Siswo P.S
KEKERASAN SEKSUAL
Kejahatan seksual:
Kejahatan seksual sebenarnya terbatas di dalam upaya pembuktian ada tidaknya tandatanda persetubuhan, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan. Perkiraan umur serta pembuktian
apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawini atau tidak.
Persetubuhan yang merupakan kejahatan:
Persetubuhan yang merupakan kejahatan. Bab XIV KUHP:
Kejahatan terhadap Kesusilaan yang meliputi persetubuhan di dalam perkawinan dan di
luar perkawinan.
Persetubuhan di dalam perkawinan KUHP pasal 288:
Bila seseorang suami melakukan persetubuhan dengan istrinya yang belum mampu kawin
dengan mengakibatkan luka-luka, luka berat atau mengakibatkan kematian.
Pasal 288 KUHP:
1. Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seseorang wanita yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa yang bersangkutan belum
waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka diancam
dengan pidana paling lama empat tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling
lama delapan tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Dengan demikian VeR yang dibuat dokter diharapkan dapat membuktikan bahwa si korban
memang belum mempu dikawin, memang terdapat tanda-tanda persetubuhan, tanda
kekerasan dan dapat menjelaskan perihal sebab kematiannya.
Untuk menentukan seseorang itu belum mampu dikawin terdapat dua pengertian, yaitu:
secara biologis seorang perempuan dikatakan mampu buat dikawin bila ia telah siap untuk
dapat memberikan keturunan, yang dapat diketahui dari menstruasi, sedangkan menurut
undang-undang perkawinan batas umur termuda bagi seorang perempuan yang
diperkenankan untuk melangsungkan perkawinan adalah 16 tahun.
Dengan demikian,
dokter diharapkan dapat memperkirakan berapa umur dari perempuan tersebut yang diduga
merupakan korban yang dimaksud pasal 288.
Kasus persetubuhan di luar perkawinan merupakan kejahatan, dimana persetubuhan
tersebut memang disetujui oleh si perempuan, maka dalam hal ini pasal-pasal KUHP yang
dimaksud adalah 284 dan 287.
Pasal 284 KUHP:
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1.a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya.
1.b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya.
2.a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya
bahwa yang turut bersalah telah kawin.
2.b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW
berlaku baginya.
Kejahatan seksual yang dimaksud pasal 285 KUHP disebut perkosaan dan dibedakan dari
pasal 286 KUHP.
Pasal 285 KUHP:
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksakan seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 286 KUHP:
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahui
bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Didalam kejahatan seksual yang disebut perkosaan, maka tindakan membuat pingsan atau
tidak berdaya termasuk didalam proses untuk melakukan kejahatan, sedangkan kejahatan
seksual menurut pasal 286 KUHP, disini pelaku tidak melakukan upaya apapun: pingsan
dan tidak berdayanya wanita bukan diakibatkan oleh perbuatan si pelaku kejahatan.
Homoseksual sebagai suatu kejahatan
Pasal 292 KUHP:
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang
diketahui atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.
Pada pasal ini, terdapat ancaman hukuman bagi seseorang yang cukup umur melakukan
perbuatan cabul sesama jenis kelamin. Kasus homoseks dan lesbian merupakan kejahatan
seksual, bila pasangannya belum dewasa, secara yuridis belum 21 tahun atau kurang dari 21
tahun tetapi sudah pernah kawin, maka pasangan tersebut secara yuridis dapat dikatakan
sudah dewasa.
Pembuktian adanya persetujuan:
Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina,
penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dengan atau tanpa disertai ejakulasi.
Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi faktor:
Posisi persetubuhan
Tidak terdapatnya robekan pada hymen tidak dapat dipastikan bahwa wanita tersebut tidak
terjadi penetrasi, sebaliknya robekan hymen hanya pertanda adanya sesuatu benda (penis
atau benda lain) masuk ke dalam vagina.
Persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulat mengandung sperma di dalam
liang vagina merupakan tanda pasti ada persetubuhan. Bila ejakulat tidak mengandung
sperma maka pembuktian persetubuhan dengan melakukan pemeriksaan ejakulat tersebut.
Komponen dalam ejakulat yang dapat diperiksa:
Kholin
Spermin
Kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan tidak sampai berakhir dengan
ejakulasi maka pembuktian secara forensik tidak mungkin dilakukan secara pasti, maka
dokter pemeriksa mengatakan pada si wanita tidak ditemukan tanda-tanda persetubuhan
dengan pengertian pertama memang tidak ada persetubuhan dan kedua, persetubuhan ada
tetapi tanda-tandanya tidak dapat ditemukan.
