Anda di halaman 1dari 23

PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI PEREMPUAN DAN ANAK


OLEH
DEWI IKA AGUSTINA,S.H.
J A K S A P E N U N T U T U M U M PA D A K E J A K S A A N N E G E R I B A N G K A L A N
SEJARAH PERLINDUNGAN
PEREMPUAN
CEDAW (The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women) adalah sebuah
Kesepakatan Internasional Untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Konvensi
ini mendefinisikan prinsip-prinsip tentang Hak Asasi Perempuan sebagai Hak Asasi Manusia, norma-norma
dan standar-standar kewajiban, serta tanggung jawab negara dalam penghapusan diskriminasi terhadap
perempuan. Indonesia adalah salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi ini dan pada 24
Juli 1984 telah meratifikasinya melalui UU RI No. 7 Tahun 1984. Konvensi ini salah satu dari 8 konvensi hak
asasi yang diratifikasi Indonesia. (SIARAN PERS KOMNAS PEREMPUAN TANGGAL 24 JULI 2017)

SALAH SATU KONSIDERAN UU RI NO 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA MENYEBUTKAN :
“bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan, harus mendapat
perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman
kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan”
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN
Diatur dalam :
- KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DIATUR DI DALAM PASAL :
279 KUHP, 280 KUHP 284 KUHP, 285 KUHP, 286 KUHP, 289 KUHP, 290 KUHP, 291 KUHP
- UU RI NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(RUANG LINGKUP DOMESTIK)
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN
KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Pasal 5 UU RI NO 23 TAHUN 2004 TTG PKDRT :


Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup
rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
KEKERASAN FISIK
Pasal 6 Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
CONTOH KASUS :
Ayah tiri yang memukul dan melakukan penyiksaan kepada anak tiri yang masih kecil
Contoh kasus viral KDRT fisik
KEKERASAN PSIKIS
Pasal 7 Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Untuk kekerasan psikis ini harus disertai surat keterangan medis dari dokter kejiwaan yang
menerangkan bahwa ada akibat ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
CONTOH KASUS :
Suami yang mengancam istri agar mau berpisah hingga timbul hilang rasa percaya diri.
Contoh kasus KDRT Psikis
Karena trauma psikis akibat kekerasan fisik
yang terus menerus
KEKERASAN SEKSUAL
Pasal 8 Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi :
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut;
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Contoh kasus :
- kakak ipar memaksa untuk melakukan hubungan seksual kepada adik iparnya
- ayah tiri memaksa anak tirinya untuk bekerja prostitusi agar mendapatkan uang
PENELANTARAN RUMAH TANGGA
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk
bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang
tersebut.
CONTOH KASUS : - Suami tidak memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya
- Ibu Kandung yang statusnya masih dalam perkawinan yang sah,
meninggalkan anak kandungnya bersama ayahnya tanpa memberikan kasih sayang
Contoh kasus viral penelantaran anak
SEJARAH PERLINDUNGAN TERHADAP
ANAK
Majelis Umum PBB mengesahkan Konvensi Hak Anak pada 20 November 1989. Hari pengesahan
Konvensi Hak Anak itu kemudian dikenal sebagai Hari Anak Sedunia. Kemudian bangsa Indonesia
menyepakati Konvensi Hak Anak. Hingga kemudian pada 26 Januari 1990, Indonesia menjadi salah satu
negara yang ikut menandatangani Konvensi Hak Anak. Tidak cukup sampai di situ, Presiden Suharto
kemudian mengesahkan Konvensi Hak Anak sebagai aturan hukum positif meratifikasinya pada 5
September 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990.

Selanjutnya, Indonesia meratifikasi dua protokol opsional Konvensi Hak Anak melalui undang-undang,
yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Protokol Opsional Konvensi Hak Anak
Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak; dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
Sejarah Perlindungan Anak
Konsideran UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran
strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia;
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK
Diatur dalam :
- KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DIATUR DI DALAM PASAL :
287 KUHP, 288 KUHP, 290 KUHP, 292 KUHP, 293 KUHP, 294 KUHP, 295 KUHP, 296 KUHP
- UU RI NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(RUANG LINGKUP DOMESTIK)
- UU RI No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
No. 1 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang Jo Pasal 76 D UU RI No. 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
ANAK SEBAGAI KORBAN
KEJAHATANNYA DAPAT BERUPA : PELAKUNYA :
- Persetubuhan / pemerkosaan - DEWASA :
- pencabulan 1. KELUARGA (AYAH KANDUNG/KAKEK/AYAH
TIRI/ PAMAN, OKNUM GURU)
- eksploitasi seksual
2. BUKAN KELUARGA (TEMAN AYAH,
- perdagangan anak TETANGGA)
- anak korban KDRT - ANAK DI BAWAH UMUR : (TEMAN SEKOLAH,
TEMAN MAIN, DLL)
CONTOH KASUS
Contoh kasus
Contoh Kasus
CARA-CARA YANG DILAKUKAN PELAKU KEJAHATAN
SEKSUAL TERHADAP ANAK

1. KEKERASAN DAPAT BERUPA MEMUKUL


2. ANCAMAN KEKERASAN DAPAT BERUPA MENGANCAM AKAN MEMUKUL ATAU MENGGUNAKAN BENDA TAJAM SEPERTI PISAU
3. JIKA PELAKU ORANG TERDEKAT / KELUARGA AKAN MENGGUNAKAN ANCAMAN VERBAL MISALNYA : PELAKU AYAH TIRI, “KALO
KAMU TIDAK MAU TIDAK SAYA SEKOLAHKAN” DLL
4. JIKA PELAKU DAN KORBAN SAMA-SAMA ANAK DAN BERPACARAN, PELAKU AKAN MEMBUJUK DENGAN JANJI KAWIN... MISAL
MENGATAKAN “KALO KENAPA-KENAPA AKU BAKAL TANGGUNGJAWAB”
5. JIKA PELAKU DEWASA DAN KORBAN ANAK, PELAKU AKAN MEMBUJUK DENGAN MEMBERIKAN ATAU MENJANJIKAN
MEMBERIKAN UANG ATAU BARANG MISAL “ NANTI KAMU AKU KASIH UANG Rp.10.000” “NANTI KAMU AKAN AKU BELIKAN
BAJU BARU” DLL
6. JIKA PELAKU ANAK DAN ANAK KORBAN BERTEMAN MENGGUNAKAN TIPU MUSLIHAT MISALNYA DIAJAK JALAN-JALAN KE
SUATU TEMPAT, TAUNYA DI LOKASI SUDAH BANYAK PELAKU LAIN YANG MENUNGGU UNTUK MENGGILIR KORBAN ATAU
KORBAN DIJEBAK DENGAN MINUMAN KERAS ATAU OBAT TIDUR
7. JIKA PELAKU DEWASA DAN KORBAN ANAK DAPAT BERUPA MENGAJAK BERMAIN
PENCEGAHAN
1. KELUARGA :
Kasus kejahatan seksual terhadap anak kebanyakan terjadi akibat kurang kasih sayang
keluarga yang mau mengerti dan memahami, sehingga apa yang tidak didapat di keluarga
anak akan mencari rasa nyaman tersebut di lingkungan bermainnya,dll.
2. AGAMA :
pendidikan Agama dan rasa takut atas larangan Tuhan YME, dapat membentengi agar
calon pelaku dapat mengurungkan niatnya.
3. SEX EDUKASI DINI:
memberikan pendidikan seksual secara dini dengan bahasa yang difahami anak-anak,
akan menambah wawasan anak-anak terhadap fungsi reproduksi dan batasan-batasan yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dengan alat reproduksinya
PENCEGAHAN
4. PERAN SERTA KELUARGA :
pantau pergaulan anak namun tidak mengekang, lindungi anak dari pergaulan bebas serta
meminimalisir potensi-potensi misalnya mengingat anak untuk tidak berpakaian yang mengundang
pelaku kejahatan atau mengingatkan untuk tidak berpergian seorang diri. Orang tua / wali anak
memantau penggunaan Handphone dikawatirkan anak mengakses video atau gambar2 yang berbau
pornografi.
5. PERAN SERTA MASYARAKAT :
peduli dengan lingkungan pergaulan anak-anak di bawah umur misalnya ketika anak-anak dibawah
umur laki-laki dan perempuan bermesraan di tempat umum agar segera memberitahukan kepada
aparat penegak hukum atau aparat desa untuk menindaklanjuti
bagi pedagang miras, tidak menjual minuman keras kepada anak-anak di bawah umur.
bagi pemilik penginapan Tidak membuka layanan room service terhadap anak di bawah umur.
PENCEGAHAN
6. PERAN SERTA NEGARA :
Sosialisasi melalui alat negara misal APH, perangkat Desa, Dinas-dinas terkait
memantau dan memblokir situs-situs pornografi di internet
penegakan terhadap penjualan miras ilegal

Anda mungkin juga menyukai