Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE (ANC) DI RUANG POLI KIA UPT PUSKESMAS

BANGKUANG

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:
LISA MANDASARI
113063J122049

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Ante Natal Care (ANC) Di Ruang Poli KIA UPT
Puskesmas Bangkuang dikonsultasikan dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan
Preseptor Klinik

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Selly Kresna Dewi, Ners., M.Kep.Sp.Kep.Mat Dini Akbari Husna, S.Keb., Bd


LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE

A. Tinjauan Teori

1. Definisi
Ante natal care (ANC) adalah usaha yang dilakukan pada waktu hamil dengan
tujuan mempersiapkan ibu dalam masa hamil agar waktu melahirkan dan sesudahnya
ibu dan bayinya dalam keadaan baik (Sarwono, 2002). Antenatal Care adalah
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010).
Pelayanan ante natal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif
care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar
melalui persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik, dan mental ibu
sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena kesehatan ibu
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya (Winjosastro, 2012)

2. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melaluimasa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta
menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah (Bobak, 2012):

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu.
c. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit atau komplikasi yang
dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma
seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan ibu
agar dapat memberi ASI secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar
tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati, dan kematian
neonatal.

3. Frekuensi Kunjungan Ante Natal Care


Menurut Saifuddin (2012), sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal, yaitu :

a. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).


b. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).
c. 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28–36 dan sesudah
minggu ke 36).

4. Standar Pelayanan Ante Natal Care


Pelayanan antenatal care mengacu pada konsep 14 T yaitu (Bobak, 2012):

a. Timbang badan dan ukur badan (T1)


Memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui sesuai tidaknya berat badan ibu.
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjung ke tempat pelayanan
kesehatan. Selama trimester I berat badan ibu harus naik 0,5 sampai dengan 0,75
kg setiap bulan, pada trimester II harus naik 0,25 kg setiap minggunya, dan pada
trimester III berat badan ibu harus naik sekitar 0,5 kg setiap minggunya. Secara
umum berat badan meningkat sekitar 8 kg selama kehamilan.
b. Tekanan darah (T2)
Mengukur tekanan darah bertujuan untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal
atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan darah
yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik ringan maupun
berat bahkan sampai kejang-kejang. Adapun tekanan darah yang rendah dapat
menyebabkan ibu pusing dan lemah.
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)
Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim, dilakukan dengan cera meraba perut
dari luar, selain itu untuk mengetahui presentasi janin, serta mengetahui posisi
janin dalam rahim. Pada pemeriksaan ini juga dilakukan pengukuran tinggi puncak
rahim yang kemudian akan disesuaikan dengan usia kehamilan. Jika diperoleh
besarnya rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan maka diperlukan pemeriksaan
lanjutan.
d. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan (T4)
Pemberian tablet besi diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku
diseluruh puskesmas diIndonesia. Pemberian satu tablet besi sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan.
e. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) (T5)
Tujuannya untuk melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus
neonatorum. Imunisasi TT ke-1 diberikan pada kunjungan ante natal I, imunisasi
TT ke 2 diberikan empat minggu setelah imunisasi TT ke-1, TT ke-3 diberikan
setelah enam bulan TT ke-2, TT ke-4 diberikan 1 Tahun setelah TT ke-3, dan TT
ke-5 diberikan setelah setahun TT ke-4.
f. Tes (pemeriksaaan) HB (T6)
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan maksud mengetahui ada anemia atau tidak pada
kehamilandan mengetahui bagus atau tidaknya jaringan pengikat oksigen pada ibu.
HB normal pada ibu hamil adalah 10,5 – 14.
g. Tes (pemeriksaan) VDRL (T7)
Pemeriksaan VDRL (Veneral Diseases research Laboratory) merupakan suatu
pemeriksaan atau screening untuk mengetahui penyakit sifilis pada ibu hamil.
Karena dikhawatirkan akan menyebar pada janin yang dikandungnya. Janin yang
terinfeksi akibat penyakit ini biasanya akan mengalami gejala saat pertama
dilahirkan ataupun beberapa bulan setelahnya.
h. Tes (pemeriksaan) protein urine (T8)
Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila dicurigai mengalami
preeclampsia ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita dapat memberikan
asuhan kepada ibu hamil yang ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah
potensial yaitu terjadinya eklampsia.
i. Tes (pemeriksaan) urin reduksi (T9)
Pemeriksaan urin reduksi bertujuan untuk melihat glukosa dalam urin. Urin normal
biasanya tidak mengandung glukosa. Adanya glukosa dalam urin merupakan tanda
komplikasi penyakit diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi
lebih lanjut baik pda ibu maupun pada janin, diantaranya: pre eklampsia,
polihidramnion, infeksi saluran darah, persalinan dengan SC, menderita DM pasca
persalinan pada janin, hiperglikemia, makrosomia, hipoglikemia, hambatan
pertumbuhan janin, cacat bawaan, hipokalsemia/hipomagnesia, hiperbilirubinemia,
asfiksia perinatal, dan sindrom gagal nafas.
j. Perawatan payudara (T10)
Perawatan payudara selama hamil sanagat penting untuk kelancaran ASI setelah
melahirkan. Selama masa hamil payudara akan mengalami perubahan, anatara lain
terasa kencang, lebih besar dan lebih penuh. Semua perubahan yang terjadi
menunjukkan adanya perkembangan dan pertimbuhan jaringan kelenjar di
payudara.
k. Senam ibu hamil (T11)
Senam hamil membaut ibu berfikir lebih positif karena merasa lebih siap
menghadapi persalinan. Selain itu, setelah bayi lahir senam hamil juga membantu
ibu segera dapat kembali kebentuk badan dan stamina semula. Pada dasarnya
manfaat utama senam hamil adalah agar tubuh lebih sehat dan merasa lebih santai.
l. Pemberian obat malaria (T12)
Ibu hamil dengan malaria mempunyai risiko terkena anemia dan meninggal. Bayi
berat badan lahir rendah merupkan faktor risiko utama kematian bayi didaerah
endemis malaria. Badan kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan tiga
strategi penanggulangan malaria pada kehamilan yaitu: deteksi dini dan
pengobatan malaria yang efektif, pencegahan malaria secara intermiten dengan
menggunakan SP dan penggunaan kelambu berinsektisida. Pemberian obat
pencegahan malaria dapat dilakukan secara mingguan ataupun intermiten.
m. Pemberian kapsul minyak yodium (T13)
Kapsul ini mneggunakan larutan yang mengandung 200 mg yodium dalam bentuk
minyak yang dikemas berbentuk kapsul. Manfaat dari kapsul minyak beryodium
adalah untuk mencegah lahirnya bayi kretin, dan diberikan kepada seluruh wanita
usia subur, ibu hamil dan idu nifas.
n. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling (T14)
Untuk menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan suami
dan keluarga diperlukan guna mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan
manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat
Maka ibu dan janin akan memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang
benar sehingga membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini
lebih diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari akses
transfortasi yang memadai.
5. Pemeriksaan Ante Natal Care
Pemberian asuhan ante natal care (ANC) harus diberikan sedini mungkin. Pada
awal pemeriksaan yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami
kehamilan. Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium.
Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan HCG.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai dan
deteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode
menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada kehamilan merupakan
dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat
dideteksi dalam urine 14 hari setelah konsepsi (Bobak, 2012).
a. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
Salah satu cara menetukan taksiran perkiraan partus (TPP) atau hari perkiraan lahir
(HPL) yaitu dengan menggunakan rumus Neagle, yaitu: TPP = (HPHT+7), (bulan
terakhir haid-3) jika dari bulan april – desember, (tahun+1)
TPP= (HPHT+7), (bulan+9) jika dari bulan januari - mei
b. Pemeriksaan Leopold
Salah satu cara menentukan usia kehamilan yaitu dengan menggunakan
pemeriksaan leopold, yaitu:
1) Leopold I
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus
apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan terasa
keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka akan terasa
lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2) Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua
sisiabdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi
yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan
terasa cembung dan resisten.
3) Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen
di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan
menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun
perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras,
bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak
beraturan.
4) Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk
ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi
abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang
yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk
baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah,
divergen yaitu jika hamper sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam
rongga panggul.
c. Tuanya kehamilan dalam bulan berdasarkan tinggi fundus uteri (TFU):
Tinggi fundus uteri (cm)
3,5 cm

TFU dalam cm Usia gestasi (dalam bulan)


20 5
23 6
26 7
30 8
33 9

d. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)


Rentang normal adalah 120-160 denyut/menit. DJJ dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18, stetoskop ultrasonic
(Doppler) pada minggu ke 12.

