Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cici

NIM : 1901170064
Kelas : PGMI/6A
Mata Kuliah : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Aghnaita, M.Pd

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus(ABK) pada awalnya lebih dikenal Dengan istilah cacat,


anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa didefinisikan sebagai anak yang
menyimpang dari kriteria normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional,
dan sosial sehingga untuk mengembangkan potensinya perlu adanya layanan pendidikan
khusus. Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering disebut
dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang
mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun
emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat sebagai ABK
adalah suatu kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik pada fisik, mental-
intelektual, sosial, maupun emosional. Menurut (Sabra : 2010) dalam (Ratnasari:2013) pada
umumnya anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang berbeda dengan
anakanak normal lainnya

Keistimewaan ABK Dalam Islam

Islam menganggap anak memiliki kedudukan yang tidak kalah penting seperti
orangtua. Anak disebut sebagai amanah bagi orangtuanya. Dalam Alquran disebutkan bahwa
anak sebagai tabungan amal bagi orangtua saat di akhirat. Apabila orangtua mengajarkan
kebaikan kepada anaknya, maka amal yang mereka lakukan akan mengalir kepada
orangtuanya. Begitu juga dengan anak yang berkebutuhan khusus. Mereka memiliki
keistimewaan apabila melihatnya dalam kacamata Islam Menurut Ustadz Oemar Mita dalam
video ceramahnya, ciptaan Allah SWT, tidak ada yang namanya produk gagal. Mereka yang
disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti down syndrome dan autisme bukan
termasuk dalam produk gagal. Keistimewaan mereka terletak pada saat yaumul hisab nanti.
“Hisabnya itu tidak dihisab atas salat, tidak dihisab atas aurat, tidak dihisab atas puasa,”
jelasnya. Hisab itu berlaku bagi orang yang berakal. Allah SWT mengganti penderitaan
mereka di dunia dengan kenikmatan di akhirat. Allah selalu memberikan yang terbaik dalam
setiap takdir yang diberikan kepada kita.

Hak Dan Kewajiban Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Tidak ada perbedaan hak antara penyandang berkebutuhan khusus dibandingkan


dengan anak normal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam pasal 31 UUD 45 disebutkan
bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ketentuan dalam pasal tersebut
diatur lebih lanjut pada pasal 6 dan pasal 8 UU No.2/Tahun 1989, dalam Bab III, yang
berbunyi: Pasal 6 “Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan , kemampuan dan keterampilan yang
sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan
pendidikan dasar”. Pasal 8 “Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental
berhak memperoleh pendidikan luar biasa” dan “Warga negara yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus’.
Dari dua pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak luar biasa berhak atas
pendidikan sampai tamatan SMP. Pendidikan anak luar biasa disamping dijamin oleh UUD
45, secara internasional juga tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-Hak Kemanusiaan 1948
(The 1948 Universal Declaration of Human Right) yang diperbaharui pada Konferensi Dunia
tentang Pendidikan Untuk Semua (Educational For All). Konferensi tersebut juga
menyepakati suatu kerangka kerja untuk Pendidikan Anak Luar Biasa yang dapat dijadikan
pegangan bagi setiap negara dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa. Dalam kerangka
kerja tersebut disebutkan bahwa :
1. Setiap anak mempunyai hak yang fundamental untuk mendapatkan pendidikan, dan harus
diberi kesempatan untuk mencapai dan memelihara tahap belajar yang dapat diterimanya;
2. Setiap anak punya karakteristik, minat, kemampuan, dan kebutuhan yang unik;
3. Sistem pendidikan harus dirancang dan program pendidikan diimplementasikan dengan
mempertimbangkan perbedaan yang besar dalam karakteristik dan kebutuhan anak;
4. Mereka yang mempunyai kebutuhan belajar khusus (anak luar biasa) harus mempunyai
akses ke sekolah biasa yang seyogyanya menerima mereka dalam suasana pendidikan
yang berfokus pada anak sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka, serta Sekolah
biasa dengan orientasi inklusif (terpadu) ini merupakan sarana paling efektif untuk
melawan sikap deskriminatif, menciptakan masyarakat yang mau menerima kedatangan
anak luar biasa, membangun masyarakat yang utuh terpadu dan mencapai pendidikan
untuk semua, dan lebih-lebih lagi sekolah biasa dapat menyediakan pendidikan yang
efektif bagi mayoritas anak-anak serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya bagi
seluruh sistem pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai