Mei 2023
1
PENDAHULUAN
2
3
4
5
1
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN & ANAK
6
APA ITU KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK
?
“Setiap perbuatan terhadap
Perempuan dan Anak yang
berakibat timbulnya
ketidaknyamanan, kesengsaraan
atau penderitaan”
7
APA SAJA BENTUK KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK?
01 02 03 04
9
Lantas siapa PELAKU Dimana Biasanya terjadi
KEKERASAN TERHADAP KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN DAN ANAK ? PEREMPUAN DAN ANAK ?
1. Orang tua
2. Keluarga / Saudara 1. Rumah dan/atau lingkungan sekitar
3. Guru/Dosen 2. Sekolah, kampus, tempat kursus,
4. TetanggaTeman sebaya 3. Rumah ibadah,
5. Pasangan 4. Tempat kerja,
6. Atasan, dan yang lainnya.. 5. Tempat publik seperti di mal, taman
6. Sarana transpotasi
7. Dunia maya, dan yang lainnya…
10
Apa saja BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN ?
11
Sumber : Komnas Perempuan
Identifikasi adanya bentuk KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN
Anak adalah :
“Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan”
(Pasal 1 ayat 1 UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)
13
Apa saja JENIS KEKERASAN TERHADAP ANAK ?
14
Sumber : UNICEF
Akibat Hukum Kekerasan
● Kekerasan Fisik : Penjara maksimal 3 tahun
Terhadap Anak 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp.
72 juta
● Kekerasan Fisik mengakibatkan luka berat :
Penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 100 juta
● Kekerasan Fisik Mengakibatkan Kematian :
Penjara maksimal 15 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 3 Milyar
● Penelantaran : Penjara maksimal 5 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100 juta
● Kekerasan Seksual : Penjara minimal 5
tahun maksimal 15 tahun dan denda paling
banyak Rp. 5 Milyar
15
Merujuk UU KDRT :
Ancaman Hukuman Pidana
Akibat Hukum Kekerasan
Paling lama 20 Tahun dan
Terhadap Perempuan
Denda 500Juta Rupiah.
Diluar KDRT :
Diatur dalam Pengaturan
lainnya yang mengatur akibat
hukum kekerasan terhadap
Perempuan diluar relasi
Rumah Tangga (yang terbaru
UU TPKS)
16
Bagaimana DAMPAK
KEKERASAN
TERHADAP ANAK ?
17
2.
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN & ANAK
DALAM BENCANA
18
Berdasarkan PERMEN PPPA RI No. 13 Tahun 2020 Tentang
Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak dari
Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana
19
Berdasarkan PERMEN PPPA RI No. 13 Tahun 2020 Tentang
Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak dari
Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana
● 3. Kekerasan Berbasis Gender yang selanjutnya disingkat KBG adalah pelanggaran hak
asasi manusia yang disebabkan oleh peran pelabelan berdasarkan jenis kelamin, yang
mengingkari martabat manusia dan hak atas diri sendiri yang berdampak pada, atau
berdampak menyerupai fisik, psikis, dan seksual atau membawa penderitaan bagi
perempuan dan anak termasuk di dalamnya segala bentuk tindakan, paksaan, kesewenang-
wenangan serta merampas kemerdekaan, yang dilakukan di ranah publik maupun
kehidupan pribadi.
● 4. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
20
PRINSIP PERLINDUNGAN PEREMPUAN & ANAK
DALAM BENCANA
21
KERENTANAN BERTAMBAH PADA PEREMPUAN DAN ANAK
DALAM KONTEKS BENCANA ALAM
22
KECENDERUNGAN BENTUK KBG DALAM SITUASI BENCANA
23
3.
PENANGANAN
24
PRINSIP PENDAMPINGAN UMUM
• EMPATI
• PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
• KEMAMPUAN MEMAHAMI PERSOALAN (REFLEKSI)
• KLARIFIKASI
• KESEPAKATAN DENGAN KORBAN
25
PENYADARAN KESEGERAAN
INTERVENSI KRISIS
TIDAK MENYALAHKAN
PEMBERDAYAANKORBAN
GENDER PENANGANAN
• TIDAK MEMBANTU (LAPORAN
MENGHAKIMI MEMBUAT POLISI,VISUM)
KEPUTUSAN
• PENERIMAAN RUMAH AMAN
MEMBANTU
• KEUNIKAN MEMAHAMI EVAKUASI
DAN PERSOALAN KORBAN
PENGALAMAN MEMBERIKAN PERAWATAN
INDIVIDU SUPPORT MEDIS
MEMBERIKAN
INFORMASI
MEMBANTU
MENEMUKAN JATI
DIRI
26
Respon Tidak Tepat
Menangani Kasus
KtPA
27
Penanganan Awal Dan Stabilisasi
Emosi Pada Anak Yang Mengalami
Peristiwa Traumatis dalam Situasi
Bencana
Fuye Ongko M.Psi, Psikolog
Yayasan Pulih
28
Visi:
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan tangguh melalui
pemberdayaan psikososial yang menjunjung tinggi martabat dan hak
asasi manusia
Misi:
1. Mengarusutamakan penguatan psikososial untuk rakyat dalam
pelayanan publik
2. Menguatkan peran psikologi dalam proses hukum untuk mendukung
tercapainya keadilan dalam penanganan kasus kekerasan
3. Menguatkan kapasitas psikososial lembaga dan pekerja
kemanusiaan
4. Menjadikan Pulih lembaga acuan utama model penguatan psikososial
bagi penanganan kekerasan pada kelompok rentan
5. Menjadikan Pulih organisasi yang kompeten, terjangkau, terpercaya,
mandiri dan terus berkembang
29
Penerima manfaat : anak/remaja/dewasa/orangtua,
korban bencana (alam dan sosial), pengungsi/refugees,
korban kekerasan berbasis gender (KDRT/KS/KDP dsb),
pemerintah, private sectors dsb.
30
Anak Dalam Situasi Bencana
• Permasalahan :
- Terpisah dari Orangtua
- Mengalami Guncangan Psikologis
- Kehilangan anggota keluarga, teman, dan lainnya
- Hidup di Pengungsian
- Terhentinya Rutinitas (Akses Pendidikan, Bermain, Kegiatan
Rawat Diri)
- Mengalami Luka Fisik
31
Pengalaman Traumatis dan Efek Psikologisnya
32
• Reaksi Setelah Bencana adalah Reaksi normal!
• Reaksi Traumatis : Reaksi berupa ketidakstabilan secara
psikologis ketika berada dalam periode waktu dan situasi
yang sudah normal. Contoh : Ketika pemulihan masyarakat
sudah tercapai, anak masih sulit kembali kepada rutinitas
dan masih menunjukkan respon ketidakstabilan psikologis.
33
ANAK DAN BENCANA
• Situasi bencana dapat menimbulkan perubahan perilaku pada
orangtua maupun anak.
• Merupakan hasil reaksi flight – fight – freeze
• Bila reaksi ini terus menerus bertahan meskipun situasi bencana
sudah terlewati maka perilaku yang ditunjukkan dapat menjadi
tidak adaptif.
• Kondisi ini adalah sesuatu yang wajar dan dapat ditangani
melalui cara-cara yang tepat.
34
35
DUKUNGAN PSIKOLOGIS DAN STABILISASI
EMOSI
36
PRINSIP PEMBERIAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS
37
PERLU DIPERHATIKAN OLEH PEKERJA
KEMANUSIAAN
• Personal Boundaries : Batasan dalam
Berelasi/Berhubungan dengan Penerima Manfaat
• Batasan yang Kurang Jelas bisa menimbulkan
- Beban Psikologis bagi Pekerja Kemanusiaan
- Masalah Bagi Penerima Manfaat
38
PERKENALAN
• Membangun Rasa Percaya
• Kredibilitas & Kapabilitas
39
PSIKOEDUKASI
• Mengenai reaksi-reaksi yang ditimbulkan karena
peristiwa yang baru saja dialami
• Mengenai langkah untuk pemulihan
• Mengenai hal yang bersifat khusus (rujukan)
40
LINGKARAN KEDALAM DAN KELUAR
41
42
KEGIATAN STABILISASI EMOSI
43
KEGIATAN DASAR STABILISASI EMOSI
• Aktifitas Pernafasan
• Relaksasi Otot (Progressive Muscle
Relaxation)
• Gerakan Kupu-kupu
44
45
AKTIFITAS PERNAFASAN
• Merelaksasi otot-otot
• Meningkatkan kadar oksigen dalam darah sehingga
proses berpikir dapat dilakukand dengan lebih tenang
46
AKTIFTAS PERNAFASAN
• Pernafasan Perut
• Pernafasan dengan bantuan Simbol/Gambar (Bunga, Lilin,
Pemandangan Indah)
47
BUTTERFLY HUG
48
GERAKAN RELAKSASI OTOT
• Membuang Beban Berat
• Mengepal - Melepaskan
• Relaksasi Otot Dengan Cerita : Kura-kura Jalan-Jalan
49
FRKKT – FORUM RELAWAN KEBENCAAN KABUPATEN
TANGERANG
OLEH SYAMSU RIZAL. ST
50
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN
2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG PENYANDANG DISABILITAS
51
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
52
Pasal 55 (1) Pelindungan terhadap kelompok rentan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf e dilakukan
dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan,
dan psikososial. (2) Kelompok . . . - 25 - (2) Kelompok rentan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. bayi,
balita, dan anak-anak; b. ibu yang sedang mengandung atau
menyusui; c. penyandang cacat; dan d. orang lanjut usia
53
Dalam Pasal 20 Hak Pelindungan dari bencana untuk Penyandang
Disabilitas meliputi hak:
a. mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya bencana;
54
55
MEMAHAMI TYPE PERILAKU ANAK DAN BUKAN ANAK
MEMAHAMI KONDISI BENCANA DAN JENISNYA
MEMAHAMI PENDEKATAN YANG DIPAKAI
MEMAHAMI PERLAKUAN MAKSIMAL SEBAGAI HUB PASCA
BENCANA
56
57
OTAK KANAN DAN OTAK KIRI SERTA OTAK TENGAH
TYPE KECERDASAN SENSING, THINKING, FEELING, INTUITING
DAN INSTING
58
59
PERLINDUNGAN
ANAK DALAM
BENCANA
oleh PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
Elvi Hendrani
Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia
60
61
62
KERENTANAN ANAK DALAM BENCANA ALAM
Temuan Lapangan
1. Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan
Kebutuhan gizi anak terabaikan, karena makanan yang didapat dari dapur umum pengungsian antara anak dan dewasa disamakan dan terbanyak
diberikan adalah mie instan.
2. Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan, Rekreasi dan Waktu Luang
Anak anak tidak bersekolah dan tidak ada aktifitas rutin yang dapat dilaksanakan oleh anak-anak dengan pengawalan oleh relawan dikarenakan
relawan yang berada di berbagai titik pengungsian dan sulitnya mengkoordinasikan hal tsb. Anak usia remaja seringkali tidak tersentuh dengan
program yang ada;
3. Kerentanan menjadi Korban Beragam Kekerasan
Kondisi anak yang terpisah dari orangtua atau dalam kasus orangtuanya meninggal akibat bencana, anak menjadi terabaikan dalam pengasuhan
yang mengakibatkan adanya kerentanan terjadinya kekerasan fisik, psikis, seksual maupun penelantaran terhadap anak;
Kerentanan lain disebabkan karena toilet yang tidak terpisah laki laki dan perempuan, toilet berada di area yang terpencil sehingga rawan pelecehan
seksual di malam hari.
Anak anak remaja dibiarkan tidak mempunyai kegiatan sehingga rawan melakukan hal hal yang negative ditempat yang tidak terpantau;
4. Kerentanan menjadi Pekerja Anak
Kondisi perekonomian keluarga yang sulit pasca bencana, tidak dipahaminya hak-hak anak serta kurang tersedianya sarana mengisi waktu luang
yang positif bagi anak di lokasi pengungsian dapat menimbulkan kerentanan anak menjadi pekerja
5. Kerentanan terjadinya Perkawinan Anak
Minimnya pemahaman keluarga terhadap hak-hak anak, sulitnya kembali mengakses pendidikan serta sulitnya ekonomi pasca bencana dapat
menyebabkan kerentanan anak untuk dikawinkan
6. Kerentanan kehilangan pengasuhan dan adopsi ilegal 63
7. Kehilangan dokumen penting seperti akta kelahiran sehingga rentan menjadi korban tindak pidana perdagangan orang
1. Sektor terkait belum mengetahui bahwa koordinator operasional Perlindungan Anak di
lapangan adalah Dinas PPPA /belum terlihat eksis;
2. Dinas PPPA menjadi korban terdampak bencana sehingga tidak optimal dalam melaksanaan
tugasnya;
3. Pendataan tidak dapat dilakukan secara optimal, karena para relawan yang berada di garda
terdepan pendataan berada di berbagai titik pengungsian sehingga sulit untuk
mengkoordinasikannya;
4. Terdapat potensi besar untuk pendataan jika dapat dikoordinir dari relawan lokal dan anak
remaja di pengungsian serta forum anak daerah;
5. Belum tersedianya kebutuhan spesifik sesuai kelompok umur anak ;
6. Belum tersedianya Tenda untuk alokasi Pos Ramah Perempuan dan Anak, karena anggaran
untuk bencana sangat kecil di KemenPPPA atau dinas PPPA;
7. Terbatasnya pengadaan kebutuhan spesifik untuk anak yang dapat dialokasikan oleh
Kemenpppa dan Dinas PPPA
64
Kebijakan Terkait Perlindungan Anak
dalam Situasi Darurat Bencana
65
Peran Pemerintah Daerah dalam Perlindungan Khusus Anak
(PP 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak)
1. pencegahan agar Anak tidak menjadi korban dalam situasi darurat
2. mendata jumlah Anak yang memerlukan Perlindungan Khusus dalam situasi darurat
3. memetakan kebutuhan dasar dan spesifik Anak yang memerlukan Perlindungan Khusus
dalam situasi darurat
9. Pengasuhan
11. pemenuhan kebutuhan dasar dan khusus Anak yang terdiri atas pangan, sandang,
pemukiman, pendidikan, pemberian layanan kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan
keamanan, dan persamaan perlakuan
PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI 12. pemenuhan kebutuhan khusus bagi Anak Penyandang Disabilitas dan Anak yang
mengalami masalah psikososial
ANAK DALAM SITUASI DARURAT 13. pembebasan biaya pendidikan baik yang dilakukan di Lembaga Pendidikan formal maupun
67
Struktur Klaster Nasional SHELTER
SubKlaster
AIR, SANITASI DAN HYGIENE
PENGUNGSIAN
KEAMANAN
PERLINDUNGAN ANAK
PERLINDUNGAN LANSIA,
PENYANDANG DISABILITAS DAN
KELOMPOK RENTAN LAINNYA
PERLINDUNGAN
PERLINDUNGAN DAN
PENANGANAN KEKERASAN
BERBASIS GENDER DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL
68 9
KOORDINASI KLASTER
PENGUNGSIAN DAN PERLINDUNGAN
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
(Permensos Nomor 26 Tahun 2015)
Koordinasi di Tingkat Nasional
Koordinasi Operasional
ANAK Perlindungan
Pasal 16 PP No 59/2019
Pasal 9 PP No 59/2019
Pasal 4 PP No 59/2019
1. Rapat koordinasiv rutin dan khusus Pasal 3 PP No 59/2019
2. Form Data dan informasi terkait dengan pelaksanaan pemenuhan Pemantauan TIM Koordinasi Perlindungan Anak
Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak dalam situasi darurat
bencana Pasal 9 PP No 59/2019 SubKlaster
Sebagai bahan untuk Menteri
Evaluasi Perlindungan Anak dalam Perlindungan Anak
terhadap rencana kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan pemenuhan Situasi Darurat Permensos No 26/2015
Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak (Pasal 12 PP 59/2019)
Pra Bencana
Tanggap Darurat
Pasca Bencana
72
menyusun kebijakan membentuk pokja/Tim
terkait subklaster perlindungan
TAHAP penanggulangan
bencana pada
subklaster perlindungan
anak di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota yang
dikukuhkan melalui Surat
PRA-BENCANA
Keputusan
anak Gubernur/Bupati/Walikota
melaksanakan perencanaan
dan penganggaran terkait
kesiapsiagaan bencana melaksanakan
termasuk kesiapan koordinasi, kolaborasi,
perlengkapan saat turun dan sinergi yang sesuai
lapangan seperti jas hujan, dengan semua mitra
sepatu boots, Pos Ramah
Perempuan dan Anak
mengadakan pelatihan
memastikan adanya dan pengembangan
komitmen dan tanggung kapasitas anggota
jawab sesuai dengan tugas subklaster dan relawan
pokok dan fungsi masing- terkait perlindungan
masing anggota sub klaster anak dalam situasi
bencana
KOORDINASI
TERKAIT ANAK
YANG
MEMERLUKAN
LAYANAN
74
KOORDINASI DAN PENDATAAN
75
PEMANTAUAN DAN ASESMEN
2. Bermitra dengan HIMPSI atau Tim Psikologi yang ada di lapangan untuk
melakukan screening dan asesmen terkait kondisi psikologis anak untuk
mendeteksi adanya trauma atau kecenderungan masalah psikologis
lainnya;
Pampers Makanan Bayi Susu Bayi 6+ Pakaian Bayi Satu Set Masker Anak
Baju Balita
Vitamin Anak Biskuit Permainan Anak Alat Sholat Anak Perlengkapan Sekolah
77
AKTIVASI POS RAMAH PEREMPUAN
DAN ANAK
Daerah dapat memahami aktivasi pos ramah perempuan dan anak pada saat terjadi bencana
78 Indramayu& Bekasi Provinsi Jawa Barat, serta Kabupaten Malang &
Di Kabupaten Mamuju&Majene Sulbar, Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten
Lumajang ( gempa dan semeru)
AKTIVASI POS RAMAH PEREMPUAN DAN
ANAK
Tempat aktivitas
dukungan psikososial Mudah diakses
79
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPESIFIK ANAK
Pampers Makanan Bayi Susu Bayi 6+ Pakaian Bayi Satu Set Masker Anak
Baju Balita
Vitamin Anak Biskuit Permainan Anak Alat Sholat Anak Perlengkapan Sekolah
80
TAHAP PEMULIHAN
PASCA BENCANA AWAL
REKONSTRUKSI
REHABILITASI
81
PEMULIHAN AWAL
87
MEKANISME KOORDINASI
POS RAMAH PEREMPUAN DAN ANAK
88
Menteri
melakukan
pembinaan
kepada Provinsi
Provinsi
melakukan
pembinaan
kepada
Kabupaten/Kota
Kabupaten/kota
melakukan
pembinaan
kepada
masyarakat
89
• Sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait dengan
Perlindungan Khusus bagi Anak;
• Penyebarluasan informasi tentang Perlindungan Khusus bagi Anak;
• Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan
Perlindungan Khusus bagi Anak; dan
• Peningkatan partisipasi Masyarakat, media massa, dan dunia usaha
dalam memberikan Perlindungan Khusus bagi Anak.
90
• meningkatkan kemampuan dan keterampilan Masyarakat dalam
memberikan Perlindungan Khusus bagi Anak; dan
• meningkatkan kemampuan Masyarakat dalam memberikan
pengasuhan yang baik, memberikan pembinaan keagamaan,
dan memberikan pemahaman kepada keluarga terkait
pemenuhan hak Anak.
• pembinaan kepada Lembaga Pendidikan formal dan informal
dalam bentuk: a. peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga
kependidikan melalui pelatihan hak-hak dan perlindungan Anak
berdasarkan Konvensi Hak Anak dan peraturan
perundangundangan terkait Anak; dan b. perlindungan Anak dari
kekerasan dan diskriminasi.
91
Rekomendasi
KemenPPPA mendorong Koordinator Klaster Logistik dan Klaster Perlindungan serta Pengungsian yakni Kementerian Sosial dan BNPB dan
K/L lain termasuk relawan agar mengupayakan:
1. Merevisi Kembali kebijakan terkait koordinator perlindungan anak di bencana selaras dengan amanat di PP 59/2019, terkait pelibatan
KemenPPPA dan Dinas PPPA dlm perlindungan anak dalam bencana di daerah serta membangun dan menyepakati mekanisme
koordinasi perlindungan anak dalam bencana baik di tingkat pusat maupun di daerah sejak pra bencana, tanggap darurat maupun
pasca bencana;
2. Penyediaan bantuan berupa kebutuhan spesifik anak, seperti pakaian bayi, makanan tambahan seperti biskuit, perlengkapan khusus
seperti pampers, vitamin, obat-obatan, alat permainan anak dll. dalam rangka mendukung layanan dukungan psikososial;
5. Penyediaan Toilet yang terpisah antara perempuan dan laki-laki sert lolasi tandon air yang mudah terjangkau dan aman untuk
perempuan dan anak di lokasi bencana yang dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR;
6. Sosialisasi oleh semua sector terkait pencegahan pekerja anak dan perkawinan anak dan memastikan pengasuhan anak yang
kehilangan satu atau kedua orang tuanya pasca bencana;
7. Peran Kementerian KUKM dalam menghidupkan Kembali ekonomi keluarga penyintas bencana untuk mencegah pekerja anak dan
perkawinan anak;
8. Optimalisasi partisipasi anak dalam pendataan dan Pendidikan darurat khususnya pelibatan anak remaja, relawan local dan forum
anak daerah;
92
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Mamuju-Majene Provinsi Sulawesi Barat
93
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Mamuju-Majene Provinsi Sulawesi Barat
2. Pelaksanaan Koordinasi dan Pendataan Terpilah 3. Pelaksanaan Pemantauan Pos Ramah Perempuan dan
Korban Perempuan dan Anak terdampak dengan Anak serta Pemetaan Kebutuhan Spesifik Perempuan
Pemda melalui DP3A dan Relawan di Lapangan dan Anak di Kabupaten Mamuju-Majene
Tim Kemen PPPA melaksanakan koordinasi dalam bentuk Tujuan dibentuknya pos ramah perempuan dan anak:
rapat bersama Dinas PPPA Prov. Sulawesi Barat, dan 1. memberikan ruang yang nyaman dan aman bagi
relawan diantaranya MDMC, Baznaz, dan perempuan dan anak di tempat pengungsian;
KAPPAL Perempuan 2. menyediakan layanan pengaduan, dukungan psikososial
bagi perempuan dan anak; serta
3. dukungan spesifik berupa pemberdayaan bagi perempuan
94
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Mamuju-Majene Provinsi Sulawesi Barat
95
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Bekasi dan Indramayu, Prov, Jabar
6. Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Psikososial di 7. Diskusi dan advokasi kepada Pertamina terkait
lokasi pos ramah perempuan dan anak di Kab. perlindungan perempuan dan anak di Balongan,
Bekasi Indramayu
96
Praktik Baik di Lapangan
Perlindungan Anak Situasi Darurat Bencana Gempa Bumi di
Kabupaten Lumajang, Prov. Jawa Tengah
97
Kegiatan Konsultasi Anak dalam
rangka mendukung partisipasi anak
khususnya dlm situasi darurat
bekerjasama dengan Save The
Children yang diikuti oleh Tim PRPA
Pendopo
Pemberian layanan
kepada anak PAUD
oleh Tim PRPA
Ciendeur bersama
Guru PAUD
Giat LDP oleh Pengurus
PRPA bersama guru
PAUD di Posko
pengungsi di Sarampad
98
Kegiatan POSYANDU Darurat Tim
PRPA Sarampad
101
Dokumentasi Pasca Bencana Tsunami
Selat Sunda
102
Carita, 23 Desember 2018
Trauma Pada Anak
Korban Bencana Tsunami
Biasanya anak-anak lebih rentan
mengalami trauma karena kondisi psikis
mereka yang belum sekuat orang
dewasa. Adapun gejala trauma pada
anak akibat bencana alam, termasuk
tsunami, antara lain:
103
Tanda Trauma Pada Anak
Korban Tsunami
• Bisa terkesan tenang
• Mulai berpikir tentang kematian dan
keselamatan secara berlebihan
• Mengalami masalah tidur, makan, dan
emosi
• Takut air
104
Bagaimana Cara Mengatasi Trauma
Pada Anak Korban Bencana Tsunami
Selat Sunda?
Jika anak
mengalami cedera Ajarkan anak tentang
fisik, obati dulu antisipasi bencana
cederanya tersebut 105
Trauma Healing Pada Anak Korban
Bencana Tsunami Selat Sunda
• Menghibur anak-anak korban bencana tsunami selat sunda
Kegiatan ini dilakukan dengan mengajak anak-anak korban bencana tsunami bermain
sebagai trauma healing untuk menghilangkan ketakutan atau trauma akibat bencana
tsunami selat sunda.
• Melakukan terapi psikis pada anak korban bencana tsunami selat sunda
Kegiatan ini dapat memotivasi anak-anak untuk tidak takut, kembali ceria, dan tetap
waspada ketika bencana datang.
• Melakukan dongeng trauma healing dan memberikan bantuan makanan, minuman, dan
pakaian
• Melakukan kegiatan belajar-mengajar di lokasi terdampak tsunami
Kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan mendirikan sekolah dan trauma healing di
tenda-tenda darurat.
106