Anda di halaman 1dari 106

PERLIDUNGAN ANAK & PEREMPUAN

DALAM SITUASI BENCANA


Disampaikan oleh :

Linda Teresia Usmany, S.H.


Advokat

Mei 2023

1
PENDAHULUAN

Indonesia telah memiliki dasar hukum perlindungan hak


perempuan dan anak dalam situasi darurat kebencananaan,
seperti tertuang pada :

• UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,


• Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pengarusutamaan Gender di Bidang Penanggulangan
Bencana dan
• Peraturan Menteri PPPA Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak dari
Kekerasan Berbasis Gender dalam Bencana.

2
3
4
5
1
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN & ANAK

6
APA ITU KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK
?
“Setiap perbuatan terhadap
Perempuan dan Anak yang
berakibat timbulnya
ketidaknyamanan, kesengsaraan
atau penderitaan”

7
APA SAJA BENTUK KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK?

01 02 03 04

FISIK PSIKIS SEKSUAL


Penelantaran/
Perbuatan yang Tindakan untuk
Perbuatan yang Eksploitasi
berdampak pada menguasai,
menyerang fisik.
kesengsaraan memanipulasi
(Memukul,
psikis. untuk terlibat
Menendang,
(Menghina, dalam aktifitas
Menampar dll)
Melecehkan dll) seksual yang tidak
dikehendaki.
(Pencabulan,
8
Persetubuhan)
Lalu, APAKAH KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN ?

Kekerasan terhadap Perempuan dikategorikan dalam KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA. “Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis dan/atau
penelantaran dalam lingkup rumah tangga“ (UU PKDRT)

SIAPA SAJA LINGKUP RUMAH TANGGA, MELIPUTI :

a. Suami, isteri dan anak


b. Orang-orang yang mempunyai hubungan dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang
menetap dalam rumah tangga; dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap
dalam rumah tangga tersebut. (UU Pencegahan KDRT)

9
Lantas siapa PELAKU Dimana Biasanya terjadi
KEKERASAN TERHADAP KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN DAN ANAK ? PEREMPUAN DAN ANAK ?
1. Orang tua
2. Keluarga / Saudara 1. Rumah dan/atau lingkungan sekitar
3. Guru/Dosen 2. Sekolah, kampus, tempat kursus,
4. TetanggaTeman sebaya 3. Rumah ibadah,
5. Pasangan 4. Tempat kerja,
6. Atasan, dan yang lainnya.. 5. Tempat publik seperti di mal, taman
6. Sarana transpotasi
7. Dunia maya, dan yang lainnya…

10
Apa saja BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN ?

11
Sumber : Komnas Perempuan
Identifikasi adanya bentuk KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN

● Luka-luka fisik yang tidak wajar (bekas rokok,


memar2, dll), termasuk ketika hamil.
● Tidak segera mengobati luka
● Terus diawasi oleh pasangan/ketakutan yang
berlebihan thd pasangan
● Terlihat tidak nyaman membicarakan
keluarga, atau menghindari topik tertentu
● Perbedaan tampilan yg mencolok dengan
pasangan
● Terus menerus hamil (pemerikasaan
kehamilan pada saat usia kehamilan masuk
trimester akhir)
● Perilaku seperti yang disebutkan dalam
dampak kekerasan
● Infeksi saluran kencing dan/ Infeksi menular
seksual (IMS)
● Riwayat upaya percobaan bunuh diri
12
Bagaimana dengan KEKERASAN TERHADAP ANAK ?

Kekerasan terhadap Anak adalah :


“Setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum”
(Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Perlindungan Anak)

Bilamana SESEORANG DIKATAKAN SEBAGAI ANAK?

Anak adalah :
“Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan”
(Pasal 1 ayat 1 UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)

13
Apa saja JENIS KEKERASAN TERHADAP ANAK ?

14
Sumber : UNICEF
Akibat Hukum Kekerasan
● Kekerasan Fisik : Penjara maksimal 3 tahun
Terhadap Anak 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp.
72 juta
● Kekerasan Fisik mengakibatkan luka berat :
Penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 100 juta
● Kekerasan Fisik Mengakibatkan Kematian :
Penjara maksimal 15 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 3 Milyar
● Penelantaran : Penjara maksimal 5 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100 juta
● Kekerasan Seksual : Penjara minimal 5
tahun maksimal 15 tahun dan denda paling
banyak Rp. 5 Milyar

15
Merujuk UU KDRT :
Ancaman Hukuman Pidana
Akibat Hukum Kekerasan
Paling lama 20 Tahun dan
Terhadap Perempuan
Denda 500Juta Rupiah.

Diluar KDRT :
Diatur dalam Pengaturan
lainnya yang mengatur akibat
hukum kekerasan terhadap
Perempuan diluar relasi
Rumah Tangga (yang terbaru
UU TPKS)
16
Bagaimana DAMPAK
KEKERASAN
TERHADAP ANAK ?

17
2.
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN & ANAK
DALAM BENCANA

18
Berdasarkan PERMEN PPPA RI No. 13 Tahun 2020 Tentang
Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak dari
Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana

● 1. Pelindungan Perempuan adalah segala upaya yang ditujukan untuk


melindungi dan memberikan rasa aman kepada perempuan serta pemenuhan
haknya melalui perhatian yang konsisten, terstruktur, dan sistematis yang
ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.

● 2. Pelindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi


anak dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

19
Berdasarkan PERMEN PPPA RI No. 13 Tahun 2020 Tentang
Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak dari
Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana
● 3. Kekerasan Berbasis Gender yang selanjutnya disingkat KBG adalah pelanggaran hak
asasi manusia yang disebabkan oleh peran pelabelan berdasarkan jenis kelamin, yang
mengingkari martabat manusia dan hak atas diri sendiri yang berdampak pada, atau
berdampak menyerupai fisik, psikis, dan seksual atau membawa penderitaan bagi
perempuan dan anak termasuk di dalamnya segala bentuk tindakan, paksaan, kesewenang-
wenangan serta merampas kemerdekaan, yang dilakukan di ranah publik maupun
kehidupan pribadi.

● 4. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
20
PRINSIP PERLINDUNGAN PEREMPUAN & ANAK
DALAM BENCANA

1. RESPONSIF GENDER 2. NON DISKRIMINATIF 3. SETARA

4. KERAHASIAAN 5. RASA AMAN & 6. MENGHARGAI


NYAMAN PERBEDAAN

7. TIDAK MENGHAKIMI 8. MENGHARGAI 9. PEKA


KEPUTUSAN

10.CEPAT DAN 11. EMPATI 12. PEMENUHAN HAK


SEDERHANA ANAK

21
KERENTANAN BERTAMBAH PADA PEREMPUAN DAN ANAK
DALAM KONTEKS BENCANA ALAM

KONDISI AKIBAT BENCANA

• USIA • ANAK KEHILANGAN


• DISABILITAS ORANG TUA
• PENDIDIKAN • TERPISAH DARI
• MENGALAMI DAMPAK KELUARGA
STRESS PASCA BENCANA • TINGGAL DENGAN ORANG
• TRAUMATIS (MENDADAK, ASING DI PENAMPUNGAN/
MENYAKITKAN) PANTI ASUHAN/ DIADOPSI

22
KECENDERUNGAN BENTUK KBG DALAM SITUASI BENCANA

23
3.
PENANGANAN

24
PRINSIP PENDAMPINGAN UMUM
• EMPATI
• PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
• KEMAMPUAN MEMAHAMI PERSOALAN (REFLEKSI)
• KLARIFIKASI
• KESEPAKATAN DENGAN KORBAN

25
PENYADARAN KESEGERAAN

INTERVENSI KRISIS
TIDAK MENYALAHKAN

PEMBERDAYAANKORBAN
GENDER PENANGANAN
• TIDAK MEMBANTU (LAPORAN
MENGHAKIMI MEMBUAT POLISI,VISUM)
KEPUTUSAN
• PENERIMAAN RUMAH AMAN
MEMBANTU
• KEUNIKAN MEMAHAMI EVAKUASI
DAN PERSOALAN KORBAN
PENGALAMAN MEMBERIKAN PERAWATAN
INDIVIDU SUPPORT MEDIS
MEMBERIKAN
INFORMASI
MEMBANTU
MENEMUKAN JATI
DIRI
26
Respon Tidak Tepat
Menangani Kasus
KtPA

Relasi kekerasan Tidak menganggap


Meningkatkan Melanggar
yang dialami serius laporan
situasi berbahaya kerahasiaan
korban dianggap kekerasan
wajar

Abai terhadap Tidak menghargai hak


Membuat Klien kebutuhan korban korban untuk Menyalahkan
makin terjebak menentukan langkah korban
akan perlindungan
yang akan diambil

27
Penanganan Awal Dan Stabilisasi
Emosi Pada Anak Yang Mengalami
Peristiwa Traumatis dalam Situasi
Bencana
Fuye Ongko M.Psi, Psikolog
Yayasan Pulih

28
Visi:
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan tangguh melalui
pemberdayaan psikososial yang menjunjung tinggi martabat dan hak
asasi manusia
Misi:
1. Mengarusutamakan penguatan psikososial untuk rakyat dalam
pelayanan publik
2. Menguatkan peran psikologi dalam proses hukum untuk mendukung
tercapainya keadilan dalam penanganan kasus kekerasan
3. Menguatkan kapasitas psikososial lembaga dan pekerja
kemanusiaan
4. Menjadikan Pulih lembaga acuan utama model penguatan psikososial
bagi penanganan kekerasan pada kelompok rentan
5. Menjadikan Pulih organisasi yang kompeten, terjangkau, terpercaya,
mandiri dan terus berkembang

29
Penerima manfaat : anak/remaja/dewasa/orangtua,
korban bencana (alam dan sosial), pengungsi/refugees,
korban kekerasan berbasis gender (KDRT/KS/KDP dsb),
pemerintah, private sectors dsb.

30
Anak Dalam Situasi Bencana
• Permasalahan :
- Terpisah dari Orangtua
- Mengalami Guncangan Psikologis
- Kehilangan anggota keluarga, teman, dan lainnya
- Hidup di Pengungsian
- Terhentinya Rutinitas (Akses Pendidikan, Bermain, Kegiatan
Rawat Diri)
- Mengalami Luka Fisik

31
Pengalaman Traumatis dan Efek Psikologisnya

• Berdampak pada perilaku anak :


- Menjadi hyper-arousal terhadap hal tertentu :
Mudah panik, berteriak, menangis.
- Menjadi hypo-arousal : melamun, pasif, tidak mau
beraktifitas

32
• Reaksi Setelah Bencana adalah Reaksi normal!
• Reaksi Traumatis : Reaksi berupa ketidakstabilan secara
psikologis ketika berada dalam periode waktu dan situasi
yang sudah normal. Contoh : Ketika pemulihan masyarakat
sudah tercapai, anak masih sulit kembali kepada rutinitas
dan masih menunjukkan respon ketidakstabilan psikologis.

33
ANAK DAN BENCANA
• Situasi bencana dapat menimbulkan perubahan perilaku pada
orangtua maupun anak.
• Merupakan hasil reaksi flight – fight – freeze
• Bila reaksi ini terus menerus bertahan meskipun situasi bencana
sudah terlewati maka perilaku yang ditunjukkan dapat menjadi
tidak adaptif.
• Kondisi ini adalah sesuatu yang wajar dan dapat ditangani
melalui cara-cara yang tepat.

34
35
DUKUNGAN PSIKOLOGIS DAN STABILISASI
EMOSI

• Mempercepat proses Pemulihan


• Membangun Resiliensi
• Memberikan Pemberdayaan

36
PRINSIP PEMBERIAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS

• Menghargai Hak Asasi Anak


• Menghargai Pendapat Anak dan Melibatkannya dalam
Pengambilan Keputusan.
• Do No Harm! : Jangan Lakukan sesuatu yang dapat
menimbulkan akibat yang lebih buruk!
• Tidak Menghakimi

37
PERLU DIPERHATIKAN OLEH PEKERJA
KEMANUSIAAN
• Personal Boundaries : Batasan dalam
Berelasi/Berhubungan dengan Penerima Manfaat
• Batasan yang Kurang Jelas bisa menimbulkan
- Beban Psikologis bagi Pekerja Kemanusiaan
- Masalah Bagi Penerima Manfaat

38
PERKENALAN
• Membangun Rasa Percaya
• Kredibilitas & Kapabilitas

39
PSIKOEDUKASI
• Mengenai reaksi-reaksi yang ditimbulkan karena
peristiwa yang baru saja dialami
• Mengenai langkah untuk pemulihan
• Mengenai hal yang bersifat khusus (rujukan)

40
LINGKARAN KEDALAM DAN KELUAR

41
42
KEGIATAN STABILISASI EMOSI

• Kegiatan stabilisasi emosi bertujuan untuk membantu


individu kembali pada respon adaptif dalam Ambang Batas
Toleransi yang ia miliki.
• Selain itu kegiatan ini juga dapat membantu individu untuk
membentuk Ambang Batas Toleransi yang lebih baik.

43
KEGIATAN DASAR STABILISASI EMOSI

• Aktifitas Pernafasan
• Relaksasi Otot (Progressive Muscle
Relaxation)
• Gerakan Kupu-kupu

44
45
AKTIFITAS PERNAFASAN

• Merelaksasi otot-otot
• Meningkatkan kadar oksigen dalam darah sehingga
proses berpikir dapat dilakukand dengan lebih tenang

46
AKTIFTAS PERNAFASAN

• Pernafasan Perut
• Pernafasan dengan bantuan Simbol/Gambar (Bunga, Lilin,
Pemandangan Indah)

47
BUTTERFLY HUG

• REM Sleep : Pemrosesan informasi saat kita tidur.


Mata secara tidak sadar akan bergerak ke kanan dan
ke kiri dengan cepat.
• Memperkuat jaringan memori di otak

48
GERAKAN RELAKSASI OTOT
• Membuang Beban Berat
• Mengepal - Melepaskan
• Relaksasi Otot Dengan Cerita : Kura-kura Jalan-Jalan

49
FRKKT – FORUM RELAWAN KEBENCAAN KABUPATEN
TANGERANG
OLEH SYAMSU RIZAL. ST

50
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN
2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG PENYANDANG DISABILITAS

51
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

52
Pasal 55 (1) Pelindungan terhadap kelompok rentan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf e dilakukan
dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan,
dan psikososial. (2) Kelompok . . . - 25 - (2) Kelompok rentan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. bayi,
balita, dan anak-anak; b. ibu yang sedang mengandung atau
menyusui; c. penyandang cacat; dan d. orang lanjut usia

53
Dalam Pasal 20 Hak Pelindungan dari bencana untuk Penyandang
Disabilitas meliputi hak:
 a. mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya bencana;

 b. mendapatkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana;

 c. mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi


dalam keadaan bencana;
 d. mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi yang
mudah diakses; dan
 e. mendapatkan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah
diakses di lokasi pengungsian

54
55
 MEMAHAMI TYPE PERILAKU ANAK DAN BUKAN ANAK
 MEMAHAMI KONDISI BENCANA DAN JENISNYA
 MEMAHAMI PENDEKATAN YANG DIPAKAI
 MEMAHAMI PERLAKUAN MAKSIMAL SEBAGAI HUB PASCA
BENCANA

56
57
 OTAK KANAN DAN OTAK KIRI SERTA OTAK TENGAH
 TYPE KECERDASAN SENSING, THINKING, FEELING, INTUITING
DAN INSTING

58
59
PERLINDUNGAN
ANAK DALAM
BENCANA
oleh PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

Elvi Hendrani
Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia

60
61
62
KERENTANAN ANAK DALAM BENCANA ALAM
Temuan Lapangan
1. Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan
Kebutuhan gizi anak terabaikan, karena makanan yang didapat dari dapur umum pengungsian antara anak dan dewasa disamakan dan terbanyak
diberikan adalah mie instan.
2. Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan, Rekreasi dan Waktu Luang
Anak anak tidak bersekolah dan tidak ada aktifitas rutin yang dapat dilaksanakan oleh anak-anak dengan pengawalan oleh relawan dikarenakan
relawan yang berada di berbagai titik pengungsian dan sulitnya mengkoordinasikan hal tsb. Anak usia remaja seringkali tidak tersentuh dengan
program yang ada;
3. Kerentanan menjadi Korban Beragam Kekerasan
Kondisi anak yang terpisah dari orangtua atau dalam kasus orangtuanya meninggal akibat bencana, anak menjadi terabaikan dalam pengasuhan
yang mengakibatkan adanya kerentanan terjadinya kekerasan fisik, psikis, seksual maupun penelantaran terhadap anak;
Kerentanan lain disebabkan karena toilet yang tidak terpisah laki laki dan perempuan, toilet berada di area yang terpencil sehingga rawan pelecehan
seksual di malam hari.
Anak anak remaja dibiarkan tidak mempunyai kegiatan sehingga rawan melakukan hal hal yang negative ditempat yang tidak terpantau;
4. Kerentanan menjadi Pekerja Anak
Kondisi perekonomian keluarga yang sulit pasca bencana, tidak dipahaminya hak-hak anak serta kurang tersedianya sarana mengisi waktu luang
yang positif bagi anak di lokasi pengungsian dapat menimbulkan kerentanan anak menjadi pekerja
5. Kerentanan terjadinya Perkawinan Anak
Minimnya pemahaman keluarga terhadap hak-hak anak, sulitnya kembali mengakses pendidikan serta sulitnya ekonomi pasca bencana dapat
menyebabkan kerentanan anak untuk dikawinkan
6. Kerentanan kehilangan pengasuhan dan adopsi ilegal 63
7. Kehilangan dokumen penting seperti akta kelahiran sehingga rentan menjadi korban tindak pidana perdagangan orang
1. Sektor terkait belum mengetahui bahwa koordinator operasional Perlindungan Anak di
lapangan adalah Dinas PPPA /belum terlihat eksis;
2. Dinas PPPA menjadi korban terdampak bencana sehingga tidak optimal dalam melaksanaan
tugasnya;
3. Pendataan tidak dapat dilakukan secara optimal, karena para relawan yang berada di garda
terdepan pendataan berada di berbagai titik pengungsian sehingga sulit untuk
mengkoordinasikannya;
4. Terdapat potensi besar untuk pendataan jika dapat dikoordinir dari relawan lokal dan anak
remaja di pengungsian serta forum anak daerah;
5. Belum tersedianya kebutuhan spesifik sesuai kelompok umur anak ;
6. Belum tersedianya Tenda untuk alokasi Pos Ramah Perempuan dan Anak, karena anggaran
untuk bencana sangat kecil di KemenPPPA atau dinas PPPA;
7. Terbatasnya pengadaan kebutuhan spesifik untuk anak yang dapat dialokasikan oleh
Kemenpppa dan Dinas PPPA

64
Kebijakan Terkait Perlindungan Anak
dalam Situasi Darurat Bencana

Pasal 59 PP Nomor 59 Tahun 2019


UU No 35 Tahun 2014 Pasal 60-62 UU PA Nomor tentang
tentang Perubahan 23 tahun 2202 ttg Penyelenggaraan
Pertama UU Perlindungan Anak Koordinasi Perlindungan
Perlindungan Anak Anak

PermenPPPA Nomor 13 Permensos Nomor 26


Pasal 6 PP 78 Tahun 2021 Tahun 2020 ttg Pelindungan Tahun 2015 tentang
ttg Pelindungan Khusus perempuan dan Pedoman Koordinasi
bagi Anak dalam Situasi pelindungan anak dari Klaster Pengungsian dan
Darurat kekerasan berbasis gender Perlindungan dalam
dalam bencana Penanggulangan Bencana

65
Peran Pemerintah Daerah dalam Perlindungan Khusus Anak
(PP 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak)
1. pencegahan agar Anak tidak menjadi korban dalam situasi darurat

2. mendata jumlah Anak yang memerlukan Perlindungan Khusus dalam situasi darurat

3. memetakan kebutuhan dasar dan spesifik Anak yang memerlukan Perlindungan Khusus
dalam situasi darurat

4. jaminan keamanan dan keselamatan Anak dalam Situasi Darurat

5. pendataan Anak dan keluarganya untuk penelusuran dan reunifikasi keluarga

6. prioritas tindakan darurat penyelamatan, evakuasi, dan pengamanan

7. pemulihan kesehatan lisik dan psikis


8. pemberian bantuan hukum, pendampingan, rehabilitasi fisik, psikis, dan sosial Anak dalam
Situasi Darurat

9. Pengasuhan

10. perbaikan fasilitas yang dibutuhkan Anak dalam Situasi Darurat

11. pemenuhan kebutuhan dasar dan khusus Anak yang terdiri atas pangan, sandang,
pemukiman, pendidikan, pemberian layanan kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan
keamanan, dan persamaan perlakuan

PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI 12. pemenuhan kebutuhan khusus bagi Anak Penyandang Disabilitas dan Anak yang
mengalami masalah psikososial
ANAK DALAM SITUASI DARURAT 13. pembebasan biaya pendidikan baik yang dilakukan di Lembaga Pendidikan formal maupun

Pasal 6 nonformal selama masa darurat


14. pemberian layanan pemenuhan hak identitas Anak dan dokumen penting yang hilang
karena situasi darurat;
66
15. pemberian layanan Reintegrasi Sosial
Amanat negara dalam Perlindungan Anak
dalam Situasi Darurat Bencana
Pasal 60, UU 23/2002
a. pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas
pangan, sandang, pemukiman, pendidikan,
kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan
keamanan, dan persamaan perlakuan; dan
b. pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang
menyandang cacat dan anak yang mengalami
gangguan psikososial”

67
Struktur Klaster Nasional SHELTER
SubKlaster
AIR, SANITASI DAN HYGIENE

PENGUNGSIAN

KOORDINASI DAN MANAJEMEN


TEMPAT PENGUNGSIAN

KEAMANAN

KLASTER PENGUNGSIAN DAN


PERLINDUNGAN

PERLINDUNGAN ANAK

PERLINDUNGAN LANSIA,
PENYANDANG DISABILITAS DAN
KELOMPOK RENTAN LAINNYA
PERLINDUNGAN
PERLINDUNGAN DAN
PENANGANAN KEKERASAN
BERBASIS GENDER DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL
68 9
KOORDINASI KLASTER
PENGUNGSIAN DAN PERLINDUNGAN
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
(Permensos Nomor 26 Tahun 2015)
Koordinasi di Tingkat Nasional

Penanggungjawab di Tingkat Nasional : Kementerian Sosial


Dukungan Teknis:
BNPB/BPBD/Sekda, POLDA, Dinsos Prov/Kab/Kota, POLRI/POLDA, Kemendagri,
TNI/KODIM, Badan Pemberdayaan Perempuan dan, Perlindungan Anak di tingkat
propinsi, Klaster Nasional terkait (terutama Kesehatan, Sarana dan Prasarana, Logistik,
Pendidikan),

Ko-koordinator dari lembaga nonpemerintah:


IFRC/PMI, UNICEF, IOM, Dompet Dhuafa, Handicap International, Yayasan Emong
Lansia, Yakkum Emerency Unit, KPAN, UNFPA, PUSKRIS UI

Koordinasi Operasional

Koordinator di Tingkat Pusat :


1) Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial;
2) Deputi Perlindungan Anak

Koordinator di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota


Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan dukungan lembaga
local yang bekerja dalam penanggulangan
bencana
Struktur Koordinasi Kelompok Kerja Klaster
Ko-Kordinator dan Mitra
Pengungsian dan Perlindungan Tingkat
UNICEF69
dan anggota klaster lainnya baik dari pemerintah, LSM, dunia usaha,
Pusat/Provinsi/kabupaten/kota lembaga PBB, dan masyarakat.
MANDAT PP 59 TAHUN 2019 TENTANG
PENYELENGGARAAN KOORDINASI
KEMENPPPA PERLINDUNGAN ANAK
DALAM PERLINDUNGAN
•Penyelenggaraan koordinasi perlindungan anak antara
ANAK SITUASI DARURAT lain untuk Perlindungan Khusus Anak (Pasal 4 Ayat [1.b])
yang diantaranya adalah terkait anak dalam situasi
darurat (Pasal 7);

•Penyelenggaraan Koordinasi Perlindungan Anak melalui


pemantauan, evaluasi, dan pelaporan (pasal 4[2]);

•Terkait pemantauan, dilakukan oleh Tim Koordinasi


Perlindungan Anak melalui forum Koordinasi (pasal 8);

•Mandat terhadap Menteri PPPA untuk melakukan


koordinasi lintas sektor dalam rangka efektifitas
penyelenggaraan Perlindungan Anak (pasal 3 [1]) dan
menetapkan tim Koordinasi Perlindungan Anak dalam
penyelenggaran
70 Koordinasi Perlindungan Anak (Pasal
11
3[2]) Sumber: Survei Kominfo 2016
Koordinasi di Pusat

Koordinasi di pengungsian MEKANISME KOORDINASI


KOMANDO NASIONAL PERLINDUNGAN ANAK SITUASI DARURAT

Presiden mengawasi dan mengkoordinasikan


PERKA BNPB No. 03/2016
PERKA BNPB No. 03/2016

kegiatan penanggulangan bencana di KOMANDO


Koordinator Pos Lapangan
Indonesia (UU No. 24/2007, PP No. TANGGAP DARURAT Aktivasi Klaster
8/2008, PERKA BNPB No. 03/2016) Pengungsian dan Perlindungan
Permensos No 26/2015
POS RAMAH
POSKO PEREMPUAN DAN Pengungsian dan
UTAMA Co.
Pasal 31 Perpres 65/2020

ANAK Perlindungan
Pasal 16 PP No 59/2019

Pasal 9 PP No 59/2019
Pasal 4 PP No 59/2019
1. Rapat koordinasiv rutin dan khusus Pasal 3 PP No 59/2019
2. Form Data dan informasi terkait dengan pelaksanaan pemenuhan Pemantauan TIM Koordinasi Perlindungan Anak
Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak dalam situasi darurat
bencana Pasal 9 PP No 59/2019 SubKlaster
Sebagai bahan untuk Menteri
Evaluasi Perlindungan Anak dalam Perlindungan Anak
terhadap rencana kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan pemenuhan Situasi Darurat Permensos No 26/2015
Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak (Pasal 12 PP 59/2019)

Menteri menyampaikan laporan Pasal 13 PP No 59/2019


Pelaporan Laporan Penyelenggaraan
Laporan Penyelenggaraan Perlindungan Anak dalam
Pasal 3 Gubernur dan Perlindungan Anak dalam Situasi
PP No 59/2019 Darurat Bencana di daerah
Situasi Darurat Bencana
Pasal 16 PP No 59/2019 Bupati/WaliKota
71 12
TAHAPAN KEGIATAN PERLINDUNGAN
ANAK
DALAM BENCANA DI DAERAH

Pra Bencana

Tanggap Darurat

Pasca Bencana
72
menyusun kebijakan membentuk pokja/Tim
terkait subklaster perlindungan

TAHAP penanggulangan
bencana pada
subklaster perlindungan
anak di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota yang
dikukuhkan melalui Surat

PRA-BENCANA
Keputusan
anak Gubernur/Bupati/Walikota

melaksanakan perencanaan
dan penganggaran terkait
kesiapsiagaan bencana melaksanakan
termasuk kesiapan koordinasi, kolaborasi,
perlengkapan saat turun dan sinergi yang sesuai
lapangan seperti jas hujan, dengan semua mitra
sepatu boots, Pos Ramah
Perempuan dan Anak

mengadakan pelatihan
memastikan adanya dan pengembangan
komitmen dan tanggung kapasitas anggota
jawab sesuai dengan tugas subklaster dan relawan
pokok dan fungsi masing- terkait perlindungan
masing anggota sub klaster anak dalam situasi
bencana

edukasi dan sosialisasi


terkait kesiapsiagaan
bencana bagi masyarakat,
keluarga termasuk pada
73 anak
TAHAP
TANGGAP KOORDINASI DAN
PENDATAAN
PEMANTAUAN DAN
ASESMEN
DARURAT
AKTIVASI POS
RAMAH PEMENUHAN
PEREMPUAN DAN KEBUTUHAN SPESIFIK
ANAK

KOORDINASI
TERKAIT ANAK
YANG
MEMERLUKAN
LAYANAN
74
KOORDINASI DAN PENDATAAN

1. Melaksanakan koordinasi dengan BNPB, BPBD dan Dinas


Sosial dan relawan serta stakeholder terkait lainnya untuk
memastikan adanya data terpilah penyintas bencana dan
pemenuhan kebutuhan spesifik perempuan dan anak;

2. Melaksanaan koordinasi dalam mengumpulkan data terpilah


melalui link https://cutt.ly/PendataanAnakTimSekberPASD

75
PEMANTAUAN DAN ASESMEN

1. Melaksanakan asesmen kondisi anak penyintas bencana di lokasi bencana


(anak yang sakit, anak disabilitas, bayi, ibu hamil, ibu hamil yang akan
melahirkan, dll);

2. Bermitra dengan HIMPSI atau Tim Psikologi yang ada di lapangan untuk
melakukan screening dan asesmen terkait kondisi psikologis anak untuk
mendeteksi adanya trauma atau kecenderungan masalah psikologis
lainnya;

3. Melakukan asesmen terkait sarana dan prasarana di tempat pengungsian


apakah dapat mengakibatkan kerentanan anak perempuan dan anak
dapat mengalami kekerasan, misalnya kamar mandi yang harus berjarak
dan terpisah laki laki dan perempuan, adanya tempat tersendiri untuk ibu
menyusui, tempat berbahaya yang dijadikan tempat anak bermain dll;
76
PEMANTAUAN DAN ASESMEN

4. Memetakan kebutuhan spesifik anak penyintas bencana, contohnya:

Pampers Makanan Bayi Susu Bayi 6+ Pakaian Bayi Satu Set Masker Anak
Baju Balita

Vitamin Anak Biskuit Permainan Anak Alat Sholat Anak Perlengkapan Sekolah
77
AKTIVASI POS RAMAH PEREMPUAN
DAN ANAK

Daerah dapat memahami aktivasi pos ramah perempuan dan anak pada saat terjadi bencana
78 Indramayu& Bekasi Provinsi Jawa Barat, serta Kabupaten Malang &
Di Kabupaten Mamuju&Majene Sulbar, Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten
Lumajang ( gempa dan semeru)
AKTIVASI POS RAMAH PEREMPUAN DAN
ANAK

Hal yang Perlu


Fungsi Diperhatikan

Tempat pengaduan Berada di lokasi aman


(jauh dari bahaya)

Titik kumpul koordinasi Terlindung dari hujan


dan terik matahari

Pusat Penerimaan dan Memiliki lingkungan


Penyaluran Bantuan yang bersih

Tempat aktivitas
dukungan psikososial Mudah diakses

Pusat Informasi dan


Data serta Pendataan

79
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPESIFIK ANAK

Beberapa kebutuhan spesifik anak penyintas bencana, contohnya:

Pampers Makanan Bayi Susu Bayi 6+ Pakaian Bayi Satu Set Masker Anak
Baju Balita

Vitamin Anak Biskuit Permainan Anak Alat Sholat Anak Perlengkapan Sekolah
80
TAHAP PEMULIHAN
PASCA BENCANA AWAL

REKONSTRUKSI

REHABILITASI

81
PEMULIHAN AWAL

1. Berkoordinasi dengan profesional (tim psikolog dan psikiater)


untuk melakukan asesmen terhadap kondisi psikologis anak
pasca bencana.

2. Menyusun strategi pemulihan kondisi psikologis anak


berdasarkan hasil asesmen.

3. Memastikan pemenuhan spesifik anak tetap terpenuhi pada


masa pasca bencana hingga status kebencanaan
dicabut membentuk PRPA semi/permanen di huntara
82
REKONSTRUKSI

1. Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Organisasi Non


Pemerintah terkait pendidikan untuk membangun fasilitas
dan sistem pendidikan pasca bencana bagi anak.

2. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Organisasi Non


Pemerintah terkait kesehatan untuk perbaikan dan
pemulihan kondisi kesehatan anak pasca bencana.

3. Berkoordinasi dengan Dinas PUPR dan Lingkungan Hidup


serta Organisasi Non Pemerintah terkait lingkungan dalam
penyediaan sanitasi dan air bersih bagi anak pasca
bencana 83
REHABILITASI

1. Edukasi terkait mitigasi bencana yang berkelanjutan bagi


anak dan pengungsi lainnya.

2. Pendampingan yang berkelanjutan terkait proses pemulihan


kondisi anak dari berbagai aspek, di antaranya psikologis/
mental, Kesehatan, Pendidikan, Sosial dan Ekonomi
keluarga.

3. Memastikan praktik baik terdokumentasikan sebagai bahan


perbaikan dalam penanganan kedaruratan di masa yang
akan datang. 84
Peranan DP3A dalam Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat Bencana
1. Membentuk 2. Berkoordinasi 3. Aktivasi dan Membentuk Tim
PIC/Koordinator dengan BNPB dalam Pendataan dan Petugas yang akan
Subklaster membentuk Pos mengisi dan standby di Pos Ramah
Perlindungan Anak Ramah Anak Anak
• Koordinator seluruh Pos Ramah Anak Penentuan titik posko dapat Petugas di Pos Ramah Anak akan standby selama 24
• Memiliki peran untuk mengkoordinasikan mengacu pada kondisi jam sampai dengan masa tanggap darurat selesai.
kebutuhan Anak berdasarkan hasil pengungsian yang memiliki Hal ini berkaitan dengan fungsi Pos tsb yg terdiri dari :
asesmen dan melaksanakan pemantauan jumlah anak banyak maupun 1)Fungsi Pendataan; 2)Fungsi Pengaduan; 3)Fungsi
pada setiap Pos serta menindaklanjuti pengungsian yang ada di lokasi Aktifitas Anak; 4)Fungsi Rapat Koordinasi; 5)Fungsi
laporan dari Ketua Pos terkait kebutuhan terparah kejadian bencana Pemantauan
anak setiap harinya
5. PIC/Koordinator secara aktif berperan
menjembatani kebutuhan tersebut melalui
6. Proses koordinasi tersebut
mencari dan mengkoordinasikan 4. Melaksanakan pendataan
dilaksanakan melalui Rapat
kebutuhan berdasarkan hasil asesmen dari dan asesmen kebutuhan
Koordinasi Perlindungan Anak
setiap Pos dengan beberapa Pihak yang anak di pengungsian
dengan mengundang pihak
memiliki anggaran terkait kebutuhan
terkait
tersebut dan mendistribusikan kembali Kebutuhan anak yang perlu diasesmen
Pelaksanaan bersifat sustain, dapat kebutuhan tsb kepada Pos pemberi terdiri dari beberapa aspek diantaranya
dilaksanakan 2 hari sekali atau sesuai informasi. kebutuhan makanan, kesehatan (obat-
kebutuhan Pihak tersebut diantaranya BNPB/BPBD, Dinas obatan), Pendidikan, kebutuhan posko,
Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PU, HIMPSI layanan psikologis
maupun Dunia Usaha (CSR), UPTD PPA Provinsi
dan Kabupaten/Kota
Dampak
1. Menyusun kebijakan PA dalam situasi darurat sebagai payung hukum
Kebutuhan 2. Pengadaan Pos Ramah Perempuan dan Anak/POS SAPA
Penganggaran 3. Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Perlindungan Anak : konsumsi
DP3A 4. Transport/honor untuk petugas pendataan dan petugas Pos Ramah Anak
5. Penyelenggaraan Dukungan 85 Psikososial (Peralatan Dukungan Psikososial, snack dan Transport
Petugas)
Pelaksanaan Pos Ramah Perempuan dan Anak pada Situasi Tanggap Darurat
Bencana
Aktivasi Pos
1. Membuat branding Pos melalui pembuatan Spanduk fungsi Pos Ramah Perempuan dan Anak;
2. Ada ketua dari masing-masing Pos yang bertugas mengkoordinatori pelaksanaan fungsi Pos;
3. Petugas Pendataan sebanyak 10 orang dan petugas Pos ≥ 5 orang

NO FUNGSI HAL YANG DILAKUKAN KEBUTUHAN SARANA


PRASARANA
1 Pendataan a. Screening pendataan terpilah anak (contoh format pendataan : • Whiteboard besar untuk data
(catatan : data https://bit.ly/pendataananakbencana); • Spidol
harus diupdate b. Mengkoordinasikan hasil pendataan untuk diintegrasikan pada sistem pendataan
setiap hari)
yang dikelola BNPB;
c. Melaksanakan asesmen kebutuhan (Kebutuhan anak yang perlu diasesmen terdiri
dari beberapa aspek diantaranya kebutuhan makanan, kesehatan (obat-obatan),
Pendidikan, kebutuhan posko, layanan psikologis)
2 Pos Aktivitas a. Dapat dilaksanakan berbagai aktifitas untuk perempuan dan anak, seperti • Whiteboard kecil untuk
pemberian layanan dukungan psikososial, sekolah darurat, pengajian dsb; penjadwalan aktivitas
b. Membuat penjadwalan aktivitas-aktivitas tersebut yang dikoordinasikan dengan • Buku
Relawan / Pihak terkait yang akan mengisi aktivitasnya; • Spidol dan pulpen
c. Dapat melibatkan Forum Anak sebagai pendamping anak untuk membantu
pelaksanaan kegiatan/aktivitas bagi anak (bukan aktor utama)
d. Dalam hal pelaksanaan aktivitas untuk anak perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1)Aktivitas yang diberikan menyesuaikan usia dan kebutuhan anak;
2)Aktivitas yang dilaksanakan tidak lebih dari 2 jam;
86 anak istirahat pukul 12.00 – 15.00
3)Aktivitas tidak dilakukan saat panas terik/saat
Pelaksanaan Pos Ramah Perempuan dan Anak pada Situasi Tanggap Darurat
Bencana
NO FUNGSI HAL YANG DILAKUKAN KEBUTUHAN
SARANA
PRASARANA
3 Pengaduan a. Petugas menerima pengaduan perempuan dan anak baik terkait pengaduan kekerasan Directory book (buku
maupun kondisi lainnya (misal ketika anak sakit atau ada kebutuhan khusus untuk yang berisi daftar
perempuan dan anak disabilitas); Lembaga layanan dan
b. Melaksanakan koordinasi dengan UPTD PPA terdekat nomor kontak yang
dapat dihubungi untuk
meminta bantuan,
misal UPTD PPA,
Dinkes/Puskesmas)
4 Koordinasi a. Menyelenggarakan rapat koordinasi perlindungan anak dengan stakeholder terkait (baik Matriks kebutuhan
Perangkat Daerah, dunia usaha, media massa, Perguruan Tinggi maupun Relawan lainnya);
b. Dalam pertemuan rapat koordinasi tersebut perlu digali informasi terkait temuan yang didapat
OPD tentang anak di lapangan;
5 Pemantauan a. Melaksanakan peninjauan ke pengungsian di sekitar Pos hasil pemantauan tersebut dibuat • Whiteboard kecil
dalam laporan harian, termasuk hasil asesmen; untuk penjadwalan
b. Laporan tersebut kemudian disampaikan ke PIC/Koordinator aktivitas
• Buku
• Spidol dan pulpen

87
MEKANISME KOORDINASI
POS RAMAH PEREMPUAN DAN ANAK

88
Menteri
melakukan
pembinaan
kepada Provinsi

Provinsi
melakukan
pembinaan
kepada
Kabupaten/Kota

Kabupaten/kota
melakukan
pembinaan
kepada
masyarakat
89
• Sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait dengan
Perlindungan Khusus bagi Anak;
• Penyebarluasan informasi tentang Perlindungan Khusus bagi Anak;
• Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan
Perlindungan Khusus bagi Anak; dan
• Peningkatan partisipasi Masyarakat, media massa, dan dunia usaha
dalam memberikan Perlindungan Khusus bagi Anak.

90
• meningkatkan kemampuan dan keterampilan Masyarakat dalam
memberikan Perlindungan Khusus bagi Anak; dan
• meningkatkan kemampuan Masyarakat dalam memberikan
pengasuhan yang baik, memberikan pembinaan keagamaan,
dan memberikan pemahaman kepada keluarga terkait
pemenuhan hak Anak.
• pembinaan kepada Lembaga Pendidikan formal dan informal
dalam bentuk: a. peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga
kependidikan melalui pelatihan hak-hak dan perlindungan Anak
berdasarkan Konvensi Hak Anak dan peraturan
perundangundangan terkait Anak; dan b. perlindungan Anak dari
kekerasan dan diskriminasi.

91
Rekomendasi
KemenPPPA mendorong Koordinator Klaster Logistik dan Klaster Perlindungan serta Pengungsian yakni Kementerian Sosial dan BNPB dan
K/L lain termasuk relawan agar mengupayakan:

1. Merevisi Kembali kebijakan terkait koordinator perlindungan anak di bencana selaras dengan amanat di PP 59/2019, terkait pelibatan
KemenPPPA dan Dinas PPPA dlm perlindungan anak dalam bencana di daerah serta membangun dan menyepakati mekanisme
koordinasi perlindungan anak dalam bencana baik di tingkat pusat maupun di daerah sejak pra bencana, tanggap darurat maupun
pasca bencana;

2. Penyediaan bantuan berupa kebutuhan spesifik anak, seperti pakaian bayi, makanan tambahan seperti biskuit, perlengkapan khusus
seperti pampers, vitamin, obat-obatan, alat permainan anak dll. dalam rangka mendukung layanan dukungan psikososial;

3. Penyediaan makanan sesuai kelompok umur anak di dapur umum pengungsian;

4. Penyediaan tenda untuk Pos Ramah Perempuan dan Anak;

5. Penyediaan Toilet yang terpisah antara perempuan dan laki-laki sert lolasi tandon air yang mudah terjangkau dan aman untuk
perempuan dan anak di lokasi bencana yang dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR;

6. Sosialisasi oleh semua sector terkait pencegahan pekerja anak dan perkawinan anak dan memastikan pengasuhan anak yang
kehilangan satu atau kedua orang tuanya pasca bencana;

7. Peran Kementerian KUKM dalam menghidupkan Kembali ekonomi keluarga penyintas bencana untuk mencegah pekerja anak dan
perkawinan anak;

8. Optimalisasi partisipasi anak dalam pendataan dan Pendidikan darurat khususnya pelibatan anak remaja, relawan local dan forum
anak daerah;
92
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Mamuju-Majene Provinsi Sulawesi Barat

Kronologi Kejadian 1. Respon Cepat

Kamis, 14 Januari 2021 pukul 13.35.39


WIB, dengan kekuatan M 5,9 pada Berangkat tanggal 15 Januari 2021
kedalaman 10 km. Lokasi : 2.99 LS, guna melaksanakan asesmen,
118.89 BT (Pusat gempa berada di koordinasi dan pemantauan
darat 4 km Barat Laut Majene)

Jumat, 15 Januari 2021 pukul 01.28.17


WIB, dengan kekuatan M 6,2 pada
kedalaman 10 km. Lokasi : 2.98 LS,
118.94 BT (6 km Timur Laut Majene-
Sulbar).

93
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Mamuju-Majene Provinsi Sulawesi Barat

2. Pelaksanaan Koordinasi dan Pendataan Terpilah 3. Pelaksanaan Pemantauan Pos Ramah Perempuan dan
Korban Perempuan dan Anak terdampak dengan Anak serta Pemetaan Kebutuhan Spesifik Perempuan
Pemda melalui DP3A dan Relawan di Lapangan dan Anak di Kabupaten Mamuju-Majene

Tim Kemen PPPA melaksanakan koordinasi dalam bentuk Tujuan dibentuknya pos ramah perempuan dan anak:
rapat bersama Dinas PPPA Prov. Sulawesi Barat, dan 1. memberikan ruang yang nyaman dan aman bagi
relawan diantaranya MDMC, Baznaz, dan perempuan dan anak di tempat pengungsian;
KAPPAL Perempuan 2. menyediakan layanan pengaduan, dukungan psikososial
bagi perempuan dan anak; serta
3. dukungan spesifik berupa pemberdayaan bagi perempuan

94
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Mamuju-Majene Provinsi Sulawesi Barat

4. Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Psikososial di 5. Penyerahan bantuan spesifik perempuan dan


lokasi pos ramah perempuan dan anak anak kepada Dinas PPPA Prov. Sulawesi barat

95
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Bekasi dan Indramayu, Prov, Jabar

6. Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Psikososial di 7. Diskusi dan advokasi kepada Pertamina terkait
lokasi pos ramah perempuan dan anak di Kab. perlindungan perempuan dan anak di Balongan,
Bekasi Indramayu

96
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Lumajang, Prov. Jawa Tengah

6. Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Psikososial dan


penyerahan bantuan spesifik anak di lokasi gempa
di Kabupaten Lumajang, Jawa Tengah

97
Kegiatan Konsultasi Anak dalam
rangka mendukung partisipasi anak
khususnya dlm situasi darurat
bekerjasama dengan Save The
Children yang diikuti oleh Tim PRPA
Pendopo

Pemberian layanan
kepada anak PAUD
oleh Tim PRPA
Ciendeur bersama
Guru PAUD
Giat LDP oleh Pengurus
PRPA bersama guru
PAUD di Posko
pengungsi di Sarampad

98
Kegiatan POSYANDU Darurat Tim
PRPA Sarampad

Kegiatan LDP di Desa


Sarampad oleh Tim PRPA

Saung SAPA Desa


Sukamulya
99
Disampaikan Oleh:
Hj. Mila Oktaviani, S. Kep Ners., M.Si 100
Tsunami Selat Sunda 2018
Pada tanggal 22 Desember 2018, peristiwa
tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak
Krakatau di Selat Sunda menghantam daerah
pesisir Banten dan Lampung, Indonesia.
Sedikitnya 426 orang tewas, 7.202 terluka,
dan 23 orang hilang akibat peristiwa ini.
Menurut BMKG, tsunami disebabkan pasang
tinggi dan longsor bawah laut karena letusan
gunung tersebut (Wikipedia, 2023).

101
Dokumentasi Pasca Bencana Tsunami
Selat Sunda

102
Carita, 23 Desember 2018
Trauma Pada Anak
Korban Bencana Tsunami
Biasanya anak-anak lebih rentan
mengalami trauma karena kondisi psikis
mereka yang belum sekuat orang
dewasa. Adapun gejala trauma pada
anak akibat bencana alam, termasuk
tsunami, antara lain:

103
Tanda Trauma Pada Anak
Korban Tsunami
• Bisa terkesan tenang
• Mulai berpikir tentang kematian dan
keselamatan secara berlebihan
• Mengalami masalah tidur, makan, dan
emosi
• Takut air

104
Bagaimana Cara Mengatasi Trauma
Pada Anak Korban Bencana Tsunami
Selat Sunda?

Habiskan waktu Minimalkan Ajak mereka bicara


bersama anak paparan media dari hati ke hati
tentang bencana dan
kehilangan

Jika anak
mengalami cedera Ajarkan anak tentang
fisik, obati dulu antisipasi bencana
cederanya tersebut 105
Trauma Healing Pada Anak Korban
Bencana Tsunami Selat Sunda
• Menghibur anak-anak korban bencana tsunami selat sunda
Kegiatan ini dilakukan dengan mengajak anak-anak korban bencana tsunami bermain
sebagai trauma healing untuk menghilangkan ketakutan atau trauma akibat bencana
tsunami selat sunda.
• Melakukan terapi psikis pada anak korban bencana tsunami selat sunda
Kegiatan ini dapat memotivasi anak-anak untuk tidak takut, kembali ceria, dan tetap
waspada ketika bencana datang.
• Melakukan dongeng trauma healing dan memberikan bantuan makanan, minuman, dan
pakaian
• Melakukan kegiatan belajar-mengajar di lokasi terdampak tsunami
Kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan mendirikan sekolah dan trauma healing di
tenda-tenda darurat.

106

Anda mungkin juga menyukai