Anda di halaman 1dari 10

FINAL TEST MATA KULIAH

BIOETIK PROFESIONALISME BIDAN

Petunjuk
1. Jawablah soal dibawah ini disertai dengan referensi yang diacu
2. jawaban dibuat dalam bentuk word, font 11 huruf Arial, spasi 1,5
3. Gunakan pustaka 10 tahun terakhir, tuliskan pustaka yang digunakan saja
4. Batas waktu penerimaan tugas tanggal 02 Juni jam 24.00 wita
Tugas di kirim ke email; mardianaa908@gmail.com

Kasus 1 : Tewas Usai Disuntik Bidan

Sepasang kekasih NS (21 tahun), dan S (38 tahun), mengunjungi TPB Bidan EP di
Desa Wates Kediri. NS diketahui mengandung seorang bayi hasil hubungannya
dengan S (38), Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan
yang sah, namun hasil hubungan gelap yang dilakukan NS dan S.

Panik melihat kekasihnya hamil, S memutuskan untuk menggugurkan janin tersebut


atas persetujuan NS. Selanjutnya, keduanya mendatangi EP (40), yang sehari-hari
berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge. Keputusan itu diambil setelah S mendengar
informasi jika bidan EP kerap menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara
suntik.

Pada mulanya Bidan EP sempat menolak permintaan NS dan S, dengan alasan


keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan
Rp2.100.000. Kedua pasangan tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Bidan EP
setelah turun menjadi Rp2.000.000. Metode yang dipergunakan Bidan EP ialah
menyuntikkan obat ; Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan
Cyanocobalamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh NS.

Hanya berselang dua jam kemudian, NS terlihat mengalami kontraksi hebat. Bahkan
ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh S menuju rumahnya, NS
terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya
terus mengelurkan darah.

Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas. Namun


karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya,
petugas medis di ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan NS hingga
meninggal dunia.
Tugas: Jawablah pertanyaan di bawah ini;

1. Jelaskan apakah hukum yang telah dilanggar oleh Bidan EP


2. Apakah bunyi pasal yang telah dilanggar oleh EP
3. Bagaimana penyelesaian kasus tersebut?
Kasus 2 : Usai Persalinan Organ Wanita Robek

Ibu IA (22 tahun) mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang
air. kejadian ini terjadi 1 Februari lalu. Persalinan Ibu IA, dilakukan oleh bidan
magang di puskesmas setempat. Saat menjalani proses persalinan 3 Februari lalu,
korban dibantu oleh beberapa bidan magang, atas pengawasan bidan puskesmas.
Namun, salah seorang bidan magang diduga melakukan kesalahan saat
menggunting dinding kemaluan korban. Akibatnya, selain terus-terusan mengalami
kesakitan, sejak sebulan lalu korban terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya.
Keluarga Ibu IA melaporkan kejadian tersebut pada pihak berwajib.

Tugas: Jawablah pertanyaan di bawah ini

1. Apakah yang telah di langgar oleh Bidan pada kasus di atas


2. Aspek Hukum apa yang telah dilanggar pada kasus di atas(KUHP pasal
berapa?
3. Jika dikaitkan dengan UU Praktik Kebidanan, PMK Praktik Bidan, apakah Bidan
yang menolong telah memenuhi syarat
4. Apakah sanksi yang dapat dikenakan pada penolog persalinan untuk kasus
tersebut?
Kasus 3 : Gara-Gara Divakum Bocah 3 Tahun Cuma Bisa Nangis

Seorang anak A usia 3 tahun, mengalami hambatan/keterlambatan bicara. Hanya


bisa tidur dan menangis. Tangan A pun kaku dan tak bisa menggerakkan tubuhnya.
Bahkan untuk sekadar menyatakan ingin buang air besar (BAB) atau kecil saja, anak A
tak bisa. Riwayat persalinan A. ditolong oleh bidan H pada 21 April 2001 lalu. Ibu
anak tersebut mengatakan bahwa bidan H melakukan vakum sampai 3 kali saat
membantu kelahiran anaknya. Akibat vakum itu, kepala A sampai terluka. Dokter
Benyamin dari LBH Kesehatan menyatakan, A mengalami kegeseran tempurung
kepala akibat vakum sehingga fungsi otaknya terganggu.

Jawablah pertanyaan di bawah ini;

1. Apakah sanksi etik yang dapat dikenakan kepada bidan H?


2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya malpraktek yang
dilakukan oleh bidan ?
Kasus 4: Gara-Gara cemburu

Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut adaddua orang
bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama – sama memiliki BPM (Bidan
Praktik Mandiri) dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari
datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPM bidan “B” yang lokasinya
tidak jauh dengan BPM bidan “A”. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
pembukaan masih belum lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan
bidan tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui
bahwa hal tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi
mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan “A”. Sedangkan bidan
“A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B” tetap akan menolong persalinan
tersebut, bidan “A” akan melaporkan bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B”
karena dianggap melanggar wewenang profesi bidan

Jawablah pertanyaan dibawah ini:

1. Apakah Issue etik pada kasus tersebut?


2. Bagaimana penyelesaian kasus bidan A dan B
Kasus 5: Akibat Keegoisan

Seorang ibu yang ingin bersalin di BPM. Sejak awal kehamilan, ibu tersebut sudah
sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan, ibu tersebut
mempunyai riwayat hipertensi, maka kemungkinan lahir pervagina sangat berisiko
saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk, maka
berisiko terhadap janin dan kondisi si ibu itu sendiri. Risiko pada janin bisa terjadi
gawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan sudah mengerti risiko yang akan terjadi.
Tapi bidan lebih memetingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya
dari pada dirujuk ke rumah sakit. Setelah janin lahir, ibu mengalami perdarahan
hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar, Organisasi
Profesi Indonesia (IBI), memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari
kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya, ijin praktik (BPM)
bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut

Jawablah pertanyaan dibawah ini:

1. Apakah issue etik pada kasus tersebut? (


2. Apakah bidan dapat dikenai sanksi pidana?
Kasus 6 :
Seorang Perempuan 19 tahun G1 P0 A0 hamil aterm diantar suaminya ke TPMB. Keluhan;
nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan gangguan penglihatan (impending eklampsia). Hasil
pemeriksaan; TD 170/110 mmHg, muka, tangan dan kaki oedema, DJJ terdengar
brakhikardi. Bidan memberikan MgSO4 tanpa memeriksa refleks patella terlebih dahulu.
Akibatnya, saat klien mengalami efek samping, tidak dapat ditangani segera.

Jawablah pertanyaan berikut ini;

1. Apakah yang telah dilanggar oleh bidan pada kasus di atas


2. Bagaimana penyelesaian kasus tersebut, jika dilihat dari aspek perundang-
undangan yang berlaku.
Kasus 6 :
Seorang ibu umur 30 tahun, G1P0A0, masuk kamar bersalin, dalam proses persalinan kala
II namun kemajuan persalinan berjalan sangat lambat, perineum tampak tebal dan kaku,
DJJ menunjukkan 180x/menit,ireguler. Bidan melakukan episiotomy, tanpa meminta
persetujuan klien/suaminya. Akibatnya suami klien mengadukan hal tersebut ke pihak
berwajib.

Jawablah pertanyaan berikut ini;

1. Apakah Tindakan bidan dapat dibenarkan pada kasus di atas?


2. Apakah yang telah dilanggar oleh Bidan pada kasus di atas?
3. Bagaimana seharusnya Bidan dalam menangani kasus tersebut?
Kasus 7 :
Seorang Bayi laki-laki, yang lahir 6 jam lalu. Anak pertama dari Ny. K, Menangis terus-
menerus. Ny.K bingung dan melaporkan hal tersebut ke Bidan yang bertugas. Bidan
mengatakan bahwa bayi Ny K lapar dan perlu diberi susu. Karena itu Bidan segera
memberikan susu formula untuk menenangkan bayi Ny K.

Jawablah pertanyaan berikut ini;

1. Dapatkah bidan memberikan susu formula tanpa indikasi medis ?


2. Berkaitan dengan UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal berapakah
yang telah dilanggar oleh bidan pada kasus di atas?
3. Apa ketentuan pidana yang mengancam bidan pada kasus di atas?
Kasus 8 :
Seorang Bayi perempuan, umur 6 jam. Anak pertama dari Ny. S, BBL.4.3 Kg, persalinan
ditolong oleh Bidan W. Riwayat ANC 4 kali di Puskesmas, dokumentasi ANC tidak tercatat
adanya data TBJ saat proses kelahiran, lahirnya bahu terjadi lebih dari 60 detik setelah
lahirnya kepala, akibatnya terjadi Trauma fleksus brakhialis, bayi tidak dapat menggerakkan
lengan sebelah kanannya, karena nya ibu dan keluarganya complain ke Bidan yang
menolong persalinannya.

Jawablah pertanyaan berikut ini;

1. Masalah etik apakah yang terjadi pada kasus tersebut ?


2. Apakah aspek hukum etis pada kasus di atas?
3. Bagaimana penanganan kasus di atas?

Selamat Bekerja Semoga Sukses Selalu

Anda mungkin juga menyukai