Anda di halaman 1dari 10

1 (1) (2022) : 1-10 (halaman)

Indonesian Journal for Physical Education and


Sport
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr
METODE DAN STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN
PENJAS UNTUK ANAK TUNAGRAHITA KELAS 8
SLB NEGERI 1 DEMAK
Andika Satriya Kurniya Rohman,1 Cahyo Yuwono2

Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

History Article Abstract


___________________ ____________________________________________________________________
Received : Latar belakang penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui metode dan strategi guru
dalam mengajar penjas untuk anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Demak. Adapun tujuan dari
Accepted :
penelitian ini untuk mengetahui metode dan strategi yang digunakan guru dalam mengajar
Published : penjas anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Demak. Jenis penelitian yang digunakan dalam
___________________ penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan menggunakan deskriptif.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi yaitu observasi, wawancara dan
Keywords dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa tunagrahita guru
___________________ menggunakan metode penjas adaptif, Sedangkan dalam strategi yang digunakan guru dalam
Metode dan Strategi mengajar anak tunagrahita menggunakan strategi pembelajaran dengan cara pendekatan
Guru, Penjas Adaptif, kepada siswa secara insten. Saran penelitian ini adalah guru dalam mengajar anak
Anak Tunagrahita tunagrahita harus lebih bersabar.
___________________

Abstract
The background of this research is that researchers want to know the teacher's methods and
strategies in teaching physical education to mentally retarded children at SLB Negeri 1
Demak. The purpose of this study was to find out the methods and strategies used by
teachers in teaching physical education for mentally retarded children at SLB Negeri 1
Demak. The type of research used in this research is qualitative research with a descriptive
approach. Data collection techniques using triangulation techniques, namely observation,
interviews and documentation. The results showed that in mentally retarded students the
teacher used the adaptive physical education method, Meanwhile the strategy used by the
teacher in teaching mentally retarded children uses learning strategies by approaching
students intensely. The suggestion of this research is that teachers in teaching mentally
retarded children must be more patient.


Corresponding author : © 2022 Semarang State University
Adress: Desa Wedung Rt 01 Rw 02 Kec. Wedung Kab. p-ISSN
Demak, 59554 e-ISSN
E-mail : andikasatriya0610@students.unnes.ac.id /
08977037348
cahyoyuwono@mail.unnes.ac.id

1
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

PENDAHULUAN dari ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai potensi


terbaiknya, diperlukan pendidikan khusus untuk
Setiap manusia yang lahir di dunia ini
memenuhi kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan
memiliki hak yang sama. Hak tersebut berlaku pula
khusus. Menurut (Jauhari, 2017) menyatakan bahwa
dalam dunia pendidikan. Semua berhak memperoleh
anak dengan kebutuhan khusus memiliki masalah-
pelayanan pendidikan yang sama, baik anak yang
masalah tertentu misalnya berkaiatan dengan aspek
normal ataupun anak yang berkebutuhan khusus.
sensorik, motoric, dalam penerimaan
Akan tetapi, anak berkebutuhan khusus sangat
pembelajarannya maupun perilakunya.
berbeda dengan anak yang normal, mereka
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak
memerlukan pelayanan dan perhatian yang lebih.
yang memiliki pertumbuhan memperlukan bantuan
Pendidikan terhadap anak sudah diatur dalam
atau penanganan tersendiri yang berkaitan dengan
Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 1 yang
apa yang dialaminya, secara signifikan mempunyai
menyatakan “setiap warga berhak mendapatkan
penyimpangan/kelainan (mental, fisik, sosial,
pendidikan”. Walaupun pada dasarnya anak
intelektual, dan tingkat emosional) dalam proses
mempunyai perbedaan terhadap anak lainnya baik
pertumbuhan dan perkembanganya dibandingkan
dari segi psikomotor, afektif, dan kognitif. Akan
dengan anak seumurannya.
tetapi anak tetap berhak untuk memperoleh layanan
Anak Berkebutuhan Khusus merupakan
pendidikan. Layanan pendidikan yang diberikan
individu yang mempunyai ciri-ciri penyimpangan
tidak dapat disama ratakan terhadap individu yang
mental, emosi, fisik, atau tingkah laku yang
satu dengan yang lainnya, karena ada perbedaan
membutuhkan pelayanan dan modifikasi khusus agar
kebutuhan dari setiap individu seorang anak. Selain
bisa berkembang secara maksimal semua potensi
itu anak juga tidak terlahir secara keadaan normal
yang dimilikinya (Beltasar Tarigan, 2000:9).
baik secara fisik maupun psikis.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
dalam proses pertumbuhan atau perkembangan
pada bab IV terkait tentang Hak dan Kewajiban
mendapati kelainan atau penyimpangan fisik mental-
Warga Negara dalam memperoleh pendidikan,
intelektual sosial atau emosional dibanding denan
menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus
anak-anak lain seusianya, sehingga mereka
(ABK) berhak memperoleh kesempatan yang sama
memerlukan pelayanan khusus (Darmawanti dan
dengan anak lainnya yakni anak normal yang secara
Jannah, 2004: 15).
fisik dan mental. Deklarasi Salamanca 1994 dan UU
Lasarie dan Gusniarti (2009)
Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan bahwa
mengkategorikan anak berkebutuhan khusus
anak berkelainan khusus harus mendapatkan
meliputi anak-anak yang tuli, buta, mempunyai
pendidikan setara dengan anak lainnya, Sumaryanti
gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental,
(2010: 2).
gangguan emosional dan juga anak yang berbakat
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan
dengan intelegensi yang tinggi. Anak berkebutuhan
khusus perlu perhatian khusus yang harus kita
khusus memiliki beberapa jenis menurut Beltasar
bimbing dengan strategi pembelajaran yang khusus
Tarigan (2000:17) yang utama dari segi jasmaniah
pula. Menurut (Heward, 2003: 12), Anak
(fisik) bisa dikelompokan menjadi berikut: 1)
berkebutuhan khusus merupakan anak dengan
Kebutaan/gangguan penglihatan. 2) Gangguan
karakter khusus yang beda dengan anak pada
pendengaran. 3) Tidak bisa bicara/komunikasi bisa.
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidak
4) Tunagrahita. 5) Cacat fisik. 6) Gangguan
mampuan mental, fisik atau emosi.
emosional. 7) Epilepsi.
Klasifikasi yang tergolong dalam anak
Tunagrahita merupakan kata yang dipakai
berkebutuhan khusus (ABK) menurut IDEA tahun
dalam mengucapkan anak yang mempunyai
2004, klasifikasi ABK adalah: a) anak dengan
kemampuan intelektual dibawah rata-rata (Sutjihaji
gangguan fisik seperti Tunanetra, tunarungu,
Soemantri, 2006:103). Anak tunagrahita atau anak
Tunadaksa; b) anak dengan gangguan emosi dan
keterbelakangan mental menurut Beltasar Tarigan
perilaku seperti tunalaras, Tunawicara, Hiperaktif; c)
(2000:24) adalah fungsi intelektual siswa umum
anak dengan gangguan intelektual seperti
berada dibawah rata-rata, disertai dengan
Tunagrahita, anak lamban dalam belajar (umumnya
penyesuaian diri yang rendah selama proses
IQ 70-90), anak membutuhkan belajar khusus, anak
perkembangan. Tunagrahita (seseorang yang
berbakat adalah anak dengan kemampuan di atas
memiliki hambatan kecerdasan) menurut Kustawan,
rata-rata, Autisme, Indigo.
D. (2016) merupakan anak yang memiliki inteligensi
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
yang signifkan berada dibawah rata-rata dan disertai
memiliki kelainan fisik, psikis, sosial, atau gabungan

2
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku Kemampuan bicara sangat-sangat kurang bagi anak
yang muncul dalam masa perkembangan. tunagrahita berat. 4) Cacat pada fisik dan
Anak tunagrahita merupakan seseorang yang perkembangan geraknya. 5) Kurang dalam menolong
secara berarti mempunyai kecerdasan dibawah anak diri sendiri. 6) Perilaku dan komunikasi yang tidak
normal pada umumnya dengan skor IQ lebih rendah lazim. 7) Perilaku tidak wajar yang terus menerus.
atau sama dari 70. kecerdasan dibawah rata-rata anak Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan
normal, jelas ini akan menghambat dan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar
mempengaruhi segala aktivitas di kehidupan sehari- adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
hari, dalam sosialisasi, interaksi dan yang sangat berubah tingkah laku atau tanggapan yang
menonjol adalah ketidakmampuan dalam menangkap disebabkan pengalaman. Hal itu juga berlaku bagi
pelajaran yang bersifat akademik sebagaimana anak- anak yang memiliki hambatan yaitu anak
anak sebaya (Kemis dan Ati Rosnawati, 2013:1). berkebutuhan khusus.
Menurut WHO, orang tunagrahita memiliki Soetomo (1993) mengemukakan bahwa
dua hal yang esensial, adalah fungsi intelektual pembelajaran adalah proses pengolahan lingkungan
secara pasti dibawah rata-rata dan adanya seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga
ketidakmampuan dalam penyesuaiakan diri pada memungkinkan dia belajar untuk melakukan yang
norma yang ada dan tuntutan yang ada di menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan
masyarakat. Sedangkan menurut American disebebkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
Association on Mnetal Retardation (AAMR), fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
tunagrahita merujuk pada hambatan fungsi bertambah, berkembang, daya pikir, sikap dan lain-
intelektual umum dan keterbatasan di keterampilan lain.
adaptif. Pembelajaran yang diberikan kepada anak
Keterampilan adaptif mencakup interaksi, berkebutuhan khusus tidak hanya berupa materi
merawat diri, home living, keterampilan bersosial, akademik melainkan juga non akademik yaitu materi
bermasyarakat, mengontrol diri, functional pendidikan jasmani. Anak berkebutuhan khusus
academics, waktu luang, dan kerja. Menurut terutama anak tunagrahita juga membutuhkan materi
pengertian diatas, tunagrahita muncul sebelum usia pendidikan jasmani yang dimana setiap individu agar
18 tahun (Rani Wulandari, 2013:11). dapat mampu meningkatkan perkembangannya.
Retardasi mental atau keterbelakangan mental Dalam mengajar anak berkebutuhan khusus
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak- dengan materi pendidikan jasmani guru
anak yang memiliki kecerdasan pembangunan menggunakan pendidikan jasmani adaptif.
mengalami kendala sehingga tidak mencapai tahap Pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah
perkembangan yang optimal, dimana IQ mereka sebuah program individu yang meliputi kebugaran
levelnya adalah 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 gerak, fisik, pola & keterampilan gerak dasar,
menurut dengan Skala Weschler (WISC). menari, keterampilan dalam kegiatan air, permainan
Klasifikasi anak tunagrahita menurut sistem olahraga baik dalam tim & dirancang secara
DSM-IV mengakui empat tingkat cacat mental: 1) individual untuk orang-orang dengan anak
Cacat mental ringan: tingkat IQ 50-55 hingga sekitar berkebutuhan khusus (Forestry et al., 2019; Winnick
70. 2) Cacat mental sedang: tingkat IQ 35-40 hingga & Porretta, 2017).
sekitar 50-55. 3) Cacat mental berat: tingkat IQ 20- Penjas adaptif adalah proses pembelajaran
25 hingga sekitar 25-40. 4) Cacat mental sangat pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikasi
berat: tingakt IQ di bawah 20 atau 25. supaya mudah diterima oleh ABK (Sari, 2016).
Penyebeab anak tunagrahita menurut Beltasar Tujuan pendidikan jasmani adaptif untuk anak
Tarigan (2000:25) faktor yang menjadikan anak berkebutuhan khusus bersifat holistik, seperti tujuan
keterbelakangan mental/tunagrahita ada dua, yaitu: pendidikan jasmani untuk anak normal yaitu
1) Kerusakan di otak yang memicu terhadap meningkatkan pertumbuhan, perkembangan jasmani,
keterbelakangan mental/ketunagrahitaan diakibatkan keterampilan gerak, sosial dan intelektual.
kecelakaan atau bisa jadi menghadapi kerusakan Untuk membantu pengajar pendidikan
sebelum, selama dan sesudah lahir. 2) Budaya dan jasmani mengembangkan strategi pembelajaran
keluarga ini diakibatkan dari genetik dan lingkungan. kepada siswa berkebutuhan khusus dibutuhkan
Menurut Kemis dan Ati Rosnawati (2013:17) metode yang tepat sebagai cara dalam
ada berbagai karakteristik yang dipunyai oleh anak menyampaikan materi pada siswa.
tunagrahita sebagai berikut: 1) Lambat di segi Metode adalah suatu alat dalam aplikasi
mempelajari sesuatu hal yang baru. 2) Kesusahan pendidikan, yakni yang digunakan dalam
dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal baru. 3) penyampaian materi tersebut. Bahan ajar yang

3
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

praktis pun terkadang sulit berkembang dan sulit Guru dapat diartikan sebagai seorang tenaga
dipahami oleh siswa, sebab cara atau metode yang pendidikan profesional yang mendidik, mengajarkan
diterapkan tidak sesuai. suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan
Menurut Tarigan (2004: 45) ada 3 macam penilaian serta melakukan evaluasi kepada peserta
metode pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak didik, (Safitri, 2019). Sejalan dengan pendapat
berkebutuhan khusus, yaitu: 1) Metode bagian, tugas tersebut, dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
gerak dipelajari dan dilatih bagian demi bagian. 2) Guru dan Dosen (Pasal 1) dinyatakan bahwa “Guru
Pembelajaran metode keseluruhan adalah aktivitas adalah pendidik profesional dengan tugas utama
gerak yang dilakukan secara keseluruhan. 3) Metode mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
gabungan. melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
Strategi pembelajaran merupakan suatu pada jalur pendidikan formal, pada jenjang
serangkaian rencana kegiatan yang termasuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan Profesi keguruan dapat diartikan sebagai suatu
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu profesi atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang
pembelajaran. Strategi pembelajaran didalamnya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan
mencakup pendekatan, model, metode dan teknik bimbingannya kepada peserta didik. Pada pandangan
pembelajaran secara spesifik. modern seperti ini yang dikemukakan oleh Adams &
Menurut Dick dan Carey (2005:7), strategi Dickey dalam Safitri (2019) bahwa peran guru
pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu sesungguhnya sangat luas, meliputi: 1) Guru sebagai
set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, pengajar. 2) Guru sebagai pembimbing. 3) Guru
dan partisipasi peserta didik yang merupakan sebagai ilmuan. 3) Guru sebagai pribadi.
prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan Guru bisa dikatakan dapat melakukan apa saja
selanjutnya. Menurut Suparman (1997:157), strategi dan serba bisa. Seorang guru dituntut untuk bisa
pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan melakukan ataupun mengatasi berbagai masalah
kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dalam satu waktu. Untuk dapat sampai pada tujuan
peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang dan perannya, seorang harus memahami betul akan
digunakan dalam proses pembelajaran untuk tanggung jawab yang dimilikinya ketika memegang
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. nama seorang guru.
Proses pencapaian tujuan pembelajaran Fungsi dan peran guru adalah satu kesatuan
melibatkan penerapan model dan strategi yang tidak dapat terpisahkan. Guru mempunyai
pembelajaran yang tepat, baik dari subtansi atau fungsi dan perannya yaitu membimbing, mendidik,
tugas-tugas maupun karakteristik peserta didik. mengajar, dan melatih. Sama halnya dengan tugas
Jenis-jenis strategi pembelajaran pendidikan jasmani guru, fungsinya tersebut mempunyai fokus yang
adaptif: 1) materi dan program pendidikan jasmani beda-beda. Mendidik berpusat pada aspek
adaptif. a) pemilihan materi yang sesuai, membantu kepribadian dan moralitas peserta didik,
dalam memperbaiki penyimpangan postur tubuh, membimbing berfokus pada aspek norma kehidupan
meningkat kekuatan otot, kelincahan, kelenturan dan dan norma agama, mengajar berfokus kepada ilmu
meningkatkan kebugaran jasmani. b) program pengetahuan dan materi ajar, sedangkan melatih
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Secara berfokus kepada keterampilan hidup (Sopian, 2016).
umum materi pembelajaran pendidikan jasmani Peran dan fungsi guru dapat diklasifikasikan
untuk anak berkebutuhan khusus sama dengan anak menjadi sepuluh jenis, antara lain: 1) Guru sebagai
normal pada umumnya. Namun yang perlu pendidik. 2) Guru sebagai manager. 3) Guru sebagai
dibedakan adalah strategi dan model leader. 4) Guru menjadi fasiliator. 5) Guru sebagai
pembelajarannya serta menyesuaikan dengan tingkat administrator. 6) Guru sebagai inovator. 7) Guru
kecacatannya. 2) Pembelajaran individual, sebagai motivator. 8) Guru sebagai Dinamisator. 9)
Pembelajaran individual dimaksud supaya kebutuhan Seorang pendidik profesional harus memiliki peran
setiap anak dapat tercukupi sesuai dengan kondisi evaluator. 10) Guru sebagai supervisor.
dan tingkatan kecacatannya. Dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun
Supaya program bisa memenuhi kebutuhan 2003 dinyatakan lebih lanjut bahwa pendidikan dan
setiap anak, guru pendidikan jasmani mencermati tenaga kerja kependidikan memiliki kewajiban
bermacam faktor yang mencakup: pemahaman sebagai berikut: 1) Menciptakan suasana pendidikan
kepada individu, keperluan individu, keterbatasan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
individu dan keunggulan serta pengembangan dialogis. 2) Mempunyai komitmen secara profesional
strategi yang sempurna sangat menentukan pada untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3) Memberi
menggapai tujuan. teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

4
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang Strategi Guru Dalam Pembelajaran Penjas Untuk
diberikan kepadanya. Anak Tunagrahita Kelas 8 SLB Negeri 1 Demak”.
Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus
memiliki tempat sendiri yaitu Sekolah luar biasa, METODE PENELITIAN
sekolah luar biasa (SLB) adalah sekolah yang dipakai Pendekatan dan Desain Penelitian
untuk pendidikan formal bagi anak berkebutuhan Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis
khusus. Kurikulum di pendidikan sekolah luar biasa penelitian kualitatif dengan menggunakan
memiliki program khusus dalam melatih, pendekatan deskriptif. Jenis penelitian kualitatif
merehabilitasi, dan mendidik anak. Pembelajaran memiliki sifat deskriptif dan cenderung
yang diberikan di sekolah luar biasa tidak hanya menggunakan analisis. Pendekatan deskriptif
materi saja, akan tetapi juga diberikan materi bertujuan untuk mencari teori. Penelitian kualitatif
pendidikan jasmani adaptif. merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
Pembelajaran pendidikan jasmani dan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau
kesehatan adaptif adalah sarana untuk dari ucapan orang-orang dan perilaku yang diamati.
mengembangkan beberapa aspek kepada diri anak Penelitian kualitatif adalah suatu strategi yang
seperti perkembangan jasmani, pertumbuhan, menekan pencarian makna, pengertian, konsep,
keterampilan gerak, intelektual dan sosial. Faktor karakteristik, simbol, maupun deskripsi tentang
kecacatan harus menjadi pertimbangan dalam proses suatu fenomena (Wiratna, 2014: 19).
pembelajaran pendidikan adaptif yang didasarkan
pada keterbatasan siswa, maka dari itu tujuan Fokus dan Lokus Penelitian
pendidikan jasmani adaptif bisa tercapai secara Tempat lokasi penelitian yaitu di SLB Negeri
maksimal. Tarraf kesehatan fisik, mental, dan emosi 1 Demak di Jln. Kudus No 52 Demak, Bintoro, Kec.
yang baik menunjang keberhasilan peserta didik Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
dalam belajar (Loren Fibrilia, 2013:145-150). Subjek penelitian ini berkaitan dengan
Berdasarkan fenomena yang ada di SLB individu atau kelompok seperti di Sekolah luar
Negeri 1 Demak bahwa siswa yang terdapat dalam biasa. Subyek dalam penelitian ini adalah SLB
pembelajaran pendidikan jasmani anak tunagrahita Negeri 1 Demak. ada beberapa istilah sampel yang
memiliki keterbatasan, seperti lamban dalam digunakan dalam penelitian kualitatif seperti
mempelajari hal baru, cacat fisik dan perkembangan partisipan/narasumber, teman, informan dan guru
gerak, serta tingkah laku dan interaksi yang tidak (Sugiyono. 2016: 298). Informan/narasumber dalam
sesuai. Sehingga menuntut guru untuk menerapkan penelitian ini yaitu guru penjas dan Siswa
metode dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan tunagrahita kelas 8 SLB Negeri 1 Demak.
siswa.
Seperti yang kita ketahui penggunaan metode Teknik Pengumpulan Data
dan strategi pembelajaran untuk anak normal dan Tringulasi merupakan proses penggabungan
anak berkebutuhan khusus tentu sangat berbeda. dari bermacam-macam teknik pengumpulan data dan
Dengan begitu guru pendidikan jasmani harus sumber data (Sugiyono. 2013: 330). Dalam
menggunakan metode dan strategi pembelajaran penelitian ini, menggunakan triangulasi teknik
pendidikan jasmani yang sesuai pada anak artinya pengambilan data didapatkan dari sumber
tunagrahita dengan tepat agar tercapainya tujuan yang sama dengan teknik yang bervariasi.
pembelajaran yang diinginkan. Pengumpulan informasi data harus representatif dan
Metode dan strategi adalah suatu kunci signifikan. Teknik pengumpulan data yaitu:
mencapai keberhasilan suatu pembelajaran dengan Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.
diimplementasikan sebaik mungkin dalam proses
pembelajaran, tanpa adanya metode dan strategi Teknik Keabsahan Data
pendidikan akan berjalan dengan terhambat. Metode Uji keabsahan data meliputi derajat
adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk kepercayaan (credibility), keteralihan
mencapai tujuan (Dwi Siswoyo, dkk, 2008: 133). (transferability), kebergantungan (dependability)
Untuk mengetahui metode dan strategi guru serta kepastian (confirmability) (Moleong, Lexy J,
dalam mengajar penjas untuk anak tunagrahita di 2007: 324).
SLB Negeri 1 Demak. Peneliti akan melakukan Kepercayaan Menurut sugiyono (2016: 365)
penelitian untuk mengetahui metode dan strategi mengemukakan uji kredibilitas data terhadap data
guru dalam mengajar anak tunagrahita di SLB Negeri hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan
1 Demak. dari hal diatas, peniliti terdorong untuk perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
melakukan penelitian yang berjudul “Metode dan

5
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman Situasi dan Kondisi SLB Negeri Demak
sejawat, analisis kasus negatif dan proses Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Demak untuk
pengecekan data. saat ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah Plt.
Keteralihan yaitu validitas eksternal yang yaitu Dra. Siti Asiyah, M.M., M.Pd. Sekolah ini
menunjukkan apakah hasil penelitian dapat berada di Jln. Kudus No 52 Demak, Bintoro, Kec.
diterapkan pada populasi dimana sampel itu diambil. Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah 59511.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan Untuk kondisi sekolah dalam hal kebersihan,
dengan apakah hasil penelitian dapat diterapkan keamanan, dan kenyamanan sudah baik. Serta
pada situasi yang lain (Sugiyono. 2016: 373). kondisi sekolah sudah berdinding dan layak untuk
Uji kebergantungan dilakukan dengan cara dilakukan kegiatan belajar mengajar.
mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian
Data Guru, Staf, dan Peserta Didik SLB Negeri 1
serta dilakukan oleh auditor yang independen atau
Demak
pembimbing (Sugiyono. 2016: 374).
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti
Kepastian merupakan pengujian hasil penelitian
suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
apakah sesuai dengan proses penelitian yang
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
dilakukan (Sugiyono, 2016: 374).
sembarang orang diluar bidang pendidikan.
Walaupun pada kenyataannya masih terdapat guru
Teknik Analisis Data
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
Menurut bogdan analisis data merupakan
bidang keguruan (Heri Susanto, 2020:17).
penglolaan data dari hasil catatan lapangan dan
SLB Negeri 1 Demak dalam hal tenaga
wawancara yang disusun secara sistematis dan
pendidik berjumlah 35 guru, yang dimana terdiri
akurat untuk mempermudah pemahaman sehingga
dari 9 pendidik berstatus PNS dan 26 pendidik
hasil temuannya dapat dipublikasikan secara luas.
berstatus sebagai guru honorer. Dimana setiap
Cara analisis data diawali dengan pengumpulan data,
harinya pendidik tersebutlah yang membantu para
mengklasifikasi data, menyusun data ke dalam pola
siswa dalam proses belajar mengajar bagi anak
dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 334).
berkebutuhan khusus.
Nama lain dari staf adalah tata usaha (TU),
HASIL DAN PEMBAHASAN
staf sendiri merupakan unit kerja yaang cukup vital
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dalam mengelola sekolah. Suatu instansi berjalan
Metode dan Strategi Guru Dalam Pembelajaran
dengan baik atau tidaknya bisa dilihat dari tata
Penjas Untuk Anak Tunagrahita Kelas 8 SLB Negeri
kelola administrasinya.
1 Demak dengan cara menggunakan metode
Tata kelola administrasi ini dilaksanakan oleh
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian
tata usaha (TU) sebagai pelaksana teknis
dilaksanakan pada saat jam pembelajaran
penyelenggaraan administrasi dan informasi sekolah.
berlangsung yaitu hari rabu, pukul 08.30-09.30
Semakin lengkap dan akurat data yang ada di bagian
dengan alokasi waktu penelitian 18 Juli s.d 16
tatu usaha (TU) maka pelayanan yang diberikan
Agustus 2022. Informan yang diperoleh yaitu guru
sekolah ke warga sekolahnya (siswa, guru, wali
penjas dan siswa tunagrahita kelas 8.
murid dan masyarakat) semakin baik dan
Sejarah Singkat SLB Negeri 1 Demak memuaskan. Untuk staf di SLB Negeri 1 Demak
SLB Negeri 1 Demak awal mulanya berdiri sendiri memiliki staf yang berjumlah 6 orang.
dengan nama SLB-B pada tanggal 7 Juli 1976 yang Menurut Suharsimi Arikunto bahwa peserta
berlokasi di Kampung Tukangan dengan jumlah didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai
seorang guru 2 orang. Kemudian, pada tanggal 7 Juli objek didik disuatu lembaga pendidikan.
1978 SLB-C berdiri dengan jumlah guru sebanyak 2 Menurut UU Sisdiknas bahwa peserta didik
orang. Pada tahun 2020/2021, nama SLB diubah adalah anggota masyarakat yang berusaha
menjadi SLB Negeri 1 Demak dengan jumlah guru mengembangkan potensi dirinya melalui proses
30 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 4 orang. pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti didapatkan data peserta didik
SMP SLB Negeri 1 Demak tahun ajaran 2022/2023
berjumlah 53 peserta didik yang terbagi menjadi
beberapa tingkatan. Kelas 7 dengan jumlah 19
peserta didik yang terbagi menjadi 6 peserta didik