Bila persetubuhan dapat dibuktikan pasti, maka perkiraan saat terjadi persetubuhan harus
ditentukan karena menyangkut alibi dalam proses penyidikan.
Sperma dalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam post koital, sperma
masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24 36 jam post koitaal dan bila
wanitanya mati dapat ditemukan sampai 7-8 hari.
Perkiraan saat terjadi persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan selaput
darah yang umumnya sembuh dalam 7-10 hari post koital.
Pemeriksaan adanya kehamilan dan penyakit kelamin:
Terjadinya kehamilan jelas merupakan tanda adanya persetubuhan tetapi karena waktu yang
dibutuhkan terlalu lama nilai bukti menjadi kurang karena kemungkinan pelaku kejahatan
bertambah.
Terjadinya penyakit kelamin pada wanita hanya merupakan petunjuk wanita tersebut telah
mengalami persetubuhan dengan lelaki yang menderita penyakit kelamin yang sejenis.
Penyakit kelamin yang masa inkubasinya pendek lebih bermakna dalam upaya pembuktian
disbanding masa inkubasi panjang.
Perkembangan fisik
Pertumbuhan gigi
Pemeriksaan radiologik
Golongan darah: pemeriksaan adanya golongan darah asing (berlainan dengan korban)
berarti ada persetubuhan. Pemeriksaan berasal dari lendir vagina.
Pemeriksaan laboratorium kejahatan seksual
1. Menentukan adanya sperma:
a. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metode : tanpa pewarna
Hasil yang diharapkan : sperma masih bergerak
Metoda : dengan pewarnaan
Hasil yang diharapkan : bagian basis kepala warna ungu, hidung merah muda
b. Bahan pemeriksaan pakaian
Metoda : pewarnaan Baechi
Hasil yang diharapkan : kepala sperma merah, ekor biru muda. Kepala sperma
menempel pada serabut benang.
2. Menentukan adanya air mani (asam fosfatase)
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda : Kertas Whatman
Hasil yang diharapkan : warna ungu timbul < 30 detik, berarti asam fosfatase asal
prostat, berarti indikasi besar, sedang warna ungu timbul < 65 detik, berarti indikasi
sedang.
3. Menentukan adanya air mani (kristal kholin)
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda : Florence
Hasil yang diharapkan : kristal kholin peryodida bentuk jarum-jarum warna coklat.
4. Menentukan adanya air mani (kristal spermin)
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda : Berberio
Hasil yang diharapkan : kristal spermin pikrat berbentuk rhombik atau jarum kompas
warna kuning kehijauan.
5. Menentukan adanya air mani
Bahan pemeriksaan : pakaian
Metoda : inhibisi as. fosfatase dengan L(-) astartrat reaksi dengan as. fosfatase
Sinar UV, Visual, Taktil dan penciuman
6. Menentukan kuman N.Gonorrheae (GO)
Bahan pemeriksaan : secret urethra dan serviks
Metoda : Pewarnaan gram
Hasil yang diharapkan : kuman N.gonorheae
7. Menentukan adanya kehamilan
Bahan pemeriksaan : urin
Metoda : Tes Hemagglutinasi inhibisi (Pregnosticon)
Tes Agglutinasi inhibisi (Gravindex)
Hasil yang diharapkan : terjadi agglutinasi pada kehamilan
8. Menentukan adanya racun (toksikologik)
Bahan pemeriksaan : darah dan urin
Metoda :
TLC
Mikrodifusi
Dsbnya
Hasil yang diharapkan : adanya obat yang dapat menurunkan kesadaran atau
menghilangkan kesadaran.
10
Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan barang bukti
VeR dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu
permintaan VeR diterima dokter.
Bila dokter memeriksa atas inisiatif korban sendiri, beberapa waktu kemudian polisi
meminta VeR harus ditolak sebab sesuatu yang diketahui dokter tentang koran
sebelum ada permintaan VeR merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpan
(pasal 322 KUHP).
11
Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk VeR tetapi dalam bentuk
surat keterangan.
Izin tertulis untuk permintaan pada korban atau orangtua atau walinya.
Bila dokter praktek pribadi diminta orangtua memeriksa anak perempuannya, perhatikan
dua hal:
Pertama, bila hasil pemeriksaan untuk penuntutan maka dokter jangan
memeriksanya karena perlu permintaan dari polisi dan biasanya di Rumah Sakit.
Kedua, jika hanya sekedar ingin tahu maka dokter dapat memeriksa dengan
dijelaskan hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, bila
orangtua mendesak maka minta izin tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan
hasilnya kepada orangtua.
12