Anda di halaman 1dari 22

KEKERASAN TERHADAP ANAK

Muaradua, 06 Juli 2023

Oleh :
IPDA DEDIGUNAWAN,S.Kom
ANGGOTA UNIT PPA POLRES OKU SELATAN
LANDASAN FILOSOFIS
 Anak adalah amanat
Tuhan yang harus
dijaga dan
diperlakukan dengan
sebaik-baiknya.
 Anak adalah generasi
penerus keluarga,
bangsa dan peradaban.
 Anak adalah pemilik
dan penentu masa
depan bangsa
LANDASAN HUKUM
 UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 :
”Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”
 UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perindungan Anak
PRINSIP PERLINDUNGAN ANAK
 Non diskriminasi
 Kepentingan terbaik baik bagi anak
 Hak hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan
 Mendengarkan pendapat anak
ANAK
Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam
kandungan (UU PA 23/2002 Pasal 1 Ayat
1)
PERLINDUNGAN ANAK
Perlindungan anak adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi (UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat
2).
BENTUK KEKERASAN PADA ANAK

physical abuse
(kekerasan secara
sexual fisik) social abuse
(kejahatan) (kekerasan secara
secara seksual) social)
psychological abuse
(kekerasan secara
psikologis)

Bentuk Child Abuse, Suharto (1997 : 365-366)


Kekerasan dalam lingkungan keluarga
 Teridentifikasi 14 jenis perilaku kekerasan yang dialami anak
dalam lingkungan keluarga yakni menjewer, mencubit,
menendang, memukul dengan tangan, memukul dengan benda,
menghukum hingga jatuh sakit, melukai dengan benda
berbahaya, kekerasan fisik, membandingkan dengan saudara,
membentak dengan suara keras, menghina di hadapan teman
atau orang lain, menyebut “bodoh”, “pemalas”, “nakal”, mencap
dengan sebutan jelek/jahat, kekerasan psikis lainnya.
 Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan keluarga
adalah orang-orang terdekat anak, yakni ayah, ibu, saudara, dan
51,1% ibu terlibat menjadi pelaku kekerasan dalam bentuk
mencubit anak, 48,1% ayah melakukan kekerasan dalam bentuk
membentak anak dengan suara keras/kasar, 16,4% saudara
melakukan kekerasan dengan cara memukul dengan tangan.
Kekerasan dalam lingkungan
PENDIDIKAN
 Teridentifikasi
4 jenis perilaku kekerasan dominan yang
dialami anak dalam lingkungan pendidikan yakni
menjewer, mencubit, membentak dengan suara keras,
menghina di hadapan teman atau orang lain.
 Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan
pendidikan adalah guru, teman sekelas dan teman lain
kelas, ditemukan fakta, 31,8% guru pernah menjewer
anak, 49,1% teman sekelas pernah mencubit anak, dan
20,7% teman lain kelas menghina anak dihadapan teman
lainnya.
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM KELUARGA
1. Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme,
terlalu lugu
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
9. Orang tua tidak mempunyai konsep pola asuh
10. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh dan miskin)
11. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
12. Keluarga broken home, TKW
Penyebab terjadinya kekerasan pada anak
dalam satuan pendidikan
• Sistem dan peraturan sekolah tidak memiliki perspektif
perlindungan anak: metode pengajaran yang lebih banyak ceramah
• Guru belum memahami UU Perlindungan Anak
• Punishment lebih sering dari reward; Menghukum dianggap wajar
untuk membuat jera, tapi anak tidak pernah jera, justru menjadi
labelling ke anak; Menghukum sebaiknya dalam kerangka
membangun kesadaran, bukan menakut-nakuti.
• Siswa yang melakukan pelanggaran, bullying dan kekerasan
karena dipicu oleh permasalahan yang dibawa dari rumah.
• Sistem BK di sekolah masih bersifat penanganan terhadap anak
yang bermasalah, seharusnya BK juga bekerja untuk pencegahan
dari awal dan memetakan permasalahan setiap anak, sehingga
sekolah mengetahui bagaimana riwayat keluarga dan perilaku
masing-masing siswa.
KEKERASAN SEKSUAL

Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa


perlakuan pra kontak seksual antara anak dengan
orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan,
gambar visual, exhibitionism), maupun perlakuan
kontak seksual secara langsung antara anak dengan
orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi
seksual)
PELECEHAN SEKSUAL DAPAT
BERUPA
Mencium (Paksa)
Memegang tangan (sengaja ke arah seksual)
Memegang atau mendorong penis dan dada
Memegang atau menepuk bagian tubuh
tertentu
Gerakan tubuh yang sok akrab dan menjurus
terhadap hubungan seksual
Menatap bagian tubuh tertentu
KATEGORI PELECEHAN SEKSUAL MENURUT NICHAUS

 Blitz rape yaitu pelecehan seksual yang terjadi sangat cepat,


sedangkan pelaku tidak saling kenal
 Confidence rape yaitu pelecehan seksual dengan penipuan, hal
ini jarang dilaporkan karna malu
 Power rape yaitu pelecehan seksual yang saling tidak
mengenal, pelaku bertindak cepat dan menguasai korban,
dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan yakin korban
akan menikmati.
 Anger rape yaitu pelecehan seksual dimana korban menjadi
marah dan balas dendam
 Sadistie rape yaitu pelecehan seksual dengan ciri kekejaman
atau sampai pembunuhan.
MACAM-MACAM PELECEHAN SEKSUAL
Pelecehan seksual dengan orang yang kita kenal
Pelecehan seksual dengan orang yang tidak dikenal
Pelecehan seksual dengan ketakutan dimana akan
terjadi kekerasan jika korban menolak
Pelecehan dengan iming-iming atau paksaan, dimana
pelaku memiliki otoritas pada korban
Pelecehan seksual mental, dengan menyerang harga
diri korban melalui kata-kata kasar, mempermalukan
dengan memperlihatkan pornografi.
DATA KEKERASAN TERHADAP ANAK PADA
TAHUN 2022 DI POLRES OKU SELATAN
1. Kekerasan fisik terhadap anak terdapat
15 (lima belas) laporan
2. Kekerasan Seksual Terhadap Anak
terdapat 15 (Lima belas) laporan,
3. Pencabulan Terhadap Anak terdapat 2
(Dua) laporan.

Dari data 2022 itu, usia anak yang menjadi


korban beragam. Sekitar umur 6-18 tahun.
PELAKU KEKERASAN SEKSUAL
TERHADAP ANAK
Menurut data LPSK, 80 persen pelaku adalah
orang yang dikenal oleh korban-dan 37 persen di
antaranya adalah keluarga inti korban. Sedangkan
dari pelaku orang yang tidak dikenal sekitar 20
persen. Pelaku kekerasan itu adalah ayah
kandung/tiri/angkat, kakek kandung/tiri, saudara
kandung, paman/sepupu, guru, tetangga, teman
bermain, pacar, pemuka agama, dan orang tidak
dikenal.
CARA MENCEGAH PELECEHAN SEKSUAL
 Jangan menggunakan pakaian yang terlalu terbuka karena bisa menjadi rangsangan bagi
tindakan pelecehan seksual
 Tanamkan rasa malu sejak dini dan membuka baju di tempat terbuka, juga tidak buang
air kecil selain di kamar mandi
 Hindari tayangan pornografi baik film atau iklan
 Jangan menghabiskan waktu di tempat-tempat terpencil dengan orang dewasa lain atau
anak laki-laki yang lebih tua
 Jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing;
 Menolak dipeluk atau dicium seseorang (walaupun masih keluarga), Anda bisa
menjelaskan kepada orang bersangkutan bahwa si kecil sedang tidak mood. Dengan
begitu Anda belajar bahwa ia berwewenang atas tubuhnya sendiri;
 Memberitahu orang tua atau orang yang dipercaya jika terjadi sesuatu, terutama sesulit
apa pun peristiwa yang kita alami itu
PASAL YANG DAPAT DITERAPKAN APABILA
TELAH TERJADI PELECEHAN SEKSUAL

Pasal 80 Jo Pasal 76C Undang-undang No. 35 tahun 2014


Atas perubahan Undang-undang No. 23 tahun 2002
Tentang Pelindungan Anak yang berbunyi :

“Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,


melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan Kekerasan terhadap Anak dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan
dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah)”.
Pasal 81 Undang-undang No. 17 tahun 2016 Atas
perubahan kedua Undang-undang No. 23 tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 76D Undang-undang
No. 35 tahun 2014 Atas perubahan Undang-undang No. 23
tahun 2002 Tentang Pelindungan Anak yang berbunyi

“Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau


ancaman Kekerasan memaksa Anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 82 Undang-undang No. 17 tahun 2016 Atas
perubahan kedua Undang-undang No. 23 tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 76E Undang-undang
No. 35 tahun 2014 Atas perubahan Undang-undang No. 23
tahun 2002 Tentang Pelindungan Anak yang berbunyi

“Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau


ancaman Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat,
melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah)”
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai