Anda di halaman 1dari 56

dr. Prima Maharani Putri, M.H., Diph.

Of Bioethics

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
 Filsafat yang merefleksikan ajaran-
ajaran moral
 Pemikiran rasional, kritis, mendasar,
sistematis dan normatif
 Sarana memperoleh orientasi kritis
sehubungan dengan berbagai masalah
moralitas yang membingungkan
Pengertian Bioetik

Berasal dari 2 kata Yunani:


• Bios → Hidup
• Ethos → akhlak, adat kebiasaan, watak, sikap, yang
baik, yang layak, norma-norma, nilai-nilai moral
 Kamus Kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987):
• Etika → Pengetahuan tentang perilaku yang benar dan
baik dalam suatu profesi.
• Etik → Seperangkat asas atau nilai berkaitan dengan
akhlak.
 Bioetik → Studi interdisipliner tentang masalah yang
timbul oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini
dan masa mendatang (Bertens, 2001).
 → Study of transdisciplinary subjects of philosophy
medicine, health, psichology, anthrophology, sociology,
economics, politics, law, religions, culture, art,
language, etc, and is a study of human behaviour to
have a new tolerance on transdisciplinary attitude
(Prof Sastrowijoyo, 2015)
 → jembatan antara ilmu pengetahuan alam dengan
ilmu pengetahuan kemanusiaan → IPC
Perilaku yang bertentangan
dengan nilai dan norma yang
Kejahatan berlaku yang telah disahkan
oleh hukum tertulis.

Jenis kelamin; perkara per-


Seksual setubuhan antara laki-laki
dan perempuan.
KEJAHATAN SEKSUAL
Perilaku yang bertentangan dengan hukum-hukum
yang mengatur mengenai seksualitas.

SEMUA TINDAKAN SEKSUAL,


PERCOBAAN TINDAKAN SEKSUAL,
KOMENTAR YANG TIDAK DIINGINKAN,
PERDAGANGAN SEX,
DENGAN MENGGUNAKAN PAKSAAN,
ANCAMAN,PAKSAAN FISIK OLEH SIAPAPUN
SAJA TANPA MEMANDANG HUBUNGAN
DENGAN KORBAN,
DALAM SITUASI APA SAJA, TIDAK TERBATAS
PADA RUMAH DAN PEKERJAAN
Selingkuh

Perkosaan

Senggama Wanita tidak berdaya

Wanita di bawah umur


Kejahatan
seksual Incest

Bukan
Perbuatan cabul
senggama
SENGGAMA
Definisi : Penetrasi penis ke dalam vagina baik
sebagian maupun total ke dalam vagina, yang disertai
maupun tidak disertai dengan ejakulasi

LEGAL ILEGAL
Senggama yang legal (tidak melanggar hukum)
adalah yang dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
◼ Ada izin (consent) dari wanita yang disetubuhi.
◼ Wanita tersebut sudah cukup umur, sehat
akalnya, tidak sedang dalam keadaan terikat
perkawinan dengan laki-laki lain dan bukan
anggota keluarga dekat.
Dasar Hukum

◼ KUHP → Pasal 284 s/d 296


◼ UU No 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak:
“Anak adalah seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan”
PERKOSAAN

persetubuhan yang dilakukan seorang


lelaki kepada seorang perempuan yang
bukan istrinya dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan
Tindak pidana perkosaan di Indonesia harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut (Sofwan
Dahlan,2000):
❖ unsur pelaku, yaitu:
⚫ harus orang laki-laki
⚫ mampu melakukan persetubuhan
❖ unsur korban, yaitu:
⚫ harus orang perempuan
⚫ bukan istri dari pelaku
❖ unsur perbuatan, yaitu:
⚫ persetubuhan dengan paksa
⚫ pemaksaan tersebut harus dilakukan dengan
menggunakan kekerasan fisik atau ancaman
kekerasan
Bantuan Dokter dalam Kasus Perkosaan

⚫ Korban perkosaan:
• Korban seorang perempuan?
• Apakah betul telah terjadi senggama? memperkirakan
senggama baru atau lama
• Identitas laki-laki yang menyetubuhi
• Telah terjadi kekerasan fisik?
⚫ Pelaku:
• Tersangka benar laki-laki?
• Tersangka dapat melakukan senggama?
Aspek Medis
tanda-tanda tanda-tanda
kekerasan persetubuhan

Pemeriksaan
pada korban
perkiraan saat sebab kematian
terjadi persetubuhan korban

perkiraan umur Kemungkinan


korban pelaku
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

◼ Pasal 284 → Perzinaan, pidana penjara maks 9 tahun


◼ Pasal 285 → Perkosaan , pidana penjara maks 12 tahun
◼ Pasal 286 → Persetubuhan dengan wanita tidak berdaya,
pidana penjara maks 9 tahun
◼ Pasal 287 → Persetubuhan dengan perempuan < 15 tahun,
pidana penjara maks 9 tahun
◼ Pasal 288 → Persetubuhan dengan wanita yang seharusnya
belum waktunya untuk kawin, disertai luka (4 tahun), luka
berat (8 tahun), meninggal (12 tahun)
◼ Pasal 289 → Pencabulan disertai kekerasan atau
ancaman kekerasan, pidana penjara maks 9 tahun
◼ Pasal 290 → Pencabulan dengan orang tidak berdaya,
umur < 15 tahun, < 15 tahun disertai bujukan, pidana
penjara maks 7 tahun
◼ Pasal 291 → Kejahatan pada pasal 286/287/289/290
berakibat luka berat, maks 12 tahun penjara. Kejahatan
285/286/287/289/290 berakibat kematian, maks 15
tahun penjara
◼ Pasal 292 → Pencabulan sesama jenis kelamin, korban
belum dewasa umurnya, maksimal 5 tahun penjara
◼ Pasal 293 → Pencabulan disertai “janji pemberian uang atau
barang” terhadap korban belum dewasa umur, maks 5
tahun penjara
◼ Pasal 294 → Pencabulan dengan anaknya/anak tiri/anak di
bawah pengawasan orang yang belum dewasa
(pandangannya), maks 7 tahun penjara
◼ Pasal 295 (ayat 1)→ Usaha memudahkan pencabulan
dengan sengaja (pasal 294), maks 5 tahun penjara.
◼ Pasal 296 → Usaha dengan sengaja memudahkan
pencabulan oleh orang lain dengan orang lain, maks 1 tahun
4 bulan penjara atau denda maks Rp 15.000
KUHP Pasal 287

◼ Ayat 1: Seseorang yang bersetubuh dengan wanita di luar


perkawinan yang umurnya < 15 tahun, dipidana penjara
paling lama 9 tahun. Perlu delik aduan dari orangtuanya untuk
proses pidana.
◼ Ayat 2: Bila perempuan < 12 tahun, tidak perlu menunggu
adanya aduan agar dapat dikatakan tindak pidana.
◼ Perempuan > 15 tahun, mengadukan tindak pidana tersebut
ke pihak berwajib karena sudah dianggap mampu
memberikan consent atau ijin.
UU NO 35/ 2014 PERLINDUNGAN ANAK
▪ Pasal 76D → Larangan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau
orang lain
▪ Pasal 76E → Larangan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan
perbuatan cabul
▪ Pasal 76I → Larangan menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
terhadap anak
▪ Pasal 81 → Pasal 76D, pidana penjara min 5 tahun dan maks
15 tahun dan denda maks Rp 5.000.000.000,00. Bila
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik,
atau tenaga kependidikan, maka pidana ditambah 1/3
▪ Pasal 82 → Pasal 76E, pidana penjara min 5 tahun dan maks
15 tahun dan denda maks Rp 5.000.000.000,00. Bila
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik,
atau tenaga kependidikan, maka pidana ditambah 1/3
▪ Pasal 88 → Pasal 76I, pidana penjara maks 10 tahun dan
denda maks Rp 200.000.000,00
ABORTUS / ABORSI
Paradigma awal kehidupan
(debatable)
 Sejak pembuahan (fertilisasi)
 Sejak terjadinya pembelahan sel yang pertama
 Sejak ovum bernidasi (American College of Obstetrician and
Gynecologist dan Planned Parenthood World Population
Council)
 Sejak ditiupkan roh (Islam)
 Sejak otak mulai berfungsi 5-16 minggu setelah konsepsi
 Sejak jantung mulai berdenyut 16-20 minggu setelah konsepsi
 Sejak dirasakannya Gerakan janin 20 minggu setelah
kehidupan
 Sejak saat dilahirkan yaitu saat janin benar-benar hidup
mandiri dan tidak tergantung dari ibunya
Medis:
- Penghentian kehamilan dg umur kehamilan
<28 minggu dan/atau kurang dari 1000 gr
Hukum:
- Pengguguran/penghentian kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktunya kelahiran
- tanpa melihat usia kandungannya
- adanya faktor kesengajaan
ABORTUS
Abortus Non Medicinal Kejahatan ??

Abortus = Kontroversi

PRO KONTRA
PRO
• Alasan Kesehatan
• Justifikasi sosial
• Setiap perempuan berhak penuh atas
tubuhnya

KONTRA
• Hak janin untuk hidup
• Hak janin untuk lahir normal
Konsep fertilisasi sbg awal
kehidupan
Digunakan untuk mengakhiri:
 Kekosongan norma
 Konflik norma
 Norma samar
 Norma usang
Abortus menurut ilmu kedokteran
terbagi dalam:

❑ Abortus Spontaneus
Terjadi dengan sendirinya, yang biasanya
disebabkan karena penyakit atau kelainan
yang diderita ibu/ janin

❑ Abortus Provokatus
Abortus yang sengaja dibuat (diprovokasi)
dengan berbagai cara, baik dilakukan oleh
ibunya sendiri atau dibantu oleh orang lain.
Terbagi lagi kedalam:
- Abortus provokatus terapeutikus
- Abortus provokatus kriminalis
JENIS ABORTUS
 Aborsi Spontan
 Abortus Imminens
 Abortus Insipiens
 Abortus Inkompletus
 Abortus Kompletus
 Aborsi Provokatus:
 Abortus Provokatus Medicinalis
 Abortus Provokatus Criminalis
Abortus Medicinalis
 American College Of Obstetricians and
Gynecologiats
 Menyelamatkan nyawa ibu
 Perkosaan atau incest
 Lahir retardasi dan deformitas berat
 Syarat-syarat:
 Tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan
 Pertimbangan tim ahli
 Persetujuan tertulis dari penderita/keluarga
 Sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai
 Prosedur tidak dirahasiakan
 Dokumen medik harus lengkap.
 Alasan melakukan Abortus Medicinalis
 Janin telah meninggal (missed abortion)
 Infeksi uterus
 Keganasan pada saluran jalan lahir
 Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi
 Penyakit ibu yang sedang mengandung
 Penyakit-penyakit metabolik
 Epilepsi
 Hiperemesis gravidarum berat
Abortus Provocatus Criminalis
 Alasan wanita tidak menginginkan
kehamilannya:
 Alasan psikososial
 Kehamilan di luar nikah
 Masalah ekonomi
 kegagalan kontrasepsi

 Pelaku Abortus Provocatus Criminalis


 Wanita bersangkutan.
 Dokter/tenaga medis lain
 Orang lain yang bukan tenaga medis
Fact:
 Unwanted pregnancy: banyak anak, gagal KB,
terlanjur minum obat
 Aborsi dilakukan di RS, klinik dan di rumah
 Aborsi dilakukan pada usia kehamilan 4-8
minggu
 Wanita umumnya melakukan berbagai upaya
pendahuluan untuk mendapatkan haidnya
kembali dg berbagai cara (makan buah2an
peluntur, minum alcohol, pijat, minum jamu
terlambat bulan, obat2an, dll.)
PEMERIKSAAN KORBAN ABORTUS
UNTUK MENENTUKAN ?

1. Ada/ tidaknya tanda kehamilan


Uterus
payudara

Genitalia
Ovarium
Besar -Besar Terdapat Pucat
karena -Sisa janin korpus memar
proliferasi luteum
kelenjar -Sel persisten
susu trofoblas
& decidua
SUSPEK
Bekas-bekas kehamilan :
• Striae gravidarum
• Dinding perut kendor
• Rahim teraba di atas simfisis
• Payudara besar & kencang

Bekas-bekas persalinan :
• Robekan perineum
• Lochea
2. Adanya tanda-tanda upaya aborsi
❖ Memar, laserasi atau perdarahan pada
alat kelamin dalam dan sekitarnya
❖ Infeksi atau sepsis sebagai akibat
digunakan alat-alat tak steril.
❖ Jika digunakan zat kimia secara lokal
maka pada liang senggama atau cavum
uteri dapat ditemukan sisa-sisa tersebut ,
dilakukan pemeriksaan toksikologi
KUHP:

283: orang lain yang mempertunjukkan alat/cara


menggugurkan kpd anak <17 th/ di bawah umur (max 9 bln)
299: orang yang menganjurkan, merawat, memberi obat
dengan memberi harapan agar gugur kandungannya (max 4th)
346: dilakukan oleh perempuan hamil sendiri atau menyuruh
orang lain (max 4th)
347: dilakukan oleh orang lain tanpa izin ibu hamil (max
12th, bila mati max 15th)
348: dilakukan orang lain seizin ibu hamil (max 5th 6bl, bila
mati max 7th)
349: dilakukan oleh dokter, bidan, juru obat (hukuman
ditambah 1/3 & cabut izin)
535: orang yg mempertunjukkan secara terbuka alat/cara
menggugurkan (max 3bln)
Ps 75 UU 36/2009 ttg Kesehatan
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yg dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yg mengancam nyawa ibu dan/atau
janin, yg menderita penyakit genetic berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yg tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan
(3) tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang
(4) ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis
dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pd ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan PP
Ps 76 UU 36/2009 ttg Kesehatan
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung
dari HPHT, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga Kesehatan yg memiliki keterampilan dan
kewenangan yg memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
Menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaa; dan
e. Penyedia layanan Kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh menteri
Ps 77 UU 36/2009 ttg Kesehatan
 Pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam ps 75 ayat (2)
dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perUUan
PP No 61/ 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi
→ Indikasi Kedaruratan Medis dan
Perkosaan Sebagai Pengecualian atas
Larangan Aborsi (Pasal 31 – 39)
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI/
BAYI
Pasal 341 KUHP : Kinderdoodslag

Seorang ibu yang karena takut akan


ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam
karena membunuh anaknya sendiri, dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun
Pasal 342 KUHP : Kindermoord

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat


yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak,
pada saat akan dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal


341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai
pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana
⚫ Pembunuhan biasa: Pasal 338, 339, 340,
dan 343 KUHP
⚫ Lahir mati lalu dibuang: Pasal 181 KUHP
⚫ Bayi ditelantarkan sampai mati: Pasal 305,
306, 308 KUHP)
Unsur-unsur tindak pidana PAS
⚫ Pelaku: ibu kandung
⚫ Korban: bayi kandung
⚫ Waktu: Saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
⚫ Motif: takut ketahuan melahirkan anaknya
TANDA-TANDA PERAWATAN
SEBAB KEMATIAN
Wajar
⚫ Kerusakan otak waktu
dilahirkan
⚫ < O2 akibat prolaps tali pusat
⚫ Erythroblastosis foetalis
⚫ Hyalin membran disease
⚫ dll

Tidak wajar
SUSPEK

Bekas-bekas kehamilan :
• Striae gravidarum
• Dinding perut kendor
• Rahim teraba di atas simfisis
• Payudara besar & kencang

Bekas-bekas persalinan :
• Robekan perineum
• Lochea
SUDUT PANDANG BIOETIK
• Kejahatan seksual, aborsi (abortus provokatus
kriminalis), pembunuhan anak sendiri/ bayi →
Perbuatan buruk
• Sanksi → moral, masyarakat → tuntunan

Anda mungkin juga menyukai