Anda di halaman 1dari 50

Penelitian Terapan/

Penelitian Dosen Pemula

LAPORAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM


MENINGKATKAN PERILAKU POLA MAKAN
PADA KLIEN DIABETES MELITUS

Diajukan kepada Unit Penelitian


dan Pengabdian kepada Masyarakat

Oleh
Ns. Siti Utami Dewi, S.Kep., M.Kes (0317018505)
Deinera Rachel Furtunah F.D (16015)

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI


JAKARTA
MEI 2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN
1 Penelitian
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Dalam Meningkatkan
a Judul Penelitian Perilaku Pola Makan Pada Klien Dianetes Melitus
b Bidang Ilmu Kesehatan
c Kategori Penelitian Penelitian Terapan/Penelitian Dosen Pemula
2 Ketua Peneliti
a Nama Lengkap Ns. Siti Utami Dewi, S.Kep., M.Kes
b Jenis Kelamin Perempuan
c NIP/NIDN/NIK 0317018505
3 Anggota Peneliti I
a Nama Lengkap Deinera Rachel Furtunah F. D
b Jenis Kelamin Perempuan
c NIP/NIDN/NIK 16015
4 Lokasi Penelitian Puskesmas Kec. Pancoran
5 Institusi Mitra -
6 Jangka Waktu Penelitian Maret-Mei 2019
7 Biaya yang digunakan
Sumber dari AKPER
a
Fatmawati Rp. 4.000.000, -
b Sumber lain -
c Jumlah Rp. 4.000.000, -

Jakarta, Mei 2019

Mengetahui
Direktur AKPER Fatmawati Ketua Peneliti

Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep, Sp.Kep.MB Ns. Siti Utami Dewi, M.Kes

Menyetujui dan Mengesahkan


Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
AKPER Fatmawati

Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep., Sp.Kep.An

ii
RINGKASAN

Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah pada
kesehatan masyarakat. DM merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin dan atau keduanya. Pola makan atau diet merupakan
determinan penting yang menentukan obesitas dan resistensi insulin, sehingga
pemberian pendidikan kesehatan adalah salah cara untuk menjaga kestabilan insulin
klien DM. Studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan
pendidikan kesehatan dalam meningkatkan perilaku pola makan klien DM. Metode
yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan kriteria subjek
adalah keluarga dengan masalah kesehatan diabetes melitus melalui intervensi
pemberian pendidikan kesehatan tentang pola makan. Hasil studi kasus menunjukkan
bahwa adanya penurunan kadar gula darah, motivasi baik klien-keluarga dalam
melaksanakan pola makan DM, dan perubahan perilaku sebesar 76% (kategori baik)
pada Ny.W, sedangkat pada Ny.N perubahan perilaku sebesar 80% (kategori baik).
Berdasarkan hasil studi kasus ini diharapkan perawat melalui kader kesehatan
mampu memantau pelaksanaan pola makan DM pada keluarga dengan masalah
kesehatan DM secara optimal.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul
“Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Perilak Pola Makan pada
Klien Diabetes Melitus”. Adapun maksud dan tujuan dari Penelitian ini adalah untuk
melengkapi salah satu persyaratan dalam tugas Tridarma Perguruan Tinggi di Akademi
Keperawatan Fatmawati Jakarta.

Penulisan Penelitian ini merupakan kerja keras penulis yang tentunya tidak lepas dari
dukungan dan bantuan berupa moriil maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
izinkan penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan aspirasi dan dukungannya kepada:

1. dr. Tri Resopimiarti, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
2. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep., Sp.Kep.MB, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Fatmawati.
3. Kristin Wahyu Indah Purwani, S.Kep, selaku Wakil Koordinator KPLDH dan sebagai
fasilitator dalam pengambilan data.
4. Seluruh dosen dan staf kependidikan Akademi Keperawatan Fatmawati.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penulisan penelitian ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dalam Penelitian ini masih belum sempurna karena
keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman yang penulis miliki, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta penulis berharap
semoga laporan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya mahasiswa
Akademi Keperawatan.
Jakarta, 23 Mei 2019

iv
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN.............................ii


RINGKASAN...............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Penelitiam............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................5
A. Konsep Diabetes Melitus..................................................................................5
B. Konsep Pola Makan Diabetes Melitus..........................................................10
C. Konsep Dasar Keluarga.................................................................................13
D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.......................................................18
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................22
A. Rancangan Penelitian....................................................................................22
B. Subjek Penelitian...........................................................................................22
C. Fokus Penelitian............................................................................................23
D. Definisi Operasional......................................................................................23
E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data.................................................23
F. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................25
G. Analisis Data dan Penyajian Data................................................................25
H. Etika Penelitian..............................................................................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................29
A. Hasil Penelitian..............................................................................................29
B. Pembahasan...................................................................................................38
C. Keterbatasan Penelitian...............................................................................39
BAB V PENUTUP......................................................................................................41
A. Kesimpulan....................................................................................................41
B. Saran..............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................43

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Setiawati dan
Dermawan, 2011).

Diabetes militus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah.
Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin yang tidak
adekuat, fungsi insulin yang terganggu (resistensi insulin) atau dapat merupakan
gabungan dari keduanya (Soegondo, 2011).

Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan obesitas
dan resistensi insulin. Konsumsi makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain
aktivitas fisik rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya
energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang
berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin sekalipun belum terjadi
kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan
rendah karbohidrat berkaitan dengan diebetes melitus tipe 2. Diet kaya akan
energi dan rendah serta akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi
insulin bahkan pada populasi risiko rendah (Dewi, 2013).

Pada masyarakat dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang sehat supaya
terhindar dari diabetes melitus terutama diabetes melitus tipe 2 dengan cara
mengonsumsi lemak dan karbohidrat secara cukup serta meningkatkan konsumsi
serat, selain melakukan aktifitas fisik atau olah raga secara teratur. Terkait
dengan makanan yang dikonsumsi, sejumlah faktor yang mempengaruhi respon
glikemia terhadap makanan. Faktor tersebut meliputi jumlah karbohidrat, jenis

1
gula, sifat pati, cara memasak dan mengolah makanan serta bentuk makanannya,
disamping komponen pangan lainnya (Susanto, 2013).

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat dikendalikan


dengan empat pilar penatalaksanaan. Meningkatnya gula darah pada pasien
diabetes melitus sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin. Oleh
karena itu pola makan menjadi salah satu hal penting dalam empat pilar
penatalaksaan diabetes melitus dikarenakan pasien tidak memperhatikan asupan
makan yang seimbang, pola makan menjadi salah satu pencegah agar gula darah
tidak meningkat (Seogondo, 2015). Pola makan yang tidak teratur yang terjadi
pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
penyakit degeneratif, salah satunya diabetes melitus (Suiraoka, 2012).

Pola makan yang baik harus dipahami oleh para penderita diabetes melitus
dalam pengaturan pola makan sehari-hari. Pola ini meliputi pengaturan jadwal
bagi penderita diabetes melitus yang biasanya adalah 6 kali makan perhari yang
dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan. Jumlah makan
(kalori) yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus adalah makanan lebih
sering dengan porsi kecil sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam
porsi yang besar, seperti makan pagi (20%), selingan pagi (10%), makan siang
(25%), selingan siang (10%), makan malam (25%), selingan malam (10%). Jenis
makanan perlu diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya kadar gula
darah (Tjokroprawiro,2012).

Menurut hasil penelitian Andi Mardhiyah Idris dan kawan-kawan (2014)


membuktikan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki asupan
karbohidrat kurang dari kebutuhan cenderung tidak mampu melakukan kontrol
kadar gula darah dibandingkan dengan pasien yang asupan karbohidratnya
sesuai kebutuhan. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan
selingan lebih penting daripada sumber karbohidrat tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO) merupakan kenaikan jumlah


penderita diabetes melitus di indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan Fenderasi Diabetes Internasional
2
(IDF) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes
melitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi penderita diabetes


melitus di Indonesia menjadi 1,5 persen pada tahun 2018 dan di DKI Jakarta
meningkat menjadi 2,6%. Sedangkan data laporan tahunan Puskesmas
Kecamatan Pancoran tahun 2016 sebanyak 3.997 jiwa ditemukan 1.850 jiwa
yang menderita penyakit Diabetes Melitus dan tahun 2017 didapatkan data
jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas sebanyak 42.017 jiwa ditemukan
2.016 jiwa yang menderita penyakit Diabetes Melitus, sedangkan pada tahun
2018 penderita Diabetes Melitus sebanyak 1.144 orang dengan capaian target
854 orang dengan hasil 6,61%.

Diabetes melitus dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit menahun yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah
sebagai akibat dari adanya gangguan sistem metabolisme di dalam tubuh. Hal ini
dapat disebabkan oleh gagalnya organ pankreas untuk memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan (Suiraoka, 2012). karbohidrat dapat dicerna dan diserap
dalam bantuk monosakarida, terutama gula. Penyerapan gula menyebabkan
peningkatan kadar gula darah dan mendorong peningkatan kadar gula darah dan
mendorong peningkatan sekresi hormon insulin untuk mengontrol kadar gula
darah (Linder, 2012).

Upaya pemerintah dalam menangani penyakit diabetes melitus lebih


memperioritaskan upaya preventif dan promotif, dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, serta dilaksanakan secara integrasi dan menyeluruh antara
pemerintah, masyarakat dan swasta. Peraturan menteri kesehatan RI Nomor
1575 (2005), dibentuk Direktorat Pengendalian Kesehatan Menular yang
mempunyai tugas pokok mendirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui
pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular (Depkes, 2010).

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan dalam
Meningkatkan Perilaku Pola Makan pada klien Diabetes Melitus?

C. Tujuan Penelitiam
Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata
mengenai pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan perilaku pola
makan pada klien diabetes melitus.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Penulis
Mendapatkan pengalaman dan gambaran nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan menerapkan ilmu pengetahuan khususnya
pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan perilaku tentang
pola makan pada klien diabetes melitus
2. Klien dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku keluarga dalam
pengendalian dan pencegahan penyakit diabetes melitus serta dapat
diterapkan di kehidupan sehari-hari mengenai pola makan pada diabetes
melitus.
3. Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan
dalam meningkatkan program pengedalian penyakit tidak menular
khususnya penyakit diabetes melitus yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
maupun kader.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Diabetes Melitus


1. Pengertian

Diabetes adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan
masyarakat. Diabetes melitus gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon
insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Kowalak, Welsh, &
Mayer, 2011).

Diabetes melitus bersifat menahun atau penyakit kronis yang akan diderita
seumur hidup. Penyakit diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak ditemui
dan biasanya berasal dari faktor genetik atau keturunan. Selain itu,
timbulnya penyakit ini juga dipicu oleh pola makan yang tidak sehat, kurang
aktivitas fisik (olahraga), meroko, alkohol, obesitas, hipertensi, gangguan
toleransi glukosa, dan dislipidemia. Penyakit diabetes melitus ini bisa timbul
secara mendadak pada siapa saja, baik tua maupun muda. Pada orang yang
telah berumur, penyakit ini sering timbul tanpa gejala dan biasanya baru
diketahui bila yang bersangkutan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin (
Dalimartha, 2012)

2. Etiologi
Menurut Ignatavicius (2010) diabtes melitus dibagi menjadi emapat yaitu:
a. Diabetes tipe-1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus [IDDM])
Merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel beta
pankreas sehingga timbul defisiensi insulin absolut. Pada DM tipe-1
sistem imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-
sel penghasilan insulin yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui
hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-
bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor

5
lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya.
Sekitar 70 – 90% sel beta hancur sebelum timbul gejala klinis. Pasien
DM tipe-1 harus menggunakan injeksi insulin dan menjalankan diet
secara ketat.
b. Diabetes tipe-2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM])
Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabtes yang paling umum.
Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistansi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai resitansi
insulin. Penyebab resistansi insulin pada diabetes sebenarnya tidak
begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain sebagai
berikut:
1) Kelainan genetik
2) Usia umumnya mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin.
3) Gaya hidup dan stres, stres kronis cenderung membuat seseorang
mencari makan yang cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula.
Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga
akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan kerja insulin.
4) Pola makan salah (kurang gizi atau kelebihan berat badan) sama-
sama meningkatkan risiko terkena diabetes.
5) Obesitas (terutama pada abdomen) mengakibatkan sel-sel beta
pankreas mengalami hipertrofi sehingga akan berpengaruh terhadap
penurunan produksi insulin. Peningkatan berat badan 10 kg pada
pria dan 8 kg pada wanita dari batas normal IMT (Indeks Masa
Tubuh) akan meningkatkan resiko diabetes melitus tipe-2. Obesitas
juga terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin adalah hormon
yang dihasilkan adiposit, yang berfungsi untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dengan cara menstimulasi peningkatan
penggunaan glukosa dan oksidasi asam lemak otot dan hati
6
sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan adiponektin
menyebabkan resistansi insulin.
6) Infeksi masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan
berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada
penurunan fungsi pankreas.
c. Diabetes tipe lain
Kondisi-kondisi spesifik lain yang dapat menyebabkan hiperglikemia
seperti penyakit-penyakit pada pankreas (pankreatitis, trauma,
neoplasia), endokrinopati (akromegali, hipertiroid, sindrom cushing),
penggunaan obat (glukokortikoid, hormon tiroid, thiazid, dilantin dan
obat lainnya), infeksi (rubela, cytomegalovirus).
d. Diabetes melitus gestasional
Diabetes ini disebabkan terjadinya intoleransi glukosa saat kehamilan
dan menghilang setelah kelahiran.

3. Patofisiologi
Peningkatan gula darah merupakan tanda utama dari diabetes melitus yang
terjadi akibat kurangnya hormon insulin, penyerapan glukosa oleh sel-sel
disertai dengan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati.

Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses yang menghasilkan


glukosa adalah glikogenesis dan glukoneogenesis darah meningkat pada
saat glukosa diinfiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubuh yang melakukan
reabsorbsi, sehingga menimbulkan efek osmotik yang ditandai oleh poliurin.
Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan kegagalan sirkulasi
perifer, karena penurunan volume darah. Kegagalan sirkulasi tersebut
apabila tidak diperbaiki akan menyebabkan aliran darah ke otak menutup,
sehingga meinbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak
adekuat, selain itu sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami gangguan
fungsi saraf dan dehidrasi tersebut dapat menyebabkan polidipsi yang
merupakan mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.

Selai itu terjadi defisiensi glukosa intrasel yang mengakibatkan nafsu makan
meningkat, sehingga timbul polifagi, sintesis trigliserida menurun saat
7
glikolisis meningkat, sehingga terjadi peningkatan asam lemak dari
simpanan trigliserida. Asam lemak tersebut digunakan sebagai oleh sel-sel
sehingga menyebabkan pengeluaran yang berlebihan pada keton kedalam
darah dan menimbulkan ketosis, jika semakin lama dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Asidosis akan merusak fungsi otak dan apabila cukup
parah dapat menimbulkan koma diabetik dan kematian (Baradero, 2009).

Hormon insulin disintesis (dihasilkan) oleh sel beta pulau langerthans. Sel
beta merupakan bagian dari kelenjar pankreas yang letaknya ada didalam
rongga perut bagian atas, tepatnya di belakang lambung. Insulin merupakan
suatu polipeptida sehingga dapat juga disebut protein. Insulin berperan
dalam menurunkan glukosa darah. Dalam suatu pankreas mengandung
sekitar 100.000 pulau langerhans dan setiap pulau berisi 100 beta. Pankreas
juga mengandung sel alfa dan sel gama. Sel alfa menghasilkan glukagon
dan memiliki peran sebaliknya, yaitu meningkatkan kadar glukosa darah,
sedangkan sel gama menghasilkan somatostatin.

Dalam keadaan normal, setelah dicerna di usus, karbohidrat (gula dan


tepung-tepungan) akan dipecah menjadi glukosa. Kemudian, glukosa
diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam pembuluh darah sehingga
kadarnya meningkat, lalu diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kadar glukosa
darah meningkat, insulin akan dipompa keluar untuk menurunkannya, lalu
glukosa dibawa masuk ke dalam sel melalui reseptor insulin yang berada di
dinding sel. Di dalam sel terdapat mitokondria yang merupakan tempat
metabolisme glukosa melalui proses kimia menjadi energi yang siap
digunakan sebagai bahan bakar kelebihan glukosa akan disimpan di dalam
sel hati dan otot menjadi glikogen, lalu sebagian lagi masuk ke dalam
jaringan lemak untuk disimpan dalam bentuk trigliserida. Dengan demikian,
kadar glukosa dalam darah selalu dalam batas aman, baik keadaan puasa
maupun setelah makan, yaitu sekitar 70 – 140 mg/dl.

8
4. Manifestasi klinik
Menurut Kowalak, Welsh, dan Mayer (2011), manifestasi klinik pada
diabetes melitus adalah:
1. Poliuria (peningkatan urin) dengan adanya gula yang bersifar menarik
cairan ke dalam air kemih akibatnya volume air kemih berlebih dan
menjadi sering buang air kecil sodium, klorida dan potasium akan
terbuang bersama urin.
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi eksternal.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi eksternal karena air berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan
menimbulkan rasa haus.
3. Polipagia (peningkatan nafsu makan) akibat adanya gangguan pada
transportasi gula ke sel-sel jaringan terutama sel-sel otot, sel-sel
tersebut akan kekurangan energi.
d. Kesemutan dan rasa baal akibat sudah terjadinya neuropati. Penderita
diabetes akan mengalami kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam sehingga mengganggu tidur.
e. Luka yang lama sembuh biasanya timbul akibat luka lecet karena
sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya.
f. Penurunan berat badan dan rasa kelemahan hal ini disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga, akibatnya sumber tenaga
diambil dari cabang lain yaitu sel lemak dan otot sehingga penderita
diabetes kehilangan jaringan lemak dan otot dan akan terlihat kurus.
g. Mata kabur disebabkan katarak ataupun gangguan refleksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
h. Disfungsi ereksi (pria) hal ini terjadi karena neuropati pada jaringan
saraf diseluruh tubuh khususnya di dalam penis dan terjadinya
gangguan fungsi otot polos dan lapisan endotel pada ruang-ruang
pembuluh darah penis.
i. Keputihan dan pruritus vulva (wanita) hal ini terjadi karena pasien
diabetes sering buang air kecil, akibatnya jamur penyebab keputihan
9
tumbuh subur di organ intim. Kelainan kulit berupa gatal biasanya
terjadu di daerah genital ataupun daerah lipatan kulit lain seperti di
ketiak dan dibawah payudara akibat tumbuhnya jamur.
5. Komplikasi
Menurut Kementrian Kesehatan (2014), komplikasi diabetes melitus yaitu:
a. Meningkatnya resiko penyakit jantung stroke
b. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus
kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki
c. Retinopati diabetik, yang merupakan salah satu penyebab utama
kebutuhan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina
d. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal
e. Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat
dibandingkan bukan penderita diabetes.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijayaningsih (2013) pemeriksaan diagnostik diabetes melitus
terdiri dari:
a. Cek GDS (Gula Darah Sewaktu), normalnya kurang dari 200mg/dL dan
pemeriksaan gula darah puasa yang normalnya kurang dari 140mg/dl
b. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
c. Ureum atau kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal)
d. Trombosit darah: Hematokrit meningkat (dehidrasi) leukositosis,
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stres atau infeksi.
e. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari diabetes melitus
f. Kultus dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi saluran kemih,
infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka

B. Konsep Pola Makan Diabetes Melitus


1. Pengertian
Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam mengatur jumlah dan jenis
asupan makanan dengan maksud untuk mempertahankan kesehatan, status
gizi, serta mencegah dan membantu proses penyembuhan. (Depkes, 2011)

10
Pola makan yang baik harus dipahami oleh para penderita diabetes melitus
dalam pengaturan pola makan sehari-hari. Pola ini meliputi pengaturan
jadwal bagi penderita diabetes melitus yang biasanya adalah 6 kali makan
perhari yang dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan
Tjokroprawiro (2012 Dewi, 2013). Kadar gula darah akan meningkat drastis
setelah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan
gula (Nurrahmani, 2012)

2. Manfaat Pola Makan Diabetes Melitus

Manfaat diet diabetes melitus menurut Sudoyo, Setiyohado, Alwi,


Simadibrata dan Setiati (2010), adalah:
a. Menurunkan berat badan
b. Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
c. Menurunkan kadar glukosa darah
d. Memperbaiki profil lipid
e. Meningkatkan sensitifitas reseptor insulin
f. Memperbaiki sistem koagulasi darah

3. Tujuan Pola Makan Diabetes Melitus


Tujuan pengaturan diet diabetes melitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan. Adapun prinsip penyusunan sebagai berikut:
a. Mempertahankan kadar gula darah supaya tetap normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan, insulin, obat penurun gula oral, serta
aktivitas fisik
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal

c. Memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau mencapai berat


badan normal
d. Menghin dari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin, seperti hipoglikemia serta komplikasi jangka pendek dan jangka
lama
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal

11
4. Syarat Pola Makan Diabetes Melitus
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang
(30%) dan sore (25%), serta 2 – 3 porsi kecil untuk makan selingan
masing-masing 10 – 15%.
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total
c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total.
Lemak kurang dari 10% dari lemak jenuh, 10% lemak tidak jenuh ganda,
dan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol kurang
dari 300 mg per hari
d. Kebutuhan karbohidrat 60 – 70% energi total
e. Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak
diperbolehkan, kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Jika kadar gula
darah sudah terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai
5% dari kebutuhan energi total
f. Penggunaan gula alternatif (bahan pemanis selain sukrosa) dalam jumlah
terbatas. Ada dua jenis gula alternatif, yaitu yang bergizi (fruktosa, gula
alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol) serta gula tidak bergizi
(aspartam dan sakarin)
g. Asupan serat dilanjutkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat di dalam sayur dan buah
h. Penderita diabetes melitus dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi garam dapur sebanyak 3.000 mg/hari
i. Cukup vitamin dan mineral

5. Daftar Makanan yang Tidak Dianjurkan


Gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir,
gula jawa atau gula merah, permen, dodol, coklat, selai, madu, sirup, lemon,
minuman ringan, susu kental manis, es krim, kue-kue manis, buah kaleng,
dendeng, dan abon. Gula pasir atau gula jawa merah masih bisa boleh
digunakan dalam masakan sebagai bumbu (Kariadi, 2011).

12
C. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya
(Undang-undang Nomor 52, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan (Depkes RI, 2000).

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama,
mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi
(Achjar,2010).

2. Tipe atau Jenis Keluarga


Menurut Friedman (1986 dalam Ali, 2010), membagi tipe keluarga sebagai
berikut:
a. Nuclear family (keluarga inti)
Terdiri dari orangtua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan
tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended family (keluarga besar)
Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal
di dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
c. Single parent family
Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup
bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal
dalam satu rumah yang sama
e. Blended family
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-
masing pernah menikah dan membawa hasil perkawinan terdahulu.

13
f. Three generation family
Keluarga terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan
anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone
Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup
dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruhbaya.

3. Struktur Keluarga
Elemen struktur keluarga menurut Setiawan dan Dermawan (2008), ada
empat elemen struktur keluarga yaitu:
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik dalam
keluarganya sendiri maupun peran di lingkungan masyarakat atau peran
formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam
keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah, ibu (orang
tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga
lain dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.

4. Peran keluarga
Peran keluarga adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu.
Menurut Ali (2010), setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-
masing, yaitu:

14
a. Peran ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidikan, pelindung
atau pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain
itu sebagai anggota masyarakat atau anggota sosial tertentu.
b. Peran ibu
Sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidikan anak-anak,
pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
Selain itu sebagai anggota masyarakat.
c. Peran anak
Anak-anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, soaial, dan spiritual.

5. Fungsi keluarga
Berbagai keputusan merinci fungsi-fungsi keluarga, secara variatif dan
beberapa fungsi keluarga dinilai mempunyai pengaruh terhadap kesehatan
keluarga. Pada pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga, dimana
diperhatikan jalan-jalannya fungsi keluarga guna memperoleh sumber daya
dan dalam rangka pemecahan masalah yang ada.

Di bawah ini ada beberapa fungsi keluarga menurut friedman (1986, dalam
Depkes, 2017), yaitu:
a. Fungsi afektif (The affective function)
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu
dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai- nilai budaya
keluarga

15
c. Fungsi reproduksi (The reproduction function)
Fungsi reproduksi adalah keluarga untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (The economic function)
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The health care function)
Fungsi perawatan kesehatan adalah untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang
tinggi.

6. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahapan dan tugas perkembangan keluarga menurut Ali (2010), yaitu:
a. Keluarga pemula
Keluarga pemula adalah keluarga yang baru menikah, keluarga baru,
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan
baru yang intim. Tugas perkembangan keluarga adalah membangun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan ikatan
persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana (keputusan
kedudukan sebagai orang tua)
b. Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia
30 bulan. Tugas perkembangannya adalah membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegritaskan bayi baru
kedalam keluarga), merekonsiliasi tugas perkembangan yang
bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua, kake, dan nenek
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
ketika anak usia 5 tahun saat ini keluarga terdiri dari 3 sampai 5
anggota keluarga (suami, istri, anak). Tugas perkembangan

16
keluarganya adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
rumah, ruang bermain, privasi, keamanan, dan lain-lain,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, mempertahankan
hubungan yang sehat di dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua serta anak) dan diluar keluarga (keluarga besar
dan komunitas).
d. Keluarga dengan usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun (mulai
masuk SD) dan berakhir pada usia 13 tahun (awal dari masa remaja).
Tugas perkembangan keluarga adalah mensosialisasikan anak-anak,
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak usia remaja
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun hingga
berusia 19 tahun atau 20 tahun. Tugas perkembangannya keluarganya
adalah mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika anak
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali
hubungan pernikahan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak-anak.
f. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Fase ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua
dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir
meninggalkan rumah. Tugas perkembangan keluarganya adalah
memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
yang baru yang didapat melalui pernikahan anak-anak, melanjutkan
atau memperbaharui keharmonisan pernikahan dan menyesuaikan
kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua lanjut usia, dan
cenderung sakit-sakitan dalam kehidupan dan kesehatannya.
g. Orang tua usia pertengahan
Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan
17
orangtua (45 – 55 tahun sampai dengan 16 – 18 tahun kemudian).
Tugas perkembangan keluarganya adalah menciptakan lingkungan
yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan harmonis,
dan penuh arti dengan para orangtua, lansia dan anak-anak,
memperkokoh hubungan pernikahan.
h. Keluarga dalam masa pensiun dan lanjut usia
Tahap ini dimulai ketika salah satu pasangan suami istri memasuki
masa pensiun, sampai dengan salah satu pasangan meninggal dunia.
Tugas perkembangan keluarganya adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan pernikahan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan
ikatan keluarga antara generasi, meneruskan upaya memahami
eksistensi mereka penelaahan dan integrasi hidup

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan tahapan terpenting dalam proses


perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi perawat keluarga untuk
mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga (Setiawati & Dermawan,
2008).

Adapun data yang perlu dikaji dalam tahapan proses pengkajian asuhan
keperawatan keluarga yaitu:
a. Tahap pengkajian I
Data dasar keluarga terdiri dari nama kepala keluarga, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor telpon, komposisi keluarga, genogram, tipe
keluarga suku bangsa, agama, dan status ekonomi keluarga (data umum).
Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga. Lingkungan yang terdiri dari
karakteristik rumah, tetangga dan komunikasi. Struktur keluarga terdiri dari
peran, pola komunikasi kelurga nilai atau normal budaya, struktur kekuatan
keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari fungsi efektif, fungsi sosialisasi,
fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan. Stres

18
dan

19
koping kelurga terdiri dari stresor jangka panjang dan jangka pendek,
strategi koping dan harapan keluarga.
b. Tahapan pengkajian II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantara pengumpulan data-
data yang berkaitan dengan ketidak mampuan kelurga dalam menghadapi
masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan. Fungsi
perawat kesehatan terdiri dari:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisa cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya (Mubarak, Santoso,
Rozikin & Patonah, 2012).

3. Perencanaan Keperawatan
Prioritas masalah menurut Baillon dan kawan-kawan (2012) didasari atas 3
komponen yaitu:
Tabel 2.1
Skoring Diagnosa Keperawatan
No kriteria Skor Bobot
a. Sifat masalah
Skala : 1
Aktual 3
Potensial atau sejahtera 3
Risiko 2
Kritis 1
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : 2
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
c Potensi masalah untuk dicegah
Skala: 1

20
No kriteria Skor Bobot
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
d. Menonjolnya masalah
Skala : 1
Segera diatasi 2
Tidak segera diatasi 1
Tidak merasakan ada masalah 0
Sumber: Setiawati dan Darmawan (2012)

4. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Setiawati dan Dermawan (2011), implementasi atau pelaksanaan
keperawatan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya
Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:
a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat
b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah
c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-
sumber pendukung lainnya jangan diabaikan
d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga subjek janganlah
menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan
tanggung jawab profesi

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Setiawati dan Dermawan, (2008) merupakan
tahapan akhir proses keperawatan keluarga dan juga tahapan yang
menentukan apakah tujuan dapat dicapai sesuai yang ditetapkan dalam
tujuan perencanaan keperawatan. Perlu diperhatikan bahwa evaluasi perlu
diperlukan bebarapakali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan waktu keluarga. Evaluasi
disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S
(subjektif) adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi. O (objektif) adalah
keadaan objektif yang dapat diidentifikasi menggunakan pengamatan
objektif. A (analysis) merupakan analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria,

21
dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada
perencanaan perawat. P (planning) adalah perencanaan selanjutnya setelah
perawatan melakukan analisa. Pada tahap ini, ada evaluasi yang dapat
dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk
menilai hasil pelaksanaan secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
menilai secara keseluruhan dan pencapaian diagnosa keperawatan apakah
rencana diteruskan, atau diteruskan sebagian.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang “Pelaksanaan Pendidikan


Kesehatan dalam Meningkatkan Perilaku Pola Makan pada Klien Diabetes
Melitus”. Pada metode penelitian berisi tentang rancangan penelitian, subjek
penelitian, fokus penelitian, definisi operasional, instrument dan metode
pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian, analisis data dan etika penelitian.

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penulisan ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi
kasus untuk menggambarkan pelaksanaan pendidikan dalam meningkatkan
perilaku pola makan pada klien diabetes melitus. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan asuhan keperawatan keluarga yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

B. Subjek Penelitian
Subjek studi kasus ini dibagi menjadi dua kriteria, yakni kriteria inklusi dan
eksklusi.
1. Subjek kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sampel (Notoatmodjo, 2010)
a. Keluarga yang telah dinyatakan diabetes melitus oleh petugas kesehatan
b. Dapat menulis dan membaca
c. Bersedia menjadi responden
d. Keluarga dapat dihubungi dan dapat diajak kerja sama
e. Keluarga dalam cakupan Puskesmas Kelurahan Pancoran
2. Subjek kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak
bisa di jadikan sebagai sampel penelitian. (Notoatmodjo. 2010)
Kriteria eksklusi dalam penulisan ini meliputi:
a. Keluarga dengan masalah penyakit lain selain diabetes melitus
b. Di luar area Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

22
c. Mengalami penurunan kesadaran atau gangguan tertentu yang
menimbulkan hambatan dalam komunikasi antara perawat dan klien
d. Keluarga sulit dihubungkan dan keluarga tidak dapat diajak kerja sama.
e. Tidak bersedia untuk menjadi subjek dalam studi kasus

C. Fokus Penelitian
Pada studi kasus ini fokus studi adalah asuhan keperawatan keluarga dengan
fokus intervensi pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan
perilaku tentang pola makan pada klien diabetes melitus.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoadmojo, 2012).
Definisi operasional variabel dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah pada
kesehatan masyarakat. Diabetes Melitus gangguan metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya
hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Kowalak, Welsh,
& Mayer, 2011).
2. Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam mengatur jumlah dan jenis
asupan makanan dengan maksud untuk mempertahankan kesehatan, status
gizi, serta mencegah dan membantu proses penyembuhan. (Depkes, 2011)

E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data


Instrumen penulisan adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data.
Instrumen penulisan ini menggunakan kuesioner, jenis kuesioner ini dalam studi
kasus ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang
bila responden hanya diberi kesempatan untuk memilih jawaban yang telah
disebabkan yaitu jawaban benar dan salah (Notoatmodjo, 2010).
1. Format dokumentasi asuhan keperawatan keluarga
Pada studi kasus ini penulisan menggunakan format dokumentasi untuk
mengetahui mulai dari data dasar keluarga, lingkungan rumah keluarga,
fungsi keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap
asuhan keperawatan, fungsi perawatan kesehatan, analisa data, dan
23
penapisan masalah. Setelah itu penulisan juga membantu diagnosa,
merumuskan perencanakan keperawatan, melaksanakan pelaksanaan serta
mengevaluasi seberapa berhasilnya perencaan yang telah dilakukan.

2. Kuesioner
Dalam studi kasus ini penulisan menggunakan kuesioner yang bertujuan
untuk pengumpulan data yang meliputi nama inisial responden, umur
responden, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, penyakit penyerta,
lama menderita diabetes melitus, keluluhan yang dialami, rutin kontrol ke
fasilitas kesehatan, hasil pemeriksaan GDS (terakhri pengecekan),
mendapatkan sumber informasi, dari kebutuhan keluarga mengola
makanan, kebiasaan keluarga mengkonsumsi makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan. Kuesioner ini diisi oleh keluraga yang terdiri dari
pernyataan dan keluarga menjawab dengan memberi tanda check list (√)
pada pilihan jawaban terdiri dari cara pengolahan makanan yang benar
sebanyak 15 pernyataan, dan ini merupakan pernyataan positif. Jenis
makanan yang diperbolehkan atau dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
atau tidak dianjurkan sebanyak 13 pernyataan.

3. Cara penilaian
Sekala pengukuran yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala
nominal, skala nominal membedakan suatu peristiwa dengan peristiwa
yang lain berdasarkan nama dan skala ini hanya bisa membedakan sesuatu
yang bersifat kualitatif (Alex, 2009). Pernyataan positif jika responden
memilih jawaban “Benar” maka diberikan nilai 1 untuk menunjukkan
lebih tinggi atau lebih baik. Apabila responden memilih jawaban “Salah”
maka diberikan nilai 0 untuk menunjukan nilai yang kurang bail. Pengisian
kuesioner tersebut dengan memberikan tanda centang (√) pada jawaban
yang dianggap benar.
n
P= 𝑥 100%
N

Keterangan: P (Persentase), n (Jumlah jawaban benar), N (Jawaban


seluruh item pertanyaan)

24
Dari hasil perhitungan rumus diatas maka dapat dikategorikan:

Tabel 3.1
Kategori Perilaku
Kategori perilaku Jangkauan hasil
Perilaku baik ≥ 76 – 100 %
Perilaku cukup 60 – 75 %
Perilaku kurang ≤ 60 %
Sumber, Arikumto, (2013)

Kuesioner ini diberikan pertama kali pada saat awal pengkajian yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat perilaku keluarga, setelah itu bila
tingkat perilaku keluarga dalam kategori “kurang baik – cukup” maka
dilakukan intervensi penulisan dapat memberikan kuesioner yang sama
untuk mengevaluasi seberapa berhasil intervensi yang telah dilakukan
4. Format check list
Format ini digunakan untuk memudahkan penulis dalam mengetahui
makanan apa yang dikonsumsi oleh keluarga selama asuhan keperawatan
berlangsung.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi studi kasus merupakan suatu tempat atau wilayah dimana studi kasus
tersebut akan dilakukan. Adapun studi kasus yang dilakukan oleh penulis
mengambil lokasi di kelurahan pancoran. Waktu yang digunakan dalam studi
kasus ini yakni selama 5 hari, pada subjek I tanggal 06 Maret 2019 sapai tanggal
10 Maret 2019, sedangkan subjek II tanggal 05 Maret 2019 sampai 08 Maret
2019.

G. Analisis Data dan Penyajian Data


1. Analisa Data
Dilakukan saat penulis berada di lapangan, dilakukan sejak pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta, membandingkan dengan teori yang ada, dan
selanjutnya membahas dalam pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
adalah dengan menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur jawaban

25
rumusan masalah studi kasus. Data yang telah terkumpul akan
diinterpretasikan oleh penulis dan dibandingkan dengan teori yang ada.
2. Penyajian data
Penyajian data pada penelitian ini dengan menggunakan:
a. Narasi, menguraikan hasil pengkajian, dari data yang diperoleh adanya
perbedaan dan persamaan yang didapatkan klien dengan penderita
diabtes melitus
b. Tabel, untuk penyaji analisa data pasien

H. Etika Penelitian
Menurut Dalami (2010), etika berhubungan dengan peraturan untuk erbuatan
atau tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika memiliki tanggung jawab moral. Menyimpang dari kode etik berati
tidak memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika dalam keperawatan meliputi :
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang sebagian persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebsana individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-
hak klien dalam membuat keputusan tentang dirinya
Adapun etika otonomi yang dilakukan penulis adalah melakukan intervensi
sesuai dengan persetujuan keluarga dimana kedua keluarga sama-sama ingin
mengatahui lebih lanjut perawatan dan pencegahan pada penderita diabetes
melitus. Keluarga juga merasa tidak keberatan dan senang bila mahasiswa
perawat datang kerumahnya untuk membantu mengatasi masalah yang ada.
Selama proses asuhan keperawatan berlangsung, keluarga mampu menerima
penulis dengan baik tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
2. Anonymity (tanpa nama)
Anonymity merupakan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah subjek yang harus dirahasiakan
dalam studi kasus. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin
oleh penulis, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam
hasil studi kasus.

4. Tidak merugikan (Non Maleficience)


Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisisk dan
psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan
kelurga pada saat pengambilan kasus, mahasiswa selalu mengedepankan
aspek ini untuk keselamatan dan keamanan keluarga khususnya bagi
penderita. Selama mahasiswa memberi asuhan keperawatan kedua keluarga
mengerti dan mengetahui setiap tindakan yang akan dilakukan oleh
mahasiswa dan keluarga memberi persetujuan sehingga tidak terjadi
pemakasaan dalam pemberian asuhan keperawatan.

5. Kejujuran (veracity)
Perinsip veracity berati penuh dengan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprehensif, dan objektif unuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani keperawatan.
Dalam memberi asuhan keperawatan penulis selalu terbuka dan jujur terkait
segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga ataupun tentang diri
penulis sendiri. Selama proses asuhan keperawatan berlangsung penulis
selalu menggunakan media yang mudah dimengerti oleh keluarga dan setiap
implementasi penulis memfasilitasi aspek psikomotor sehingga lebih
memudahkan keuarga untuk mengerti tujuan dari implementasi tersebut.
6. Menepati janji (Fidelity)
Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien. Ketaatan dan kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Dalam memberi asuhan
keperawatan, penulis berusahan untuk selalu menepati janji, mulai dari
kejelasan kontrak waktu yang sama-sama disetujui baik oleh keluarga
maupun penulis. Sehingga tidak menggunakan keluarga dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Dalam memberi asuhan keperawatan, penulis tidak
menggunakan paksaan apapun

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil studi kasus beserta pembahasan yang meliputi
penjabaran dan data khusus serta analisis mengenai pelaksanan pendidikan kesehatan
dalam meningkatkan perilaku pola makan pada klien diabetes melitus di puskesmas
kecamatan pancoran jakarta selatan.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Subjek Studi
a. Karakteristik Subjek
1) Subjek I
Subjek I adalah Ny. W berusia 58 tahun berjenis kelamin
perempuan. Lahir di Sukabumi, 08 Febuari 1961, beragama Islam,
tidak tamat SD, seorang pedagang, yang bertempat tinggal di
Pengadegan Barat III RT/RW 12/07 Kel. Pengadegan, Jakarta
Selatan. Klien tinggal bersama kedua anaknya. Keluarga berasal
dari suku Betawi dan Sunda, Bahasa yang digunakan sehari-hari
bahasa Indonesia. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan
memiliki riwayat diabetes melitus sudah 3 tahun yang lalu dan baru
kontrol kembali setelah 3 bulan. Klien mengeluh kesemutan dan
kaki terasa baal. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu pada
tanggal 06 Maret 2019 adalah 450 mg/dL. Klien selain memiliki
penyakit diabetes juga memiliki penyakit asam urat yang sudah
dialami 6 bulan yang lalu. Tanda dan gejala yang dirasakan yaitu
nyeri di lutut dan merasa pegal-pegal. Hasil pemeriksaan asam urat
pada tanggal 06 Maret 2019 adalah 5 mg/dL.

2) Subjek II
Subjek II adalah Ny. N sebagai kepala keluarga, berusia 60 tahun,
klien berjenis kelamin perempuan. Lahir di Jakarta, 16 Desember
1959, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu
rumah tangga, yang bertempat tinggal di Jl. Duren Tiga Barat VI
RT/RW 06/02 Duren Tiga Pancoran Jakarta Selatan.

29
30

Keluarga berasal dari suku Betawi. Klien mengatakan menderita


penyakit diabetes melitus sejak kurang lebih 10 tahun. klien
mempunyai keturunan diabetes melitus dari ibunya. Saat
pengkajian klien mengeluh mudah lelah dan terkadang merasa
kesemutan. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu pada tanggal 4
Maret 2019 adalah 120 mg/dL. Klien mengatakan selain memiliki
penyakit diabetes juga memiliki penyakit hipertensi yang sudah
dialami sejak 6 tahun yang lalu. Tanda dan gejala yang dirasakan
yaitu pusing dan tengkuk terasa berat. Ketika dikaji klien tidak
mengeluh pusing dan tengkuk tidak terasa sakit. Hasil pemeriksaan
tekanan darah pada tanggal 4 maret 2019 adalah 140/90 mmHg.

b. Karakteristik Keluarga
1) Subjek 1
Tipe kelurga Ny. W merupakan jenis keluarga single parent family.
Klien hanya tinggal dengan anaknya. Suami klien meninggal 6
tahun yang lalu. Pernikahan dengan suami klien memiliki 2 anak
dan kedua anaknya belum menikah. Tahapan perkembangan
keluarga klien adalah tahapan keluarga dengan melepas anak ke
masyarakat. Rumah klien jauh dari jalan raya namun padat
penduduk. Lantai dan kamar mandi tidak licin. Tidak ada yang
menyebabkan risiko luka pada kaki klien, bila keluar rumah klien
selalu memakai sandal namun apabila dirumah tidak pernah
menggunakan sandal. Keluarga tidak mengetahui akibat lanjut dari
penyakit diabetes melitus, tetapi klien rutin meminum obat dan
apabila obatnya habis klien langsung ke Puskesmas Kecamatan
Pancoran. Klien mengatakan penyakit diabetes melitus berbahaya
apabila tidak diobati. Klien mengatakan ingin melakukan
perawatan penyakit diabetes melitus.

Klien mengatakan perawatan bagi penderita diabetes melitus


adalah dengan olahraga dan tidak boleh makan makanan yang
manis, tetapi klien masih suka meminum-minuman cepat saji dan
memakan-makanan yang berkarbohidrat tinggi jika di rumahnya
31

tidak ada orang. Klien mengatakan sedikit tahu tentang senam kaki
yang menggunakan koran namun tidak pernah diperaktikkan. Klien
mengatakan saat ini minum obat penurun gula darah yaitu
metformin 500 mg 3 kali sehari.

Keluarga sudah mengetahui fasilitas kesehatan yang ada didekat


rumahnya namun keluarga lebih suka ke Puskesmas Kecamatan
Pancoran. Klien sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara kontrol rutin. Fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan rumah
klien dapat dijangkau dengan berjalan kaki dan kendaraan.
Keluarga klien sudah memiliki BPJS. Sistem pendukung keluarga
klien saling membantu apabila ada anggota keluarga yang sakit.
Anaknya yang membantu mengantarkan berobat ke puskesmas atau
rumah sakit bila terjadi keluhan maupun kontrol rutin, klien
mengatakan tiap bulan anaknya selalu memberikan uang untuk
berobat dan kebutuhan sehari-hari. Selain itu tetangga dilingkungan
tempat tinggal klien saling membantu apabila ada yang sakit,
bantuan yang diberikan berupa bantuan tenaga dan support. Selain
itu adanya pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumah yaitu
Puskesmas dan Klinik.

2) Subjek II
Tipe keluarga klien merupakan tipe keluarga extended family.
Klien hanya tinggal dengan anak, mantu dan cucu klien. Suami
klien telah meninggal 10 tahun yang lalu. Pernikahannya dengan
suami klien memiliki 1 anak yang sudah menikah. Rumah klien
berdekatan dengan jalan raya, rumah klien adalah milik pribadi,
terdapat ventilasi, cahaya yang masuk ke dalam rumah kurang,
lantai rumah klien terbuat atau terpasang keramik, klien tidak
memakai alas kaki saat dirumah.

Ketika ditanya keluarga mengenai pengertian, penyebab, tanda dan


gejala diabetes melitus. Keluarga mengatakan pengertian diabetes
melitus adalah penyakit gula, keluarga mengetahui penyebab dari
32

diabetes melitus yaitu pola makan yang tidak baik seperti


mengkonsumsi makanan manis, dan keluarga tidak mengetahui
akibat lanjut dari penyakit diabetes melitus, tetapi klien rutin
meminum obat dan apabila obatnya habis klien langsung
kepuskesmas. Keluarga klien mengetahui penyakit diabetes melitus
berbahaya apabila tidak diobati.

Keluarga mengatakan perawatan diabetes melitus itu tidak boleh


makanan yang manis-manis klien mengetahui makan apa saja yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan tetapi klien masih suka
makan mi instan dan klien jarang melakukan olahraga. Klien selalu
mengontrol GDS nya tiap bulan. Klien tidak mengetahui olahraga
apa saja yang dilakukan pada penderita diabetes melitus. Klien
mengatakan bila sakitnya kambuh langsung berobat ke Puskesmas
dan diberikan obat metformin 500 mg 3 kali sehari. Keluarga klien
selalu menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih.

Keluarga sudah mengetahui fasilitas kesehatan yang ada didekat


rumahnya seperti Puskesmas Kecamatan Pancoran. klien sudah
memanfaatkan fasilitas kesehatan dan kontrol rutin ke Puskesmas.
Puskesmas yang ada dilingkungan klien dapat dijangkau dengan
berjalan kaki atau kendaraan. Keluarga klien sudah memiliki BPJS.
Sistem pendukung yang terdapat pada keluarga klien yaitu saling
membantu apabila ada anggota keluarga yang sakit, klien
mengatakan tiap bulan anaknya selalu meberikan uang untuk
berobat dan kebutuhan sehari-hari, keluarga klien rutin
mengantarkan untuk kontrol ke Puskesmas Kecamatan Pancoran
tiap bulan. Tetangga klien suka memberikan bantuan berupa tenaga
dan support. Adanya pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas
Kecamatan Pancoran dan Posbindu Duren Tiga dekat dengan
rumah serta adanya transportasi umum yang mendukung.
33

2. Pemaparan Fokus Studi Kasus


Pada pemaparan fokus studi ini penulis menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Adapun hasil studi kasus yang berfokus pada pelaksanaan
senam kaki diabetes melitus untuk meningkatkan sensitivitas perifer sebagai
berikut:
a. Pengkajian
Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah pertama yang
harus dilakukan pada klien adalah pengkajian. Dalam fokus studi kasus
ini penulis melakukan pengkajian awal dengan cara memberikan pre tes
tetang perilaku pola makan diabetes melitus. Berdasarkan hasil studi, pre
perilaku dapat diketahui bahwa saat pengkajian awal terhadap aktivitas
subyek pada perilaku klien tentang pola makan diabetes melitus. Hasil
pengkajian perilaku pola makan pada klien diabetes melitus di uraikan
pada tabel berikut.

Tabel 4.1
Pengkajian Awal Perilaku Kedua Subjek Tentang Pola Makan Diabetes
Melitus

Subjek Perilaku
Nilai Kategori
Ny. W 54 % Kurang
Ny. N 70 % Cukup

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa perilaku pola makan diabetes melitus pada
Ny.N lebih tinggi dibandingkan Ny.W di dukung oleh data yang ada
diatas

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya (Mubarak, Santoso, Rozikin & Patonah, 2006). Pada
tahap ini penulis hanya akan membahas tentang diagnosa yang terkait
dengan masalah perilaku pola makan pada klien diabetes melitus di
kedua keluarga. Adapun diagnosa menjadi prioritas dikedua subjek
adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ditandai dengan
keluhan kesemutan dan kaki terasa baal.

c. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah diidentifikasi
(Mubarak, Santoso, Rozikin, & Patonah, 2006). Intervensi ini dilakukan
pada Ny. W pada tanggal 06 Maret 2019 sampai 09 Maret 2019
sedangkan Ny. N dilakukan pada tanggal 05 Maret 2019 sampai 09
Maret 2019. Setelah melakukan pengkajian pre test terkait perilaku pola
makan DM, dilakukan intervensi keperawatan yaitu meningkatkan
perilaku tentang pola makan DM, yang sebelumnya dilakukan penjelasan
mengenai pendidikan kesehatan tentang pengertian DM, penyebab,
komplikasi, pengertian pola makan, gizi seimbang, cara pencegahan DM,
memodifikasi lingkungan DM, memanfaatkan fasilitas kesehatan,
dilakukan post test perilaku pola makan dan pengisian lembar observasi
yang diisi.

d. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah suatu proses aktualisasi dari
perencanaan yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan (Sudiharto, 2007).
Penulis melakukan pendidikan kesehatan pada tanggal 05 Maret 2019
sampai tanggal 09 Maret 2019. Pada tanggal 05 Maret 2019 penulis
melakukan implementasi pertama yaitu memberikan pre tes terkait pola
makan DM, memerikan jadwal makanan harian klien dan menjelaskan
tentang penyakit DM yang terdiri dari pengertian, penyebab, tanda dan
gejala serta akibat DM yang dilakukan selama 30 menit pada Ny. N
dilakukan pada pukul, pada saat dilakukan pendidikan kesehatan klien
ditemani oleh menantunya, klien dapat menjawab pertanyaan dengan
benar, pada saat dilakukan pendidikan kesehatan lingkungan di sekitar
rumah klien terdengar bising sehingga terganggu saat melakukan
pendidikan kesehatan. Sedangkan pada Ny. W tanggal 06 Maret 2019
pukul, saat diberikan pendidikan kesehatan Ny. W hanya sendiri tanpa
ditemani keluarga, namun Ny. W terlihat antusias dan dapat menjawab
pertanyaan dengan benar, pada saat dilakukan pendidikan kesehatan
lingkungan disekitar rumah Ny. W tidak bising sehingga dapat
melakukan pendidikan kesehatan dengan nyaman.

Pada tanggal 07 Maret 2019 pukul dilakukan implementasi tahap 3 pada


Ny. W yaitu penulis menjelaskan terkait perilaku pola makan DM,
memodifikasi pola makan sehari-hari, menjelaskan tentang pengertian
pola makan DM, gizi seimbang, makanan yang dianjurkan dan dibatasi,
memberikan contoh pengelompokan jenis makanan dalam menggunakan
lembar balik selama 30 menit, pada saat menjelaskan terkait perilaku
pola makan DM Ny. W ditemani oleh anaknya. Sedangkan pada Ny.N
terjadi dilakukan pada tanggal 08 Maret 2019 menjelaskan terkait pola
makan DM penulis hanya menjelaskan selama 20 menit di karenakan
klien sedang sakit flu.

Pada tanggal 09 Maret 2019 implementasi tahap 4 pada Ny. W dilakukan


pada pukul 09.00 WIB sedangkan pada Ny. N dilakukan pada pukul
10.30 WIB implementasi yang dilakukan penulis yaitu memberikan post
tes terkait polamakan DM, mengevaluasi keluarga untuk menyebutkan
terkait penyakit DM dan perilaku pola makan DM, mengobservasi
makanan harian klien dan memberikan reinforcemet pada klien dan
keluarga.
Selama pelaksanaan pendidikan kesehatan perilaku pola makan DM
terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung Ny. W
yaitu adanya ketersediaan waktu yang cukup banyak karena klien selalu
ada dirumah. Faktor penghambat Ny. W yaitu Ny. W kurang mengerti
terhadap isi kuesioner yang penulis berikan. Sedangkan faktor
pendukung Ny.N yaitu adanya keluarga yang mendampingi selama
pendidikan kesehatan perilaku pola makan DM. Faktor penghambat Ny.
N yaitu keterbatasannya waktu dikarenakan klien sibuk mengurusi
usahanya.
e. Evaluasi Keperawatan
Setelah selesai melakukan implementasi pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan perilaku tentang pola makan pada penderita diabetes
melitus dilakukan pengisian lembar kuesioner dan observasi yang diisi
selama 4 hari. Sebelumnya klien dievaluasi subjektif dan objektif tentang
topik sebelumnya yaitu pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara
pencegahan diabetes melitus, senam kaki diabetes melitus, modifikasi
lingkungan diabetes melitus, pola makan diabetes melitus, memanfaatkan
pelayanan kesehatan.

Diketahui bahwa sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan


dalam meningkatkan perilaku pola makan diabetes melitus dalam cara
pengolahan makanan harian klien digambarkan sebagai berikut:
Diagram 4.1
Diagram Observasi Ny. W

Makanan Harian Pasien Diabetes


Melitus Ny. W

28,4 28,4% Ditumis

Digoreng
7,1% Dikukus
35,5%
Direbus

Diagram 4.2
Diagram Observasi Ny. N

Makanan Harian Pasien Diabetes


Melitus Ny. N

29% 23,2% Dikukus

Digoreng
23,2% Dibakar
11,6% Ditumis
Direbus
11,6%
Berdasarkan diagram 4.1 dan 4.2 diketahui bahwa perilaku pada Ny. W
dalam cara memasak makanan lebih banyak mengkonsumsi makanan
yang digoreng 35,5%, sedangkan perilaku Ny. N dalam cara memasak
makanan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang direbus 29%.

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan intervensi


keperawatan perilaku pola makan diabetes melitus, maka pengetahuan
subjek dalam melakukan perilaku pola makan diabetes melitus
mengalami peningkatkan seperti tabel.

Tabel 4.2
Tabel evaluasi perilaku pola makan diabetes melitus

Perilaku

Subjek Nilai Pre Keterangan Nilai Post Keterangan


Test Test
Ny. W 54 % Kurang 76 % Baik
Ny. N 70 % Cukup 80 % Baik

Berdasarkan dari hasil tabel 4.2 diketahui bahwa terjadi peningkatan


pengetahuan pola makan pada klien diabetes melitus, dimana pada Ny.
W mengalami peningkatan sebesar 22%, sedangkan pada Ny. N
mengalami peningkatan sebesar 10%.

Selanjutnya untuk memperjelas kemampuan subjek sebelum dan setelah


dilakukan intervensi keperawatan dapat digambarkan pada tabel
Tabel 4.3
Hasil Pengukuran Gula Darah Setelah Intervensi

Pre Post
Subjek
Implementasi
Implementasi
Ny. W 450 mg/dL 320 mg/dL
Ny. N 120 mg/dL 70 mg/dL

Bedasarkan tabel 4.3 diketahui setelah dilakukan pengukuran kadar gula


darah selama 4 hari. Dimana pada hari pertama tanggal pada Ny. W di
dapatkan hasil pengukuran gula darah sebelum implementasi yaitu 450
mg/dL dan mengalami penurunan 320 mg/dL. Sedangkan pada Ny. N di
dapatkan hasil pengukuran gula darah sebelum implementasi yaitu 120
mg/dL dan mengalami penurunan 70 mg/dL.

B. Pembahasan
Pada saat pengkajian pada subjek I keluhan yang dirasakan klien yaitu kaki
kesemutan dan terasa baal, sedangkan pada subjek II keluhan yang dirasakan
yaitu mudah lelah dan kaki merasa kesemutan. Kedua subjek dengan riwayat
diabetes melitus tipe II penulis melakukan pelaksanaan pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan perilaku pola makan pada klien diabetes melitus diperoleh hasil
adanya peningkatan perilaku antara sebelum dan sesudah di lakukan pendidikan
kesehatan selama 3 hari. Pada subjek I, setelah 3 hari dilakukan pendidikan
kesehatan dalam meningkatkan perilaku pola makan pada klien diabetes melitus
terdapat peningkatan 76% dengan kategori baik. Pada subyek II, setelah 3 hari
dilakukan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan perilaku pola makan pada
klien diabetes melitus terdapat peningkatan 80% dengan kategori baik.

Faktor yang mempengaruhin perilaku keluarga yaitu pendidikan, subjek I yang


berpendidikan tidak tamat SD sedangkan subjek II pendidikan terakhir adalah
SMA. Pada hasil perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
disimpulkan bahwa profil pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang dibuktikan dengan hasil kuesioner subjek I masih belum pada tahap
kategori baik sedangkan subjek II berkategori cukup baik, namun setelah
diberikan pendidikan kesehatan adanya peningkatan perilaku pada subjek I dan
subjek II. Hal ini sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh Notoatmodjo
(2010) pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam peningkatan
perilaku. Karena perilaku sebenernya tidak dibentuk hanya satu sub saja yaitu
pendidikan tetapi ada sub bidang lain yang juga akan mempengaruhi perilaku
seseorang misalnya pengalaman, informasi, keperibadian dan lainnya. Umunya
pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada peningkatan kesadaran seseorang
dalam upaya meminimalisasi penyakit diabetes melitus. Walaupun demikian
pengetahuan yang tinggi sebenernya tidak juga menentukan apakah seseorang
akan terkena penyakit diabetes melitus atau tidak. Tetapi faktor lain seperti
pekerjaan, gaya hidup, keturunan dan lain-lain juga mempengaruhi seseorang
dalam terkena penyakit diabetes melitus.

Pada studi kasus yang telah dilakukan didapatkan hasil dari faktor dukungan
keluarga terhadap pola makan diabetes melitus dimana keluarga subjek II lebih
memberikan dukungan berupa pemantawan pola makan DM sehingga kadar
darah subjek II lebih terkontrol dibanding subjek I yang tidak dapat dukungan
keluarga dalam pemantauan pola makan DM. Hal ini sesuai dengan Waspandji
(2009) mengatakan bahwa pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan
DM pada setiap saat menjadi penting. Dimana peran dari keluarga diperlukan
khususnya dalam pengontrolan dan pengendalian kadar gula darah pada
penderita DM. Menurut Valery (2012) keluarga merupakan peran utama dalam
pemeliharaan kesehatan dan membantu pasien dalam perawatan dan
pengendalian diabetes melitus, memberikan semangat dan motivasi pada pasien.
Menurut Association (2009) mengatakan bahwa perencanaan pengelolaan
diabetes melitus harus dilakukan secara bersamaan antara pasien dengan
keluraga agar kadar gula darah dapat terkontrol.

Hasil studi kasus menunjukkan pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus


pada kedua subjek terjadi peningkatan dengan pengetahuan baik, karena
keluarga sudah mengenal masalah kesehatan, dapat mengambil keputusa, dapat
merawat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus, dapat memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Pengetahuan itu salah satu
pendukung terjadinya perubahan perilaku dalam melakukan peningkatan
perilaku pola makan diabetes melitus. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
kurangnya pengetahuan tentang diabetes melitus menyebabkan pasien cinderung
untuk tidak mematuhi pengobatan, pola makan, dan insulin (Kong, Yein, &
Jenn, 2012).

C. Keterbatasan Penelitian
Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi keterbatasan
dalam penyusunan studi kasus. Beberapa keterbatasan ini adalah:
1. Keluarga kurang memahami tentang penyakit diabetes melitus sehingga
penulis menjelaskan terlebih dahulu penyakit tersebut.
2. Keluarga kurang memahami tentang pola makan diabetes melitus sehingga
penulis menjelaskan terlebih dahulu materi tersebut.
3. Kesediaan waktu yang terbatas, kurangnya waktu untuk melakukan asuhan
keperawatan sehingga yang diperlukan masih kurang.
4. Frekuensi pertemuan dengan keluarga yang kurang hal ini dikarenakan
aktivitas keseharian keluarga yang tidak tentu membuat penulis kekurangan
waktu untuk bertemu keluarga.

40
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan penelitian “Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan dalam


Meningkatkan Perilaku Pola Makan pada Klien Diabetes Melitus di Puskesmas
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan”. Penulis menyimpulkan dan mengajukan
beberapa saran yang bermanfaat bagi responden, puskesmas, institusi pendidikan
keperawatan, dan mahasiswa.

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian pada subjek di Puskesmas Kecamatan
Pancoran dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik subjek studi kasus ini adalah pada kedua subjek terdapat
keluhan yang sama yaitu kaki terasa kesemutan.
2. Pendidikan subjek I yang berpendidikan tidak tamat SD sedangkan subjek II
pendidikan terakhir adalah SMA. profil pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang.
3. Faktor dukungan keluarga terhadap pola makan diabetes melitus dimana
keluarga subjek II lebih memberikan dukungan berupa perawatan pola
makan diabetes melitus sehingga kadar darah subjek II lebih terkontrol
dibanding subjek I yang tidak dapat dukungan keluarga dalam pemantauan
pola makan diabetes melitus.
4. Pengetahuan itu salah satu pendukung terjadinya perubahan perilaku dalam
melakukan peningkatan perilaku pola makan diabetes melitus.
5. Hasil studi kasus pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan
perilaku pola makan pada klien menunjukan bahwa adanya penurunan kadar
gula darah dalam melaksankan pola makan DM dan mengalami perubahan
perilaku sebesar 76 % (katagori baik) pada Ny. W sedangkan pada Ny. N
mengalami perubahan perilaku sebesar 80 % (kategori baik).
6. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam perilaku
pola makan klien DM cukup efektif dilakukan. Serta dapat meningkatkan
perilaku pola makan pada klien DM.

41
42

B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran-saran yang
dapat dijadikan perhatian dan masukan demi tercapainya tujuan yang diharapkan
untuk masalah yang timbul pada keluarga. Adapun saran-saran yang penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Klien dan Keluarga
Penulis menyarankan kepada keluarga untuk dapat melakukan apa yang
telah disampaikan pada saat penyuluhan kesehatan tentang diabetes melitus
dan perawatannya serta tetap kontrol secara teratur ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan tindak lanjut dan penyakit diabetes melitusnya.
2. Puskesmas
Penulis mengharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat melalui kader
kesehatan mampu melaksanakan pemantauan terhadap keluarga dalam
melaksanakan pola makan secara optimal
3. Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan hasil studi kasus ini dapat menjadi pertimbangan bagi
institusi pendidikan keperawatan dalam pemberian informasi serta gambaran
proses keperawatan keluarga terkait pelaksanaan pola makan diabetes
melitus.
4. Penulis Lain
Disarankan bagi penulis lain dapat mengembangkan penelitian ini serta
menambah pengetahuan serta dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis
selanjutnya dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada
keluarga penderita diabetes melitus sebagai perbandingan dalam
mengembangkan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes
mellitus
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rhineka
Cipta.

Baradero, M. (2009). Klien gangguan endokrin: Seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC

Dewi (2013). Menu sehat 30 hari untuk mencegah dan mengatasi diabetes melitus.
Jakarta: Media Pustaka

Kowalak, J. (2011). Buku ajaran patofisiologi (profesional guide to pathopysiology).


Jakarta: EGC

Maglaya, A. (2010). Nursing practic in the comunity. Ed.5. Marikina: Argounauta


Corporation.

Mubarak, W. Santoso, B. Rozikin, K. Patonah, S. (2012). Ilmu keperawatan komunitas


2. Jakarta: Sagung Seto

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nurrahmani. (2012). Stop! diabetes. Yogyakarta: Araska.

Rangkuti, F. (2010). The power of brands. Jakarta: Gramedia

Setiawati, L., & Dermawan, C.A. (2011). Penuntun praktis asuhan keperawatan
keluarga. Jakarta: TIM.

Soegondo. (2015). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Balai Penelitian


FKUI

Sudoyo, A., W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2010). Buku
ajaran penyakit dalam. Jakarta: Internal Publishing.

Suiraoka. (2012). Penyakit degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika.

Susanto, T. (2013). Diabetes, deteksi,pencegahan, pengobatan. Jakarta: Buku Pintar


ISBN.

Tjokroprawiro. A. (2012). Garis besar pola makan dan pola hidup sebagai pendukung
terapi diabetes melitus. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair.

Wijayaningsih, K. (2013). Standar asuhan keperawatan. Jakarta: TIM

Zainal, A. (2010). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC.


Biaya Penelitian
Harga Jumlah
No Kegiatan Kuanti Satuan
Satuan (Rp) Harga
A Pra Penelitian
Izin Penelitian - - 1.000.000 1.000.000
Tinta printer warna hitam 1 Buah 75.000 75.000
Tinta printer berwarna 2 Buah 125.000 250.000
Kertas print 1 Rim 45.000 45.000
Konsumsi presentasi 20 Kotak 20.000 400.000
proposal
Transportasi - - 100.000 100.000
Copy proposal 5 Eksemplar 20.000 100.000
B Pelaksanaan Penelitian
Observasi 2 Orang 100.000 200.000
Honor asisten peneliti 1 Orang 50.000 x 2 100.000
(dalam 2 bulan)
Alat Pemeriksaan GDS 1 Buah 200.000 200.000
Stik GDS 1 Botol 100.000 100.000
Transportasi 300.000 300.000
C Pasca Pelaksanaan
Kertas print 1 Rim 30.000 30.000
Jilid biasa laporan 10 Eksemplar 15.000 150.000
Konsumsi peserta seminar 2 Kotak 10.000 200.000
hasil penelitian
Copy laporan akhir 5 Eksemplar 50.000 250.000
Honor peneliti 1 - - 500.000 500.000
Jumlah 4.000.000

Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr Mei
Penyusunan proposal
Pengajuan proposal ke UPPM
Presentasi proposal
Revisi proposal
Pengajuan izin penelitian
Pelaksanaan penelitian
Analisa data
Penulisan laporan penelitian
Presentasi hasil penelitian
Revisi hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai