Anda di halaman 1dari 26

UNIT PERLINDUNGAN

KHUSUS YANG RAMAH


ANAK di SATUAN
PENDIDIKAN

MULYONO
FASILITATOR UNIT PENANGANAN KASUS PADA SATUAN PENDIDIKAN
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia
8 jam
satuan
8 jam
pendidikan rumah

8 jam
lain-lain
PELAKSANA DAN KELOMPOK ANAK YANG MEMERLUKAN
PERLINDUNGAN KHUSUS
Pasal 3 Ayat (1) PP Nomor 78 Tahun 2021
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan lembaga
g. Anak dengan HIV dan AIDS;
negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab h. Anak Korban Penculikan, Penjualan, dan/atau
untuk memberikan Perlindungan Khusus kepada: Perdagangan;
a. Anak dalam Situasi Darurat; i. Anak Korban Kekerasan Fisik dan/atau Psikis;
b. Anak yang Berhadapan dengan Hukum; j. Anak Korban Kejahatan Seksual;
k. Anak Korban Jaringan Terorisme;
c. Anak dari Kelompok Minoritas dan Terisolasi;
l. Anak Penyandang Disabilitas;
d. Anak yang Dieksploitasi secara Ekonomi dan/atau m. Anak Korban Perlakuan Salah dan
Seksual; Penelantaran;
e. Anak yang Menjadi Korban Penyalahgunaan n. Anak dengan Perilaku Sosial Menyimpang; dan
Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif o. Anak yang Menjadi Korban Stigmatisasi dari
Pelabelan Terkait dengan Kondisi Orang
Lainnya;
Tuanya
f. Anak yang Menjadi Korban Pornografi;
PENYEBAB INTERNAL PENCEGAHAN
1. Ketergantungan pada orang 1. Regulasi
dewasa (Powerlessness) 2. KIE
2. Kematangan intelektual dan emosi anak, 3. Sosialisasi
termasuk merespon dan mengelola stres 4. Data
anak.
3. Bio-fisik – Penyakit bawaan,
disabilitas fisik atau pun mental. PENYEDIAAN LAYANAN
1. SAPA 129
Kekerasan, Diskriminasi 2. UPTD PPA 147 UPTD Kab/Kota, 30 UPTD Provinsi
Anak yang Memerlukan
PENYEBAB EKSTERNAL Perlindungan Khusus
3. P2TP2A
1. Faktor Ekonomi – Kemiskinan, (AMPK) lain 4. Satuan Pendidikan
Tuntutan Gaya Hidup. 5. Lembaga layanan lainnya
2. Faktor Pendidikan – Tidak sekolah,
sulit akses informasi DATA PENGUATAN KELEMBAGAAN
3. Faktor Sosial – Pengasuhan ▪ Sistem Informasi Online
Keluarga. Perlindungan Perempuan dan 1. Diklat manajemen kasus
4. Faktor ideologi/Radikalisme/Politik Anak (SIMFONI PPA) 2. Bimtek Standarisasi Layanan bagi Anak
5. Faktor Budaya – Adat/Kebiasaan ▪ Survei Nasional Pengalaman
Hidup Anak dan Remaja
3. Disiplin Positif untuk tenaga pendidikan
6. Sistem Hukum – Ada sistem hukum lain 4. Pemantapan guru BK dalam menangani anak
(SNPHAR)
selain Hukum positif: Qanun Jinayah, dengan gangguan psikososial
▪ RAPIDPRO (0811-1950-6161)
Adat di suatu daerah. ▪ Sahabat Perempuan dan Anak 5. Internet Aman bagi pelajar
7. Psikologis – Relasi kuasa (SAPA) 129 6. Membangun Sistem Perlindungan Khusus
8. Situasi darurat – Bencana
alam/Non Alam/Konflik dsb. Ramah Anak
Salah satu dari sekian banyak faktor penyebab yang berkontribusi
dalam meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak adalah TIDAK
ADANYA STANDAR RAMAH ANAK dalam suatu lembaga
perlindungan khusus anak

“(3)… Perlindungan Khusus kepada Anak diberikan di unit


pelaksana teknis kementerian/lembaga, organisasi perangkat
daerah, dan atau unit pelaksana teknis daerah yang telah
dibentuk dengan mengacu kepada standar layanan yang
telah ditetapkan...” PEDOMAN STANDARISASI LEMBAGA
PERLINDUNGAN KHUSUS RAMAH ANAK (LPKRA)
(4) Perlindungan Khusus kepada Anak dilaksanakan secara
cepat, komprehensif, dan terintegrasi.
Pasal 3 (3), (4) PP Nomor 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak---

TUJUAN
1. Meningkatnya kualitas dan profesionalitas Lembaga
Pendidikan/ Unit Penanganan Kasus
2. PE-MAMPU-AN SRA
Lembaga Perlindungan Khusus Ramah Anak (LPKRA) adalah lembaga yang
menyelenggarakan perlindungan dan pengasuhan bagi anak yang masuk dalam
kategori perlindungan khusus anak, untuk mendapatkan jaminan rasa aman
terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh
kembangnya
LEMBAGA YANG MENGANDUNG UNSUR PERLINDUNGAN &
PENGASUHAN BAGI ANAK YANG MEMERLUKAN
PERLINDUNGAN KHUSUS, SEPERTI :

• Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), Lembaga


Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Lembaga
Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (LPKS), Sentra
Rehabilitasi, Dll

• Unit Penanganan Kasus Di Satuan Pendidikan

• UNIT PPT DI Rumah Sakit Mampu Tatalaksana KtP/A

• Balai Rehabilitasi Napza, Balai Rehabilitasi Hiv/Aids,


Panti Disabilitas, Dll
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
lembaga negara lainnya dalam melaksanakan
Perlindungan Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 menyediakan:
a. pekerja sosial dan tenaga kesejahteraan sosial;
b. tenaga kesehatan yang kompeten dan terlatih;
c. petugas pembimbing rohani/ibadah;
d. pendidik dan tenaga kependidikan;
dan/atau
e. tenaga bantuan hukum.
• meningkatkan kemampuan dan keterampilan Masyarakat dalam
memberikan Perlindungan Khusus bagi Anak; dan

• meningkatkan kemampuan Masyarakat dalam memberikan


pengasuhan yang baik, memberikan pembinaan keagamaan, dan
memberikan pemahaman kepada keluarga terkait pemenuhan hak
Anak.

• pembinaan kepada Lembaga Pendidikan formal dan


informal dalam bentuk:
a. peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga
kependidikan melalui pelatihan hak-hak dan
perlindungan Anak berdasarkan Konvensi Hak Anak
dan peraturan perundang undangan terkait Anak;
dan
b. b. perlindungan Anak dari kekerasan dan
diskriminasi.
PERKEMBANGAN DATA KEKERASAN ANAK
SISTEM INFORMASI ONLINE PEREMPUAN DAN ANAK (SIMFONI PPA)
Sumber: Admin SIMFONI PPA, diolah tanggal 28 Maret 2022

JUMLAH JUMLAH ANAK KORBAN JENIS KEKERASAN


KEKERASAN
TAHUN TERHADAP
PEREMPUAN LAKI-LAKI FISIK PSIKIS SEKSUAL EKSPLOITASI TPPO PENELANTARAN LAINNYA
ANAK

2019 11.057 8.186 4.099 3.401 2.527 6.454 106 111 850 1.064

2020 11.278 8.817 3.608 2.900 2.737 6.980 133 213 864 1.121

2021 15.971 11.424 4.547 3.437 3.602 8.730 276 406 1.037 1.866

2022
1337 1.064 273 234 302 797 10 21 104 136
(Jan-Feb)
PELAKU KEKERASAN TERHADAP ANAK (Jan-Feb 2022)
lainnya,
151 Orangtua, 203
Rekan Kerja, 3
PEREMPUAN BERDAYA Majikan,
2 Keluarga/Saudara, 95
ANAK TERLINDUNGI Guru, 73
Suami Istri, 8
INDONESIA MAJU Pacar/Teman, 232
Tetangga, 131
1261
/UPPA

/RS

UNIT PENANGANAN
UPTD
PPA
1. TIM MENOLONG SEMUA ANAK YANG MEMPUNYAI KASUS
2. TIDAK ADA SATU PUN ANAK YANG TIDAK TERTOLONG
3. DILAKSANAKAN SECARA CEPAT, KOMPREHENSI DAN
TERINTEGRASI
KODE ETIK PERLINDUNGAN ANAK (1)
Semua tim penanganan kasus di satuan pendidikan tidak
melakukan hal-hal sebagai berikut:
• Memukul, menyerang, menampar, dan melakukan kekerasan fisik
lainnya
• Menggunakan kata-kata kasar, kata-kata rasis, menghardik, tidak
mengacuhkan, memelototi, membiarkan, mengucilkan, membatasi
aktivitas dan kekerasan psikis lainnya
• Menyentuh anak dengan tidak pantas tanpa alasan medis ditempat
tertentu seperti mulut, dada, alat vital, bokong atau menyentuh
dengan perilaku yang tidak sensitif, memberikan panggilan sensual
kepada anak, melakukan hubungan seksual dengan anak, dan
kekerasan seksual lainnya
• Memarahi anak didepan orang lain, termasuk orangtuanya
• Menunjukkan muka masam, emosional dan bersikap tidak ramah
KODE ETIK PERLINDUNGAN ANAK (2)

• Menyebarluaskan kasus yang sedang ditangani kepada pihak-pihak yang tidak


berkepentingan (kepada tim guru lain/siswa/group Whatsapp, media sosial
lainnya)
• Berprasangka buruk, melakukan fitnah, mengolok anak menggunakan fisik,
SARA, profesi orangtua, nama orangtua, kondisi ekonomi orang tua, dll.
• Menjatuhkan harga diri anak, mempermalukan anak, merendahkan martabat,
membandingkan anak satu dengan yang lainnya
• Menskorsing, mengembalikan kepada orang tua/mengeluarkan anak dari satuan
Pendidikan, membatasi kegiatan, mengisolasi dari pergaulan teman.
• Memaksakan kehendak dan pandangan sendiri tanpa memberikan kesempatan
kepada anak untuk menyampaikan pendapat
• Bertengkar, berselisih, dan saling menjatuhkan pendapat diantara petugas di
depan anak yang sedang ditangani kasusnya
• Menekan kebebasan berpikir dan berkeyakinan anak
KODE ETIK PERLINDUNGAN ANAK (3)
Semua tim penanganan kasus di satuan pendidikan wajib melakukan:
• Menghormati Hak Anak;
• Menerima laporan, mengidentifikasi dan merespon kasus perlakuan salah yang
terjadi pada anak;
• Mendengar anak dan memberikan mereka kesempatan untuk menceritakan
kasusnya tanpa tekanan atau paksaan;
• Memberikan kesempatan pada anak untuk tureut serta dakam memberikan
keputusan yang dapat mempengaruhi hidup mereka;
• Berperilaku sopan dan sesuai dengan posisinya saat berinterkasi dengan anak;
• Memastikan ada petugas lain yang berada pada ruangan/tempat yang sama saat
menangani kasus Bersama anak;
• Menjaga kerahasiaan kasus, data anak dan keluarganya saat Penanganan kasus ;
• Membangun komitmen dan konsekuensi logis yang benar atas perilaku salah
yang sudah dilakukan anak;
• Melibatkan anak dalam menentukan konsekuensi logis;
• Membangun komunikasi yang nyaman
KODE ETIK PERLINDUNGAN ANAK (4)
• Membangun partisipasi anak;
• Memahami karakteristik anak berdasarkan hasil assesmen;
• Memahami bahwa setiap anak unik dan memiliki potensi, kecerdasan serta
tumbuh kembanga yang berbeda;
• Memberikan layanan Pendidikan sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan
kebutuhan anak;
• Memberikan hak dasar anak berupa layanan yang dibutuhkan dan rasa aman;
• Menerima Bahasa anak dengan baik sebagai individu yang sedang berkembang;
• Jika pendapat berlanjut, mencari penengah untuk membantu pemecahan
masalah dengan sikap dan perilaku secara baik;
• Menjaga dan menghormati status sosial, Bahasa, budaya, nilai nilai, ekonomi
dan latar belakang orang tua atau keluarga anak;
• Memberikan kesempatan kepada anak untuk bebas berorganisasi, berkumpul
secara damai sepanjang tidak bertentangan dengan keamanan nasional,
ketertiban umum, perlindungan Kesehatan, moral masyarakat, termasuk
perlindungan dari hak hak dan kebebasan pihak lain;
KODE ETIK PERLINDUNGAN ANAK (5)

• Saling menghormati dan menghargai pendapat sesama petugas, terlebih saat


bersama anak yang sedang ditangani kasusnya;
• Mengembangkan kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama, dengan
memperhatikan umur anak dan kemampuan anak yang selalu berkembang;
• terlambat
• Bullying
DISIPLIN • Membuat gaduh di kelas
• Merokok
POSITIF Non pidana • Berpacaran
• Rambut gondrong
• dll

• Napza
• Kekerasan seksual
• Kekerasan yang
mengkibatkan
BERJEJARING trauma/cacat/ kematian
Pidana/Fatal
• Perkawinan anak
• Anak hamil
• dll
ORANG ANAK
DEWASA
1. Tidak boleh
dilindungi karena ANAK SEBAGAI PELAKU =
KORBAN → HARUS
tugas seharusnya DITOLONG
adalah pelindung

2. Dalam kasus guru pelaku


pidana mendapat ANAK PELAKU KASUS
pemberatan karena fungsi PIDANA MEMAKAI UU
sebagai orang tua pengganti 11/12 ttg SISTEM
PERADILAN PIDANA ANAK
(pasal 82 ayat 2, UU (SPPA)
35/2014 )
PENANGANAN
• Pendampingan/Bantuan Hukum
• Pendampingan Psikologis
• Pelayanan Kesehatan
• Pemenuhan Kebutuhan Khusus
HAK PERLINDUNGAN
KORBAN • Penyediaan informasi
• Penyediaan akses pengaduan
• Perlindungan kerahasiaan korban,
saksi dan pelaku

PEMULIHAN
• Pemulihan fisik, psikologis, sosial
• Reintegrasi
CEPAT,
KOMPREHENSIF,
TERINTEGRASI
KOMPONEN PERSYARATAN DALAM PENILAIAN BESERTA NILAI/SKOR UNTUK
UNIT PENANGANAN KASUS DI SATUAN PENDIDIKAN YANG RAMAH ANAK
Untuk Sekolah Umum

KETERANGAN:
1.Kolom yang berwarna merah
artinya merupakan
persyaratan standar yang
harus dipenuhi
2.Apabila persyaratannya
standar tidak dipenuhi,
walaupun hanya 1
persyaratan, maka LPKRA
tersebut “belum sesuai
standar”, tetapi tetap
mendapatkan skor
3.Dalam rangka proses
standarisasi, pada kondisi di
keterangan no. 2 di atas perlu
dilakukan koreksi agar
persyaratan standar
terpenuhi
KOMPONEN PERSYARATAN DALAM PENILAIAN BESERTA NILAI/SKOR UNTUK
UNIT PENANGANAN KASUS DI SATUAN PENDIDIKAN YANG RAMAH ANAK
Untuk SLB/SKh/Sekolah Inklusi

KETERANGAN:
1.Kolom yang berwarna
merah artinya merupakan
persyaratan standar yang
harus dipenuhi
2.Apabila persyaratannya
standar tidak dipenuhi,
walaupun hanya 1
persyaratan, maka LPKRA
tersebut “belum sesuai
standar”, tetapi tetap
mendapatkan skor
3.Dalam rangka proses
standarisasi, pada kondisi di
keterangan no. 2 di atas
perlu dilakukan koreksi agar
persyaratan standar
terpenuhi
PROSES STANDARDISASI
LEMBAGA PERLINDUNGAN KHUSUS RAMAH ANAK

Evaluasi Tim
Standardisasi ke
Lapangan
Self Review Perbaikan Review Kedua
Assessment Pertama oleh terhadap temuan oleh Tim
(Evaluasi Tim self assessment Standardisasi
Mandiri) Standardisasi

Perbaikan Kedua Review Ketiga


Rapat Pleno Tim
terhadap temuan oleh Tim
Standardisasi
self assessment Standardisasi

Pemberian
Pemantauan Penghargaan
dan Evaluasi pada Lembaga
terStandardisasi
MEKANISME PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantauan Evaluasi
• Pemantauan dilaksanakan dengan • Evaluasi berguna untuk
melibatkan anak (partisipasi
anak), untuk mengetahui sejauh memperoleh informasi
mana gambaran kondisi nyata kinerja Unit Penanganan
implementasi perlindungan anak Kasus di Satuan Pendidikan
di satuan pendidikan ;
dalam melaksanakan
• Hasil pemantauan sangat berguna layanannya;
untuk perencanaan dan
penyempurnaan layanan kedepan
kepada anak termasuk mengukur • Evaluasi dapat mengacu
pencapaian kebijakan dan pada lembar ceklis evaluasi
program pencegahan kekerasan
dan pelaksanaan prinsip
perlindungan anak
Perempuan Berdaya,
Anak Terlindungi,
Indonesia Maju

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai