T DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TB PARU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI DI RUANG PERAWATAN MULTAZAM 4
RS ALIYAH 3
OLEH :
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Medis TB Paru
Terkhusus ucapan terimakasih kepada kedua orang tuaku tersayang, Bapakku syarief
dan Ibuku Aulia Halami yang selalu memberikan semangat, motivasi untuk
menyelesaikan pendidikan dan dengan doa mereka atas keberhasilan penulis. Pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
9. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama kuliah.
iii
10. Kepada saudaraku satu-satunya Taufik Ismail yang telah memberikan dorongan dan
kasih sayangnya dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dan selama penulis kuliah.
11. Kepada saudara Heris yang telah membantu banyak hal, dan memberikan dukungan
sehingga saya bisa mengerjakan KTI ini dengan baik
12. Kepada kakak Ani Lestari, A.Md.Kep yang telah membantu dan memotivasi dalam
penyusunan KTI ini.
13. Kepada sahabatku tersayang Olivia Sri Damayanti, Sindi Widyastuti, Vita Destiana
Sari, Erinda Hestia Ningrum, Iga Aprilia Supu, Sulfitriana, Layli Fajar Riski, Ayu
Wulandari yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta motivasi
14. Tak lupa juga sahabat ku Hilda Meisin Wulandari, Dytia Khoirunnisa, Nining
Susilawati, Alvi Anggun, Betricks Dianasarx, Impriyanti, Alpira Winsi, Sri Agustin,
Pratiwi, Nurul Zeika Wahdaniya, Nurul eika Khoirunnisa dan teman-teman perawat
angkatan 2018.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik yang
telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini kiranya
mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.
Penulis
iv
ABSTRAK
Pustaka : 20 (2018-2019)
v
DAFTAR ISI HALAMAN
JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN
PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN
PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iv RIWAYAT
HIDUP ......................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
vi
B. Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.8 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Pertama ......... 66
Tabel 4.10 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Kedua .......... 68
Tabel 4.12 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Ketiga .......... 70
Tabel 4.14 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Keempat ...... 72
Tabel 4.16 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Keempat ...... 74
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 3 Surat Keterangan Pengambilan Data Awal
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah utama kesehatan dunia dan
menjadi isu global juga menjadi penyebab utama kematian. Penyakit TB Paru di
program pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan
Data WHO jumlah kejadian TB Paru pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 10,4 juta
kasus baru TB Paru atau 142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 kasus
660,000 dari tahun 2019 sampai 2020 (WHO, 2020) dan estimasi insidensi berjumlah
430, 000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB Paru diperkirakan 61,000
dari tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalami peningkatan angka kematian per
tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB Paru dengan pengobatan ulang.
Setiap tahun, diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB Paru yaitu pada
2
tahun 2018 1.300 kasus, pada tahun 2019 1.730, pada tahun 2020 sebanyak 2.900
kasus, dan pada tahun 2021 di bulan Feberuari tercatat sebanyak 370 kasus. Proporsi
kasus TB Paru dengan BTA negatif sedikit meningkat dari 56% pada tahun 2019
tahun 2020 sebanyak 4.686 orang. Dari jumlah tersebut, penderita terbanyak berada
di Kabupaten Muna sebanyak 698 orang, Kendari 693 orang, dan paling sedikit Di
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSU Aliyah III
menunjukan bahwa jumlah penderita TB Paru RSU Aliyah III pada tahun 2020 yaitu
sebanyak 1 orang, dan tahun 2021 sebanyak 7 orang (SIRS RSU Aliyah III, 2021).
Paru maka akan menginfeksi saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya
batuk produktif dan darah. Disini akan menurunkan fungsi kerja silia dan
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang, tidak berbentuk spora, dan bersifat tahan
asam sehingga biasa disebut basil tahan asam(BTA). Bentuk yang paling sering
melalui udara, memiliki partikel yang tidak terlihat oleh mata, disebut dengan droplet
nuclei yang banyak berada di dalam saluran pernafasan orang yang terinfeksi TB Paru.
Bakteri ini dapat bertahan dari mekanisme tubuh untuk merusaknya, dapat bertahan
3
pada sel yang telah mati, dan dapat terus tumbuh walaupun bakteri ini dapat
Selain menginfeksi paru, penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh
yang lain seperti meningen, tulang, ginjal, sendi, selaput otak, dan kelenjar getah
bening. Penyakit TB Paru di luar paru biasa di sebut dengan TB Paru extrapulmonel.
Bakteri tuberculosis ini mampu hidup di tempat yang sejuk dan gelap selama
berbulan-bulan, terutama di tempat yang gelap. Kuman TB Paru ini bisa menimbulkan
infeksi pada paru-paru sehingga biasa di sebut dengan TB Paru (Pranowo, 2019).
pengaturan ventilasi. Kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara dan
2019). Lingkungan yang lembab, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil
besar bagi seseorang terjangkit TB Paru, penyakit TB Parusangat cepat menyebar dan
menginfeksi manusia terutama bagi kelompok sosial ekonomi rendah dan kurang gizi.
Kecepatan penyebaran infeksi TB Paru sangat tinggi, maka tidak berlebihan jika
menyebabkan atau memperparah mal nutrisi dengan cara mengurangi nafsu makan
Prinsip diet untuk pasien TB Paru adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP), cukup
TB paru dapat diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa memastikan
asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah sembuh. Pasalnya,
tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan infeksi tersebut
sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin berusaha mencukupi nutrisi untuk
TBC dengan makan sehat seimbang. Dengan menerapkan pola makan sehat, turut
membantu tubuh dalam melawan infeksi dan juga turut menjaga status gizi, sehingga
Melati RSUD dr. Haryono Lumajang pada bulan Januri – April 2018,
kebutuhan nutrisi, diaman tanda dan gejala yang timbul adalah penurunan berat
badan dibawah rentang normal dan penurunan nafsu makan yang merupakan
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. T
1. TujuanUmum
2. Tujuan khusus
Aliyah 3.
RS Aliyah 3.
RS Aliyah 3.
RS Aliyah 3
3. Bagi peneliti
4. Bagi Mahasiswa
TB Paru serta cara memberikan pelayanan dan asuhan kepada pasien TB Paru.
menambah pengetahuan dalam hal ini studi kasus pada pasien TB Paru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi TB Paru
parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini bersifat menahun dan secara khas
Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB Paru aktif pada
TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB Paru juga dapat menyerang organ
Tubuh yang lainnya. TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TB Paru kepada individu lain yang
7
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut
dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk
(Ginanjar, 2020).
2. Etiologi
positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
3. Patofisiologi
tuberkulosis (TB Paru) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi
(Kowalak, 2019).
TB Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan
melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan
di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Kowalak, 2019). Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
2019).
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-
rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluarbersama batuk. Bila lesi
ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa (Kowalak,
2019).
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang
akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
sistem vaskuler dan tersebar ke organorgan tubuh. Komplikasi yang dapat timbul
akibat TB Paru terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada
darah, sesak napas, nyeri dada, demam, keluar keringat pada malam hari,
anoreksia dan penurunan berat badan serta malaise (gejala malaise serin
ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, dan nyeri otot)
(Wahid, 2020).
(IMT˂18,5). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya status gizi buruk apabila
tidak diimbangi dengan diet yang tepat. Malnutrisi yang terjadi akan memperberat
(Amalia, 2019).
Pathway
Berkembang Pembentukan tuberkel Kerusakan membran alveolar
menghancurkan jaringan
ikat sekitar
Membentuk jaringan
keju bersihan jalan nafas Alveolus
tidak efektif
Resiko infeksi
Mual, muntah
Deficit nutrisi
4. Klasifikasi TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
a. TB Paru
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen
dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberculosis aktif.
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
penyakitnya, yaitu :
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
c. Tipe Penderita
penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
2) Kambuh (Relaps)
(Form TB.09).
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada TB Paru adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
TB Paruadalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis tuberkulosa
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya
dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu
kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif.Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali.Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif
taham asam.
5) Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi
e. Rontgen dada
area fibrosa.
Mikobakterium Tuberkulosis.
terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai
akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura
a. Pengobatan TB Paru
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB Paru
per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri
berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari
50 kg.
keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lainlain), berkurangnya
kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap
sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6.Pada yang
memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5,
dan 8.BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.
evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
kambuh.
5) Perawatan bagi penderita tuberkulosis
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
baik
9. Dampak TB Paru
a. Terhadap individu
1) Biologis
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,
sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
tinggi
2) Psikologis
menyenangkan.
3) Sosial
4) Spiritual
menganggap
b. Terhadap keluarga
2) Produktifitas menurun
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain
4) Sosial
c. Terhadap masyarakat
resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara
2) Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat
oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada sistem pencatatan / pelaporan.
bantu pernafasan.
2) Palpasi : Vokal fremitus menurun
Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan
berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi karena
g. Riwayat Keperawatan
sinusitis, kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, influenza, dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan. Hal – hal yang harus
diperhatikan yaitu keadaan infeksi kronis dari hidung, nyeri pada sinus, otitis
media, nyeri tenggorokan, suhu tubuh meningkat hingga 38,5 derajat celsius,
batuk termaksud batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing,
kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian
tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat pasien sedang makan,
hari.
i. Sakit Dada
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila posisi pasien berubah, serta apakah ada kelainan saat inspirasi dan
ekspirasi.
j. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi : Apakah nafas spontan melalui nasal, oral dan selang endotrakeal
edema, dan benjolan pada dada. Gerakan dinding dada apakah simetris
atau tidak, jika ada kelainan paru adanya getaran suara atau fremitus vokal
3) Perkusi : untuk menilai suara perkusi paru normal (sonor) atau tidak
normal (redup).
4) Auskultasi : untuk menilai adanya suara nafas seperti bunyi nafas vesikuler
dan bunyi nafas bronkhial. Bunyi nafas tambahan seperti bunyi ronkhi,
5) Nutrisi
nutrisi pada pasien gastritis sebelum dan setelah sakit terdiri dari :
6) Eliminasi
7) Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah pasien merasa terisolasi
8) Spiritual
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
c. hipertermia
d. Defisit nutrisi
3. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
1) Definisi
2) Ekspektasi : Meningkat
3) Kriteria Hasil
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
f) Dipsnea menurun
g) Ortopnea menurun
h) Sulit bicara menurun
i) Sianosis menurun
j) Gelisah menurun
b. Luaran Tambahan
1) Kontrol gejala
2) Pertukaran gas
6) Tingkat infeksi
c. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke
2) Manajemen nutrisi
Observasi
Terapiutik
4. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan
hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan
secara umum maupun secara khusus pada pasien ISPA pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen, dan
yang diprakarsai oleh perawat itu sendri sesuai dengan kemampuan dan
fungsi yang dilakukan dengan bekerjasama dengan profesi disiplin ilmu lain
dependen adalah fungsi yang dilakukan oleh perawat berdasarkan atas pesan
5. Evaluasi Keperawatan
antara lain:
pelayanan kesehatan
5) Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
tindakan
1. Pengertian Nutrisi
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau berhubungan dengan kesehatan, penyakit, termasuk
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
dan penyakit. Nutrisi merupakan kesehatan dasar dan sangat penting bagi tubuh
2019)
asesoris.Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantung empedu, dan pankreas.Ketiga
1) Mulut
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan
dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang
dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu
esofagus.
3) Lambung
bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal
Lambung memiliki fungsi yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan
adalah mensekresi pepsin dan HCI yang akan memecah protein menjadi
berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah
lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCI
desinfektan.
4) Usus Halus
lebih 2.5 meter dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang
b) Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan halus akan
5) Usus Besar
dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang
dari usus besar.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang
b. Organ Asesoris
1) Hati
dan memili berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati
terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
ligamen falsiformis.
2) Kantung Empedu
yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati
3) Pankreas
antara alveoli pankreas dan fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel
3. Macam-Macam Nutrien
a. Karbohidrat
tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan karbohidrat pada
b. Lemak
lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Sumber lemak berasal dari nabati
Sedangkan lemak hewani berasal dari daging sapi, kambing, dan lain-lain.
Fungsi lemak adalah untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid, melarutkan vitamin
c. Protein
tepung terigu, kedelai, kacang hijau, dan sebagainya. Sedangkan protein hewani
seperti susu, daging, telur, hati, udang, kerang, ayam, dan sebagainya. Fungsi
d. Vitamin
jumalah kecil dan tidak dapat di produksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan
katalisator.
e. Mineral
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral merupakan elemen kimia yang
f. Air
bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 hingga 70% darii seluruh
berat badan.
a. Pengetahuan
kebutuhan gizi.
b. Prasangka
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
c. Kebiasaan
terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal,
d. Kesukaan
merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
e. Ekonomi
adalah melalui penentuan berat badan ideal dan indeks massa tubuh. Rumus
Brocca adalah cara untuk menegetahui berat badan ideal, yaitu sebagai berikut:
Hasil:
a. Kekurangan Nutrisi
seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (Normal) atau resiko penurunan berat
Tanda klinis :
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan albumin serum
Kemungkinan penyebab :
memastikan asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah
sembuh. Pasalnya, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan
infeksi tersebut sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin berusaha
mencukupi nutrisi untuk TBC dengan makan sehat seimbang. Dengan menerapkan
pola makan sehat, turut membantu tubuh dalam melawan infeksi dan juga turut
menjaga status gizi, sehingga akan lebih cepat sembuh. Berikut ini merupakan
a. Kalori
Kalori alias energi adalah kebutuhan nutrisi untuk TB paru yang paling
tambahan lebih banyak selama enam minggu pengobatan memiliki kondisi fisik
yang lebih baik dibandingkan kelompok yang tidak diberikan energi tambahan.
b. Protein
tubuh dapat melawan infeksi lebih baik.Selain itu, protein juga berfungsi untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh. Anda dapat memeroleh protein
dari daging tanpa lemak, telur, susu dan produknya, ikan, kacang-kacangan,
serta biji-bijian.
Vitamin dan mineral sangat Anda butuhkan dalam jumlah banyak saat
sistem kekebalan tubuh menurun sehingga Anda jadi lebih rentan terhadap
infeksi.Berikut ini merupakan vitamin dan mineral penting yang Anda butuhkan
d. Seng
melawan infeksi dan juga radikal bebas. Pada penderita TB paru ditemukan
bahwa mereka mempunyai kadar seng yang lebih rendah dalam tubuhnya
gizi mereka. Oleh karena itu, penderita TB Paru membutuhkan lebih banyak
asupan seng untuk membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Selain itu,
seng juga berperan dalam metabolisme vitamin A. Penelitian pada hewan dan
makanan yang mengandung seng adalah daging, ayam, kerang, kepiting, lobster,
kacang mede, jamur, bayam, brokoli, kale, bawang putih, susu dan produknya,
dan respon antibodi. Kesemuanya itu merupakan bagian dari sistem kekebalan
kondisi yang lebih baik daripada yang kekurangan vitamin A. Kebutuhan asupan
vitamin A dari wortel, tomat, bayam, ubi, selada, asparagus, seledri, hati sapi
atau ati ayam, telur, mangga, semangka, dan masih banyak lagi.
f. Vitamin D
Berdasarkan penelitian, orang Indonesia yang memiliki penyakit TBC yang tidak
diobati memiliki kadar vitamin D yang rendah. Anda bisa mendapatkan vitamin
D dari sumber makanan jamur, minyak ikan, ikan (terutama salmon dan
makerel), tofu, sereal yang telah difortifikasi, kuning telur, susu dan produknya,
h. Vitamin C
Anda bisa memeroleh sumber vitamin C dari buah-buahan (seperti jeruk, kiwi,
stroberi, melon, jambu biji, dan pepaya) dan sayuran (seperti paprika merah
hemoglobin yang lebih rendah daripada orang sehat.Oleh karena itu, penderita
TB paru membutuhkan lebih banyak zat besi untuk mencegah anemia. Perlu
diketahui bahwa anemia sangat umum terjadi pada penderita TB paru. Zat besi
bisa Anda peroleh dari daging merah, sayuran hijau (seperti bayam, brokoli,
j. Selenium
Sehingga, selenium juga menjadi salah satu nutrisi untuk TB paru yang paling
Sumber (Ambarwati,2019)
1. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 02 Maret 2021 pukul 09 : 15 WITA, klien masuk Di Ruang
SMA, bekerja sebagai Petani, pendapatan perbulan tidak menentu, alamat Desa
a. Riwayat Kesehatan
mengatakan sering merasa sesak nafas dan klien mengatakan batuk berdarah
berikut:
1) Data Subjektif :
2) Data Objektif :
f) IMT 18,2.
tubuh 36,6 0C. pemeriksaan berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, IMT
18,2.
hormosefali atau tidak ada kelainan, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada nyeri
kepala, klien tidak merasa pusing, distribusi rambut bersih, rambut tidak udah
Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil kedua mata simetris, tidaka ada
normal, ketajaman mata baik, pergerakan bola mata baik, lapang pandang baik,
tidak ada diplopia, tidak ada photopobia, tidak ada nistagmus, reflex kornea
ada skret atau serumen, ketajaman pendengaran baik, tinnitus baik, tidak ada
perdarahan, tidak ada sekresi, fungsi penciuman baik, dan tidak ada nyeri pada
hidung.
kelembapan bibir baik, posisi uvula baik, mukosa bibir baik, keadaan tonsil baik,
stomatitis baik, warna lidah merah mudah, tidak ada tremor pada lidah,
kebersihan lidah bersih, tidak ada bau mulut, kelengkapan gigi sudah tidak
lengkap, kebersihan gigi bersih, terdapat karies pada gigi, suara parau tidak ada,
tidak ada kesulitan menelan, kemampuan menunyah baik, dan fungsi mengecap
baik.
Pemeriksaan pada leher didapatkan hasil mobilitas leher baik, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
dada simetris, pengembanan dada tidak normal, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada tanda jejas, taktir fremitus getaran kiri dan kanan, tidak ada
massa, adanya dispnea, adanya ortopnea, suara nafas vesicular, bunyi nafas
normal, ukuran jantung normal, klien mengatakan nyeri pada dada, tidak ada
ada distensi abdomen, tidak ada ostomy, tidak ada tanda jejas, peristaltic
18x/menit, perkusi abdomen redup, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri tekan.
keadaan putin susu baik, tidak ada massa, tidak ada neri tekan, dan tidak ada
lesi.
keseimbangan baik, tidak ada kelumpuhan, tidak ada gangguan sensasi, dan
tendon trisep normal, reflex lutut baik, tidak ada kaku kuduk, brudzinski I
haemoroid, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri pada anus.
terdapat purpura atau ekimosis, tidak terdapat atropi, tidak ada hipertropi,
tidak ada lesi atau luka, pigmentasi baik, tidak ada deformitas sendi, tidak ada
deformitas tulang, tidak ada tremor, tidak ada varises, tidak ada edema, turgor
kulit baik, kelembapan kulit baik, capillary tefilling time (CRT) dibawah 2 detik,
pergerakan ekstremitas normal, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada kekakuan
tulang, tonus otos normal, kekuatan sendi baik, tidak ada nyeri, dan tidak
terjadi diaphoresis.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen thorax
2. Dignosa keperawatan
a. Klasifikasi Data
Nama : Tn. T
pasien
: 50
Umur
tahun
: 01 -
12 –
No. RM 01
No Data Masalah
1 DS : Deficit Nutrisi berhubungan dengan
a. Klien mengatakan nafsu makannya ketidakmampuan mencerna makanan
menurun
b. Klien mengatakan berat badannya
menurun DO :
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak tidak nafsu makan
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6oC
N : 100 X/m
P : 24 X/m
BB : 45 Kg
IMT : 18,2
3. Analisa Data
a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. T
Umur : 50 tahun
No. RM : 01 - 12 – 01
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Invasi melalui saluran Deficit Nutrisi
a. Klien mengatakan nafsu pernapasan berhubungan dengan
makannya menurun ketidakmampuan
b. Klien mengatakan berat mencerna makanan
badannya menurun DO : Meluas
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak tidak nafsu
makan Hematogen
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6 oC Bakterimia
N : 100 X/m
P : 24 X/m
BB : 45Kg Peritoneum
IMT : 18,2
Deficit nutrisi
4. Intervensi Keperawatan
a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. T
Umur : 50 tahun
: 01 - 12 –
No. RM 01
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Deficit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan tindakan keperawatan 4 Observasi
mencerna makanan x24 jam maka 1. Identifikasi status nutrisi
Nafsu makan meningkat 2. Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan
dihabiskan meningkat yang disukai
2. Perasaan cepat 4. Monitor berat badan
kenyang menurun Terapiutik
3. Berat badan membaik 1. Lakukan oral hygiene
4. Indeks masa sebelum makan, jika perlu
tubuh membaik 2. Sajikan makanan secara
5. Frekuensi makan menarik dan suhu yang
membaik sesuai
6. Nafsu makan 3. Berikan makanan yang tinggi
membaik serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
5. Implementasi Keperawatan
a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. T
Umur : 50 tahun
No. RM : 01 - 12 – 01
b. Implementasi hari pertama
DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Rabu, 03 Maret 09.00 1. Mengdentifikasi status S :
berhubungan dengan 2021 nutrisi Hasil : 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan a. Klien mengatakan tidak nafsu makan
mencerna makanan tidak nafsu makan 2. Klien mengatakan
b. Porsi makan tidak mengalami
dihabiskan penurunan berat
c. Klien nampak makan badan selama sakit
hanya pada siang 3. Klien mengatakan
hari sering sikat gigi
2. Mengdentifikasi alergi sebelum dan
dan intoleransi setelah makan
09.10 makanan 4. Klien mengatakan
Hasil : menyukai makanan
a. Tidak ada yang masih hangat
3. Mengdentifikasi O:
makanan yang disukai 1. Porsi makan tidak
10.00 Hasil : tidak ada dihabiskan
4. Memonitor berat 2. Klien nampak makan
badan hanya pada siang hari
10.30 Hasil : 3. BB sebelum sakit : 55
a. Klien mengatakan kg
mengalami 4. BB setelah sakit 45 kg
penurunan berat 5. TTV :
badan selama sakit TD : 110/80 mmHg
b. BB sebelum sakit S : 36,6 oC
: 58 kg N : 100 X/m
c. BB setelah sakit 50 P : 24 X/m
kg BB : 45 Kg
5. Melakukan oral hygiene IMT : 18,2
sebelum makan, jika A :Defisit Nutrisi
perlu Hasil :
10.40 P : Intervensi 1, 4, 6,
Klien mengatakan 7, dan 8
sering sikat gigi
sebelum dan setelah
makan
10.50 6. Menyajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai Hasil :
a. Klien mengatakan
menyukai
makanan yang
masih hangat
7. Memberikan makanan
yang tinggi serat untuk
11.00 mencegah
konstipasi
Hasil : terdapat sayuran
tinggi serat pada
makanan klien
8. Memberikan makanan
tinggi kalori dan
11.00 tinggi protein
Hasil : terdapat
makanan tinggi kalori
dan protein pada
makanan klien
9. Menganjurkan posisi
duduk, jika mampu
Hasil : klien nampak
11.05 duduk pada saat
makan
makanan klien
Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit
08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Semur Ayam Ikan masak Ayam bakar
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Pisang Tahu bacem
Air putih Sup sayuran Pisang
10.30
mencegah konstipasi S : 36,6 oC
Hasil : terdapat sayuran N : 100 X/m
tinggi serat pada P : 20X/m
makanan klien BB : 45 Kg
10.40 5. Memberikan makanan IMT : 18,2
tinggi kalori dan tinggi A :Defisit Nutrisi
protein
Hasil : terdapat makanan
P : Intervensi 1, 2, 3,
tinggi kalori dan protein
pada 4, dan 5
makanan klien
Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka
penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil studi kasus
Multazam 4 RS Aliyah 3 yang di lakukan pada tanggal 02 Maret 2021 yang meliputi
evaluasi keperawatan.
objektif tentang keadaan kesehatan pasien. adapun data yang didapat pada
tahap pengkajian yaitu : pada studi kasus ditemukan data klien mengatakan nafsu
objektif :klien nampak lemah, klien nampak tidak nafsu makan, tanda-tanda
vital :Tekanan darah : 110/80 mmHg, suhu tubuh : 36,6oC, nadi : 100 x/menit,
data atau tanda dan gejala untuk pasien dengan diagnose keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
Jika dibandingan teori dengan studi kasus suda pasti ada kesenjangan
anatara teori dan studi kasus, karena data pada teori tidak semua ada di studi
kasus, begitupun sebaliknya data yang ada pada studi kasus tidak semua terdapat
pada teori.
2. Diagnosa Keperawatan
keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau potensi
pada teoriyaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, pola napas tidak efektis, dan
deficit nutrisi.
berat badannya menurun.Data objektif :klien nampak lemah, klien nampak tidak
nafsu makan, tanda-tanda vital :Tekanan darah : 110/80 mmHg, suhu tubuh :
36,6oC, nadi : 100 x/menit, Pernafasan : 24x/menit, BB : 45 Kg, dan IMT : 18,2,
dan tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada
pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.Maka penulis
mencerna makanan.
3. Intervensi Keperawatan
keperawatan yang merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan
konsep teori yang telah didapatkan dan diterapkan secara aktual terhadap pasien
TB Paru.
Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan Setelah
dengan kriteria hasil : porsi makan yang dihabiskan meningkat, perasaan cepat
Terapiutik :lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, sajikan makanan
secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk
Edukasi :anjurkan posisi duduk, jika mampu. Kolaborasi :kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu.
4. Implementasi Keperawatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan kriteria
dengan intervensi yang telah dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan
identifikasi makanan yang disukai, monitor berat badan. Terapiutik :lakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu, sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Edukasi :anjurkan posisi duduk,
jika mampu. Kolaborasi :kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
intervensi diatas selama 4 hari untuk diagnose deficit nutrisi secara berturut –
turut hasilnya dinilai sangat efektif dalam masalah keperawatan deficit nutrisi
5. Evaluasi Keperawatan
06 Maret maret 2021 pukul 11.50 wita yaitu data subjektif : klien mengatakan
sudah nafsu makannya sudah membaik, klien mengatakan berat badan sudah
mulai membaik, klien mengatakan sudah mau makan 3 kali sehari, klien
:porsi makan dihabiskan, klien nampak makan hanya pada siang dan malam hari,
BB sebelum sakit : 58 kg, BB setelah sakit 51, 5 kg, TTV :TD
IMT : 18,2.
BAB V
mengacu pada tujuan yang dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam pengkajian keperawatan Tn. T semua aspek bio, psiko, sosial, spiritual, dan
kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga untuk mendapatkan data
yang lengkap dan akurat karena setiap individu memberikan respon yang
berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai dengan kondisi dan
keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori yang ada, kemudian
deficit nutrisi.
78
79
yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori SDKI, dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien TB Paru
teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
4hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 06 Maret 2021 dengan hasil
B. Saran
mematuhi program dietnya, terutama minum obat secara teratur sesuai dengan
istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada klien dengan kasus TB Paru, dan
kultural kepada klien.Petugas kesehatan baik itu perawat agar selalu menerapkan
pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga
diperlukan adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk
klien.
3. Bagi Peneliti
Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
DAFTAR PUSTAKA
Aminingsih Endrawati & Ariasti. (2019). Keperawata n Medikal Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC.
Ambarwati, & Nasution. (2018). Asuhan Kebidanan Sistem Pernafasan (TB). Yogyakarta :
Mitra Cendikia.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2021). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara
2019. Kendari: Dinkes pada tanggal 22 Maret 2021, di
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKESPROVINSI2016 /28 Sultra
2016.pdf.
Ginanjar. (2020). Karya Tulis Ilmiah Faktor Resiko TB Paru. Diperoleh tanggal 22 Maret
2021, dari https://osf.io/preprints/inarxiu
Ghofar. (2018). Manajemen nutrisi Dalam meningkatkan kebutuhn nuitrsi pada Pasien
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas. Jurnal STIKES Baptis Kediri 2085-
2091.
Haswita, & Reni. (2019). Konsep Dasar Kebutuhan nutrisi. Diperoleh tanggal 22 Maret
2021, dari http://repository.poltekkestjk.ac.id/445/3/BAB%20II.pdf.
Hidayat, A.A. (2019). Pengantar Kebtuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kemenetrian Kesehatan RI 2019.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
WHO. 2019. Angka kejadian TB Paru Di Dunia. Diperoleh tanggal 23Januari 2020, dari
http://ejournal.bsi.ac.id.