Anda di halaman 1dari 28

1

1

Referat
Anestesi Lokal

Disusun oleh:
Nofris Manto (11.2013.190)
Sicilia R. N. K. Eha (11.2013.188)
Diajeng Marta Triaji (11.2013.203)
Michael Ramires (11.2013.286)
Nastalia Sindy (11.2013.311)

Dokter Pembimbing:
Dr Ujang,Sp.AN

KEPANITERAN KLINIK ILMU ANESTESI
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA
30 JUNI 2014-19 JULI 2014

2

2

HALAMAN PENGESAHAAN

Referat

Judul
Anestesi Lokal
Oleh:
Nofris Manto (11.2013.190)
Sicilia R. N. K. Eha (11.2013.188)
Diajeng Marta Triaji (11.2013.203)
Michael Ramires (11.2013.286)
Nastalia Sindy (11.2013.311)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteran Klinik di Bagian
Ilmu Anestesi
Rumah Sakit Bhakti Yudha
30 Juni 2014-19 Juli 2014

Jakarta,Juli 2014

Dr.Ujang,Sp.AN


3

3

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur,penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul anestesi local,yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh kepaniteran klinik
anestesi di Rumah Sakit Bhakti Yudha.
Di dalam penyusunan referat ini penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki,tetapi penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Ujang,SpAN
berkat bantuan dan bimbingan dalam penyusunan referat ini,sehingga penyusunan referat ini
dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari sempurna.





Jakarta, July 2014


Dr.Ujang,SpAN




4

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN. ii
KATA PENGANTAR. iii
DAFTAR ISIiv
BAB 1 PENDAHULUAN.... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.. 6
BAB 3 KESIMPULAN....27
DAFTAR PUSTAKA...28












5

5

BAB I
PENDAHULUAN

Kata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan
keadaan tidak sadar yang bersifat sementara karena pemberian obat dengan tujuan untuk
menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia ialah pemberian obat untuk menghilangkan
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Obat yang digunakan dalam menimbulkan
anestesi disebut sebagai anestesik,dan kelompok obat ini dibedakan dalam anestesik umum
dan anestesik local.
Bergantung pada dalamnya pembiusan, anestesik umum dapat memberikan efek
analgesia yaitu, hilangnya sensasi nyeri, atau efek anesthesia yaitu analgesia yang disertai
hilangnya kesadaran, sedangkan anestesik local hanya dapat menimbulkan efek
analgesia.Anestesik umum bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anestesik local bekerja
langsung pada serabut saraf di perifer.
Anestesi local ialah obat yang menghasilakan blockade induksi atau blockade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf jika
digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesik local setelah keluar dari saraf diikuti oleh
pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur
saraf. Semua obat anestesik local baru adalah sebagai rekayasa obat lama yang dianggap
masih mempunyai kekurangan-kekurangan.





6

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Obat yang termasuk Anestesi Lokal
Secara umum anestesi local mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian :
gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatic lipofil melalui suatu
gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara dan
gugus aromatic diguguskan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka secara kimia, anestesi
local digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. Adanya ikatan ester sangat
menentukan sifat anestesi local sebab pada degradasi dan inaktivasi didalam badan, gugus
tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah
mengalami metabolism dibandingkan dengan golongan amid. Anestesi local yang tergolong
dalam senyawa ester ialah tetrakain, benzokain, kokain, dan prokain dengan prokain sebagai
prototype. Sedangkan yang tergolong dalam senyawaan amid ialah dibukain, lidokain,
bupivakain, mepivakain, dan prilokain.
Molekul prokain dapat dibagi dalam 3 bagian utama : asam aromatic (asam paraamino
benzoate), alcohol (etanol), dan gugus amin tersier (dietilamino). Perubahan pada setiap
bagian molekul tersebut akan mempengaruhi potensi anestetik dan toksisitasnya.
Memperpanjang gugus alcohol akan menyebabkan potensi anestetik dan toksisitasnya
bertambah besar, maka prokain yang merupakan suatu ester etil, toksisitasnya paling kecil.
Perpanjangan rantai pada kedua gugus terminal pada amin tersier menyebabkan potensi dan
toksisitas anestetik local bertambah besar, misalkan pada butakain.






7

7

Tabel 1.1 Perbandingan Golongan Ester dan Amida

KLASIFIKASI POTENSI MULA KERJA LAMA KERJA
(infiltrasi,menit)
TOKSISITAS
ESTER
Prokain
Kloropokain

Tetrakain

1 (rendah)
3-4 (tinggi)

8-16 (tinggi)

Cepat (fast)
Sangat Cepat
(very rapid)
Lambat (slow)

45-60
30-45

60-180

Rendah
Sangat rendah

Sedang
AMI DA
Lidokain
Etidokain
Prilokain
Mepivakain

Bupivakain
Ropivakain
Levobupivakain


1-2 (sedang)
4-8 (tinggi)
1-8 (rendah)
1-5 (sedang)

4-8 (tinggi)
4 (tinggi)
4 (tinggi)

Cepat (rapid)
Lambat (slow)
Lambat
Sedang
(moderate)
Lambat
Lambat
Lambat

60-120
240-480
60-120
90-180

240-480
240-480
240-480

Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi

Rendah
rendah






8

8

Tabel 1.2 Penggunaan Anestetik Lokal

TOPIKAL INFILTRASI BLOK
SARAF
AR
IV
EPIDURAL SPINAL
INTRATEKAL
ESTER
Prokain
Kloropokain
Tetrakain

-
-
+



+
+
-

+
+
-

-
-
-

-
+
-

+
-
+
AMI DA
Lidokain
Etidokain
Prilokain
Mepivakain
Bupivakain
Ropivakain
Levobupivakain

+
-
-
-
-
-
-


+
+
+
+
+
+
+


+
+
+
+
+
+
+


+
-
+
-
-
-
-


+
+
+
+
+
+
+


+
-
-
-
+
+
+





9

9

Mekanisme Kerja
Anestesi local mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di membrane sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.
Sebagaimana diketahui, potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat
(sekilas) permeabilitas membrane terhadap ion Na
+
akibat depolarisasi ringan pada
membrane. Proses fundamental inilah yang dihambat oleh anestesik local; hal ini tejadi akibat
adanya interaksi langsung antara zat anestesik local dengan kanal Na
+
yang peka terhadap
adanya peruabahan voltase muatan listrik (voltage sensitive Na
+
channels). Dengan semakin
bertambahnya efek anestesi local di dalam saraf, maka ambang rangsang membrane akan
meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensi aksi menurun, konduksi impuls
melambat dan factor pengaman ( safety factor) konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor
ini akan mengakibatkan penurunan menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian
mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.
Anestesik local juga megurangi permeabilitas membrane bagi K
+
dan Na+ dalam
keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada
potensial istirahat. Hasil penelitian membuktikan bahwa anestesi local menghambat hantaran
saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan.
Pengurangan permeabilitas membrane oleh anestesi local juga timbul pada otot rangka, baik
waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.
Potensi berbagai zat anestesik local sejajar dengan kemampuanya untuk meninggikan
tegangan permukaan selaput lipid monomolecular. Mungkin sekali anestesik local
meninggikan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membrane sel saraf, dengan
demikian menutup pori dalam membrane sel saraf, sehingga menghambat gerak ion melalui
membrane. Hal ini akan menyebabkan penurunan permeabilitas membrane dalam keadaan
istirahat sehingga akan membatasi peningkataan permeabilitas Na
+
. Dapat dikatakan bahwa
cara kerja utama obat anestesik local ialah bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat
pada kanal Na sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut dan hal ini
akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membrane.


10

10

Farmakokinetik
A.Absorpsi sistemik dipengaruhi oleh:
1. Tempat suntikan
Kecepatan absorpsi sistemik sebanding dengan ramainya vasularisasi tempat
suntikan ;absorpsi intravena>trakeal>intercostals>kaudal>
paraservikal>epidural>pleksus brakial>skiatik>subkutan.
2. Penambahan vasokonstriktor
Adrenalin 5 g/ml atau 1:200.000 membuat vasokonstriksi pembuluh darah pada
tempat suntikan sehingga dapat memperlambat absoprsi sampai 50%.
3. Karakteristik obat anestesik local
Obat anestetika local terikat kuat pada jaringan sehingga dapat diabsorpsi secara
lambat.
B.Distribusi
Semua anestesi lokal tidak baik di absorbsi di saluran cerna setelah pemakaian secara oral,
kecuali untuk kokain. Hampir semua anestesi lokal mengalami first-pass effect di hepar
sehingga obat dimetabolisme menjadi metabolit inaktif. Anestesi lokal diabsorbsi dengan
kecepatan yang berbeda pada membran mukosa yang berbeda.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Perfusi jaringan
2. Koefisien partisi jaringan atau darah
3. Massa jaringan
C. Metabolisme dan ekskresi
- Golongan ester
Metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase (kolinesterase plasma). Hidrolisa
ester sangat cepat dan kemudian metabolit diekskresi melalui urin.
- Golongan amida
Metabolisme terutama oleh enzim mikrosomal di hati. Kecepatan metabolisme
tergantung kepada spesifikasi obat anestetik lokal. Metabolismenya lebih lambat dari
11

11

hidrolisa ester. Metabolit dieksresi lewat urin dan sebagian kecil dieksresi dalam
bentuk utuh.
Komplikasi Anestesi Lokal
Penyulit anestesi lokal maupun anestesi umum dapat terjadi tanpa diduga sebelumnya,
untuk itu kita harus melakukan persiapan yang matang guna menghadapi kemungkinan
terjelek serta bertindak secara hati-hati untuk meminimalisasi kemungkinan timbulnya
komplikasi. Resusitasi set, obat-obat emergensi, obat anestesi umum dan perlengkapan gawat
darurat lain harus selalu tersedia serta mudah dijangkau.
Pada dasarnya obat anestesi lokal relatif aman bila diberikan dalam dosis yang sesuai
dan pada tempat yang tepat. Meski demikian, reaksi toksik baik yang bersifat lokal maupun
sistemik dapat terjadi.

1.Komplikasi lokal.
Komplikasi ini dapat terjadi bila saat penyuntikan tertusuk pembuluh darah yang
cukup besar atau pada pasien dengan kelainan perdarahan atau yang mendapat terapi
antikoagulan sehingga membentuk hematom, infiltrasi dan abses. Untuk mencegah
komplikasi ini kita harus selalu menanyakan riwayat penyakit dan riwayat pengobatan pada
setiap pasien, menghindari daerah yang kaya pembuluh darah serta melakukan aspirasi pada
saat menyuntikan obat. Tindakan yang perlu dilakukan adalah kompres hangat, atau insisi
disertai pemberian antibiotika apabila telah terjadi abses. Nekrose jaringan dapat terjadi
apabila suatu end artery organ dilakukan anestesi lokal dengan agent yang mengandung
adrenalin, dalam hal ini kadang diperlukan nekrotomi disertai pemberian antibiotika yang
sesuai.

2. Komplikasi sistemik : Pencegahan dan pengelolaannya
Penyulit ini biasanya terjadi akibat keteledoran saat menyuntikan obat anestesi lokal
sehingga masuk kedalam sirkulasi sistemik atau intratekhal. Secara garis besar hal ini dapat
terjadi oleh karena 4 hal, yaitu :
- Hipersensitif.
Dengan dosis yang masih jauh dari dosis maksimal sudah timbul tanda-tanda
komplikasi sistemik.Hal ini dapat dihindari dengan anamnesa yang teliti serta tes
sensitifivas.

12

12

- Over dosis.
Penyuntikan yang berulang tanpa memperhatikan volume dan konsentrasi obat yang
dipakai merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya over dosis.Hal ini sering
terjadi pada pasien yang menjalani operasi yang cukup luas dan tidak kooperatif,
dimana operator tanpa disadari sering menambah suntikan anestesi lokal.
- Intravasasi.
Obat anestesi lokal dapat langsung masuk kedalam pembuluh darah sehingga
disamping tujuan anestesi tidak tercapai, juga dapat timbul penyulit sistemik dengan
segera. Hal ini dapat dicegah dengan cara melakukan aspirasi sebelum kita
memasukan obat.
- Hiperabsorbsi.
Absorbsi obat yang berlebihan dapat terjadi pada penyuntikan obat di daerah wajah,
leher, aksila dan inguinal serta daerah yang mengalami peradangan yang merupakan
daerah kaya pembuluh darah. Pencampuran epinefrin dapat mengurangi absorbsi obat
anestesi lokal, disamping juga akan memperpanjang aksinya.

Gejala komplikasi sistemik.
Terutama melibatkan susunan saraf pusat dan system kardiovaskuler. Secara umum
SSP lebih rentan terhadap anestesi lokal dibandingkan dengan sistema kardio-vaskuler,
sehingga oleh karenanya dosis dan kadar plasma anestesi lokal yang diperlukan untuk
menimbulkan gejala toksisitas SSP lebih kecil daripada yang diperlukan untuk membuat
kolaps sirkulasi.

1.Susunan Saraf Pusat.
Manifestasi sentral dari obat anestesi lokal dapat berbeda-beda tergantung dari
kadar obat dalam plasma, bila kadar obat dalam plasma hanya sedikit diatas dosis
toksis maka akan timbul gejala stimulasi, sedang bila jauh melampaui dosis toksis
akan terjadi depresi SSP. Gejala awalnya berupa perasaan kepala terasa ringan,
dizziness, kemudian diikuti dengan gangguan visus dan pendengaran berupa
penglihatan kabur dan telinga berdenging.
Stimulasi SSP pada tingkat kortek serebri dapat berupa gelisah, agitasi hingga kejang.
Tindakan untuk mengatasi penyulit ini adalah dengan memberikan obat anti konvulsi,
misalnya diazepam 0,2 mg/kg.bb atau tiopental 2 mg/kg.bb, secara intravena. Depresi
pada tingkat ini bermanifestasi sebagai kantuk, lemah hingga kesadaran menurun.
13

13

Berikan Oksigen 100% dan segera pasang infus cairan kritaloid dan tindakan lain
yang perlu dilakukan.
Pada tingkat medula, stimulasi pusat kardiovaskuler bermanifestasi sebagai hipertensi
dan takikardi.Gejala ini dapat diatasi dengan pemberian Oksigen dan obat
penghambat beta, seperti propanolol.Depresi pada tingkat ini menimbulkan gejala
hipotensi dan bradikardi.Untuk mengatasi hal ini segera rubah posisi pasien jadi
Trendelenburg, pasang infus cairan kristaloid, berikan oksigen dan bila perlu obat
vasopresor.Pada pusat respirasi, stimulasi dapat menimbulkan takipnu yang dapat
diatasi dengan pemberian opiat, seperti petidin atau morpin.Depresi pada pusat ini
dapat menimbulkan hipoventilasi yang harus diatasi segera dengan nafas bantuan dan
Oksigen. Stimulasi pada pusat muntah akan menimbulkan muntah yang potensial
menyebabkan aspirasi paru.

2.Efek kardiovaskuler.
Anestesi lokal dapat beraksi langsung pada serabut purkinje otot ventrikel
jantung sehingga dapat menimbulkan bradikardi, sedangkan aksi langsung pada
pembuluh darah akan menyebabkan vasodilatasi dan akhirnya hipotensi. Efek ini
dapat diatasi dengan pemberian sulfas atropin, pemberian infus cairan dan atau obat
vasopresor.

3. Reaksi alergi.
Dapat hanya berupa kemerahan pada kulit, urtikaria hingga syok anafilaktik
yang fatal.Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tanda dan gejala yang timbul,
mulai dari pemberian obat anti histamin, kortikosteroid hingga terapi definitif untuk
syok anafilaktik.

4. Lain-lain.
Komplikasi lain yang kadang dapat terjadi adalah menggigil yang harus diatasi dengan
selimut hangat, pemberian oksigen dan bila perlu dengan pemberian klorpromazin 10-25 mg
atau petidin 10 mg.


14

14

TEKNIK PEMBERIAN ANESTESI LOKAL
1. ANESTESI PERMUKAAN (TOPIKAL)
Anestesi permukaan yang efektif dapat dicapai dengan jalan mendinginkan
kulit sampai 4
0
C. Jika menggunakan es batu, sprai etil klorid atau kantung karbon
dioksida, maka pendinginan tersebut tidak akan menimbulkan rasa sakit, bahkan dapat
digunakan sebelum dilakukan injeksi maupun grafting kulit.
Ahli anestesi pediatri dapat menggunakan anestesi topikal di hidung dan
nasofaring sebelum pemasangan nasotrakeal tube, di faring untuk mengurangi respon
terhadap oral airway, atau di laring dan trakea sebelum pemasangan endotrakeal tube
atau bronkoskopi. Yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan agen yang akan
digunakan. Lidokain sprai 4% atau jelli lidokain 5% yang menjadi pilihan karena
relatif aman, efektif dan bersifat bakteriostatik. Dosis yang tepat untuk lidokain yaitu
5 mg/kg atau 0,125 ml/kg dalam larutan 4%.
Anestesi topikal sangat membantu dalam bronkoskopi diagnostik atau
operatif. Guna keperluan tersebut, agen dapat diberikan melalui sprai tangan, jet sprai,
suntik atau perforated kanula atau plester. Jika dimungkinkan, gunakan volume sesuai
dengan kebutuhan.Sayangnya, beberapa atomizer yang ada di pasaran memudahkan
terjadinya overdosis.Karena besarnya volume atomizer yang dihasilkan juga
bergantung posisi penyemprotannya, maka sebaiknya dicoba terlebih dahulu sampai
diperoleh posisi yang tepat.
Seperti halnya orang dewasa, respon anak terhadap anestesi lokal bergantung
pada metoda dan kecepatan pemberiannya, daerah anatomisnya, keasaman jaringan,
dan penggunaan vasokonstriktor atau torniket.
Anestes topikal juga berguna dalam prosedur sistoskopik.Jelli dapat diberikan
di uretra sehingga memungkinkan ahli anestesimenggunakan anestesi supplemental
yang sangat ringan. Penggunaan lain anestesi topikal meliputi pengangkatan korpus
alineum dari mata (propakain 0,5%) dan membuka hidung yang tersumbat (kokain
4%).



15

15

2. ANESTESI INFILTRASI
Anestesi infiltrat adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan anestesi
ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan di anestesi sehingga
menyebabkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya
daerah kecil di kulit atau gusi (pencabutan gigi)
Anestesi ini sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas maupun
rahang bawah.Mudah dikerjakan dan efektif.Daya penetrasi anestesi infiltrat pada
anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
Indikasi Anestesi Infiltrat
Ada beberapa indikasi yang ditujukan untuk pemakaian anestesi infiltrat, antara lain :
1. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat direstorasi.
2. Infeksi di periapikal atau interradikular dan tidak dapat di sembuhkan kecuali
dengan pencabutan.
3. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah
mau erupsi
4. Gigi sulung yang persistensi
5. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan
gigi tetap
6. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus
7. Untuk perawatan ortodonsi
8. Sopernumerary tooth
9. Gigi penyebab abses dentoalveolar
10. Jika penderita atau ahli bedah atau ahli anestesi lebih menyukai anestesi lokal
serta dapat meyakinkan para pihak lainnya bahwa anestesi lokal saja sudah cukup.
11. Anestesi lokal dengan memblok saraf atau anestesi infiltrasi sebaiknya diberikan
lebih dahulu sebelum prosedur operatif dilakukan dimana rasa sakit akan muncul.

Kontra Indikasi Anestesi Infiltrat
Ada beberapa kasus dimana penggunaan anestesi infiltrat tidak diperbolehkan,
kasus0kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan
akibat yang tidak diinginkan bisa dihindari. Kontra indikasinya antara lain :
1. Anak yang menderita infeksi akut dimulutnya. Misalnya akut infections
stomatitis, herpetik stomatitis.
16

16

2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini menyebabkan terjadinya
perdarahan dan infeksi.
3. Pada penderita penyakit jantung.
Misalnya : congenital heart disease, rheumatic heart disease, penyakit ginjal /
kidney disease.
4. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah
dan dapat menyebabkan infeksi sekunder.
5. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat
menyebabkan metastase.
6. Pada penderita diebetes mellitus (DM). Tidaklah mutlak kontra indikasi.
7. Kurangnya kerjasama atau tidak adaya persetujuan dari pihak penderita.

Alat Anestesi Infiltrat.
Alat dan bahan yang digunakan untuk anestesi infiltrasi pada gigi sulung saat
pecabutan antara lain :

1. Syringe
Syringe adalah peralatan anestesi lokal yang paling sering digunakan pada praktek
gigi. Terdiri dari kotak logam dan plugger yang disatukan melalui mekanisme
hinge spring.
2. Cartridge
Cartridge biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk menghindari
dan kontaminasi dari larutan. Sebagian besar cartridge mengandung 2,2 ml atau
1,8 ml larutan anestesi lokal. Cartridge dengan kedua ukuran tersebut dapat
dipasang pada syringe standart namun umumnya larutan anestesi sebesar 1,8 ml
sudah cukup untuk perawatan gigi rutin.
3. Jarum
Pemilihan jarum harus sesuai dengan kedalaman anestesi yang akan dilakukan.
Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran ( sesuai standart
American Dental Association = ADA ) ; panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan
super pendek (10 mm).
Jarum suntik yang pendek yang digunakan untuk anestesi infiltrasi biasanya
mempunyai panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan
penetrasi dengan kedalaman yang diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukan
17

17

ke dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan membuat jarum tidak masuk ke
jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat ditarik
keluar dengan tang atau sonde.

Teknik Anestesi Infiltrasi.
Pada anak-anak bidang alveolar labio-bukal yang tipis umumnya banyak
terperforasi oleh saluran vaskuler. Untuk alasan inilah, maka teknik infiltrasi dapat
digunakan dengan efektif untuk mendapat efek anestesi pada gigi-gigi susu atas tanpa
perlu mendepositokan lebih dari 1 ml larutan secara perlahan-lahan dijaringan.
Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang
digunakan untuk proses pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat dihindari
dengan cara sebagai berikut.
Setelah efek suntikan supraperiosteal pada suklus labio-bukal anestesi yang memadai
pada jaringan palatum.Teknik ini dikenal sebagai suntikan interpapila dan sering
digunakan oleh para ahli pedodonti. Para ahli lainnya lebih suka mengunakan suntikan
jet atau suntikan intraligamental.

Prosedur Anestesi Infiltrat
1. Daerah bukal / labial / RA / RB
Masuknya jarum ke dalam mukosa 2-3 mm, ujung jarum berada pada apeks dari gigi
yang dicabut.Sebelum mendeponir anestetikum, lakukan aspirasi untuk melihat
apakah pembuluh darah tertusuk.Bila sewaktu melakukan aspirasi dan terlihat darah
masuk ke karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada di karpul dan lakukan
penyuntikkan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan obat dengan perlahan dan
tidak boleh mendadak sebanyak 0,60 ml (1/3 karpul).
2. Daerah palatal / lingual
Masukkan jarum smpai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak boleh
mendadak sebanyak 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mikosa daerah tersebut putih / pucat.
3. Daerah interdental papil
Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanya 0,2
0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat.
4. Anestesi intraligamen
Suntikkan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikkan ini
menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut.
18

18

Suntikkan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional
tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah memberikan tekanan
yang diperlukan untuk menyuntikkan ke dalam peiodontal ligamen.


3. ANESTESI BLOK
ANALGESIA SPINAL
Analgesia spinal (intratekal,intradural,subdural,subaraknoid) ialah pemberian
obat anestesik local ke dalam ruang subarachnoid.Anestesia spinal diperoleh dengancara
menyuntikan anestesik local ke dalam ruang subaraknoid.Teknik ini sederhana,cukup
efektif dan mudah dikerjakan.
Indikasi :
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rectum-perineum
4. Bedah obstetric-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatric biasanya dikombinasi dengan
anesthesia umum ringan.
Indikasi kontra absolut :
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat,syok
4. Koagulapati atau mendapat terapiantikoagulan
5. Tekanan intrkranial tinggi
6. Fasilitas resusitasi minim
7. Kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultan anestesi.
Indikasi kontra relative :
1. Infeksi sistemik (sepsis,bakteremi0
19

19

2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelaianan neurologis
4. Kelaianan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
8. Nyeri punggung kronis
Persiapan analgesia spinal
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anestesi
umum.Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan,misalnya
ada kelaianan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba
tonjolan prosesus spinosus.Selain itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Informed consent (izin dari pasien)
2. Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal
3. Pemeriksaan fisik
4. Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung dan lain-lainnya.
5. Pemeriksaan laboratorium anjuran
6. Hemoglobin,hematocrit,PT (prothrombine time) dan PTT ( partial thromboplastine
time).
Peralatan analgesia spinal
Posisi duduk atau posisi tidur lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah
posisi yang paling sering dikerjakan.Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa
dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.perubahan posisi
berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
1. Setelah dimonitor,tidurkan pasien misalnya dalam posisi decubitus lateral.Beri
bantal kepala,selain enak untuk pasien juga supaya tulang spinosus mudah
teraba.Posisi lain ialah duduk.
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang
punggung ialah L4 atau L4-5.Tentukan temoat tusukan misslnya L2-3,L3-4,dan
L4-5.Tusukan pada L1-2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.
20

20


3. Sterilkan tempat tusukan dneagn betadine atau alcohol.
4. Beri anestesik local pada tempat tusukan,misalnya dnegan lidokain 1-2% 2-3 ml.
5. Cara tusukan median atau paramedian.untuk jarum spinal besar 22 G,23 G atay 25
G dapat langsung digunakan.Sedangkan untuk yang kecil 27 G atau 29
G,dianjurkan menggunakan penuntun jarum 9introducer),yaitu jarum suntik biasa
semprit 10 cc.Tusukan introducer sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit kea rah
sefal,kemudian masukkan jarun spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum
tersebut.Jika menggunakan jarum tajam
(Quincke-babcock) irisan jarum 9bevel0 harus
sejajar dengan serat durameter,yaitu pada posisi
tidur miring bevel mengarah ke atas atau
kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor
yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala
pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan
keluar liquor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5 ml /detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum
tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan liquor
tidak keluar, putar arah jarum 90
o
biasanya liquor keluar. Untuk analgesia spinal
kontinu dapat dimasukkan kateter.
Gambar 1. Jarum spinal
6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid
(wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa
6cm.

Anestetik Lokal untuk Analgesia Spinal
21

21

Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada suhu 37
o
C ialah 1.003-1.008. Anestesi local
dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobaric. Anestesi local dengan berat jenis lebih
besar dari CSS disebut hiperbarik.Anestesi local dengan berat jenis lebih kecil dari CSS
disebut hipobarik.
Anestesi local yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik di peroleh dengan mencampur
anestesi local dengan dextrose.Untuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh
dengan mencampur dengan air injeksi.
Komplikasi Tindakan
1. Hipotensi berat, akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa di cegah
dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml sebelum
tindakan.
2. Bradikardi, dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hypoxia, terjadi akibat blok
sampai T-2.
3. Hipoventilasi, akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperkusi pusat kendali nafas.
4. Trauma pembuluh darah
5. Trauma saraf
6. Mual muntah
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi Pasca Tindakan
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
4. Retensi urin
5. Meningitis

ANALGESIA EPIDURAL
Anestesi atau analgesia epidural ialah blockade saraf dengan menempatkan obat di ruang
epidural (peridural, ekstradural).Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan
durameter.Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di dasar tengkorak dan di bawah
22

22

dengan selaput sacrokogsigeal.Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan di bagian posterior
kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestesi local di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal yang terletak
dibagian lateral.Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal,
sedangkan kualitas blockade sensorik motoric juga lebih lemah.
Isi ruang epidural
1. Sakus duralis
2. Cabang saraf spinal (spinal nerve roots)
3. Pleksus venosus epiduralis
4. Arteri spinalis
5. Pembuluh limpe
6. Jaringan lemak
Indikasi anestesi epidural
1. Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
2. Tatalaksana nyeri saat persalinan
3. Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan
4. Tambahan pada anestesi umum ringan karena penyakit tertentu pasien
Ruang epidural bertekanan negative (<1atm) kemungkinan karena :
1. Pemindahan tekanan negative dari thorak melalui ruang paravertebralis
2. Flexi maksimal punggung
3. Dorongan kedepan saat jarum disuntikkan
4. Redistribusi aliran darah serebrospinal
23

23

Penyebaran obat pada anestesi epidural bergantung :
1. Volume obat yang di suntikkan
2. Usia pasien ( tua minimal, 19 tahun maksimal)
3. Kecepatan suntikan
4. Besarnya dosis
5. Ketinggian tempat suntikan
6. Posisi pasien
7. Panjang columna vertebralis, suntikan 10-15 ml obat akan menyebar ke kedua sisi
sebanyak 5 segmen.
Teknik analgesia epidural
Pengenalan ruang epidural lebih sulit di banding dengan ruang subaraknoid.
1. Posisi pasien pada saat tusukan seperti pada analgesia spinal
2. Tusukan jarum epidural biasanya dikerjakan pada ketinggian L 3-4, karena jarak
antara ligmentum flavum durameter pada ketinggian ini adalah yang terlebar.
3. Jarum epidural yang digunakan ada 2 macam yaitu jarum ujung tajam (Crawford)
untuk dosis tunggal dan jarum ujung khusus (Tuohy) untuk pemandu memasukkan
kateter ke ruang epidural. Jarum ini biasa di tandai setiap cm.
4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Tetapi yang paling popular
ialah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.
a. Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)
Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastic rendah resistensi yang
di isi oleh udara atau NaCl sebanyak 3ml. Setelah diberikan anestesi local pada
tempat suntikan, jarum epidural di tusukkan sedalam 1-2 cm. Kemudian udara
atau NaCl disuntikkan perlahan-lahan secara terputus-putus (intermiten) sambil
mendorong jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum
flavum) yang disusul oleh hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada
dalam ruang epidural, dilakukan uji dosis.
b. Teknik tetes tergantung (hanging drop)
Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini hanya
menggunakan jarum epidural yang di isi NaCl sampai terlihat ada tetes NaCl yang
menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlaha-lahan secara lembut
sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnya
24

24

tetes NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang
epidural, dilakukan uji dosis ( test dose).
5. Uji Dosis (test dose)
Uji dosis anestesi local untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung jarum di
yakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinu) melalui
kateter. Masukkan anestesi local 3ml yang sudah bercampur adrenalin 1:200.000.
a. Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum atau kateter
benar.
b. Terjadi blockade spinal, menunjukkan obat masuk ke ruang subaraknoid karena
terlalu dalam
c. Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena
epidural
6. Cara penyuntikan
Setelah di yakini posisi jarum atau kateter benar, suntikkan anestesi local secara
bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5ml sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu
cepat menyebabkan tekanan dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga
menimbulkan peninggian tekanan intracranial, nyeri kepala dan ganguuan sirkulasi
pembuluh darah epidural.
7. Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml atau segmen yang tentunya bergantung
pada konsentrasi obat. Pada manula dan neonates dosis di kurangi sampai 50% dan
pada wanita hamil di kurangi sampai 30% akibat pengaruh hormone dan mengecilnya
ruang epidural akibat ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
8. Uji keberhasilan epidural
Keberhasilan analgesia epidural :
a. Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu
b. Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum
c. Tentang blok motoric dari skala Bromage




25

25

Skala bromage untuk blok motoric
Melipat lutut Melipat jari
Blok tak ada ++ ++
Blok parsial + ++
Blok hamper lengkap - +
Blok lengkap - -

Komplikasi
1. Blok tidak merata
2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual muntah
ANALGESIA KAUDAL
Anestesia kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis
adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat di tempatkan di ruang kaudal melalui hiatus
sakralis. Hiatus sakralis di tutup oleh ligamentum sakrokogsigeal tanpa tulang yang analog
dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum dan
ligamentum flavum.Ruang kaudal berisi saraf sacral, pleksus venosus, felum terminale dan
kantong dura.
Indikasi
Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula paraanal.
Indikasi kontra
Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.




26

26

Teknik analgesia kaudal
1. Posisi pasien telungkup dengan simfisis di ganjal (tungkai dan kepala lebih rendah
dari bokong) atau dikubitus lateral terutama pada wanita hamil.
2. Dapat di gunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena (venocath atau
abbocath) ukuran 20-22 padapasien dewasa.
3. Pada dewasa biasanya digunakan volume 12-15 ml (1-2 ml atau segmen ).
4. Pada anak prosedur lebih mudah.
5. Identifikasi hiatus sakralis di peroleh dengan menemukan kornu sakralis kanan dan
kiri yang sangat mudah teraba pada penderita kurus dan spina iliaka superior
posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut di peroleh hiatus sakralis.
6. Setelah di lakukan tindakan a dan antiseptic pada daerah hiatus sakralis, di tusukkan
jarum yang mula-mula 90
o
terhadap kulit. Setelah di yakini masuk kanalis sakralis
arah jarum di ubah 45
o
-60
o
dan jarum di dorong sedalam 1-2 cm. kemudian suntikan
NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan di
kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.
Komplikasi
Komplikasi anestesi kaudal seperti anestesi epidural.










27

27

BAB III
KESIMPULAN

Anestesi local ialah obat yang menghasilakan blockade induksi atau blockade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf jika
digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesi local mencegah pembentukan dan
konduksi impuls saraf.Tempat kerjanya terutama di membrane sel, efeknya pada aksoplasma
hanya sedikit saja.Tehnik pemberian obat anestesi local dapat dilakukan dengan cara anestesi
topical,anetesi infiltrasi,anestesi blok (anestesi spinal,anestesi epidural,anestesi blok). Obat
anastesi lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok, sebagai berikut:
- Senyawa-ester (PABA): kokain,benzokain, prokain, oksibuprokain, dan tetrakain.
- Senyawa-amida: lidokain dan prilokain, mevikain, dan buvikain, cinchokain, artikain,
dan pramokain.
- Lainnya: fenol, benzilalkohol, cryofluo-ran, dan etilklorida.
Komplikasi Anestesi Lokal
1. Komplikasi lokal
2. Komplikasi sistemik
- Hipersensitif.
- Over dosis.
- Intravasasi.
- Hiperabsorbsi.
Gejala komplikasi sistemik
1.Susunan Saraf Pusat.
2.Efek kardiovaskuler.
3. Reaksi alergi.
4. Lain-lain.


28

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA,Suryadi KA,Dachlan MR.Petunjuk praktis anestesiologi.Edisi 2.Jakarta
:Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI 2002 .
2. Gunawan SG,Setiabudy R,Nafrialdi.Farmakologi dan terapi.Edisi
5.Jakarta:Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI 2007.
3. Editor. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
4. Bobson Michael B. Penuntun praktis anestesi. Jakarta: EGC. 2004.
5. Baradero Mary, Dayrit Mary Wilfrid, Siswadi Yakobus.. Prinsip dan praktik
keperawatan perioperatif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2009.

Anda mungkin juga menyukai