6. Manifestasi Klinik
a. Tanda presumtif kehamilan
1) Amenore (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak
terjadinya pembentukan folikel de Graff dan ovulasi di ovarium. Gejala ini
sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi selama
kehamilan, dan perlu diketahui hari pertama haid terrakhir untuk menentukan
tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan.
2) Mual muntah. Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada
pagi hari. Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
3) Ngidam. Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya kehamilan.
4) Sinkope atau pingsan. Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang
setelah umur kehamilan lebih dari 16 minggu.
5) Payudara tegang. Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara menyebabkan rasa
sakit terutama pada kehamilan pertama.
6) Anoreksia nervousa. Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu
makan), tapi setelah itu nafsu makan muncul lagi.
7) Sering kencing. Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan
kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar keluar rongga
panggul.
8) Konstipasi/obstipasi. Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh
pengaruh hormone estrogen.
9) Epulis. Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
10) Pigmentasi. Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
 Pipi                      : - Cloasma gravidarum
 Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
 Perut                    : - Striae livide, Striae albican, Linea alba makin
menghitam
 Payudara            : - hipepigmentasi areola mamae
11) Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah
vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis erta payudara.
b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
1) Pembesaran Perut. Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
2) Tanda Hegar. Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uterus.
3) Tanda Goodel. Pelunakan serviks
4) Tanda Chadwiks. Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks.
5) Tanda Piskacek. Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut
berkembang lebih dulu.
6) Kontraksi Braxton Hicks. Peregangan sel – sel otot uterus, akibat
meningkatnya actomycin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu.
7) Teraba Ballotement. Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
8) Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif. Pemeriksaan ini adaah
untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi oleh sinsitotrofoblas sel
selama kehamilan. Hormon ini disekresi diperedaran darah ibu (pada plasma
darah), dan diekskresi pada urine ibu.
c. Tanda Pasti (Positive Sign)
1. Gerakan janin dalam rahim.
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan ini
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
2. Denyut jantung janin.
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electrocardiograf ( misalnya doppler)
3. Bagian bagian janin.
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan
kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir)
4. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG (Mashiroh,
2013).

7. Pathway

Kehamilan

Trimester I Trimester III

Peningkatan Perubahan fisik Perubahan psikologis


Estrogen

Pola seksual tidak Focus perhatian pada


Tonus otot efektif keselamatan janin
menurun

HCL lambung Mencari informasi


persalinan & perawatan Ansietas
Konstipasi
Peristaltik janin/anak

Tekanan gaster

Mual/muntah Kelemahan fisik

Defisit Nutrisi
Intoleransi
aktifitas
Trimester II

Uterus semakin
membesar
Diafragma Penekanan pada
terdorong ke atas kandung kemih
(vesika urinaria)

Distensi paru-paru
Ferkuensi BAK

pola nafas tidak


efektif
Gangguan
eleminasi urin

Rohmah, 2009

8. Pemeriksaan Penunjang
a. LABORATORIUM
1) Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
2) Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
3) Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
b. USG
1) Jenis kelamin.
2) Taksiran kelahiran, TBJ, jumlah cairan amnion (Masriroh, 2013).

9. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013, Bobak,
2012) :
a. Hiperemisis gravidarum.
b. Hipertensi dalam kehamilan.
c. Perdarahan trimester I (abortus).
d. Perdarahan antepartum.
e. Kehamilan ektopik.
f. Kehamilan kembar.
g. Molahydatidosa.
h.  Inkompatibilitas darah.
i. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin.
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Keadaan umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati),
nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Riwayat kehamilan : kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum : Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai
keadaan  panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila
terlihat jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya
kelainan panggul (kifosis, skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak
simetris).
b. Tinggi badan : Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk
ibu hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan
sang ibu memiliki panggul sempit.
c. Berat badan: Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5
kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama
hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5
kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila
terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan
kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA): LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan
BBLR.
e. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko
dalam kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau
lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi.
 Denyut nadi: Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
 Suhu: Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
 Pernapasan: Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit.
Bila ibu mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala dan Leher
 Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
 Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna
kuning/jaundice pada sclera
 Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
 Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis
g. Payudara
 Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal melingkar, agak
simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
 Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
 Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
 Retraksi akibat adanya lesi
 Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen
 Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
 Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan > 12
minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan     > 22 minggu
 Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan penurunan
kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I   : 
 Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
 Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
 Konsistensi uterus
Leopold II  :
 Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
 Menentukan letak punggung janin
 Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

Leopold III  : 
 Menentukan bagian terbawah janin
 Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
Leopold IV  :
 Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
 Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk PAP
i.  Tangan dan kaki
 Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
 Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
 Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau hiper
j. Pemeriksaan panggul
1) Panggul : genital luar
 Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus
vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada
(warna, konsistensi, jumlah, bau)
 Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan kista
2) Panggul : menggunakan speculum
 Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah
serviks sudah membuka atau belum
 Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan luka
3) Panggul : pemeriksaan bimanual
 Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan
(dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang)
 Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di dalam
vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa
nyeri, serta adanya masa.
4) Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
a. Dari Janin  : 
 Djj pada bulan ke 4-5
 Bising tali pusat
 Gerakan dan tendangan janin
b. Dari ibu     :
 Bising rahim
 Bising aorta
 Peristaltik usus
5) Pemeriksaan Dalam
a. Vaginal Toucher (VT)
b. Rectal Toucher (RT)
Dapat dinilai :
 Pembukaan serviks : berapa cm/ jari
 Bagian anak paling bawah : kepala, bokong serta posisinya
 Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan makan
b. Pola nafas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
c. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
d. Pola seksual tidak efektif b.d kehamilan
e. Ansietas b.d krisis situasi
f. Intoleransi aktivitas b.d fisik tidak bugar
g. Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih

3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Rencana Keperawatan


. Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan
makan Setelah dilakukan asuham 1. Identifikasi adanya
keperawatan selama 3x24 alergi atau intoleransi
DS: pasien mengatakan jam diharapkan nutrisi makanan yang
tidak nafsu makan pasien dapat lebih baik dimiliki pasien
karena mual. dengan kriteria: 2. Tentukan apa yang
menjadi preferensi
DO: pasien terlihat 1. Asupan makan pasien makanan bagi pasien
lemas dan pucat. terpenuhi 3. Instruksikan pasien
2. Asupan cairan pasien mengenai kebutuhan
terpenuhi nutrisi
4. Berikan pilihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makanan yang
lebih sehat
5. Anjurkan keluarga
untuk membawakan
makanan favorit
pasien sementara
pasien berada di
rumah sakit.
2. Pola nafas tidak efektif Status pernapasan Pengaturan posisi
b.d posisi tubuh yang
menghambat ekspansi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status
paru. keperawatan diharapkan oksigenasi sebelum dan
perubahan pola napas setelah perubahan
DS: teratasi dengan kriteria: posisi
Pasien mengatakan 2. Posisikan pasien semi
sulit bernapas 1. Frekuensi pernapasan fowler (untuk
normal mengurangi dyspnea)
DO: 2. Tidak menggunakan otot 3. Kembangkan jadwal
- RR > batas normal bantu napas tertulis terkait reposisi
- Menggunakan otot 3. Tidak ada restraksi tubuh pasien
bantu pernapasan dinding dada 4. Instruksikan pasien
bagaimana
menggunakan postur
tubuh dan mekanika
tubuh yang baik ketika
beraktifitas

3. Konstipasi b.d Eleminasi usus Manajemen konstipasi


kelemahan otot
abdomen. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan
keperawatan diharapkan gejala konstipasi
eleminasi pasien teratasi 2. Instruksikan keluaga
dengan kriteria: untuk mencatat
frekuensi, konsistensi
1. Pola eleminasi normal bentuk, volume, warna
2. Kemudahan saat BAB dari feses
3. Instruksikan pasien
diet tinggi serat
dengan cara yang
tepat
4. Instruksikan mengenai
hubungan antara diet,
latihan dan asupan
cairan terhadap
kejadian konstipasi
5. Berikan petunjuk pada
pasien untuk
berkonsultasi dengan
dokter jika konstipasi
tetap terjadi
4. Pola seksual tidak Pengetahuan: fungsi Konseling seksual
efektif b.d kehamilan seksual 1. Bangun hubungan
terapeutik, didasarkan
Setelah dilakukan tindakan pada kepercayaan dan
keperawatan selama 2x30 rasa hormat
menit diharapkan tingkat 2. Tetapkan lamanya
pengetahuan pasien dapat hubungan konseling
lebih baik dengan kriteria 3. Berikan privasi dan
hasil: jaminan kerahasiaan
1. Pasien memahami 4. Informasikan pada
mengenai strategi sek pasien bahwa
yang aman seksualitas merupakan
2. Pasien memahami bagian yang penting
tentang konsekuensi dalam kehidupan dan
potensial dari aktivitas bahwa penyakit,
seksual medikasi, stress atau
masalah lain (seperti
kehamilan) sering
merubah fungsi
seksual
5. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
ketakutan dan dorong
pasien untuk bertanya
mengenai fungsi
seksual
6. Tentukan tingkat
pengetahuan pasien
dan pengertian
mengenai seksualitas
secara umum
7. Diskusikan modifikasi
yang diperlukan dalam
aktivitas seksual,
sesuai kebutuhan
5. Ansietas b.d krisis Level Kecemasan Pengurangan
situasi Setelah dilakukan asuhan kecemasaan
keperawatan selama 1×24 1. Gunakan pendekatan
jam diharapkan ansietas yang tenang dan
teratasi, dengan kriteria meyakinkan
hasil : 2. Jelaskan semua
1. keparahan manifestasi prosedur yang akan
kekhawatiran dapat dilakukan
berkurang 3. Berikan informasi
2. ketegangan atau factual terkait
perasaan tidak tenang diagnosis, perawatan
yang muncul dari dan prognosis
sumber yang tidak dapat 4. Dorong keluarga
diidentifikasi dapat untuk mendampingi
berkurang klien
Kontrol Kecemasan 5. Dengarkan klien
Setelah dilakukan asuhan Terapi relaksasi
keperawatan selama 1×24 1. Ciptakan lingkungan
jam diharapkan ansietas yang tenang
teratasi, dengan kriteria 2. Minta klien untuk
hasil : tetap rileks
1. Memantau intensitas 3. Tunjukkan dan
kecemasan ajarkan tekhnik
2. Mengurangi penyebab relaksasi kepada klien
kecemasan

6. Intoleransi aktivitas b.d Kelelahan: efek yang Manajemen Energi


fisik tidak bugar mengganggu
1. Tentukan jenis dan
DS: klien mengatakan Setelah dilakukan asuham banyaknya aktivitas
badan terasa letih keperawatan diharapkan tang dibutuhkan untuk
sehingga sulit untuk aktivitas pasien teratasi menjaga ketahanan
melakukan aktivitas dengan kriteria: 2. Monitor intake/asupan
DO: pasien terlihat nutrisi untuk
1. Gangguan aktivitas mengetahui sember
lemah
sehari-hari menjadi energy yang adekuat
berkurang 3. Ajarkan pasien
2. Gangguan rutinitas mengenai pengelolaan
menjadi berkurang kegiatan dan teknik
manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan
4. Anjurkan pasien untuk
memilih kativitas yang
dapat membangun
ketahanan
5. Anjurkan periode
istirahat dan kegiatan
secara bergantian.
7. Hambatan eliminasi Eliminasi urin Bantuan berkemin
urin b.d penurunan
kapasitas kandung Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan
kemih keperawatan selama 3x24 kemampuan dalam
jam diharapkan masalah rangkka mengenal
pasien dapat teratasi keinginan untuk BAK
dengan kriteria hasil: 2. Tetapkan interval
untuk jadwal
1. Pola eliminasi dalam berkemih, berdasarkan
batas normal pada pola pengeluaran
2. Jumlah uirn dalam urin
batas normal 3. Ttetapkan waktu
3. Pasien dapat untuk memulai dan
mengosongkan mengakhiri berkemih
kandung kemih dalam 24 jam
sepenuhnya 4. Berikan pendekatan
dalam 15 menit
interval yang
disarankan untuk
bantuan berkemih
5. Berikan privasi untuk
aktivitas eliminasi

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan ANC. Jakarta : Depkes RI.

Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi Imperium: Yogyakarta.

Rohmah, Nikmatur dkk. 2011. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-ruzz
Media.

Saifudin, Abdul Bari. 2012. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sarwono. 2011. Ilmu bedah kebidanan . Jakarta: Bina Pustaka.

Tim Pokja SDKI, P. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI, P. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI, P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Winkjosastro, H. Dkk. 2012. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai