Anda di halaman 1dari 37

REFERAT DEPARTEMEN THT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Penulis :
Ikhsan Naufal Gunadi

142 0221 140

Anisnisa Nur Fitriani

102 0103 47

Tutuko Radiete Probo PN

142 0221 075

Michael Ramirez

Penguji : dr. Susilaningrum HD, SpTHT-KL


Pendamping Penguji : ?

DEPARTEMEN THT
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA

Kata Pengantar
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
bimbingan-Nya sajalah karya tulis dengan judul Otitis Media Supuratif Kronik ini dapat
disusun dan diselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Susilaningrum HD, SpTHT-KL, selaku penguji yang
telah memberikan kesempatan dan pengarahan dalam pembuatan makalah ini.
Tujuan utama dari makalah ini tak lain ialah untuk melengkapi ujian ahkir. Di samping itu
penulis berharap tulisan ini dapat menambah wawasan bagi setiap pembaca.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari berbagai kesalahan, baik kecil maupun
hal yang membingungkan, baik di dalam penyusunan kalimat maupun di dalam teorinya,
mengingat keterbatasan dari sumber referensi yang diperoleh penulis serta keterbatasan
penulis. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari segenap pembaca.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta,

Agustus 2015

Penulis

ii

Daftar Isi
Kata Pengantar. ii
Daftar Isi.. iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang... 1
BAB II...... 2
TINJAUAN PUSTAKA........... 2
2.1 Anatomi Telinga ...... 2
2.2 Fisiologi Pendengaran ..... 9
2.3 Otitis Media Supurativa Kronik.... 11
2.4 Epidemiologi..... 12
2.5 Etiologi...... 12
2.6 Perjalanan Penyakit........16
2.7 Letak Perforasi... 17
2.8 Jenis OMSK... 17
2.9 Diagnosis... 18
2.10Kolesteatoma. 22
2.11Terapi OMSK 26
2.12Terapi OMSK Tipe Aman. 27
2.13Terapi OMSK Tipe Bahaya.. 28
2.14 Infeksi Telinga Tengah dan Mastoid 28
2.15Jenis Pembedahan Pada OMSK 28
2.16Komplikasi.... 31
iii

BAB III. 34
PENUTUP 34
3.1 Kesimpulan 34
DAFTAR PUSTAKA.. 35

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan
adanya perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. OMSK di dalam
masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair (Nursiah, 2003).
Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan
terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama
kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah1.
Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret
dari nasofaring ke telinga tengah.1
Insiden

OMSK

ini

bervariasi

pada

setiap

negara.

Secara

umum,

insiden

OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosio-ekonomi. Secara umum, prevalensi OMSK di
Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di
poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA


Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena
memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga
menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi
pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar Anatomi Telinga


Telinga tengah terdiri dari : membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, dan
tuba eustachius.

Gambar Penampang Telinga Tengah

Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang

telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan
diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm.
Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring
yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital
dan horizontal. Membrana timpani merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut
menonjol kearah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah
tampak refleks cahaya (cone of light).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.

Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastic yaitu: bagian dalam
sirkuler, dan bagian luar radier.
Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :
1. Pars tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang
dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus
bagian tulang dari tulang temporal.
2. Pars flasida atau membran Shrapnell,
Terletak dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida
dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
a. Plika maleolaris anterior (lipatan muka).
b. Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan
sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini
disebut insisura timpanika (Rivini).
Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh cabang n. aurikulotemporalis
dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani
cabang dari nervus glosofaringeal.
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri
maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior
cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula
posterior.

Gambar Penampang Membran Timpani

Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Epitimpanum.
Berada dibagian atas membran timpani. Merupakan bagian superior kavum
timpani, disebut juga atik karena terletak diatas membran timpani. Sebagian besar atik
diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan
tipis os posterior. Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh
penonjolan kanalis semisirkularis lateral.
Pada bagian anterior terdapat ampula kanalis superior, dan lebih anterior ada
ganglion genikulatum, yang merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding anterior
terpisah dari maleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara sel-sel
5

udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral atik
dibentuk oleh os skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang telinga luar
bagian tulang sebelah atas. Diposterior, atik menyempit menjadi jalan masuk ke antrum
mastoid, yaitu aditus ad antrum.
2. Mesotimpanum
Terletak kearah medial dari membran timpani. Disebelah medial dibatasi oleh
kapsul otik, yang terletaknya lebih rendah dari pada nervus fasialis pars timpani. Dinding
anterior mesotimpani terdapat orifisium timpani tuba eustachius pada bagian superior dan
membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada bagian inferior. Dinding
ini biasanya mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai bagian-bagian tulang
lemah.
3.

Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikus


Terletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus jugulare.

Kavum timpani terdiri dari :


1. Tulang-tulang pendengaran
a. Malleus (hammer/martil).
Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang
pendengaran dan terletak paling lateral, lehe r, prosesus brevis (lateral), prosesus anterior,
lengan (manubrium). panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm. kepala terletak pada
epitimpanum atau didalam rongga atik, sedangkan leher terletak dibelakang pars flaksida
membran timpani. Manubrium terdapat didalam membrane timpani, bertindak sebagai
tempat perlekatan serabut-serabut tunika propria. Ruang antara kepala dari maleus dan
membran Shrapnell dinamakan Ruang Prussak. Maleus ditahan oleh ligamentum maleus
6

anterior yang melekat ke tegmen dan juga oleh ligamentum lateral yang terdapat diantara
basis prosesus brevis dan pinggir lekuk Rivinus.

Gambar os malleus
b. Inkus (anvil/landasan)
Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan
prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih kurang
100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada pinggir dari corpus, prosesus longus
panjangnya 4,3 mm-5,5 mm.
Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis menuju antrum,
prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke bawah. Ujung
prosesus longus membengkok kemedial merupakan suatu prosesus yaitu prosesus
lentikularis. Prosesus ini berhubungan dengan kepala dari stapes.
Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan respon rotasi terhadap
gerakan membran timpani melalui suatu aksis yang merupakan suatu garis antara
ligamentum maleus anterior dan ligamentum inkus pada ujung prosesus brevis. Gerakangerakan tersebut tetap dipelihara berkesinambungan oleh inkudomaleus. Gerakan rotasi
tersebut

diubah

menjadi

gerakan

seperti

piston

pada

stapes

melalui

sendi

inkudostapedius.

Gambar os incus

c. Stapes (stirrup/pelana)
Merupakan tulang pendengaran yang teringan, bentuknya seperti sanggurdi
beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4mm-4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura
anterior dan posterior dan telapak kaki ( foot plate), yang melekat pada foramen ovale
dengan perantara ligamentum anulare.
Tendon stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan
posterior dari leher stapes. Kedua krura terdapat pada bagian leher bawah yang lebar dan
krura anterior lebih tipis dan kurang melengkung dari pada posterior.
Kedua berhubungan dengan foot plate yang biasanya mempunyai tepi superior
yang melengkung, hampir lurus pada tepi posterior dan melengkung di anterior dan ujung
posterior. panjang foot plat e 3 mm dan lebarnya 1,4 mm, dan terletak pada fenestra
vestibuli dimana ini melekat pada tepi tulang dari kapsul labirin oleh ligamentum anulare
Tinggi stapes kira-kira 3,25 mm.

Gambar os stapes

2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN


Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai
membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap
lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membrane Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah
bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (foramen rotundum)
terdorong ke arah luar.
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran basal,
sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu
istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel
rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion
Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian
meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf
pusat yang ada dilobus temporalis.

Gambar Transmisi Suara

2.3 Otitis Media Supurativa Kronik


Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi
otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME).
10

Otitis mesia supuratif kronis (OMSK) adalah hasil episode otitis media akut dan ditandai
dengan keluarnya cairan secara terus-menerus dari telinga tengah melalui perforasi timpani. Ini
merupakan penyebab penting dari penurunan pendengaran, khususnya di negara berkembang.
OMSK didefinisikan sebagai peradangan kronis dari telinga tengah dan rongga mastoid, dengan
keluarnya cairan dari telinga yang berulang atau otore melalui perforasi timpani. Penyakit ini
biasanya dimulai pada masa kanak-kanak sebagai perforasi timpani spontan karena infeksi akut
pada telinga tengah, yang dikenal sebagai otitis media akut (OMA), atau sebagai sekuel dari
bentuk yang lebih ringan dari otitis media (misalnya sekretori OM). (WHO, 2004).
Otitis media supuratifa kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP) atau
dalam sebutan sehari-hari congek. OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

2..4 Epidemiologi
Insiden

OMSK

ini

bervariasi

pada

setiap

negara.

Secara

umum,

insiden

OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosio-ekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai
pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di
Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh
11

negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di
Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta
gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK
pada negara yang sedang berkembang.
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi
penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK
melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita
kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%
dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah
sakit di Indonesia.

2.5 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan
faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden
OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit)
dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.Penyebab OMSK antara lain:
-

Lingkungan

12

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana
kelompok sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir
dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang
padat.
-

Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui
apakah hal ini primer atau sekunder.

Otitis media sebelumnya.


Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari

otitis

media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mu kosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang
digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora
tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

Infeksi saluran nafas atas


13

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam
telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. Organisme-organisme
dari meatus auditoris eksternal termasuk Staphylococcus, Pseudomonas
aeruginosa, B.proteus, B.coli dan Aspergillus. Organisme dari nasofaring
diantaranya Streptococcus viridians (Streptococcus -hemolitikus, Streptococcus hemolitikus dan Pneumococcus).
-

Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
otitis media kronis.

Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang
alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini
belum terbukti kemungkinannya.

Gangguan fungsi tuba eustachius.


Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.
Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi
14

tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan
tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK :
1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.
2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi
epitel.
4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis
majemuk, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga
tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan
oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpanosklerosis.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.

15

2.6 Perjalanan Penyakit


Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media
supurativa kronis apabila prosesnya sudah ebih dari dua bulan. Bila proses infeksi kurang dari
dua bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan,
tetapi tidak adekuat, viruelnsi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau
hygiene buruk.

2.7 Letak Perforasi


Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.
Perforasi mmbran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu
disebut perforasi sentral, marginal atau atik.
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi
masih ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum. Perforai atik ialah perfora yang terletak di
pars flaksida.

2.8 Jenis OMSK


OMSK dapat dibagi atas dua jenis, yaitu (1) OMSK tipe aman ( tipe mukosa = tipe
banigna) dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna).
Berdasarkan aktivitas secret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang.
OMSK aktif adalah OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif,
sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
16

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya
atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.

2.9 Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat
dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan
pemeriksaan BERA ( brainstem evoked response audiometry) bagia pasien/anak yang tidak
kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi
kuman dari secret telinga.
-

Gejala Klinis
Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.
17

Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk
yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang-timbul. Meningkatnya jumlah
sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret
telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna
putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair
tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila
tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai
tulang pendengaran

masih

baik.

Kerusakan dan

fiksasi

dari

rantai

tulang

pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian


tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
18

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan
secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya
infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel
labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan
terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.
Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan absesotak.
Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis.
Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udarayang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
19

akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana
mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus
OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan
negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.

Tanda klinik OMSK tipe bahaya


Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali meinimbulkan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis ini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat
ditegakkan dikamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman
akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau apda atik. Tanda
ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus
yang sudah lanjut dapat terlihat :
Abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga)
Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga
tengah
Terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, secret berbentuk nanah dan berbau
khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen
mastoid.
2.10 KOLESTEATOMA

20

Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terlalu menumpuk sehingga kolseteatoma bertambah besar.Banyak
teori dikemukakan oleh para ahli tentang pathogenesis kolseteatoma, antara lain teori
invaginasi, teori migrasi, teori metaplasia dan teori implantasi.
Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma
menurut Gray (1964) yang mengatakan : kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada
pada tempat yang salah. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit
(keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokai yang
terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah Culde-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama
serumen tersebut seakan terperangkan sehingga membentuk kolesteatoma.
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis :
-

Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dna ditemukan pada
telinga dengan membrane timpani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Lokasi
kolesteatoma biasanya di kavum timpani daerah petrosus mastoid atau di
cerebelluopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontine angle sering ditemukan
secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf.

Kolestetoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi atas :
Kolesteatoma akuisital primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.
Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane timpani pasr
flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba
(teori invaginasi).
21

Kolesteatoma akuisital sekunder


Kolesteatoma

terbentuk

setelah

adanya

perforasi

membrane

timpani.

Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masukny epitel kulit dari liang telinga
atau dari pinggir perforasi membrane timpani ke telinga tengah (teori migrasi)
atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berlangsung lama (teori metaplasia).
Pada teori implantasi dikatakan bahwa epitel kulit secara iatrogenic ke
dalam telingah tengah sewaktu operasi. Setelah blust injury, pemasangan pipa
ventilasi atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan
kuman (infeksi), yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas
aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu respon imun local yang
mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin.
Sitokin yang teridentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah IL-1,IL-6,
TNF-, dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi
hiperkeratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan
mampu berangiogenesis.
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya
serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terahadap
tulang diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri.
Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,
mengitis dan abses otak.

22

Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.

Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim
penghantaran suara di telinga tengah.
Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat,
dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test berbisik).
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 Db
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.

Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai

diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.


Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih
kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang
normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi
radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

23

Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah


lateraldan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi
sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran
radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus
lateral.
Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan
tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui
apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.
Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga
dapatmemperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau
CT scandapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada
atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang
berdasarkan hanya dengan hasilX-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila
dijumpai sinus lateralis terletak lebihanterior menunjukan adanya penyakit
mastoid.
Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori
yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer, tetapi sampai
sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya.
24

Secondary acquired cholesteatoma. Berkembang dari suatu kantong retraksi


yang disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa.
Khasnya perforasi marginalpada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel
kanal aurikula eksternayang masuk ke kavum timpani melalui perforasi membran
timpani ataukantong retraksi membran timpani pars tensa.

2.11 Terapi OMSK


Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab
dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi
penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Prinsip
pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat
dibagi atas:
1. Konservatif
2. Operasi
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh
satu atau beberapa keadaan, yaitu :
-

Adanya perforasi mmbran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar

Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal

Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, dan

Gizi dan higiena yang kurang.


25

2.12 Terapi OMSK tipe aman


Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
secret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga , berupa larutan H 2O2
3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibioatika dan kortikosteroid. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi penisilin), sebelum
hasil resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat berikan asam klavulanat.
Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama dua bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada atau terjadinya infeksi
berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan
pembedahan, misalnya adenoidektomi dan toslektomi.

2.13 Terapi OMSK Tipe Bahaya


Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan

26

terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal


retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

2.14 Infeksi telinga Tengah dan Mastoid


Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad
antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya
disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan nama
mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoditis ke dalam komplikasi OMSK.

2.15 Jenis Pembedahan pada OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau tipe bahaya, antara lain :

Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)


Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya ialah suapaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.Pada
operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang
sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani diberishkan dari
semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah
27

dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi
satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jraingan patologik dan
mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien
harus datang dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier
pasien.
Modifikasi oeprasi ini adalah dengan memasang tandur (graft) pada rongga
operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen,
tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi


Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

Miringoplasti

28

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane
timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi berulang telinga
tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini
dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang denga nketulian ringan yang
hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.
-

Timpanoplasti
Operasi dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat
atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane timpani sering kali harus dilakukan
juga rekonstruksi

tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang

pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II,III,IV, dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum
timpani dengna atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 bulan sampai
dengan 12 bulan.
-

Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)


Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi ini adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding
29

posterior liang telinga). Membersihkan kolestetaoma dan jaringan granulasi di kavum


timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada
OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi
kambuhnya kolesteatoma kembali.

2.16 Kompilkasi
Otitit media supuratif, baik yang akut maupun kronis mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian.
Adams dkk(1989) mengemukakan klasifikasi komplikasi OMSK sebagai berikut :
Komplikasi

di Komplikasi di telinga Komplikasi

telinga tengah
1. Perforasi
membran
timpani

dalam

ekstradural

1. Fistula labirin
2. Labirinitis
supuratif
3. Tuli saraf

persisten
2. Erosi tulang

sensorineural

1. Abses
ekstradural
2. Trombosis

Komplikasi

ke

susunan saraf pusat


1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus

sinus lateralis
3. Petrositis

otitis

pendengaran
3. Paralisis
nervus
fasialis
Souza dkk (1999) membagi komplikasi otitis media menjadi:
Komplikasi intratemporal
1. Komplikasi di telinga tengah
Perforasi
membran

persisten
Erosi tulang pendengaran

Komplikasi ekstratemporal
timpani

1. Komplikasi intrakranial
Abses ekstradura
Abses subdura
Abses otak
30

Paralisis nervus fasialis


Meningitis
2. Komplikasi ke rongga mastoid
Tromboflebitis sinus lateralis
Petrositis
Hidrosefalus otitis
Mastoiditis kcalesen
2. Kompleks ekstrakranial
3. Komplikasi ke telinga dalam
Abses retroaurikuler
Labirinitis
Abses Bezolds
Tuli saraf/ sensorineural
Abses zygomaticus
Selain komplikasi-komplikasi tersebut, dapat juga terjadi komplikasi pada perubahan tingkah
laku.

Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media sebagai berikut:


Komplikasi intratemporal
1. Perforasi
membran
timpani
2. Labirinitis
3. Paralisis nervus fasialis
4. Petrositis
5. Mastoiditis akut

Komplikasi ekstratemporal
1. Abses subperiosteal

Komplikasi intrakranial
1. Abses
ekstradura/
subdura
2. Abses otak
3. Empiema subdura
4. Tromboflebitis
5. Hidrosefalus otitis

31

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah
dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif
kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media
kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk2. gejala otitis media
supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan
pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan medikamentosa.
Telinga dibersihkan dari sekret dan diberikan antibiotik. Prinsip terapi OMSK tipe maligna
adalah pembedahan yaitu mastoidektomi. Pasien dengan OMSK mempunyai prognosis yang
baik apabila infeksinya dapat ditangani dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Efiaty Arsyad, Nurbiati, Jenny, Ratna Restuti. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis.
Dalam: Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 69 74.
Adams GL,Boeis LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi
keenam:Anatomi dan Fisiologi Telinga.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.1997.p; 30-38.
Braunwald, Eugene et al. 2009. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 17.
Amerika Serikat: McGraw-Hill.
Efiaty Arsyad, Nurbiati, Jenny, Ratna Restuti. 2007. Komplikasi Otitis Media
Supuratif. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 78 85.
Ganong, William. 2008. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 179 185.
Nursiah, Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.
Medan: FK-USU.

Anda mungkin juga menyukai