BAB I
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan
kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait
langsung dengan, mutu pelayanan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral tinggi, keadilan dan kewenangan yang
secara terus menerus harus ditingkatkan. Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan
kesehatan yang prima adalah tersedianya pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi dengan
kualitasnya yang terpelihara sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi wajib
mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat
pelayanan medis secara profesional dan aman. Sebagai salah satu fungsi pengaturan dalam
UU Praktik Kedokteran yang dimaksud adalah pengaturan tentang rekam medis yaitu pada
Pasal 46 dan Pasal 47. Permasalahan dan kendala utama pada pelaksanaan rekam medis
adalah dokter dan dokter gigi tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam
medis, baik pada sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan, akibatnya
rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu. Saat ini telah ada
pedoman rekam medis yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI, namun pedoman
tersebut hanya mengatur rekam medis rumah sakit.
Karena itu, diperlukan acuan rekam medis penyelenggaraan praktik kedokteran yang
berkaitan dengan aspek hukum yang berlaku baik untuk rumah sakit negeri, swasta, khusus,
puskesmas, perorangan dan pelayanan kesehatan lain. Rekam medis merupakan hal yang
sangat menentukan dalam menganalisa suatu kasus sebagai alat bukti utama yang akurat.
1
Kedokteran
Indonesia)
dan
segi
hukum
diatur
melalui
Hukum
Kesehatan/Kedokteran.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini;
a. Apa defenisi rekam medis dan SIK, serta perbedaan dari rekam medic dan SIK?
b. Dasar hukum rekam medic dan SIK?
c. Macam-macam rekam medik ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Mengetahui aspek hukum dari rekam medis
2. Tujuan khusus:
Mengetahui defenisi rekam medis
Mengetahui jenis-jenis rekam medis
Membedakan rekam medis dengan system informasi kesehatan
Mengetahui tata cara penyelenggaraan rekam medis
Mengetahui dasar hukum dalam penyelenggaraan rekam medis
Mengetahui sanksi hokum terhadap pelanggaran kerahasiaan rekam medik
D. Manfaat penulisan
1. Bagi mahasiswa
a. Melatih kemampuan mahasiswa dalam penyusunan refrat
b. Menembah pengetahuan mengenai aspek hukum dalam penyelenggaran rekam medis
2
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literature.
BAB II
A. Rekam Medik
1. Pengertian Rekam Medik
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang
Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan tersebut dikeluarkan untuk menunjang dalam
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang mengatur mengenai rekam medis sehingga
dapat terwujud keseragaman dalam pelaksaanaan rekam medis di Indonesia.
Sedangkan menurut pelopor rekam medis di Indonesia yaitu Ibu Gemala Hatta
memberikan pengertian secara harfiah dari kata 'rekam medis' adalah sarana (misalnya
catatan pada kertas, berkas, dan wadah lainnya) atau media (elektronik) yang digunakan
oleh tenaga kesehatan dan penunjang dalam meriwayatkan semua data/informasi tentang
kegiatan pelayanan kesehatan yang diterima pasien mulai dari datang hingga keluar instansi
pelayanan kesehatan. Artinya, segala pengobatan/tindakan/perawatan yang diterimanya
tidak boleh luput dari rekaman. Dengan disesuaikan dengan jenis rekaman yang digunakan
instansi kesehatan setempat, rekaman dapat berbentuk manual, yaitu dengan tulisan tangan
pada kertas (paper-based) ataupun melalui media elektronis (e-health,) yaitu
menggunakan rekam kesehatan elektronik (RKE) bahkan terhubung dengan sistem
jaringan (web) kedokteran jarak jauh (telemedicine). Dengan RKE dan perluasan
teknologinya, semua hasil pemeriksaan dan analisis yang menggunakan alat kedokteran
elektronik seperti USG, EKG, EMG, MRI, radiologi, foto rntgen serta laboratorium
dapat dibaca melalui monitor komputer dan diperbincangkan dengan kolega
yang
berwewenang (telemedicine). Bahkan, dalam arti luas temuan benda asing (peluru, gundu,
gunting, benang jahit operasi,dll) yang tertinggal di dalam badan pasien ataupun serpihan
tubuh/fosil (tulang, gigi, kuku, rambut, kulit) juga merupakan bagian dari rekam medis.
4
Menurut Edna K.Huffman : Rekam Medis adalah berkas yang menyatakan siapa,
apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang pasien
selama dirawat atau menjalani pengobatan.
Rekam Medis oleh Waters dan Murphy didefinisikan sebagai Kompendium (ikhtisar)
yang berisi informasi tentang keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan
kesehatannya.Ikhtisar tersebut berupa informasi yang disusun dalam bentuk rangkaian yang
runtun secara logis (logical sequence), meliputi :
1. Riwayat penyakit sekarang maupun yang lalu;
2. Faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit (jenis pekerjaan,
3.
4.
5.
6.
7.
perkawinan, konflik);
Temuan pada pemeriksaan fisik;
Hasil pemeriksaan labolatorik;
Temuan dan kesimpulan dan doker konsultan;
Diagnosis;
Terapi, respon terapi dan sebagainya.
Ikatan Dokter Indonesia mendefinisikannya sebagai rekaman dalam bentuk tulisan
atau
gambaran
aktivitas
pelayanan
yang
diberikan
oleh
pemberi
pelayanan
medik/kesehatan kepada seorang pasien. Jika seorang dokter tidak mengetahui tentang
batas tindakan yang diperbolehkan oleh hukum dalam menjalankan tugas perawatannya,
sudah tentu dia akan ragu-ragu dalam melakukan tugas tersebut, terutama untuk
memberikan diagnosis dan terapi terhadap penyakit yang diderita pasien. Keraguan
bertindak seperti itu tidak akan menghasilkan suatu penyelesaian yang baik, atau
setidak-tidaknya tidak akan memperoleh penemuan baru dalam ilmu pengobatan atau
pelayanan kesehatan. Bahkan bisa saja terjadi suatu tindakan yang dapat merugikan
pasien. Demikian juga aparat penegak hukum yang menerima pengaduan sudah
selayaknya mereka terlebih dahulu harus mempunyai pandangan atau pengetahuan yang
cukup mengenai hukum kesehatan, agar dapat menentukan apakah perbuatannya
itu melanggar etika atau melanggar hukum.
kemudian dinamakan: Edwin Smith Papyrus. Papyrus saat ini disimpan di New
York Academy of Medicine, USA.
o Papyrus Ebers, diketemukan di kaki Mummy di Necropolis dekat Thebes pada
tahun 1972. Papyrus Ebers ditulis sejak 1550 SM. Kemudian dijual pada
archeolog Jerman bernama George Ebers. Sebelum Perang ke II ini berada di
University of Leipzing. Oleh Leipzing (Polandia) isi Papyrus Ebers adalah
Observasi yang cermat mengenai penyakit dan pengobatan yang dikerjakan secara
teliti dan mendalam.
b. Zaman Yunani
o Aesculapius, dianggap sebagai dewa kedokteran dan mempunyai tongkat dililit ular
sebagai simbol ilmu kedokteran. Hingga kini masih dipakai di seluruh dunia.
Aesculapius melakukan praktek ilmu kedokteran di Delphi, bekas reruntuhan
kuilnya berada di dekat gunung Parna Zsus. Ilmu
kedokteran
di
Yunani
disebarkan oleh sepuluh dokter yang disebut Aesclepadae, sedang kuil tempat
penderita di sebut Aesculapia (1134 SM). Selain kuil tersebut pengobatan lainnya
dilakukan di kota Epidaurus (Secred Grove) atau disebelah Barat Athena.
o Hippocrates, dikenal 460
SM
sebagai
Bapak
Ilmu
Kedokteran. Ia
yang
hasil
lulusan
Tahun 1948 Inggris membuat empat sekolah rekam medis
Tahun 1944 Australia membuat sekolah rekam medis oleh seorang ahli
Rekam Medis America yang bernama Ny.Huffman.
Di Australia ada dua sekolah, yakni di Sydney dan Melbourne.
Jika diperhatikan, sebenarnya udah sejak lama Rekam Medis dilakukan hanya saja
berbeda dalam bentuk dan kegiatannya tetapi pada dasarnya semua bertujuan sama bahwa
10
Rekam Medis merupakan catatan yang berisi seluruh kegiatan pelayanan kesehatan terhadap
pasien yang di kemudian hari akan berguna, dan juga merupakan satu bentuk untuk menilai
baik atau tidak nya suatu pelayanan kesehatan, hanya saja mengenai kualitas dari Rekam
Medis sendiri masih harus di tingkatkan terutama jika ditunjang dengan tenaga profesional di
bidang Rekam Medis.
Perkembangan Rekam Medis di Indonesia
Di Indonesia rekam medis sudah ada sejak masa pra kemerdekaan, Rumah sakit di
Indonesia
sudah
melakukan
kegiatan
pencatatan,
hanya
saja
masih
belum
dilaksanakan dengan baik, penataan atau mengikuti sistem Informasi yang benar. Penataan
masih tergantung pada kebijakan dan keinginan masing-masing pimpinan rumah sakit.
Melalui Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1960, kepada semua petugas kesehatan
diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis. Kemudian
pada tahun 1972 dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 034/Birhup/1972, ada
kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan Medical
Record. Bab I Pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana
induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit wajib :
1) Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.
2) Membuat Medical Record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar di institusi
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan Rekam Medis dapat
berjalan baik. Dalam kurun waktu dari tahun 1972 - 1989 penyelenggaraan rekam
medik di rumah sakit belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, oleh karenanya
dengan demikian melalui Permenkes No.749a tahun 1989 ini perlu dipertegas lagi
pengelolaan tentang rekam medis.
Diharapkan dengan diberlakukannya Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989
tentang rekam medis/medical record yang merupakan landasan hukum, semua tenaga medis
dan paramedis dapat melaksanakannya. Pasal 22 sebagai salah satu Pasal Permenkes No.
749a/1989 tersebut di dalamnya disebutkan bahwa: hal-hal teknis yang belum diatur dan
petunjuk pelaksanaan peraturan ini akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal sesuai dengan
bidang tugas masing-masing. Sebagaimana tercantum dalam pasal 22 tersebut, maka
11
Direkoral
Jenderal
Pelayanan
Medik
telah
menyusun
Petunjuk
Pelaksanaan
identitas pasien;
pemeriksaan;
diagnosis/masalah;
persetujuan tindakan medis (bila ada);
tindakan/pengobatan;
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
13
MEDICAL
RECORD
INDIVIDUAL
COMMUNITY
RECAPITULATION
COMMUNITY
INDIVIDUALIZED
COMMUNITY
INDIVIDUAL
ACTION
COMMUNITY
Diagram 1.
Pemanfaatan informasi dapat berupa ;
1.
2.
3.
4.
5.
Cakupan Program misalnya Cakupan KIA , Gizi, Cakupan Imunisasi, dan lain-lain.
Gambaran kunjungan di Puskesmas.
Gambaran 10 penyakit terbanyak berdasarkan umur dan jenis kelamin, penyakit
menular dan penyakit tak menular.
Gambaran penyebab kematian berdasarkan umur, penyakit menular dan penyakit tak
Menular.
6. Gambaran penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
7. Gambaran penggunaan obat.
8. Gambaran hubungan antara pola penyakit dan pola penggunaan obat, dan lain-lain.
Pengumpulan data dari masyarakat dapat memberikan informasi tentang:
1. Health determinants (sosioeconomi, lingkingan, perilaku dan faktor genetic)
14
2. Masukan (inputs) untuk sistem kesehatan dan proses yang berhubungan dengan
penggunaan masukan seperti kebijakan, organisasi, infrastruktur kesehatan, fasilitas
dan peralatan, biaya, sumber daya manusia, pendanaan kesehatan dan system
informasi kesehatan sendiri.
3. Performance or outputs (keluaran) dari keberhasilan atau kegagalan sistem kesehatan
seperti availability, quality dan penggunaan informasi kesehatan serta sarana
kesehatan (utility).
4. Health outcomes (mortality, morbidity, disability, well-being, disease outbreaks and
health status)
5. Health inequities in determinants, coverage and use of services, and outcomes,
including sex, socioeconomic status, ethnic group and geographical location.
Subsistem Manajemen Kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional , 2004
merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang
oleh pengelolaan data dan informasi , pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi , serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung , guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Informasi kesehatan adalah
hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan di bidang kesehatan.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan informasi kesehatan adalah:
1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan , baik yang berasal dari sector
kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang adminsitrasi
kesehatan.
3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui
cara-cara rutin ( yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin ( yaitu
survai, dll ).
6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
Untuk melakukan perhitungan-perhitungan cakupan , maka dibutuhkan Indikator. Indikator
adalah:
a. Variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi
baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981).
15
b. Suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi. Misalnya berat badan
bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi status gizi bayi tersebut (Wilson &
Sapanuchart, 1993)
c. Statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat membantu kita
dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif dan berimbang terhadap
kondisikondisi atau aspek-aspek penting dari suatu masyarakat (Departemen
Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat, 1969)
Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa indikator adalah variabel yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya
pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator
tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan , tetapi kerapkali hanya memberi
petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy).
Misalnya insidens diare yang didapat dari mengolah data kunjungan pasien Puskesmas hanya
menunjukkan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat.
Indikator adalah ukuran yang bersifat kuantitatif dan umunya terdiri atas pembilang
(numerator) dan penyebut (denominator). Dalam buku pedoman Indikator Indonesia Sehat
2010, maka klasifikasi indikator dikategorikan sebagai berikut :
1. Indikator hasil akhir yaitu derajat kesehatan yang meliputi indikator mortalitas,
indikator morbiditas dan indikator status gizi.
2. Indikator hasil antara, meliputi indikator-indikator keadaan lingkungan, perilaku
hidup masyarakat serta indikator indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
3. Indikator proses dan masukan, meliputi indikator pelayanan kesehatan, sumber daya
kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor-sektor terkait.
C. Perbedaan Rekam Medik dengan Sistem Informasi Kesehatan
Dari pengertian kedua hal di atas sudah dapat terlihat bahwa rekam medis adalah
merupakan salah satu dari jenis pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data
system informasi kesehatan tersebut, yang nantinya akan dipakai untuk menilai dan
menyusun kebijakan kesehatan baru suatu rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.
16