Anda di halaman 1dari 13

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN INKLUSIF TENTANG IDENTIFIKASI ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS

MAKALAH
PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN
DR. Drs. H. HENDRA SOFYAN, M.Psi
Prof. DR. H. SUTRISNO, M.Sc., Ph.D
DR. SAHARUDDIN, M.Ed., M.App.Sc., Ph.D

OLEH
DWI SAPNO NUGRAHANTO
NIM P2A916012

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS JAMBI
2017
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan
atau penyimpangan baik berupa fisik, mental, intelektual, sosial maupun
emosi dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Layanan pendidikan khusus yang telah diberikan sebelumnya
dalam bentuk pendidikan ekslusif, yaitu layanan pendidikan yang telah
umum dikenal berupa pelaksanaan pendidikan luar biasa baik dari tingkat
dasar hingga menengah. Namun dewasa ini layanan pendidikan khusus
yang sangat menarik saat ini dalam sistem pendidikan nasional yaitu
berupa pendidikan inklusif sebagai mana diamanahkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 1 setiap
warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.
Untuk menjalankan amanah tersebut, pendidikan inklusif diatur
dalam regulasi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan
Inklusif (Pensif) Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat Istimewa.
Pendidikan inklusif ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
seluas-luasnya memperoleh pendidikan bermutu, menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminasi terhadap peserta didik yang
menyandang identitas anak berkebutuhan khusus dan hak mereka dijamin
untuk mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan
tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
2

Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusif, guru di sekolah


reguler perlu dibekali berbagai pengetahuan tentang anak berkebutuhan
khusus. Diantaranya mengetahui siapa dan bagaimana anak
berkebutuhan khusus serta karakteristiknya. Dengan pengetahuan
tersebut diharapkan guru mampu melakukan identifikasi, peserta didik di
sekolah, maupun di masyarakat sekitar sekolah (Depdikbud, 2007:1).
Lebih lanjut dalam Depdikbud (2007:1) identifikasi anak
berkebutuhan khusus diperlukan agar keberadaan mereka dapat diketahui
sedini mungkin. Selanjutnya, program pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka dapat diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa
penanganan medis, terapi, dan pelayanan pendidikan dengan tujuan
mengembangkan potensi mereka.
Dalam rangka mengidentifikasi (menemukan) anak berkebutuhan
khusus, diperlukan pengetahuan tentang berbagai jenis dan tingkat
kelainan anak, diantaranya adalah kelainan fisik, mental, intelektual, sosial
dan emosi. Selain jenis kelainan tersebut terdapat anak yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa atau sering disebut sebagai anak
yang memiliki kecerdasan dan bakat luar biasa. Masing- masing memiliki
ciri dan tanda-tanda khusus atau karakteristik yang dapat digunakan oleh
guru untuk mengidentifikasi anak dengan kebutuhan pendidikan khusus
(Depdikbud, 2007:1).
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, para guru di
sekolah reguler atau sekolah umum perlu dibekali dengan berbagai
pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus dengan mengetahui
siapa yang disebut anak dengan kebutuhan khusus serta karakteristiknya,
maka diharapkan guru mampu melakukan identifikasi terhadap mereka
(Hermanto, 2010:5).
Lebih lanjut menurut Hermanto (2010:5) dengan identifikasi yang
tepat guru dapat memberikan bantuan pelayanan yang sesuai, Baik
terhaap anak yang mempunyai kelainan kelainan fisik, mental, intelektual,
sosial, emosional.
3

Dengan demikian pendidikan ini akan berjalan dengan baik apabila


peserta didik penyandang identitas anak berkebutuhan khusus telah
teridentifikasi. Hal ini perlu dilakukan agar dalam proses pembelajaran
tidak terdapat kesalahan dalam memberikan perlakuan atau layananan
belajar. Sehingga peserta didik tersebut memiliki pengalaman
pembelajaran yang sama dengan peserta didik pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas di rumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian indentifikasi anak berkebutuhan khusus?
2. Apakah tujuan identifikasi anak berkebutuhan khusus
3. Siapakah sasaran identifikasi anak berkebutuhan khusus?
4. Siapakah petugas identifikasi anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimanakah alat identifikasi anak berkubutuhan khusus?

1.3 Tujuan
Tujuan pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. pengertian indentifikasi anak berkebutuhan khusus.
2. tujuan identifikasi anak berkebutuhan khusus.
3. sasaran identifikasi anak berkebutuhan khusus.
4. Petugas identifikasi anak berkebutuhan khusus
5. alat identifikasi anak berkubutuhan khusus.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Pada pengertian tentang identifikasi anak berkebutuhan khusus
terdapat dua istilah yang perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu: pertama
tentang istilah identifikasi dan kedua tentang istilah anak berkebutuhan
khusus. Untuk lebih jelas maka pengertian ini akan diulas satu persatu
kemudian dilanjutkan dengan pengertian secara keseluruhan yaitu
pengertian tentang identifikasi anak berkebutuhan khusus.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian identifikasi
adalah: 1) bukti diri, 2) penentu atau penetapan identitas seseorang,
benda dan sebagainya. Sementara dalam Depdikbud (2007:19) istilah
identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau
menemukenali. Sedangkan menurut Hidayat bahwa identifikasi adalah
proses menemukenali dan menetapkan berbagai strategi tindakan
layanan pendidikan bagi anak dengan kebutuhan pendidikan khusus
melalui serangkaian pendekatan, teknik dan proses. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan, identifikasi adalah
menentukan identitas baik terhadap manusia atau benda lainya sehingga
mudah dikenali guna melakukan cara layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus melalui serangkaian pendekatan, teknik, strategi
dadn proses pembelajaran.
Pengertian kedua tentang anak berkebutuhan khusus. Menurut
Desiningrum (2016: 1) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan
perkembangan dan kelainan yang dialami anak, atau memiliki
keterbatasan dan keterlambatan di salah satu atau beberapa kemampuan
baik bersifat fisik maupun psikologis. Sedangkan menurut Hermanto
(2010:7) anak kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan
5

mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-


intelektual, sosial, dan emosional dalam proses pertumbuhan dan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dan dalam
Depdikbud (2007:3) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam
pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak
pada umumnya. Dari ketiga pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki gangguan,
kelainan, keterbatasan atau keterlambatan baik bersifat fisik , intelektual,
sosial, emosional, atau sensorik yang menetap secara permanen atau
sementara (temporer) sehingga dalam pendidikan memerlukan perlakuan
khusus dan layanan khusus.
Dengan telah jelasnya pengertian dua istilah di atas, maka
pengertian identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah usaha
seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk
mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan
dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak
normal lain seusianya (Depdikbud, .2007:19). Lebih lanjut dikatakan
Hermanto (2010:8) Untuk mengidentifikasi apakah seorang anak
tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan, perlu terlebih
dahulu dirumuskan pengertian anak berkebutuhan khusus, ciri-ciri atau
karakteristik, kemudian dirumuskan kaitannya dengan identifikasi anak
berkebutuhan khusus ini.

2.2 Tujuan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Pada pembahasan ini tujuan identifikasi anak berkebutuhan khusus
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus:
a. Tujuan Umum
Menurut Hermanto (2010:14) tujuan identifikasi anak berkebutuhan
khusus lebih ditekankan pada menemukan secara kasar apakah seorang
anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan. Lebih jelas
6

lagi tujuan identifikasi anak berkebutuhan khusus menurut Depdikbud


(2007:20) adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak
mengalami kelainan/ penyimpangan baik berupa fisik, intelektual, sosial,
emosional atau sensorik sebagai dasar untuk penyusunan progam
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

b. Tujuan Khusus
Pada tujuan khusus identifikasi anak berkebutuhan khusus yaitu
dikaitkan dengan penyelenggaraan pendidikan. Dimana dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif baik menurut Depdikbud (2007:20)
maupun Hermanto (2010:14), kegiatan identifikasi anak berkebutuhan
khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu: 1) Penjaringan (screening),
2) Pengalihtanganan (referal), 3) Klasifikasi, 4) Perencanaan
pembelajaran, dan 5) Pemantauan kemajuan belajar. Pada lima tujuan
khusus ini , indentifikasi perlu dilakukan secara terus menerus oleh guru,
dan jika perlu dapat meminta bantuan dan atau bekerja sama dengan
tenaga professional yang dekat dengan masalah yang dihadapi anak.
Adapun kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagaimana yang ada pada
Depdikbud (2007:20) sebagai berikut:
1. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat
identifikasi anak berkebutuhan khusus (lihat lampiran). Pada tahap ini
identifikasi berfungsi menandai anak-anak mana yang menunjukan gejala-
gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang
mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong Anak
Berkebutuhan Khusus. Dengan alat identifikasi ini guru, orangtua, maupun
tenaga profesional terkait, dapat melakukan kegiatan penjaringan secara
baik dan hasilnya dapat digunakan untuk bahan penanganan lebih lanjut.
2. Pengalihtanganan (referal)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan,
selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
7

kelompok pertama, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga
profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk
layanan pembelajaran yang sesuai. Kelompok kedua, ada anak yang
perlu dikonsultasikan keahlian lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog,
dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan therapis, kemudian ditangani oleh
guru. Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga profesional lain untuk
membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan disebut proses
pengalihtanganan (referal). Bantuan ke tenaga lain yang ada seperti Guru
Pendidikan Khusus (Guru PLB) atau konselor.
3. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk
menentukan apakah anak yang telah dirujuk ketenaga profesional benar-
benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi
pelayanan pendidikan khusus. Apabila berdasar pemeriksaan tenaga
profesional ditemukan masalah yang perlu penangan lebih lanjut
(misalnya pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya)
maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada orang tua siswa yang
bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan atau memberi terapi sendiri,
melainkan memfasilitasi dan meneruskan kepada orang tua tentang
kondisi anak yang bersangkutan. Guru hanya memberi pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-
tanda yang cukup kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan
penanganan lebih lanjut, maka anak dapat dikembalikan kekelas semula
untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.
4. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan
penyusunan program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI).
Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat
kelainan) anak berkebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran
yang berbeda satu sama lain. Mengenai program pembelajaran yang
8

diindividualisasikan (PPI) akan dibahas secara khusus dalam buku yang


lain tentang pembelajaran dalam pendidikan inklusif.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah
program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila
dalam kurun waktu tertentu anak tidak mengalami kemajuan yang
signifikan (berarti), maka perlu ditinjau kembali. Beberapa hal yang perlu
ditelaah apakah diagnosis yang kita buat tepat atau tidak, begitu pula
dengan Program Pembelajaran Individual (PPI) serta metode
pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak dan lain-lain. Sebaliknya,
apabila intervensi yang diberikan menunjukkan kemajuan yang cukup
signifikan maka pemberian layanan atau intervensi diteruskan dan
dikembangkan

2.3 Sasaran Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Terdapat dua sasaran dalam indentifikasi anak berkebutuhan
khusus, yaitu sasaran secara umum dan sasaran secara khusus
sebagaimana dalam Depdikbud (2007:22). Sasaran tersebut adalah:
a. Sasaran umum identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah seluruh
anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar.
b. Sasaran khusus identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang sudah bersekolah di sekolah reguler, Anak yang baru masuk di
sekolah reguler dan anak yang belum/ tidak bersekolah.

2.4 Petugas Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk mengindentifikasi seorang anak apakah tergolong Anak
Berkebutuhan Khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh:
1. Guru kelas;
2. Guru Mata pelajaran/ Guru BK
3. Guru Pendidikan Khusus
4. Orang tua anak; dan atau
9

5. Tenaga profesional terkait.

2.5 Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Alat identifikasi anak berkebutuhan khusus merupakan instrument
yang disusun guna mengetahui identitas seseorang apakah mengalami
atau memiliki gangguan atau kelainan. Alat ini dinamakan Alat
Indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (AIABK). Alat ini terdiri dari 4
(empat) format (lihat lampiran) sebagaimana yang dikembangkan oleh
Depdikbud (2007:29), yaitu:
a. Form 1 : Informasi Perkembangan Anak (lihat lampiran)
b. Form 2 : Data Orang Tua/Wali Siswa (lihat lampiran)
c. Form 3: Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (lihat lampiran)
d. Form 4 : Daftar Anak Yang Berindikasi Berkelainan Dan Memerlukan
Pelayanan Khusus (lihat lampiran)
10

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diutarakan di atas dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengertian indentifikasi anak berkebutuhan khusus adalah identifikasi
anak berkebutuhan khusus adalah usaha seseorang (orang tua, guru,
maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah
seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan dalam
pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak
normal lain seusianya.
2. Tujuan identifikasi anak berkebutuhan khusus terdiri dari tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah untuk menghimpun
informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan
baik berupa fisik, intelektual, sosial, emosional atau sensorik sebagai
dasar untuk penyusunan progam pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan ketidakmampuannya. Sedangkan tujuan khususnya
adalah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan untuk
keperluan 1) Penjaringan (screening), 2) Pengalihtanganan (referal),
3) Klasifikasi, 4) Perencanaan pembelajaran, dan 5) Pemantauan
kemajuan belajar.
3. Sasaran identifikasi anak berkebutuhan khusus terdiri dari sasaran
umum dan sasaran khusus. Sasaran umum identifikasi adalah seluruh
anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangkan sasaran
khususnya adalah adalah anak yang sudah bersekolah di sekolah
reguler, Anak yang baru masuk di sekolah reguler dan anak yang
belum/ tidak bersekolah.
11

4. Petugas Identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah guru kelas,


guru Mata pelajaran/ guru BK, guru pendidikan khusus, orang tua
anak dan atau tenaga profesional terkait.
5. Alat identifikasi anak berkubutuhan khusus adalah Alat Indentifikasi
Anak Berkebutuhan Khusus (AIABK) yang terdiri dari 4 (empat)
format, yaitu form 1 : Informasi Perkembangan Anak, form 2 : Data
Orang Tua/Wali Siswa, form 3: Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan
Khusus dan form 4 : Daftar Anak Yang Berindikasi Berkelainan Dan
Memerlukan Pelayanan Khusus

3.2 Saran
Bagi seorang guru yang menyelenggarakan pendidikan inklusif
harus memiliki kemampuan dasar dalam mengidentifikasi anak
berkebutuhan khusus. Dengan adanya pengetahuan tentang identifikasi
anak berkebutuhan khusus akan sangat membantu kesuksesan sekolah
sebagai sekolah inklusif.
12

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan


Mengidentifikasi Siswa Berkesulitan Belajar. Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Jakarta. 1977.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Mandikdasmen


Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2007. Pedoman Khusus
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.


Edisi Pertama. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Psikosain.

Hermanto. 2010. Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak


Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
Pendidikan Inklusi. Laporan Penelitian Latihan. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ilmi. Muhammad Nashir. Konsep Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (
ABK ). http:// plbkalselunlam.blogspot.co.id/2015/10/konsep-identi-
fikasi-anak berkebutuhan.html
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2009 Tentang Pendidikan Inklusif (Pensif) Bagi Peserta Didik yang
Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau
Bakat Istimewa. Jakarta: Kemdikbud

Tim Penuyusuan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.


1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Departmen Pendidikan dan Kebudayaan

Yuwono, Imam. Penerapan Identifikasi, Asesmen dan Pembelajaran Pada


Anak Autis Di Sekolah Dasar Inklusif. Jurnal Ilmiah FKIP UNLAM
Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai