Anda di halaman 1dari 35

Penerapan UU Perlindungan Anak

dalam Proses Belajar Mengajar

Disampaikan pada acara HUT PGRI ke 77 Tahun 2022


Pada tanggal 14 November 2022
Paradidma Pembangunan Yang Berorientasi Pada Anak

Selama ini :

Parsial, Segmentatif, Sektoral

Sekarang:

Holistik, Integratif, Suistanable

www.free-powerpoint-templates-design.com
KEKERASAN TERHADAP ANAK
Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
Kemerdekaan secara melawan hukum
(Sumber: UU 35 Tahun 2014, Tentang Perlindungan
Anak)
Bentuk kekerasan thd Anak
berdasarkan UUPA
.
1.  kekerasan fisik,
kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh.
Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau
kemampuan normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa
seseorang. Contoh penganiayaan, pemukulan, pembunuhan. 
2.  kekerasan psikis (emosional),
situasi perasaan tidak aman dan nyaman yang dialami anak. berupa
menurunkan harga diri serta martabat korban; penggunaan kata-kata
kasar; penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan
orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata
dsb Contoh dihina, dicaci maki, diejek, dipaksa melakukan sesuatu yang
tidak dikehendaki, dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dipaksa bekerja
menjadi pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pembantu rumah
tangga, dipaksa mengemis, dll.
Bentuk kekerasan thd Anak
berdasarkan UUPA
.
3.  kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah apabila anak
disiksa/diperlakukan secara seksual dan juga terlibat
atau ambil bagian atau melihat aktivitas yang bersifat
seks dengan tujuan pornografi, gerakan badan, film,
atau sesuatu yang bertujuan mengeksploitasi seks
dimana seseorang memuaskan nafsu seksnya kepada
orang lain.
Anak yang mengalami kekerasan seksual akan
memberikan dampak psikologis yang serius, yang
akan mengakibatkan trauma
Bentuk kekerasan thd Anak
berdasarkan UUPA

4.  kekerasan dalam bentuk penelantaran,
Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang
tua yang tidak memberikan perhatian yang layak
terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya
anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak
diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang
layak.
Bentuk kekerasan thd Anak
berdasarkan UUPA

5. Eksploitasi.
eksploitasi anak adalah sikap diskriminatif atau
perlakuan sewenangwenang terhadap anak yang
dilakukan keluarga atau masyarakat. Contoh,
memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa
memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan
perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik,
psikis dan status sosialnya. Misalnya anak dipaksa
untuk bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan
n Huk um
Land as a

l Konvensi Internasional PBB ttg Konvensi Hak


n a
s io Anak (ratifikasi: Kepres 36/1990 ttg pengesahan KHA)
n a
ter
In UU No.12 Thn 2017 tth konvensi Asean
menentang perdagangan orang terutama
l perempuan dan anak
na
o
si
na
UU 23/2002 + UU 35/2014; UU 17/2016 dan
berbagai perundangan-undangan lainnya

BY ONI
n Huk um
L and as a
 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
 SKB antara Ketua Mahkamah Agung dengan 5
al Kementerian /Lembaga terkait tentang
o n
si
na Penanganan ABH melalui pendekatan
Restorative Justice,
 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak yang disahkan pada tanggal 30 Juli
2012 .

BY ONI
Landasan Hukum
PERDA
1. Perda No.4 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
Perempuan dan Anak Korban kekerasan.
2. Perda No.5 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan KLA
ah

3. Perda ttg Perlindungan khusus Anak (draft)


er

PerBup
da

2. Perbub No.29 Tahun 2017 tentang RAD Pengembangan KLA


3. Perbub No. 30 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kasus Kekerasan terhadap perempuan dan anak
4. Perbup57/2018 : pencegahan dan penanganan perkawinan usia anak
5. Perbup 48/2019 Pembentukan UPT - PPA
6. Perbup 50/2019 ttg RAD Perlindungan Lanjut Usia
7. Perbup 7/2020 ttg Penyelenggaraan Layanan Puspaga

BY ONI
Keputusan
Presiden Nomor Prinsip-Prinsip
36 Tahun 1990 Negara, Pemerintah, KHA: ( 4 prinsip
Pemerintah Daerah, perlindungan
masyarakat, anak)
keluarga, dan orang UU 35/2014 :
K tua atau wali
berkewajiban dan
Pasal 2
Non Diskriminasi
HA bertanggung jawab
terhadap
Kepentingan Terbaik
Undang- penyelenggaraan
bagi Anak
Undang Perlindungan Anak”
Nomor 23 Hidup, Tumbuh, dan
Tahun 2002 Berkembang
(UUPA
35/2014) Partisipasi/ Suara Anak
Prinsip-Prinsip KHA/4 prinsip perlindungan anak (UUPA 35/2014 :Pasal 2)

Non Diskriminasi  semua hak yang


terkandung dalam KHA diberlakukan
kepada setiap anak tanpa ada pengecualian
Menghargai
Pandangan Anak
 hal-hal yang menyangkut kehidupan anak, perlu
diperhatikan dalam pengambilan keputusan

Kepentingan Terbaik bagi Anak  semua


tindakan yang menyangkut anak, maka yang terbaik
bagi anak harus menjadi pertimbangan utama

Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan


Perkembangan  hak hidup yg melekat pada diri
setiap anak harus diakui dan dijamin
Berdasarkan cara pembagian yang dirumuskan oleh Konvensi Hak Anak PBB, substansi Hak
Anak dikelompokan dalam 5 kluster KLA :
KLASTER I
HAK SIPIL DAN KEBEBASAN

KLASTER II Preventif dan promotif


LINGKUNGAN KELUARGA DAN
PENGASUHAN ALTERNATF Pemenuhan
KLASTER III Hak Anak
KESEHATAN DASAR DAN
KESEJAHTERAAN
Tim Ad
KLASTER IV
PERLINDUNGA
Hoc PA
PENDIDIKAN, PEMANFAATAN N ANAK
WAKTU LUANG, DAN KEGIATAN
BUDAYA

KLASTER V Perlindungan Tim Koord.PPA & UPT PPA

PERLINDUNGAN KHUSUS Khusus Anak Kuratif dan rehabilitatif


24 Indikator Kabupaten Layak Anak (KLA)
4. Akta Kelahiran 7. Perkawinan Anak
21. Korban Kekerasan &
5. Informasi Layak Anak 8. Lembaga Konsultasi bg
Eksploitasi 6. Partisipasi Anak Ortu/Keluarga
22. Korban 9. Lembaga Pengasuhan Alternatif
Kluster 10. PAUD-HI
Pornografi &
Situasi Darurat
I 11. Infrastruktur Ramah Anak
23. Penyandang
Hak Sipil
Disabilitas Kluster
24. ABH, Terorisme, Kebebasan II
Stigma Lingkungan
Perlindunga Keluarga & 12. Persalinan di
Kluster Pengasuhan Faskes
V n Khusus Ke
lembagaan Alternatif 13. Prevalensi Gizi
18. Wajar 12 Th 14. PMBA
Pendidikan, 15. Faskes dgn
19. SRA Pemanfaatan
Kesehatan Pelayanan
20. PKA Dasar & Ramah Anak
Waktu Luang & Kesejahteraan 16. Air Minum dan
Kluster Kegiatan Kluster Sanitasi
IV Budaya III 17. KTR k

1. Perda KLA; 2. Terlembaga KLA; 3. Keterlibatan Masy, Dunia Usaha & Media
Proses belajar mengajar dalam perspektif UUPA

UUPA 23/2002,pasal 54 :
Anak di dalam dan di lingkungan sekolah
wajib dilindungi dari tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh guru, pengelola
sekolah atau teman-temannya di dalam
sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya.
n on fo rm a l, d a n in f o r ma l
Satuan pe nd id ik a n f o r m a l,
e r ik a n p e m e n u h a n h a k
yang mampu memb , s e la m a
s b a g i an a k
dan perlindungan khusu (t e rm a su k
en d id ik a n
anak berada di satuan p un t u k
p en g a d u a n
tersedianya mekanisme a n ) .
s d i s a t u a n p e n d id ik
penanganan kasu

16
Kluster IV
18. Wajar 12 Th Pendidikan,
Pemanfaatan
19. SRA Waktu Luang &
20. PKA
Ada 6 komponen Kegiatan Budaya
1. Kebijakan 4. Sarana Prasarana Ramah
tentang SRA Anak
2. Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Terlatih KHA 5. Partisipasi Anak

3. Proses Belajar yang 6. Partisipasi Orangtua, LM, DU,


Ramah Anak
stakeholder lainnya, dan alumni
PERAN PERAN
SEKOLAH KELUARGA

888jam
jamsekolah
jam rumah
lainnya

DI LUAR SEKOLAH + PERAN


DI LUAR RUMAH BANYAK
PIHAK
18
KONSEP SRA

1 ORANG DEWASA
MENGUBAH
PARADIGMA DARI
1 2 2 MEMBERIKAN
KETELADAN
PENGAJAR MENJADI DALAM
PEMBIMBING, ORANG KESEHARIAN
TUA DAN SAHABAT
ANAK
3 PEM4ENUHAN
MEMASTIKAN HAK
ORANG DEWASA DI ANAK
MEMASTIKAN ORANG
SEKOLAH
TERLIBAT PENUH
DALAM
3 4 TUA DAN ANAK
TERLIBAT AKTIF
DALAM MEMENUHI 6
MELINDUNGI ANAK
KOMPONEN SRA
Membangun pokja
Pencegahan dan Sekolah
penanganan Tanpa
Kekerasan thd Anak Kekerasan
Berbasis Sekolah (zero
violance)

Wadah koordinasi & kolaborasi


warga sekolah yg bersepakat dan
bersedia melakukan serangkaian
upaya untuk mencegah dan
menangani kekerasan thd anak di
sekolah
1. Melindungi anak
dari tindak kekerasan yg terjadi
Kenapa di lingkungan satuan pendidikan
Pokja baik di dlm maupun di luar

2. Mencegah anak melakukan


tujuan tindakan kekerasan di lingkungan
satuan pendidikan baik di dlm
maupun di luar

1. mandat
3. Mengatur mekanisme pencegahan,
psl 3 penanganan dan sanksi thd
Permen tindakan kekerasan di lingkungan satuan
dikbud pendidikan yang melibatkan anak baik
sebagai korban maupun sebagai pelaku
t ujuan

2. Pokja dibutuhkan, karena korban lebih banyak


anak
Anak butuh teman atau guru yang dekat dgn
mereka dan menjadi tempat mengadu/melapor bila
mengetahui, melihat atau mengalami kekerasan
(shg pokja berekerja di 2 level : sekolah dan siswa
tujuan
1. Pencegahan perilaku
kekerasan bagi
semua warga sekolah
3. Pokja
dibutuhkan
2. Mendekatkan akses layanan
karena sekolah
pelaporan dan pengaduan\
lebih memahami
bagi warga sekolah
bgm situasi dan Berbasis yg mengalami kekerasan
kondisi semeua sekolah
peserta didik dlm
penyelesaian 3. Membawa korban yg
berbagai mengalami kekerasan
masalah. ke lembaga layanan untuk
pemenuhan hah-hak sbg korban
sbg warga sekolah
Penanganan :
SOP : 263/288/DPP-PA/2022

Ancaman : PASAL 82
 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang Tua, Wali,
pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga)
dari ancaman pidana sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
UU N0.11 thn 2011-SPPA
Kewajiban APH ketika memproses anak ke pengadilan :
1. Mengutamakan pendekatan restorative justive
2. Upaya diversi
3. Memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan mengusahakan
suasana kekeluargaan
4. Merahasiakan identitas ABH dlm pemberitaan media cetak dan
elektronik
5. Tidak memakai atribut kedinasan dlm memeriksa anak
6. Memberikan pendampingan dan bantuan hukum
Anak dapat dipidana bila usianya sdh 14 thn atau lebih, dengan pidana yang
tidak menjatuhkan martabat dan harkat anak, dan diancam dengan pidana 7
thn
Bila anak blm genap 14 thn melakukan tindak kekerasan berat maka penuntut
umum menagani secara bijaksana dengan menerapkan azas proposional dan
kepentingan terbaik bagi anak.
PENANGKAPAN, PENAHANAN ATAU DIPENJARA ADALAH UPAYA TERAKHIR
DAN DALAM WAKTU YANG PALING SINGKAT TERHADAP ABH

Kejaksaan Negeri
Lubuklinggau
Kemana harus melapor
Konseling :
0811-7185-363 ( Een K, M.Psi)
0812-9801-2252 ( Hj. Sri Murniasih, SH
M.Si)

0852-7330-4433 (Maylani)

0812-7893-7844 (Hasbi, S.Ag)


ANAK MEMPUNYAI HAK
UNTUK:
1.bermain
2.berkreasi
31 HAK 3.berpartisipasi
4.berhubungan dengan orang tua bila
ANAK
terpisahkan
5.bebas melakukan kegiatan agamanya
6.bebas berkumpul
7.bebas berserikat
8.hidup dengan orang tua
9.kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang
29
ANAK MEMPUNYAI HAK

UNTUK MENDAPATKAN
10. nama
31 HAK 11. identitas
ANAK 12. kewarganegaraan
13. pendidikan
14. informasi
15. standar kesehatan paling tinggi
16. standar hidup yang layak
17. Perlindungan pribadi
18. Perlindungan dari tindakan
kesewenang-wenangan 30
ANAK MEMPUNYAI HAK
Perlindungan dari :
19. Perampasan kebebasan
20. Perlakuan kejam, hukuman dan perilaku tdk manusiawi

31 HAK 21. Siksa fisik dan non fisik


22. penculikan,
ANAK penjualan/perdagangan/traffiking
23. Eksploitasi sexual
24. Penyalang gunaan obat-obatan
25. Eksplotasi sbg pekerja anak
26. Eksploitasi sbg klpk minoritas
27. pemandangan/keadaan yg menurut sifatnya blm layak
utk anak
28. Khusus dlm situasi darurat
29. Khusus sbg pengungsi/terusir/tergusur
30. Khusus jika mengalami konfli 31
“Anak bukanlah miniatur orang Dewasa”
“Anak sebagai pelaku bukanlah pelaku murni”
Kejaksaan Negeri
Lubuklinggau
34
Terima Kasih
Berlian
(Bersama
Lindungi
Anak)

Anda mungkin juga menyukai