TINJAUAN PUSTAKA
Antenatal Care adalah asuhan yang diberikan tenaga kesehatan mulai dari
konsepsi sampai persalinan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil sangat diperlukan
untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya
yang diberikan, agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan
kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari
faktor risiko untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan
janin. Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan
risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan
ibu.
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat ANC untuk
mengetahui ukuran panggul ibu hamil. Hal ini sangat penting dilakukan untuk
keadaan rongga panggul. Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali pada
8
saat melakukan kunjungan ANC untuk mengetahui faktor resiko dari kelebihan
berat badan pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko komplikasi selama
hamil dan saat persalinan seperti tekanan darah tinggi saat hamil (hipertensi
gestasional), (diabetes gestasional) bayi besar, dan kelahiran cesar adapun ibu
hamil dengan berat badan kurang selama kehamilan dapat meningkatkan resiko
bayi lahir prematur (kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), oleh karena itu usahakan berat badan berada pada kisaran
untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal atau tidak, tekanan darah yang
tekanan darah yang rendah juga menyebabkan pusing dan lemah (Afriani,
2018).
gizi ibu hamil (skrining KEK) jika didapati kurang dari 23,5 cm maka perlu
perhatian khusus tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang
gizi maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan mudah
sakit maupun infeksi, keadaan ini tidak baik bagi pertumbuhan janin yang
dikandungnya dan juga dapat menyebabkan anemia yang berakibat buruk pada
kehamilan masuk 22-24 minggu dengan menggunakan alat ukur capiler, dan
bisa juga menggunakan pita ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui usia
kehamilan dan tafsiran berat badan janin agar terhindar dari resiko persalinan
menentukan pada bagian terbawah janin kepala , atau kepala janin belum
masuk panggul berarti ada kelainan letak panggul sempit atau ada masalah lain.
atau doppler sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin
khususnya denyut jantung janin dalam rahim dengan detak jantung janin yang
normal nya 120x / menit dilakukan pada ibu hamil pada akhir minggu ke 20
(Afriani, 2018).
tetanus neonatorum dan dilakukan sesuai dengan status ibu hamil saat ini.
Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah dibutuhkan oleh
ibu hamil guna mencegah terjadinya anemia atau kurang darah selama
pada ibu hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturu-turut selama 90
10
TTD mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi elemental dan
0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk yang mengandung vitamin
penularan dari ibu ke anak (PPIA), tes pemeriksaan darah lainnya seperti
i. Tatalaksana Kasus
j. Temu Wicara
perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana (KB), dan
(P4K). Penjelasan ini diberikan bertahap sesuai dengan masalah dan kebutuhan
ibu.
11
setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Pemeriksaan antenatal selain kuantitas
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan
= K1.
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan
b. Posyandu
sebagai berikut :
12
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau dapat terjadi pada masa
terjadi dan merupakan penyebab utama kematian ibu melahirkan serta memiliki
yang timbul pada hipertensi kronik, dan hipertensi kronik (Cunningham, 2009).
a. Hipertensi Kronik
kronik, yaitu : umur ibu relatif tua diatas 35 tahun, tekanan darah ≥ 140/90
darah menjelang akhir trimester pertama sekitar 5-10 mmHg mirip seperti
siklus pada wanita normal. Kemudian tekanan darah akan naik kembali pada
13
kronik dapat bertahan sampai lebih dari 12 minggu setelah persalinan (Alatas,
2019).
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, proteinuria ≥ 1 + dipstick atau ≥ 0,3 g/24 jam,
dan terdapat edema. Preeklampsi berat adalah preeklampsi dengan tanda dan
g/24 jam, mengalami oliguria (urine < 500 cc/ 24 jam), pandangan kabur,
disertai kejang menyeluruh dan koma. Kejang pada eklampsia dapat terjadi
akibat dari penyakit lain seperti perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan
14
(Prawirohardjo, 2016).
Pada wanita hamil, hipertensi kronik memiliki risiko 4-5 kali terjadi
minggu 24-26 kehamilan berakibat kelahiran preterm dan bayi lebih kecil dari
d. Hipertensi Gestasional
minggu kehamilan tanpa disertai proteinuria dan tekanan darah akan menjadi
3. Etiologi Hipertensi
jelas. Banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan :
hormon paratiroid (PTH), hal ini membuat kalsium intraseluler meningkat melalui
dari cabang arteri uterine dan arteri ovarika, yang masuk menembus miometrium
dan menjadi arteri arkuata, lalu bercabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis
akan menembus endometrium, menjadi arteri basalis yang akan bercabang menjadi
Selanjutnya pada kehamilan normal dengan sebab yang belum jelas, terjadi
invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis, yang selanjutnya akan
vasodilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehingga terjadi perubahan jaringan matriks dan memudahkan lumen arteri
spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri
spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan retensi vaskular,
serta peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Kondisi ini akan mengakibatkan
aliran darah ke janin cukup banyak, demikian juga perfusi jaringan yang
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, serta terjadi hipoksia dan
radikal bebas, yaitu radikal hidroksil (OH) yang memiliki efek toksin. Radikal
hidroksil akan merusak membran sel yang banyak mengandung asam lemak tak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selanjutnya akan merusak sel,
nukleus, dan protein sel endotel dan menyebabkan terganggunya fungsi endotel.
oksigen reaktif dan radikal bebas yang akan menyebabkan pembentukan lipid
Wanita hamil normal, tidak ada respon imun yang akan menolak hasil
konsepsi yang dianggap sebagai asing. Hal ini disebabkan oleh adanya Human
Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G) yang dapat melindungi trofoblas janin dari
lisis oleh sel natural killer (NK) ibu. Human Leukocyte Antigen Protein G juga
akan
18
mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada plasenta ibu
agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur sehingga memudahkan terjadinya
e. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
2016).
bahan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Daya refrakter akan hilang bila
kehamilan normal, plasenta juga melepaskan debris trofoblas sebagai sisa proses
apoptosis dan nekrotik trofoblas akibat reaksi stress oksidatif. Dalam keadaan
normal jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi
juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada
menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar,
dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan
mengaktivasi sel endotel dan sel-sel makrofag/ granulosit, yang lebih besar pula,
4. Faktor Risiko
a. Primigravida, primipaternitas.
Tabel 2
Kenaikan Berat Badan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Rekomendasi Kenaikan
IMT Pra-Kehamilan
Berat Badan
<18,5 (Kurang) 12,5 – 18 Kg
18,5 – 24,9 (Normal) 11,5 – 16 Kg
25,0 – 29,9 (Berlebih) 7 – 11,5 Kg
≥ 30 (Obesitas) 5 – 9 Kg
Sumber: Kemenkes RI, 2020
masalah yang dihadapi, yaitu mental, fisik, dan emosional. Stress emosi yang
b. Pola Makan
maupun janinnya. Menurut Ramadani (2016), pola makan yang kurang baik
akan mengakibatkan asupan nutrisi ibu hamil menjadi tidak seimbang sehingga
yang mengandung protein, karbohidrat, lemak dan garam cukup tinggi dapat
Ibu hamil dengan IMT yang tinggi atau >26,0 mempunyai peluang
lemak dalam tubuh, kelebihan gula dan garam akan menjadi faktor risiko
c. Alat Kontrasepsi
diatur mendekati kadar hormon dalam tubuh akseptor, namun bila digunakan
dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek samping, salah satunya
d. Kekurangan Kalsium
Ibu hamil harus waspada dengan tanda dan gejala hipertensi kehamilan
penglihatan menjadi kabur atau sensitifitas pada cahaya, mual dan muntah, jumlah
urin berkurang, penurunan kadar trombosit dalam darah, sesak napas, kenaikan
yang tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan khususnya di wajah dan tangan.
Hal ini juga terjadi di banyak kehamilan normal, sehingga kadang tidak
Tabel 3
Tanda dan Gejala Hipertensi dalam Kehamilan
hipertensi kronik :
a. Pengkajian
pertama akan mengidentifikasi: keadaan sosial yang buruk, usia dan paritas, riwayat
hipertensi di buat apabila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih sebelum wanita
lanjut perlu dilakukan. Edema ini akan cekung ke dalam jika ditekan dan paling
c. Pemeriksaan Penunjang
pada ibu hamil untuk mengetahui fungsi ginjal. Apabila ginjal berfungsi dengan
normal, maka tidak akan terdapat protein dalam urine ibu hamil. Adanya protein
dalam urine akibat dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil, ibu mempunyai
infeksi saluran kencing/ urine terkontaminasi dengan darah atau cairan ketuban,
20% karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Prinsipnya terjadi endapan urine
jika direaksikan dengan asam asetat atau asam sulfo salisilat. Hasil pemeriksaan
4) Positif (+++) : Urine lebih keruh dan ada endapan yang lebih
Tujuan asuhan yang diberikan adalah memantau kondisi ibu dan janinnya
1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria) dan kondisi janin setiap
minggu.
4) Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia atau
eklampsia.
5) Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal (Saifuddin,
2002).
6) Ibu dianjurkan untuk cukup beristirahat dan tidur pada malam hari
protein, rendah serat, rendah lemak, dan rendah garam (Pratiwi, 2019).
26
b. Preeklampsia Ringan
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat
jalan:
1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin.
4) Diet biasa.
a) Diet biasa.
b) Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk proteinuria) sekali
sehari.
kaki terbukti memiliki pengaruh terhadap penurunan tekanan darah, hal ini
pembuluh darah, yang membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Hidroterapi atau
rendam air hangat bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah sehingga dapat
beberapa bagian tubuh, seperti menghilangkan edema pada kaki, sakit kepala, serta
sehingga
28
menyebabkan penurunan tekanan darah. Rangsangan kalor pada air hangat akan
jantung dan tekanan darah. Saat arteri meregang dan adanya peningkatan tekanan
darah arteri, reseptor akan mengirim impuls ke pusat vasomotor yang berdampak
pada vasodilatasi arteriol dan vena. Penurunan tahanan perifer dan dilatasi vena
akan mengurangi aliran balik darah. Dengan demikian curah jantung menurun.
Cara kerja dari hidroterapi ini dengan penggunaan air hangat yang bersuhu
37OC – 40OC dan kaki direndam selama 10-15 menit. Terapi ini dapat dilakukan
sehari 2 kali pada pagi hari saat bangun tidur dan pada malam hari sebelum tidur
dilakukan secara rutin minimal dalam kurun waktu 2 minggu untuk mendapatkan
C. Manajemen Kebidanan
pemikiran dan tindakan-tindakan denga urutan yang logis dan menguntungkan baik
bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya
terdiri dari pemikiran dan tindakan saja, melainkan juga perilaku pada setiap
langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
pelayanan yang utuh dan meyeluruh dari bidan kepada kliennya, untuk memberikan
1) Data subyektif
Data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
a) Biodata
kekeliruan.
keadaan mendesak.
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Menstruasi
pada ibu hamil adalah usia menarche, siklus, lama menstruasi dan masalah
yang dialami.
tanggal hari pertama haid terahir, masalah dan kelainan pada kehamilan
e) Riwayat Penyakit
f) Riwayat Perkawinan
lamanya perkawinan.
dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek samping, salah
lahir mati, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam
kesehatan yang baik. Selain itu, apakah ada komplikasi saat kehamilan,
i) Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
gangguan nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji
b) Pola Eliminasi
c) Pola Istirahat
d) Seksualitas
e) Personal Hygiene
f) Psikososial Budaya
2) Data Obyektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran
sadar).
3) Pemeriksaan Fisik
mmHg.
34
b). Suhu
c). Nadi
d). Respirasi
Apakah pernafasan kurang dari 20 kali per menit/ lebih dari 24 kali
kehamilan. Ibu hamil dengan IMT yang tinggi atau >26,0 berkaitan
lemak dalam tubuh, kelebihan gula dan garam. Hal ini akan menjadi
(Puspitasari, 2015).
g). LILA
4) Pemeriksaan Penunjang
atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada
1) Diagnosa Kebidanan
(Lestari, 2014).
Diagnosa kebidanan :
2) Masalah
timbul pada ibu hamil dengan hipertensi kronik yaitu mual dan pusing.
3) Kebutuhan
melakukan analisa data. Kebutuhan pada ibu hamil dengan hipertensi kronik
yaitu informasi mengenai hipertensi dalam kehamilan dan KIE tentang diet.
yang aman. Pada ibu hamil dengan diagnosa hipertensi kronik diagnosa potensial
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Pada preeklampsi/ eklampsi, jika tekanan darah
diastolik >110 mmHg, lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
2002).
37
dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap ibu tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya. Pada ibu hamil dengan hipertensi
1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria) dan kondisi janin setiap
minggu.
4) Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia atau
eklampsia.
5) Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal (Saifuddin,
2002).
6) Ibu dianjurkan untuk cukup beristirahat dan tidur pada malam hari
protein, rendah serat, rendah lemak, dan rendah garam (Pratiwi, 2019).
aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
kebutuhan apakah benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosa. Hasil
yang diharapkan dari asuhan kebidanan dengan ibu hipertensi adalah mencegah
Menurut Husein (2014), dalam pemantauan pada trimester III kehamilan yaitu
kehamilan
11. Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III
39
12. Deteksi dini komplikasi yag terjadi pada trimester III dan melakukan tindakan
17. Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada trimester III.