Anda di halaman 1dari 52

MEMBANGUN SISTEM

PERLINDUNGAN ABH YANG


TERINTEGRASI

Oleh: Apong Herlina, SH.MH


• Kompetensi Dasar
1. Memahami Sistem Perlindungan Anak
2. Memahami Cara Penanganan ABH Yang Terintegrasi Dengan
Pendekatan Pembangunan Sistem Perlindungan Anak
3. Memahami tehnik koordinasi

Materi Pokok:
4. Tujuan Perlindungan Anak
5. Sistem Perlindungan Anak
6. Komponen sistem perlindungan ABH yang terintegrasi
7. Mengimlementasikan penanganan ABH dg Pendekatan Sitem
yg Terintergrasi
SISTEM PERLINDUNGAN ANAK
• APA PERLINDUNGAN ANAK ?
• APA TUJUAN PERLINDUNGAN ANAK ?
• APA SISTEM PERLINDUNGAN ANAK ?
• APA KOMPONEN SISTEM PERLINDUNGAN ABH YANG
TERINTEGRASI ?
• BGM MENGIMLEMENTASIKAN PENANGANAN ABH DG
PENDEKATAN SITEM YG TERINTERGRASI ?
Siapa Yang Dimaksud Dengan Anak ?
 Anak :
• seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan”. (UU No.23 tahun 2002
yang dirubah dengan UU No 35 tahun 2014 dan dirubah kedua kalinya dengan UU No. 17
tahun 2016 tentang Perlindungan Anak )
Definisi PERLINDUNGAN ANAK
(Pasal 1 UUPA)

Segala kegiatan untuk MENJAMIN DAN MELINDUNGI


ANAK DAN HAK-HAKNYA

agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan


berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan


diskriminasi.
Tujuan Perlindungan Anak
Pasal 3 UUPA
menjamin terpenuhinya hak-hak Anak, agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan

Serta Mendapatkan Perlindungan dari kekerasan dan


diskriminasi

Demi terwujudnya anak Indonesia yang


berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.
SASARAN PERLINDUNGAN ANAK

SELURUH ANAK /YANG


1 BLM BERUSIA 18 TAHUN

2
ANAK YANG
MEMERLUKAN
PERLINDUNGAN
KHUSUS : ABH,
Anak
Apa Perlindungan Khusus ??

Suatu bentuk perlindungan yang


diterima oleh Anak dalam situasi dan
kondisi tertentu untuk mendapatkan
jaminan rasa aman terhadap ancaman
yang membahayakan diri dan jiwa
dalam tumbuh kembangnya.
(Pasal 1 UU No.35 Tahun 2014)
SIAPA ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN
KHUSUS ????
Anak yang
Anak yang Anak dari kelompok
Anak dalam situasi dieksploitasi secara
berhadapan dengan minoritas dan
darurat; ekonomi dan/atau
hukum; terisolasi;
seksual;

Anak jadi korban Anak korban


penyalah narkotika, penculikan,
Anak yang menjadi Anak dengan
alkohol, penjualan,
korban pornografi; HIV/AIDS;
psikotropika, dan dan/atau
zat adiktif lainnya; perdagangan;

Anak korban
Anak korban Anak korban Anak Penyandang
Kekerasan fisik
kejahatan seksual; jaringan terorisme; Disabilitas;
dan/atau psikis;

Anak jadi korban


Anak korban Anak dengan stigmatisasi dari
perlakuan salah perilaku sosial pelabelan terkait
dan penelantaran; menyimpang; dan dengan kondisi
Orang Tuanya.
Siapa Yang Berkewajiban Dan
Bertanggung Jawab Memberikan
Perlindungan Khusus Kepada Anak ?
Pasal 59 (1) UU PA

Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan lembaga negara
lainnya berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk
memberikan
perlindungan khusus
kepada anak
Azas Perlindungan Anak

1. 2.
Pancasila UUD 1945
PRINSIP PERLINDUNGAN ANAK

Non Diskriminasi

Hak Hidup;
Menghargai Kelangsungan Kepentingan
Pendapat Anak Hidup; terbaik bagi Anak
Perkembangan
APA SISTIM PERLINDUNGAN ANAK ??

Atau Pendekatan pembangunan sistem atau


System-Building Approach (SBA)

merupakan suatu strategi Perlindungan Anak dengan


membangun sistem perlindungan anak yang
terintegrasi

bertujuan mempromosikan suatu sistem


perlindungan anak yang komprehensif.
Sistem Perlindungan Anak terdiri dari 5
elemen:

1. Sistem Hukum dan Kebijakan

2. Sistem Peradilan

3. Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga

4. Sistem Perubahan Perilaku Sosial

5. Sistem Data dan Informasi Perlindungan Anak


1. Sub Sistem Hukum dan Kebijakan

• dapat diartikan sebagai Sebuah entitas yang terus


berkembang yang mengembangkan dan menegakkan
aturan-aturan dengan tujuan untuk mengatur perilaku.
• tidak boleh dilihat secara sempit hanya sebagai
peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau
“hal-hal yang tertulis”.
• Tetapi harus mempertimbangkan sistem yang lebih
luas, yaitu kaitannya dengan sistem-sistem pencegahan
dan penanganan yang dilaksanakan melalui sistem
peradilan, sistem kesejahteraan sosial bagi anak dan
keluarga, dan sistem-sistem lainnya di suatu negara.
Sistem hukum dan kebijakan membentuk,
mengatur, memberikan mandat dan
sumber daya untuk elemen Sistem
Perlindungan Anak lainnya, yaitu:
 Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak
dan Keluarga,
 Sistem Peradilan,
 Sistem Data dan Informasi Perlindungan
Anak,
 serta Sistem Perubahan Perilaku Sosial
2. Sub Sistem Peradilan

 Sub Sistem peradilan anak merupakan salah satu elemen


dalam sistem perlindungan anak, yang menetapkan
kerangka hukum dan menegakkan hukum dalam
masyarakat.
 Dalam pelaksanaannya sistem peradilan anak seharusnya
berinteraksi dengan sistem kesejahteraan sosial bagi anak
dan keluarga untuk menentukan situasi dan kebutuhan demi
kepentingan terbaik anak.
 Sistem Peradilan meliputi:
- Peradilan pidana
-Peradilan perdata
- Peradilan administrasi dan
- Peradilan informal.
standar Internasional mengenai penanganan anak
yang berhadapan dengan hukum sebagai Dasar
pendekatan PBB mempunyai prinsip-prinsip

1. Negara Kewajib untuk membangun sistem peradilan bagi


anak khusus dan tersendiri.
2. Kepentingan terbaik anak merupakan pertimbangan utama
dalam semua keputusan, semua tahap.
3. Perlakuan adil, manusiawi, setara dan yang bersifat non
diskriminatif
4. Partisipasi aktif anak dalam proses.
5. Dalam UU SPPA penanganan Perkara ABH wajib
diselesaikan dengan pendekatan keadilan Restoratif
6. Penyelesaian perkara anak dapat dilaksanakan dengan
diversi
3. Sub Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan
Keluarga
 Merupakan salah satu elemen dari Sistem Perlindungan Anak, yang
secara khusus berperan dalam mencegah resiko dan merespon
kekerasan, eksploitasi, perlakukan salah, dan penelantaran terhadap
anak, termasuk mencegah terulangnya kembali pelanggaran
tersebut.

 Karateristikkomprehensif, pro-aktif dan responsif yang tercermin


dalam ketersediaan dan aksesibilitas rangkaian layanan -yaitu:
a. Layanan primer ditujukan kepada seluruh masyarakat,
b. Layanan sekunder ditujukan kepada anak dan keluarga yang
rentan atau beresiko,
c. Layanan tertier ditujukan kepada anak yang telah mengalami
kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran,
 berinteraksi dengan pelayanan lain, seperti:
pendidikan, kesehatan dan jaring pengaman Sosial.
 Prinsipnya:
– Mempromosikan kesejahteraan sosial anak dan
keluarga.
– Mengutamakan pengasuhan berbasis keluarga.
– Memahami dan menganalisa kondisi sosial
keluarga yang mengakibatkan anak beresiko dan
mengalami kekerasan, eksploitasi, perlakuan
salah dan penelantaran.
4. Sub Sistem Perubahan Perilaku Sosial
 merupakan salah satu elemen dalam sistem perlindungan anak yang
mempengaruhi dan saling terkait dengan sistem kesejahteraan sosial
bagi anak dan keluarga, dan sistem peradilan anak.
 Sistem Perubahan Perilaku Sosial mencakup pola pikir, sikap,
kepercayaan, dan perilaku penyedia layanan, penegak hukum dan
masyarakat terhadap perlindungan anak.
 Lima area strategis untuk perubahan perilaku sosial:
a. Peningkatan pengetahuan dan pengumpulan data tentang
perlindungan anak;
b. Penguatan peran keluarga dalam mengasuh dan melindungi anak;
c. Penguatan peran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang
melindungi anak;
d. Mempromosikan pemberdayaan dan partisipasi anak;
e. Mendukung pendidikan masyarakat dan penyelenggaraan dialog
sosial
5. Sub Sistem Data dan Informasi
Perlindungan Anak
 merupakan salah satu elemen dalam Sistem Perlindungan Anak yang
mengatur mekanisme pengumpulan data, analisa data, penyimpanan,
dan pemanfaatan data dan informasi untuk perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program perlindungananak
 Data dan Informasi Perlindungan Anak seharusnya terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
a. data populasi,
b. data prevalensi faktor resiko, (misalnya brp persen anak rentan)
c. data prevalensi permasalahan, (misalnya brp persen ABH)
d. data kasus, (jml, jenis TP, penyebabnya, dampaknya dst)
e. data cakupan layanan, serta
f. data monitoring dan evaluasi
Mengapa Penanganan ABH
dengan Pendekatan Berbasis
Sistem ?
Penanganan ABH dengan Pendekatan Berbasis Sistem

Penanganan Perkara dimulai dari


menangani gejala/masalah

Menuju
Pencegahan dan penanganan Perkara
(kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran),
melalui sistem perlindungan anak yang
komprehensif.
Perkembangan Pendekatan Dalam Perlindungan Anak

1. Pendekatan Berbasis Isu

2.Pembangunan
Lingkungan yang Protektif Bagi Anak

3. Pendekatan Berbasis Sistem

25
25
1. Pendekatan Berbasis Isu
• Adalah penanganan perlindungan anak yang
didasarkan pada isu-isu yang muncul, seperti:

Pekerja anak tugas Menaker

Anak yang diperdagangkan tugas APH

Anak jalanan tugas Mensos

Anak kurang gizi tugas Menkes

Anak drop out tugas Mendikbud

ABH tugas APH


Kelemahan Pendekatan Berbasis Isu

• Gagal melihat akar penyebab umum yang


memerlukan penanganan bersama;
• Gagal membangun tautan antara penanganan isu /
masalah dan kebijakan Nasional
• Program PA sudah banyak dilakukan, namun masih
berkutat pada kepentingan sektor/profesi/keahlian/
kementerian BUKAN POKUS PADA ANAK
• Pembaharuan sering terjadi namun parsial dan
terisolasi dari sistem yang lebih luas.

27
Pendekatan Berbasis Sistem
Diarahkan untuk memperkuat lingkungan yang melindungi anak
(protective environment) dengan menitikberatkan pada tindakan-
tindakan terpadu dengan tujuan bersama melindungi anak

Terdiri dari elemen yang saling berkait.

Melakukan upaya pencegahan dan merespon semua


permasalahan anak secara terpadu.

Meningkatkan sikap, keyakinan, nilai-nilai dan perilaku yang


menjamin kesejahteraan dan perlindungan anak.
Lingkungan Protektif
Lingkungan Yang Melindungi Anak
Protective Environment
1. Komitmen pemerintah terhadap perlindungan
2. Perundangan dan penerapannya (enforcement).
3. Diskusi terbuka mengenai perlindungan anak
4. Sikap, adat istiadat, perilaku dan kebiasaan
5. Ketrampilan hidup, pengetahuan dan
partisipasi anak
6. Kapasitas penyedia layanan
7. Pelayanan untuk korban dan rehabilitasi
8. Pemantauan, evaluasi dan Pelaporan
Penanganan ABH Yang Terintegrasi Dengan
Pendekatan Pengembangan Sistem

Sebagai strategi/pendekatan yang lebih


komprehensif dan efektif untuk membangun atau
memperkuat sistem perlindungan anak.

….pencegahan dan respon


Sistem Perlindungan terhadap isu-isu perlindungan
Anak secara optimal anak melalui pelayanan:
mencakup...  PRIMER,
 SEKUNDER &
 TERSIER
Tingkat-Tingkat Pelayanan (Intervensi)
Dalam Sistem Perlindungan Anak

PRIMER SEKUNDER
TERTIER
Pelayanan Pelayanan
Pelayanan
Penduduk secara Anak dan keluarga
ABH
umum rentan

Anak Anak pelaku


Anak-anak
rentan
Anak
Korban
Keluarga
Dewasa
rentan Anak Saksi
Tingkat-Tingkat Pelayanan (Intervensi)
Dalam Sistem Perlindungan Anak

(diutamakan dari
Pelayanan PA: intervensi Pemerintah)
hukum untuk menjauhkan Intervensi
pelaku dari korban anak atau
Tersier
penempatan anak pada
pengasuhan alternatif

Intervensi
(diberikan oleh Pemerintah, Sekunder
LSM, OBM)

Intervensi
Primer

Kerangka hukum dan kebijakan

Intervensi Tersier:
Intervensi Premier Target
: Target individu
semua (anak/keluarga)
anak (penyadaran yang umum)
& pelayanan telah menjadi korban
(layananberesiko
Intervensi Sekunder : Target kelompok penanganan kasus) bagi keluarga rentan)
(e.g. Pelayanan
Intervensi Sekunder:
Intervensi Tersier Target
: Target kelompok
individu berisiko
anak/keluarga (yang(layanan pencegahan
telah menjadi korban) bagi anak
&keluarga yang rentan)
Intervensi Primer: Target semua penduduk, anak dan orang dewasa ( layanan pencegahan
33 secara umum)
Tingkat-Tingkat Pelayanan (Intervensi)
Dalam Sistem Perlindungan Anak

PRIMER SEKUNDER
TERTIER
Penduduk Anak dan
ABH
secara umum keluarga rentan
Memeberi layanan
Program dan perlindungan
Merespon isu proses peradilan
pemenuhan kerentanan
hak anak
Rehabilitasi/ ganti rugi
/ kompensasi
Mencegah
Program
anak
perlindunga reintegrasi 
menjadi pemulihan pada
n keadaan semula
korban
Tujuan SBA

Pendekatan pembangunan sistem (SBA) perlindungan anak


yang terintegrasi, bertujuan mempromosikan suatu sistem
perlindungan anak yang komprehensif.

 dengan cara memperkuat lingkungan yang melindungi


anak dari segala hal yang membahayakan.
 Terdiri dari elemen yang saling terkait
 Melakukan upaya pencegahan dan merespons semua
permasalahan anak secara terpadu
 Meningkatkan sikap, keyakinan, nilai-nilai dan perilaku
yang menjamin kesejahteraan dan perlindungan anak,
Ciri-cirinya
a. Pelayanan terkoordinasi dan berdasarkan
pada sistem yang terintegrasi;
b. Pelayanan komprehensif dan berorientasi
pada pencegahan dan intervensi dini;
c. Pelayanan yang berpusat pada
kepentingan terbaik bagi anak,
pemberdayaan keluarga dalam mengasuh
dan melindungi anak, serta peningkatan
peran negara dalam memberdayakan
keluarga.
Yang Perlu Menjadi Catatan Dalam Penanganan ABH
Yang Terintegrasi

• Perlu membangun lingkungan yang melindungi bagi


anak yang berhadapan dengan hukum
• Penyelesaian Perkara ABH dengan Pendekatan RJ
• Prosedur ramah anak dan peka gender dalam sistem
peradilan formal
• Diversi kepada mekanisme berbasis keluarga dan
masyarakat
• Pencegahan dan rehabilitasi dan reintegrasi yang
konstruktif
• Sistem peradilan yang ramah anak dan peka gender
adalah titik awal untuk menuju pemerintahan bersih
dan prosedur peradilan yang transparan
Apong Herlina, UNDP,2016
Apong Herlina, UNDP,2016
KOORDINASI LINTAS SEKTOR

PENYIDIK

LEMBAGA
PENYEDIA PENUNTUT UMUM
LAYANAN

ADVOKAT/
HAKIM
PH

PEKSOS PK BAPAS
Kewajiban dan Tanggung Jawab
Penyelenggaraan Perlindungan Anak

Pasal 22  UU No. 35 Tahun 2014


• Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan
bertanggung jawab memberikan dukungan sarana, prasarana, dan
ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak.” 

Pasal 23 UU No. 35 Tahun 2014 


• Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin
perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan Anak dengan
memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua, Wali, atau orang lain
yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak.
 
Apong Herlina, UNDP,2016
Apong Herlina, UNDP,2016
Yang Perlu Menjadi Catatan Dalam Penanganan ABH
Yang Terintegrasi

• Perlu membangun lingkungan yang melindungi bagi


anak yang berhadapan dengan hukum
• Penyelesaian Perkara ABH dengan Pendekatan RJ
• Prosedur ramah anak dan peka gender dalam sistem
peradilan formal
• Diversi kepada mekanisme berbasis keluarga dan
masyarakat
• Pencegahan dan rehabilitasi dan reintegrasi yang
konstruktif
• Sistem peradilan yang ramah anak dan peka gender
adalah titik awal untuk menuju pemerintahan bersih
dan prosedur peradilan yang transparan
Kesimpulan
ABH penyebab langsung dan penyebab tidak
Anak Yang Berkualitas Berahlak langsung / faktor pendorong
Mulia dan Sejahtera
Penyelesaian Perkara ABH dengan Pendekatan
RJ  penanganan penyebab tidak langsung

Prosedur ramah anak dan peka gender dalam


sistem peradilan formal

Diversi kepada mekanisme berbasis keluarga


dan masyarakat

Membangun lingkungan yang melindungi bagi


anak yang berhadapan dengan hukum

Koordinasi antara APH dan Pemda,


Masy, Lembaga terkait lainnya
Terimakasih
Kecanduan Game Online, Bocah Ini Nekat Mencuri Motor
• Bandung - Bocah laki-laki putus sekolah ini bisa larut seharian di warung internet (warnet)
sembari memolototi layar monitor komputer. Dogol (15), nama samarannya, berprinsip
pantang pulang sebelum menuntaskan permainan game online. Sudah tak terhitung
berapa kali ia bolak balik warnet.

Kebablasan menyantap game online berdampak buruk terhadap perilaku Dogol. Ia terjerat
hukum lantaran bertindak kriminal. Tak punya duit untuk main game online, Dogol nekat
mencuri sepeda motor. Kasus kejahatan anak di bawah umur itu ditangani Polsek Andir,
Bandung , Jawa Barat.

"Saya sudah kecanduan game online. Sering main dari pagi sampai pagi lagi” tutur Dogol.

• Bocah Ini Bertindak Kriminal Gara-gara Kecanduan Game Online.


Kasus ini terungkap saat Dogol mencoba mencuri sepeda motor terpakir di halaman rumah
warga, kawasan Marga Asih, Kecamatan Andir, Kota Bandung.
• Modusnya mengeser-geser motor tanpa merusak kunci kontak. Namun ketika sudah
beberapa langkah menggeser motor, aksinya tepergok warga.
• Dogol akhirnya mengaku hendak mencuri motor, dan langsung diamankan ke Mapolsek
Andir.
Diskusi
1. Sebut apa penyebab Anak melakukan
pencurian ?
2. Bagaimana menangani perkara anak
tersebut?
a. Jelaskan kebijakan Penanganan perkara
Anak Pelaku tersebut
b. Siapa yang bertanggungjawab ?.
c. apa peran atau tugas masing –masing
d. Bagaimana langkah-langkahnya
Jawaban
1. Bocah laki-laki putus sekolah  hak atas pendidikan  tg jawab ortu dan
diknas/ pemda
2. Karena drop out  bisa larut seharian di warnet Kecanduan game online
3. Sering main dari pagi sampai pagi lagi  termasuk pengasuhan tg jwb ortu
tg jwb pemda terkait pola asuh anak dan pengawasan.
4. Tidak punya uangKesejahteraan Anak dan Keluarga  tg jwb ortu dan pemda
(pemberdayaan ekonomi dan pola asuh )
5. Tak punya duit untuk main game online, Dogol nekat mencuri sepeda motor
6. warnet  izin usaha warnet dari pemda , operasional warnet hrs
memperhatikan tujuan perlindungan Anak,  harus ada pengawasan terhadap
warnet  tg jwb kominfo, pemda.
7. Mencuri proses hukum SPPA kebijakan penyelesaian perkara anak 
melalui proses formal atau diversi tujuannya pemulihan Anak pada keadaan
semula (keadilan restoratif
8. Pemulihan  rehabilitasi  harus melihat penyebab tindak pidana penyebab
lsg kecanduan gameonline  di rehab , pembinaan
9. Penyebab tidak lsg Pola asuh yang salah, Hak atas pendidikan tidak terpenuhi,
pengawasan thd operasional warnet pelu diperbaiki
10. Tugas dan tg jawab APH, peksos, PK Bapas, PH, ortu, pemda , pemerintah pusat
dan masyarakat
5.Elemen Sistem Perlindungan Anak
1. Sub Sistem Hukum dan Kebijakan

3. Sub Sistem
2. Sub Sistem
Kesejahteraan Sosial bagi
Peradilan
Anak dan Keluarga Anak

Hak dasar anak, pengasuhan,


Penegakan hak yang terlanggar,
kesehatan, pendidikan,
rehabilitasi medis dan rehab
kesejahteraan,perlindungan
psikososial, reintegrasi,
Rekreasi , berpendapat dst konseling, ganti rugi dst

4. Sub Sistem
Perubahan
Perilaku Sosial

5. Sub Sistem Data dan Informasi Perlindungan Anak


50
Nekat Mencuri, Tiga Pelajar Berdalih untuk Mabuk-mabukan

• Sebanyak 3 pelajar Ngawi spesialis pencuri uang dibekuk Unit Reskrim Polsek Karangjati. Ketiga pelajar SMK
dan MTsN itu beralasan nekat mencuri untuk mabuk-mabukan dan berfoya-foya.

Kapolsek Karangjati Iptu Lilik Sulastri mengatakan dari 3 pelajar tersebut, seorang anak ditetapkan sebagai
tersangka berinisial PS (12) duduk di kelas 1 MTsN Karangjati. Sedangkan dua pelajar SMK lainnya berinisial
DRS (17) dan W (17) masih berstatus sebagai saksi.

"Dari 3 pelaku, 1 sudah tersangka dan merupakan spesialis pencuri . Yang sangat disayangkan karena masih
kelas 1 MTsN. Dari pemeriksaan sementara TSK yang masih MTsN ini mencuri diajari oleh 2 pelajar SMK,"
jelas Lilik kepada wartawan di kantornya, Rabu (14/10/2009).

• Lilik menambahkan, tertangkapnya ketiga pelajar itu dari pengembangan pengakuan PS yang sudah
melakukan pencurian di 6 TKP. Pelaku mengaku modus mencuri biasanya saat mengajak anak-anak bermain
petak umpet.

Saat teman-temannya bersembunyi, pelaku memulai aksinya mencuri uang di rumah korban. Korban terakhir
uang yang dicuri sebesar Rp 3,5 juta yakni Kepala Dusun (Kasun) Sidokerto, Yatun (50), orangtua Yono (35).

"Ini bisa dibilang modus baru yakni pelaku mengajak main petak umpet teman-teman. Saat temannya
bersembunyi pelaku beraksi. Tapi dari riwayatnya memang anak itu dari keluarga broken home , ditinggal
kedua orangtua yang sama-sama nikah lagi," tambah Lilik.

Dari pengakuan pelaku , uang hasil curian selain untuk mabuk juga untuk keperluan sekolah. Kini polisi dalam
penanganan perkara tersebut mengenakan UU SPPA dengan memperhatikan hak anak yang ada di UU No
Perlindungan Anak, dan akan dilakukan pembinaan terhadap mereka. (fat/fat)
Dua Anak Jadi Korban Human Trafficking,
Dijanjikan Bekerja di Caffe
• - Dua anak warga Kabupaten Bandung menjadi korban perdagangan manusia (Human Trafficking) dan dijadikan pekerja seks
komersil.
• Kasatreskrim Polresta Bandung AKP Agta mengatakan, kasus penjualan orang tersebut terjadi pada November 2019.
• Pada waktu itu, keluarga hanya mengetahui jika salah seorang anaknya pergi ke Kota Bandung bersama dua orang tidak
dikenal. Keluarga sempat kehilangan informasi, hingga ada salah seorang temannya memberitahu jika korban berada di Bangka
Belitung bekerja di caffe.
• "Setelah kami selidiki, ternyata dia bersama seorang temannya menjadi korban penjualan orang," tutur Agta, Jumat
(10/1/2020).
• Polisi kemudian menangkap 5 orang tersangka dan masih memburu 2 orang lain yang terlibat dalam penjualan orang tersebut.
• Modus yang dilakukan adalah membujuk anak perempuan dibawah umur untuk bekerja di caffe di Provinsi Bangka Belitung.
• Bujuk rayu berupa gaji yang sangat besar, supaya korban mau dibawa ke luar provinsi.
• "Janjinya diberi pekerjaan di caffe, padahal korban dijadikan PSK," katanya.
• Para tersangka, kata Agta, mempunyai tugas masing-masing, seperti mencari korban, mengurus perlengkapan korban seperti
menyiapkan pakaian, membuat surat keterangan domisili, memberangkatkan dan menampung di Pangkal Pinang, Bangka
Belitung.
• Atas perbuatannya para tersangka dikenakan pasal 76F juncto pasal 83 dan atau pasal 761 juncto pasal 88 Perppu UU RI nomor
1/2016 tentang perlindungan anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
• "Kami imbau agar masyarakat selalu waspada dengan modus-modus penjualan orang. Biasanya mereka dijanjikan bekerja di
caffe luar daerah dengan gaji besar," katanya.
•  

Anda mungkin juga menyukai