bila berat badannya 80-120% dikategorikan berat badan ideal

c. Bila berat badannya > 120% dikategorikan gemuk.

6. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan

kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi, jantung

koroner, kanker,dan anoreksia nervosa.

a. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan keadaan yang dialami

seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (Normal) atau resiko penurunan berat

badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Tanda klinis :

1) Berat badan 10-20% di bawah normal

2) Tinggi badan di bawah ideal

3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan albumin serum

6) Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :

1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat

penyakit infeksi atau kanker

2) Disfagia karena adanya kelainan persyarafan

3) Penurunan absopsi nutrisi akibat penyakit chorn atau intoleransi laktosa

4) Nafsu makan menurun

7. Daftar Asupan Nutrisi untuk TB Paru yang Paling Penting

TB paru dapat diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa

memastikan asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah

sembuh. Pasalnya, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan

infeksi tersebut sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin berusaha

mencukupi nutrisi untuk TBC dengan makan sehat seimbang. Dengan menerapkan

pola makan sehat, turut membantu tubuh dalam melawan infeksi dan juga turut

menjaga status gizi, sehingga akan lebih cepat sembuh. Berikut ini merupakan

nutrisi penting yang dibutuhkan oleh pengidap TB paru :

a. Kalori

Kalori alias energi adalah kebutuhan nutrisi untuk TB paru yang paling

penting dan wajib dipenuhi. Meningkatkan asupan kalori akan membantu

meningkatkan kekebalan tubuh Anda. Sebaliknya, pengidap TB paru yang

memiliki berat badan kurang berisiko memperburuk kondisi penyakitnya.

Penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Clinical Nutrition

tahun 2019 menunjukkan bahwa penderita TB paruyang diberikan energi

tambahan lebih banyak selama enam minggu pengobatan memiliki kondisi fisik

yang lebih baik dibandingkan kelompok yang tidak diberikan energi tambahan.
b. Protein

Selain energi, Anda juga membutuhkan protein yang lebih banyak.Protein

juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda, sehingga

tubuh dapat melawan infeksi lebih baik.Selain itu, protein juga berfungsi untuk

memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh. Anda dapat memeroleh protein

dari daging tanpa lemak, telur, susu dan produknya, ikan, kacang-kacangan,

serta biji-bijian.

c. Vitaimin dan Mineral

Vitamin dan mineral sangat Anda butuhkan dalam jumlah banyak saat

Anda sakit TB paru. Kekurangan vitamin dan mineral dapat menyebabkan

sistem kekebalan tubuh menurun sehingga Anda jadi lebih rentan terhadap

infeksi.Berikut ini merupakan vitamin dan mineral penting yang Anda butuhkan

saat menderita penyakit TB paru.

d. Seng

Seng mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh dalam

melawan infeksi dan juga radikal bebas. Pada penderita TB paru ditemukan

bahwa mereka mempunyai kadar seng yang lebih rendah dalam tubuhnya

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita TB Paru,terlepas dari status

gizi mereka. Oleh karena itu, penderita TB Paru membutuhkan lebih banyak

asupan seng untuk membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Selain itu,

seng juga berperan dalam metabolisme vitamin A. Penelitian pada hewan dan

juga manusia menunjukkan bahwa kekurangan seng dapat mengganggu retina

dalam mengikat protein dan mengurangi konsentrasi plasma retina. Sumber

makanan yang mengandung seng adalah daging, ayam, kerang, kepiting, lobster,

kacang mede, jamur, bayam, brokoli, kale, bawang putih, susu dan produknya,

sereal yang telah difortifikasi, dan dark chocolate.


e. Vitamin A

Vitamin A diperlukan dalam fungsi limfosit T dan B, aktivitas makrofag,

dan respon antibodi. Kesemuanya itu merupakan bagian dari sistem kekebalan

tubuh. Pengidap TB paru yang banyak mengonsumsi vitamin A tentu memiliki

kondisi yang lebih baik daripada yang kekurangan vitamin A. Kebutuhan asupan

vitamin A meningkat pada penderita TB paru karena terjadi peningkatan

ekskresi dan metabolisme vitamin A dalam tubuh. Anda dapat mendapatkan

vitamin A dari wortel, tomat, bayam, ubi, selada, asparagus, seledri, hati sapi

atau ati ayam, telur, mangga, semangka, dan masih banyak lagi.

f. Vitamin D

Vitamin D juga berperan dalam fungsi makrofag yang merupakan faktor

kunci dalam melawan infeksi TB paru. Oleh karena itu, penderita

TB paru juga mempunyai kebutuhan yang tinggi akan vitamin D.

Berdasarkan penelitian, orang Indonesia yang memiliki penyakit TBC yang tidak

diobati memiliki kadar vitamin D yang rendah. Anda bisa mendapatkan vitamin

D dari sumber makanan jamur, minyak ikan, ikan (terutama salmon dan

makerel), tofu, sereal yang telah difortifikasi, kuning telur, susu dan produknya,

serta makanan lainnya.

h. Vitamin C

Vitamin C sangat banyak mengandung antioksidan yang diperlukan dalam

melawan radikal bebas. Karena fungsinya ini, tentu vitamin C banyak

dibutuhkan oleh penderita TBC. Bahkan, penelitian juga telah membuktikan

bahwa terdapat hubungan antara kekurangan vitamin C dan penyakit TB paru.

Anda bisa memeroleh sumber vitamin C dari buah-buahan (seperti jeruk, kiwi,

stroberi, melon, jambu biji, dan pepaya) dan sayuran (seperti paprika merah

dan hijau, brokoli, kale, dan tomat).


i. Zat Besi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penderita TB paru memiliki

hemoglobin yang lebih rendah daripada orang sehat.Oleh karena itu, penderita

TB paru membutuhkan lebih banyak zat besi untuk mencegah anemia. Perlu

diketahui bahwa anemia sangat umum terjadi pada penderita TB paru. Zat besi

bisa Anda peroleh dari daging merah, sayuran hijau (seperti bayam, brokoli,

kale, sawi), sayuran yang telah difortifikasi, dan lainnya.

j. Selenium

Selenium juga memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.

Sehingga, selenium juga menjadi salah satu nutrisi untuk TB paru yang paling

dibutuhkan. Anda bisa mendapatkan selenium dari konsumsi seafood, ikan,

daging, biji bunga matahari, roti, dan jamur.

Tabel 2.1 Jadwal dan Menu Nutrisi

Jadwal Pemberian Nutrisi


07.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Telur rebus Ikan bakar Daging
Daging semur Ayam bakar Telur
Ketimun+tomat iris Tempe bacem Tahu bacem
susu Sayur asem Papaya Sup sayuran pisang

Sumber (Ambarwati,2019)

Tabel 2.2 SOP Pemberian Nutrisi

Standar Operasional Pemberian Nutrisi


Pengertian Tindakan ini merupakantindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Prosedur 1. Alat dan Bahan
a. Piring
b. Sendok
c. Garpu
d. Gelas
e. Serbet
f. Mangkok cuci tangan
g. Pengalas
h. Makanan dengan porsi dan menu sesuai program
2. Prosedur Kerja
a. Beri penjelasan
b. Cuci tangan
c. Atur posisi pasien, minta pasien untuk duduk/
setengah duduk sesuai kondisi pasien
d. Pasang pengalas
e. Anjurkan pasien berdoa sesuai kepercayaan pasien
f. Tawarkan aktivitas dengan dengan cara menyuap
makan pasien jika perlu, lalu suap pasien demgan
makanan secara sedikit demi sedikit lalu beri
minum setelah makan
g. Setelah selesai makan, bersihkan mullut pasien dan
anjurkan duduk sebentar.

h. Catat tindakan dan porsi yang dihabiskan serta jenis


makanan yang dimakan pasien

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,

pemeriksaan fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang

dilakukan pada tanggal 02 Maret 2021 pukul 09 : 15 WITA, klien masuk Di Ruang

Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 tanggal 01 Maret 2021, dari pengkajian

tersebut didapatkan data melalui penjelasan berikut ini :


Nama klien Tn. T, Jenis kelamin laki-laki, berumur 50 tahun, status

perkawinan menikah, beragama Islam, suku bangsa Tolaki, pendidikan terakhir

SMA, bekerja sebagai Petani, pendapatan perbulan tidak menentu, alamat Desa

Puusangi Kabupaten Konawe.

Identitas penanggung jawab Nama Tn. T, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan

sebagai wairaswasta, hubungan dengan klien sebagai keluarga klien, alamat

Puusangi Kabupaten Konawe.

a. Riwayat Kesehatan

Klien masuk Di Rumah Sakit Aliyah 3 pada tanggal 01 Maret 2021 di

rawat Di Ruang Perawatan Multazam 4 dengan keluhan utama klien

mengatakan sering merasa sesak nafas dan klien mengatakan batuk berdarah

sejak 2 minggu lalu.

Riwayat keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian adalah sebagai

berikut:

1) Data Subjektif :

a) Klien mengatakan nafsu makannya menurun

b) Klien mengatakan berat badannya menurun

2) Data Objektif :

a) Klien nampak tidak nafsu makan

b) Klien nampak lemah

c) Klien nampak gelisah


d) BB : 45 kg

e) Tinggi badan 157 cm

f) IMT 18,2.

Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu klien mengatakan tidak

pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Klien mengatakan tidak

pernah menjalani tindakan operasi sebelumnya.Klien mengatakan tidak

memiliki riwayat alergi. Klien mengatakan tidak merokok.

b. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

Table 4.3 Pengkajian Kebutuhan Nutrisi


Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi makan sehari 3 kali sehari 1 kali sehari
Waktu Makan Pagi, siang, dan Siang
malam

Porsi makan yang habiskan 1 porsi 1/2 porsi


Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
makan

Makanan pantang/yang Tidak ada Tidak ada


tidak disukai
Pembatasan makanan Tidak ada Tidak ada
Jenis makanan yang dibatasi Tidak ada Tidak ada
Konsumsi makanan yang Sayur-sayuran Tidak ada
berserat
Nafsu makan Baik Menurun
Mual Tidak ada Ya
Hipersalivasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi asam pada mulut Tidak ada Tidak ada
Perasaan cepat kenyang Tidak ada Ya
setelah makan

Perasaan kembung Tidak ada Ya


Lain-lain - -
c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80

mmHg, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, frekuensi nadi 100 kali/menit, suhu

tubuh 36,6 0C. pemeriksaan berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, IMT

18,2.

Pemeriksaan fisik pada bagian kepala didapatkan hasil bentuk kepala

hormosefali atau tidak ada kelainan, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada nyeri

kepala, klien tidak merasa pusing, distribusi rambut bersih, rambut tidak udah

teracut, dan tidak ada alopesia.

Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil kedua mata simetris, tidaka ada

edema dan ptosis, sclera kemerah-merahan, konjungtiva anemis, reflex pupil

normal, ketajaman mata baik, pergerakan bola mata baik, lapang pandang baik,

tidak ada diplopia, tidak ada photopobia, tidak ada nistagmus, reflex kornea

baik, tidak ada nyeri pada kedua mata.

Pada pemeriksaan telinga didapatkan hasil kedua telinga simetris, tidak

ada skret atau serumen, ketajaman pendengaran baik, tinnitus baik, tidak ada

nyeri yang dirasakan pada telinga.

Pemeriksaan hidung didapaatkaan hasil hidung simetris, tidak ada

perdarahan, tidak ada sekresi, fungsi penciuman baik, dan tidak ada nyeri pada

hidung.

Pemeriksaan pada mulut didapatkan hasil fungsi berbicara baik,

kelembapan bibir baik, posisi uvula baik, mukosa bibir baik, keadaan tonsil baik,

stomatitis baik, warna lidah merah mudah, tidak ada tremor pada lidah,

kebersihan lidah bersih, tidak ada bau mulut, kelengkapan gigi sudah tidak

lengkap, kebersihan gigi bersih, terdapat karies pada gigi, suara parau tidak ada,
tidak ada kesulitan menelan, kemampuan menunyah baik, dan fungsi mengecap

baik.

Pemeriksaan pada leher didapatkan hasil mobilitas leher baik, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada

pelebaran vena jugularis, dan trachea baik.

Pemeriksaan pada thoraks bagian paru-paru didapatkan hasil bentuk

dada simetris, pengembanan dada tidak normal, tidak ada retraksi dinding

dada, tidak ada tanda jejas, taktir fremitus getaran kiri dan kanan, tidak ada

massa, adanya dispnea, adanya ortopnea, suara nafas vesicular, bunyi nafas

tambahan ronchi, nyeri pada dada.

Pemeriksaan thoraks bagian jantung didapatkan hasil uktus kordis

normal, ukuran jantung normal, klien mengatakan nyeri pada dada, tidak ada

palpitaasi, dan bunyi jantun normal.

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil warna kulit sawo matang, tidak

ada distensi abdomen, tidak ada ostomy, tidak ada tanda jejas, peristaltic

18x/menit, perkusi abdomen redup, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri tekan.

Pemeriksaan payudara didapatkan hasil kedua payudara simetris,

keadaan putin susu baik, tidak ada massa, tidak ada neri tekan, dan tidak ada

lesi.

Pemeriksaan system saraf didapatkan hasil tingkat kesadaran

composmentis, koordinasi baik, memori baik, orientasi baik, konfusi baik,

keseimbangan baik, tidak ada kelumpuhan, tidak ada gangguan sensasi, dan

tidak ada kejang-kejang.


Pemeriksaan reflex didapatkan hasil reflex tendon bisep normal, reflex

tendon trisep normal, reflex lutut baik, tidak ada kaku kuduk, brudzinski I

normal, dan brudzinski II normal.

Pemeriksaan anus dan perianal didapaatkan hasil tidak ada tanda

haemoroid, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri pada anus.

Pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil warna kulit sawo matang, tidak

terdapat purpura atau ekimosis, tidak terdapat atropi, tidak ada hipertropi,

tidak ada lesi atau luka, pigmentasi baik, tidak ada deformitas sendi, tidak ada

deformitas tulang, tidak ada tremor, tidak ada varises, tidak ada edema, turgor

kulit baik, kelembapan kulit baik, capillary tefilling time (CRT) dibawah 2 detik,

pergerakan ekstremitas normal, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada kekakuan

tulang, tonus otos normal, kekuatan sendi baik, tidak ada nyeri, dan tidak

terjadi diaphoresis.

d. Pemeriksaan penunjang

1) Rontgen thorax

2) Pemeriksaan BTA (+)

3) Rapid test antigen SARS-COV-2 (-)

4) Cek darah rutin

2. Dignosa keperawatan

a. Klasifikasi Data
Nama : Tn. T
pasien
: 50
Umur
tahun
: 01 -
12 –
No. RM 01
No Data Masalah
1 DS : Deficit Nutrisi berhubungan dengan
a. Klien mengatakan nafsu makannya ketidakmampuan mencerna makanan
menurun
b. Klien mengatakan berat badannya
menurun DO :
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak tidak nafsu makan
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6oC
N : 100 X/m
P : 24 X/m
BB : 45 Kg
IMT : 18,2

3. Analisa Data

a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun

No. RM : 01 - 12 – 01
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Invasi melalui saluran Deficit Nutrisi
a. Klien mengatakan nafsu pernapasan berhubungan dengan
makannya menurun ketidakmampuan
b. Klien mengatakan berat mencerna makanan
badannya menurun DO : Meluas
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak tidak nafsu
makan Hematogen
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6 oC Bakterimia
N : 100 X/m
P : 24 X/m
BB : 45Kg Peritoneum
IMT : 18,2

Asam lambung meningkat

Annoreksia, mual, muntah

Deficit nutrisi

4. Intervensi Keperawatan

a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun
: 01 - 12 –
No. RM 01
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Deficit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan tindakan keperawatan 4 Observasi
mencerna makanan x24 jam maka 1. Identifikasi status nutrisi
Nafsu makan meningkat 2. Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan
dihabiskan meningkat yang disukai
2. Perasaan cepat 4. Monitor berat badan
kenyang menurun Terapiutik
3. Berat badan membaik 1. Lakukan oral hygiene
4. Indeks masa sebelum makan, jika perlu
tubuh membaik 2. Sajikan makanan secara
5. Frekuensi makan menarik dan suhu yang
membaik sesuai
6. Nafsu makan 3. Berikan makanan yang tinggi
membaik serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

5. Implementasi Keperawatan

a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun

No. RM : 01 - 12 – 01
b. Implementasi hari pertama
DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Rabu, 03 Maret 09.00 1. Mengdentifikasi status S :
berhubungan dengan 2021 nutrisi Hasil : 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan a. Klien mengatakan tidak nafsu makan
mencerna makanan tidak nafsu makan 2. Klien mengatakan
b. Porsi makan tidak mengalami
dihabiskan penurunan berat
c. Klien nampak makan badan selama sakit
hanya pada siang 3. Klien mengatakan
hari sering sikat gigi
2. Mengdentifikasi alergi sebelum dan
dan intoleransi setelah makan
09.10 makanan 4. Klien mengatakan
Hasil : menyukai makanan
a. Tidak ada yang masih hangat
3. Mengdentifikasi O:
makanan yang disukai 1. Porsi makan tidak
10.00 Hasil : tidak ada dihabiskan
4. Memonitor berat 2. Klien nampak makan
badan hanya pada siang hari
10.30 Hasil : 3. BB sebelum sakit : 55
a. Klien mengatakan kg
mengalami 4. BB setelah sakit 45 kg
penurunan berat 5. TTV :
badan selama sakit TD : 110/80 mmHg
b. BB sebelum sakit S : 36,6 oC
: 58 kg N : 100 X/m
c. BB setelah sakit 50 P : 24 X/m
kg BB : 45 Kg
5. Melakukan oral hygiene IMT : 18,2
sebelum makan, jika A :Defisit Nutrisi
perlu Hasil :
10.40 P : Intervensi 1, 4, 6,
Klien mengatakan 7, dan 8
sering sikat gigi
sebelum dan setelah
makan
10.50 6. Menyajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai Hasil :
a. Klien mengatakan
menyukai
makanan yang
masih hangat
7. Memberikan makanan
yang tinggi serat untuk
11.00 mencegah
konstipasi
Hasil : terdapat sayuran
tinggi serat pada
makanan klien
8. Memberikan makanan
tinggi kalori dan
11.00 tinggi protein
Hasil : terdapat
makanan tinggi kalori
dan protein pada
makanan klien
9. Menganjurkan posisi
duduk, jika mampu
Hasil : klien nampak
11.05 duduk pada saat
makan

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Ikan masak Semur Ayam Ayam goreng
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Pisang Tahu bacem
Air putih Sup sayuran Pisang
c. Implementasi hari kedua
DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Kamis, 04 09.00 1. Mengdentifikasi status S :
berhubungan dengan Maret 2021 nutrisi Hasil : 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan a. Klien mengatakan tidak nafsu makan
mencerna makanan tidak nafsu makan 2. Klien mengatakan
b. Porsi makan hanya mengalami
1/2 yang dihabiskan penurunan berat
c. Klien nampak makan badan selama sakit
hanya pada 3. Klien mengatakan
siang hari hanya mau makan
2. Memonitor disiang hari
berat badan O:
09.10 1. Porsi makan hanya
Hasil :
a. Klien mengatakan 1/2 yang
mengalami dihabiskan
penurunan berat badan 2. Klien nampak makan
selama hanya pada siang hari
sakit 3. BB sebelum sakit : 55
b. BB sebelum sakit kg
: 58 kg 4. BB setelah sakit 45 kg
c. BB setelah sakit 50 5. TTV :
kg TD : 110/80 mmHg
3. Menyajikan makanan S : 36,6 oC
secara menarik dan N : 100 X/m
10.00 suhu yang sesuai Hasil : P : 22X/m
a. Klien mengatakan BB : 45 Kg
menyukai IMT : 18,2
makanan yang masih A :Defisit Nutrisi
hangat
4. Memberikan makanan P : Intervensi 1, 2, 3,
yang tinggi serat untuk 4, dan 5
mencegah
konstipasi
10.30
Hasil : terdapat sayuran
tinggi serat pada
makanan klien
5. Memberikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Hasil : terdapat
11.00 makanan tinggi kalori
dan protein pada

makanan klien
Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit
08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Semur Ayam Ikan masak Ayam bakar
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Pisang Tahu bacem
Air putih Sup sayuran Pisang

d. Implementasi hari ketiga


DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Jumat, 05 09.00 1. Mengdentifikasi status S:
berhubungan dengan Maret 2021 nutrisi Hasil : 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan a. Klien mengatakan sudah mulai
mencerna makanan sudah mulai nafsu nafsu makan
makan 2. Klien mengatakan
b. Porsi makan hanya mengalami
1/2 yang dihabiskan penurunan berat
c. Klien nampak badan selama
makan hanya pada sakit
siang dan 3. Klien mengatakan
malam hanya mau makan
hari disiang
2. Memonitor berat badan hari O
09.10 :
Hasil :
a. Klien mengatakan 1. Porsi makan
mengalami hanya 1/2 yang
penurunan berat dihabiskan
badan selama sakit 2. Klien nampak
b. BB sebelum sakit : makan hanya
58 kg pada siang dan
c. BB setelah sakit 51 kg malam hari
3. Menyajikan makanan 3. BB sebelum
secara menarik dan suhu sakit : 55 kg
10.00 yang sesuai Hasil : 4. BB setelah sakit
a. Klien mengatakan 45 kg
menyukai makanan 5. TTV : TD : 110/80
yang masih hangat mmHg
4. Memberikan makanan
yang tinggi serat untuk

10.30
mencegah konstipasi S : 36,6 oC
Hasil : terdapat sayuran N : 100 X/m
tinggi serat pada P : 20X/m
makanan klien BB : 45 Kg
10.40 5. Memberikan makanan IMT : 18,2
tinggi kalori dan tinggi A :Defisit Nutrisi
protein
Hasil : terdapat makanan
P : Intervensi 1, 2, 3,
tinggi kalori dan protein
pada 4, dan 5
makanan klien

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Ikan masak Semur Ayam Ayam goreng
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Pisang Tahu bacem
Air putih Sup sayuran Pisang

e. Implementasi Hari Ke-4


DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Sabtu, 06 Maret 09.00 1. Mengdentifikasi status S:
berhubungan dengan 2021 nutrisi Hasil : 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan a. Klien mengatakan sudah mulai nafsu
mencerna makanan sudah mulai nafsu makan
makan 2. Klien mengatakan
b. Porsi makan hanya mengalami
1/2 yang dihabiskan penurunan berat
c. Klien nampak badan selama
makan hanya pada sakit
siang dan 3. Klien mengatakan
malam hanya mau makan
hari disiang
2. Memonitor berat badan hari O
09.10 :
Hasil :
a. Klien mengatakan 1. Porsi makan
mengalami hanya 1/2 yang
penurunan berat dihabiskan
badan selama sakit
b. BB sebelum sakit : 58
kg
c. BB setelah sakit 51 kg 2. Klien nampak
3. Menyajikan makanan makan hanya pada
10.00 secara menarik dan suhu siang dan malam
yang sesuai Hasil : hari
a. Klien mengatakan 3. BB sebelum sakit :
menyukai makanan 55 kg
yang masih hangat 4. BB setelah sakit
4. Memberikan makanan 45 kg
yang tinggi serat untuk 5. TTV : TD : 110/80
mencegah mmHg
10.30 konstipasi S : 36,6 oC
Hasil : terdapat sayuran N : 100 X/m
tinggi serat pada
P : 20X/m
makanan klien
BB : 45 Kg
5. Memberikan makanan
IMT : 18,2
tinggi kalori dan
tinggi protein A :Defisit Nutrisi
10.40 Hasil : terdapat
makanan tinggi kalori P : Intervensi 1, 2, 3,
dan protein pada 4, dan 5
makanan klien

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Ikan masak Semur Ayam Ayam goreng
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sup sayuran Pisang Tahu bacem
Air putih Sayur tumis Pisang
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka

penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil studi kasus

penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien TB Paru Di Ruang Perawatan

Multazam 4 RS Aliyah 3 yang di lakukan pada tanggal 02 Maret 2021 yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan

evaluasi keperawatan.

1. Tahap pengkajian berdasarkan teori pengkajian adalah tahap pemikiran dasar

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data subjektif maupun

objektif tentang keadaan kesehatan pasien. adapun data yang didapat pada

tahap pengkajian yaitu : pada studi kasus ditemukan data klien mengatakan nafsu

makannya menurun, klien mengatakan berat badannya menurun. Data

objektif :klien nampak lemah, klien nampak tidak nafsu makan, tanda-tanda

vital :Tekanan darah : 110/80 mmHg, suhu tubuh : 36,6oC, nadi : 100 x/menit,

Pernafasan : 24x/menit, BB : 45 Kg, dan IMT : 18,2.

Menurut teori dalam Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

data atau tanda dan gejala untuk pasien dengan diagnose keperawatan bersihan

jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum

berlebih, mengi, wheezing, ronchi, dan pola napas berubah.

Jika dibandingan teori dengan studi kasus suda pasti ada kesenjangan

anatara teori dan studi kasus, karena data pada teori tidak semua ada di studi

kasus, begitupun sebaliknya data yang ada pada studi kasus tidak semua terdapat

pada teori.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon individu,

keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau potensi

yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai

hasil yang merupakan tanggung jawab.Adapun diagnosa keperawatan yang ada

pada teoriyaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, pola napas tidak efektis, dan

deficit nutrisi.

Berdasarkan masalah yang terkait pada pasien pada pasien TB ParuDi

Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 adalah deficit nutrisi berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna makanan.Dari hasil pengkajian yang sudah

didapatkan yaituklien mengatakan nafsu makannya menurun, klien mengatakan

berat badannya menurun.Data objektif :klien nampak lemah, klien nampak tidak

nafsu makan, tanda-tanda vital :Tekanan darah : 110/80 mmHg, suhu tubuh :

36,6oC, nadi : 100 x/menit, Pernafasan : 24x/menit, BB : 45 Kg, dan IMT : 18,2,

dan tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada

pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini

yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.Maka penulis

mengangkat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data pengkajian atau

kondisi pasien yaitu deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu proses dalam pemecahan masalah

keperawatan yang merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan

dari semua tindakan keperawatan sehingga tujuan yang direncanakan dapat

tercapai (Dermawan, 2019). Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan

konsep teori yang telah didapatkan dan diterapkan secara aktual terhadap pasien

TB Paru.
Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan Setelah

dilakukan tindakan keperawatan 4 x 24 jam maka nafsu makan meningkat

dengan kriteria hasil : porsi makan yang dihabiskan meningkat, perasaan cepat

kenyang menurun, berat badan membaik, indeks masa tubuh membaik,

frekuensi makan membaik, nafsu makan membaik dengan intervensi

manajemen nutrisi : observasi : identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan

intoleransi makanan, identifikasi makanan yang disukai, monitor berat badan.

Terapiutik :lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, sajikan makanan

secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk

mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

Edukasi :anjurkan posisi duduk, jika mampu. Kolaborasi :kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika

perlu.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Dermawan, 2019).

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

implementasi keperawatan selama 4 hari untuk diagnose deficit nutrisi sesuai

dengan intervensi yang telah dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan

kriteria hasil dalam rentang yang telah ditentukan. Adapun Intervensi

keperawatan untuk diagnose deficit nutrisi yang telah ditentukan yaitu

observasi :identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan,

identifikasi makanan yang disukai, monitor berat badan. Terapiutik :lakukan oral

hygiene sebelum makan, jika perlu, sajikan makanan secara menarik dan suhu

yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Edukasi :anjurkan posisi duduk,

jika mampu. Kolaborasi :kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

Implementasi yang direncanakan telah diterapkan, dalam melakukan

intervensi diatas selama 4 hari untuk diagnose deficit nutrisi secara berturut –

turut hasilnya dinilai sangat efektif dalam masalah keperawatan deficit nutrisi

pada pasien TB Paru.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan hasil pelaksanaan

tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria yang sudah ditetapkan

(Dermawan, 2019). Evaluasi hasil Tn. T dilakukan dengan metode SOAP

(Subjective,Objective, Analysis, and Planning), metode ini digunakan untuk

mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai tujuan

dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa deficit nutrisi, pada hari keempat

06 Maret maret 2021 pukul 11.50 wita yaitu data subjektif : klien mengatakan

sudah nafsu makannya sudah membaik, klien mengatakan berat badan sudah

mulai membaik, klien mengatakan sudah mau makan 3 kali sehari, klien

mengatakan makanan sudah dihabiskan, data objektif

:porsi makan dihabiskan, klien nampak makan hanya pada siang dan malam hari,
BB sebelum sakit : 58 kg, BB setelah sakit 51, 5 kg, TTV :TD

: 110/80 mmhg, S : 36,6 oC, N : 100 x/m, P : 20 x/m, BB : 45 kg,

IMT : 18,2.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses keperawatan Di

Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 dari tanggal 02 – 06 Maret 2021 dengan

mengacu pada tujuan yang dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dalam pengkajian keperawatan Tn. T semua aspek bio, psiko, sosial, spiritual, dan

kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga untuk mendapatkan data

yang lengkap dan akurat karena setiap individu memberikan respon yang

berbeda-beda terhadap stimulus baik internal maupun eksternal sehingga

membutuhkan kejelian dalam menilai setiap respon atau gejala yang di

tampakkan oleh klien serta memerlukan kepekaan dan kemampuaan khusus

dalam menginterpretasikan dan menganalisa data pada klien dengan TB paru.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa keperawatan

berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai dengan kondisi dan

keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori yang ada, kemudian

diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan

keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan klien. Diagnosa yang

diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu

deficit nutrisi.

78
79

3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan

yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori SDKI, dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien TB Paru

berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan keperawatan.

4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan, disesuaikan

dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat berdasarkan aplikasi

teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan.

5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama

4hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 06 Maret 2021 dengan hasil

deficit nutrisi yang dialami pasien teratasi.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada pasien TB Paru, peneliti menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu

mematuhi program dietnya, terutama minum obat secara teratur sesuai dengan

indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas terdekat di

lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program perawatan lanjut seperti

istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada klien dengan kasus TB Paru, dan

mengkonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan dan proses penyembuhan.

2. Bagi Rumah Sakit

Bagi Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 diharapkan mampu

memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio, psiko, sosial, spritual,

kultural kepada klien.Petugas kesehatan baik itu perawat agar selalu menerapkan

konsep asuhan keperawatan yang komprehensif dan meningkatkan frekuensi

kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya

pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga
diperlukan adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk

mempercepat proses kesembuhan

klien.

3. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan

acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta dapat dijadikan

sebagai referensi pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan

peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru,

sehingga dapat membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus nyata

tentang masalah nutrisi pada pasien TB Paru.

DAFTAR PUSTAKA
Aminingsih Endrawati & Ariasti. (2019). Keperawata n Medikal Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC.

Ambarwati, & Nasution. (2018). Asuhan Kebidanan Sistem Pernafasan (TB). Yogyakarta :
Mitra Cendikia.

Apriyadi. (2020). Tuberculosis Bisa Disembuhkan. Jakarta : EGC.

Dermawan, D. (2019). Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka Kerja.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dianasari. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : CV


Trans Info Media.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2021). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara
2019. Kendari: Dinkes pada tanggal 22 Maret 2021, di
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKESPROVINSI2016 /28 Sultra
2016.pdf.

Ginanjar. (2020). Karya Tulis Ilmiah Faktor Resiko TB Paru. Diperoleh tanggal 22 Maret
2021, dari https://osf.io/preprints/inarxiu

Ghofar. (2018). Manajemen nutrisi Dalam meningkatkan kebutuhn nuitrsi pada Pasien
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas. Jurnal STIKES Baptis Kediri 2085-
2091.

Haswita, & Reni. (2019). Konsep Dasar Kebutuhan nutrisi. Diperoleh tanggal 22 Maret
2021, dari http://repository.poltekkestjk.ac.id/445/3/BAB%20II.pdf.

Hidayat, A.A. (2019). Pengantar Kebtuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, A., & Kristianasara, W. (2020). Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan


Dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Nuha Medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kemenetrian Kesehatan RI 2019.

Kowalak. (2019). Mudahnya Belajar Sistem Imun. Yogyakarta : Nuha Medika.

Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2019). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi 1. Yogyakarta: MediAction.

Nursalam. (2020). Konsep Dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan :


Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Pranowo. (2019). Penatalaksanaan Bersihan Jalan Nafas Kasus Tuberkulosis Paru Di
RSP. Ario Wirawa. Diperoleh tanggal 22 Maret 2021, dari http://ejournal.bsi.ac.id.

Tahir, Rusna.,Imalia, Dhea, S. A., &Muhsinah, Siti. (2019). Fisioterapi Dada

Dan Batuk Efektif Seabagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan


Nafas Pada Pasien TB Paru DI RSUD Kota Kendari. Diperoleh tanggal 28 Januari
2020, dari http://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.

Werdhani.(2019). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan. Diperoleh


tanggal 22 Maret 2021, dari http://tb.rg-adguard.net/public.php.

WHO. 2019. Angka kejadian TB Paru Di Dunia. Diperoleh tanggal 23Januari 2020, dari
http://ejournal.bsi.ac.id.

Yulianti.(2019). Manajemen nutrisi Dalam meningkatkan kebutuhn nuitrsi Mengeluarkan


Sekret Pada Pasien TB. Diperoleh tanggal22 Maret 2021, dari
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id

Anda mungkin juga menyukai