6
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

tunarungu dan 13 peserta didik tunagrahita. Kelas 8 Saat peneliti melakukan penelitian di SLB
berjumlah 18 peserta didik dengan peserta didik Negeri 1 Demak dan melakukan wawancara dengan
tunarungu 6 dan tunagrahita 12. Dan kelas 9 guru penjasnya, metode yang digunakan guru dalam
berjumlah 16 peserta didik, 4 peserta didik mengajar anak berkebutuhan khusus terutama siswa
tunarungu dan 12 peserta didik tunagrahita. tunagrahita sangat berbeda dengan metode mengajar
untuk siswa normal. Dalam mengajar, guru
Sarana dan Prasarana menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda-
Menurut (Ismaya, 2015) Sarana prasarana beda kepada setiap siswa. Hal ini karena guru harus
merupakan fasilitas pendukung yang dapat menyesuaikan keadaan dan hambatan yang dimiliki
menunjang proses kegiatan dalam organisasi apa siswa.
saja termasuk di dalamnya adalah satuan pendidikan Siswa tunagrahita merupakan siswa yang
atau sekolah. Sarana pendidikan, yaitu perlengkapan mempunyai disabilitas intelektual. Cacat mental
yang secara langsung dipergunakan untuk proses mengacu pada siswa sulit dalam memahami kalimat,
pendidikan, seperti meja, kursi dan media kata, dan angka karena mereka memiliki pandangan
pengajaran, sedangkan prasarana pendidikan ialah yang rendah. Sehingga guru penjas menggunan
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang metode penjas adaptif.
jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu
dan taman. sistem penyampaian layanan yang bersifat
Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri menyeluruh (komprehensif) dan dirancang untuk
1 Demak sudah cukup memadai dan mendukung menemukan dan memecahkan maslah dalam ranah
untuk keberlangsungan proses belajar mengajar bagi psikomotor (Pelana et al., 2020). Sedangkan Metode
anak berkebutuhan khusus. Sarana prasarana dalam penjas adaptif adalah cara mendidik melalui
menunjang pendidikan jasmani sangatlah penting, psikomotor untuk pertumbuhan dan perkembangan
apalagi untuk anak berkebutuhan khusus terutama fisik serta psikis dalam hal mengoptimalkan semua
anak tunagrahita. Yang dimana dalam pembelajaran potensi kemampuan, keterampilan jasmani yang
harus menyesuaikan dengan keadaannya. disesuaikan dengan kemampuan dan hambatan anak,
Sarana pendidikan jasmani adalah alat yang intelektual, kesegaran jasmani, sosial, kultural,
digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran emosional, dan rasa keindahan demi tercapaianya
pendidikan jasmani agar terlaksana dengan efektif tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia
dan efisien. Sarana pendidikan jasmani lebih bersifat seutuhnya.
praktis yang dimana mudah untuk dibawa ataupun Dimana guru penjas harus dapat
dipindah tempatkan. menyesuaikan keadaan siswa dengan cara
Menurut Soepartono (2000:6) sarana memodifikasi materi dan penyampaian materi
pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan secara berulang-ulang kepada setiap
digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan siswa. Dengan kondisi IQ yang dibawah anak
kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. normal pada umumnya, guru penjas di SLB N 1
Untuk di SLB Negeri 1 Demak dalam segi Demak dalam mengajar siswa tunagrahita tidak
prasarana olahraga kurang memadai dan kurang menuntut siswa tersebut harus mengerti, akan tetapi
mendukung untuk kegiatan proses belajar mengajar guru mengutamakan siswa agar mau melakukan
pendidikan jasmani. Dimana halaman yang ada di aktivitas fisik.
SLB Negeri 1 Demak tidak begitu luas yang Selanjutnya ada strategi pembelajaran yang
mengakibatkan halaman tersebut tidak cukup ruang digunakan guru dalam mengajar penjas terhadap
untuk pembuatan prasarana olahraga yang sesuai anak tunagrahita. Strategi pembelajaran anak
standar. Sedangkan untuk sarana olahraga di SLB berkebutuhan khusus (ABK), strategi mengajar
Negeri 1 Demak sudah mencukupi untuk menunjang (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru
keberlangsungan pendidikan jasmani bagi anak dalam melakukan proses belajar mengajar
berkebutuhan khusus. (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa
(peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara
Metode dan Strategi Guru
lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2009).
Dalam mengajar anak berkebutuhan khusus
Pada siswa tunagrahita di SLB Negeri 1
terutama anak tunagrahita sangat berbeda dengan
Demak guru penjas menggunakan strategi
mengajar pada siswa normal, perbedaan tersebut
pembelajaran dengan cara pendekatan kepada siswa
terletak pada penggunaan metode dan strategi guru
secara intens. Guru melakukan komunikasi secara
dalam mengajar.
langsung kepada setiap individu siswa, guna
menghafal karakter masing-masing siswa. Hal itu

7
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

dikarenakan dari setiap siswa memiliki hambatan Apalagi dalam jadwal pembelajaran yang
yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan cara sudah ada, guru penjas dapat mengajar dua sampai
komunikasi yang berbeda-beda pula. Ketidaktepatan tiga kelas sekaligus secara bersamaan. Hal itu
dalam penerapan strategi tentu akan menghambat menjadikan proses pembelajaran tidak dapat berjalan
proses belajar mengajar yang akan mengakibatkan secara efektif walaupun sudah di bantu oleh guru
pemborosan waktu dan energi. Oleh karena itu, kelas masing-masing.
penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran Menurut penulis, pihak sekolah harus segera
harus memperhatikan faktor strategi sehingga tidak mencari solusi dengan menambah guru penjas pada
salah kaprah dalam penerapannya (Makhmudah, masing-masing jenjang agar pembelajaran penjas di
2015). SLB Negeri 1 Demak dapat berjalan secara efektif
Dari hasil wawancara dengan guru penjas dan efisien serta tercapai tujuan pembelajaran yang
dalam mengajar anak tunagrahita dengan diinginkan.
menggunakan strategi tersebut belum dapat
tersampaikan secara maksimal walaupun sudah SIMPULAN
dibantu oleh guru bantu. Hal tesebut di karenakan Berdasarkan hasil penelitian dan
kembali lagi kepada kondisi atau hambatan yang ada pembahasan, bahwa dapat disimpulkan untuk
pada diri siswa masing-masing. penggunaan metode guru dalam mengajar anak
tunagrahita menggunakan metode penjas adaptif dan
Kelebihan dan Kelemahan
strategi yang digunakan guru dalam mengajar anak
Dalam melakukan penelitian, ada hal menarik
tunagrahita menggunakan strategi pendekaran secara
yang didapat oleh peneliti. Proses pembelajaran
intens.
pendidikan jasmani dilakukan bersama-sama para
Saat pembelajaran praktik, beberapa siswa
siswa tunagrhita, baik siswa dengan gangguan IQ
yang mengalami gangguan IQ rendah dan mampu
yang ringan, sedang maupun berat. Tentunya daya
menangkap penjelasan guru dengan cukup justru
tangkap masing-masing siswa terhadap pelajaran
mereka membantu dan mengajak teman-teman
juga berbeda-beda.
lainnya yang belum paham agar mengerti maksud
Namun, saat melakukan penelitian, peneliti
dari penjelasan guru dan mau mempraktikkan
mendapati sesuatu yang menarik. Saat pembelajaran
intruksi dari guru.
praktik, beberapa siswa yang mengalami gangguan
SLB Negeri 1 Demak dalam tenaga pendidik
IQ rendah dan mampu menangkap penjelasan guru
jasmani masih minim hanya berjumlah 1 orang saja,
dengan cukup justru mereka membantu dan
hal itu menjadi kelemahan tersendiri dari instansi
mengajak teman-teman lainnya yang belum paham
tersebut.
agar mengerti maksud dari penjelasan guru dan mau
mempraktikkan intruksi dari guru. Bagi peneliti, ini
REFERENSI
adalah hal unik atau kelebihan tersendiri, karena
seorang anak tunagrahita yang pada umumnya sulit Agustina, G., (2016). Pelaksanaan Pembelajaran
menerima informasi tetapi pada kasus ini mereka Pendidikan Jasmani Adaptif Anak Autis di
dapat menerima informasi yang diberikan dan SLB Khusus Autisma Dian Amanah
membantu teman lainnya yang belum paham. Yogyakarta. Skripsi UNY.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis juga
menemukan kelamahan yaitu, SLB Negeri 1 Demak
masih kekurangan tenaga pendidik terutama tenaga Burhaein, E., Tarigan, B., Budiana, D., Hendrayana,
pendidik untuk mata pelajaran penjas. Guru penjas Y., Phytanza, D. T. P., Lourenço, C., ... &
yang ada di SLB Negeri 1 Demak hanya berjumlah 1 Festiawan, R. (2021). Dimensions in The
orang saja, hal itu menjadi kelemahan tersendiri dari Learning Implementation and Strategies of
sekolah tersebut. Adapted Physical Education for Children
Selain itu, guru penjas juga mengajar mata with Special Needs during the COVID-19
pelajaran penjas pada setiap jenjang di SLB Negeri 1 Pandemic: A Literature Review & Grounded
Demak, mulai jenjeng TK, SD, SMP, hingga SMA. Theory. Sport Science, 15(1).
Yang artinya guru penjas tersebut harus mengajar
pelajaran penjas pada lebih dari satu jenjang Deby, L.C., (2015). Proses Pembelajaran Pendidikan
pendidikan. Padahal seharusnya setiap jenjang Jasmani Anak Tunagrahita di SLB Negeri
pendidikan harus memiliki guru penjas masing- Sleman. Skripsi UNY.
masing.

8
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

Fatmawati, N., Mappincara, A., & Habibah, S. Komalasari, E. (2019, May). Peran Guru Dalam
(2019). Pemanfaatan Dan Pemeliharaan Media Dan Sumber Belajar Di Era Disrupsi.
Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Jurnal In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Ilmu Pendidikan, Keguruan, Dan FKIP (Vol. 2, No. 1, pp. 439-448).
Pembelajaran, 3(2), 115-121. https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/arti
https://ojs.unm.ac.id/pembelajar/article/viewF cle/view/5795/4148
ile/9799/pdf
Munawir, M., Salsabila, Z. P., & Nisa, N. R. (2022).
Fefrian, Y., Mardhika, R., Santika, R. H., & Tugas, Fungsi dan Peran Guru
Sumardi, S. (2020). Penjas Adaptif Bagi Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi
Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Siswa Budhi Pendidikan, 7(1), 8-12.
Surabaya. SPEED Journal: Journal of
Special Education, 3(2), 101-106. ISSN Munawwaroh, A. (2021). The use of ‘snake
2580-7226. ladder’as English teaching media for
http://jurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed mentally retarded students: a case study of
/article/view/288/288 SLB (sekolah luar biasa) Sasanti Wiyata
Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Fitriatun, E. (2022). STRATEGI PEMBELAJARAN Ampel).
PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI
SDN 20 MATARAM. JOURNAL Nitra, O., (2020). Metode Guru Dalam Mengajarkan
TRANSFORMATION OF MANDALIKA Mata Pelajaran Penjaskes Pada Siswa
(JTM) e-ISSN 2745-5882 p-ISSN 2962- Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri 01 Kota
2956, 2(2), 446-449. Bengkulu. Skripsi IAIN Bengkulu.
https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jt
m/article/view/1103/927 Sari, S. F. M., BINAHAYATI, B., & TAFTAZANI,
B. M. (2017). Pendidikan bagi anak tuna
Hastata, L. T., Sugiyanto, S., & Hidayatullah, M. F. grahita (Studi kasus tunagrahita sedang di
(2019). Adaptive Children'S Management Of SLB N Purwakarta). Prosiding Penelitian
Special Education In Special Research Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).
School Inclusive Education (Case Study of ISSN 2581-126.
Management of Adaptive Physical Education http://journal.unpad.ac.id/prosiding/article/vie
at Organizing Middle School Inclusive w/14273/6900
Education in Boyolali Regency). Journal of
Education, Health and Sport, 9(4), 204-209. Sormin, D., & Kumalasari, I. (2019). Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Huda, S. (2021). Socialization and Debriefing in Anak Tunagrahita di SLB C Muzdalifah
Educating Mentally Retarded Children: Medan. TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Optimizing Teacher Strategies in Sosial Dan Keislaman, 5(1), 1-24. ISSN
Teaching. Smart Society: Community Service 2460-609X. http://jurnal.iain-
and Empowerment Journal, 1(2), 43-51. padangsidimpuan.ac.id/index.php/TZ/article/
view/1596
Jannah, W. (2021). Menjadi Guru Profesional:
Memahami Hakikat dan Kompetensi Guru. Suchyadi, Y., Ambarsari, Y., & Sukmanasa, E.
(2018). Analysis of Social Interaction of
Khikmah, A., & Winarno, M. E. (2019). Survei Mentally Retarded Children. JHSS (Journal
sarana dan prasarana pendidikan jasmani di Of Humanities And Social Studies), 2(2), 17-
madrasah tsanawiyah (mts) se-kecamatan 21.
klojen kota malang pada semester ganjil
tahun 2017. Indonesian Journal of Sport and Taufan, J., Ardisal, A., Damri, D., & Arise, A.
Physical Education, 1(1), 12-19. (2018). Pelaksanaan Pembelajaran
http://journal2.um.ac.id/index.php/jospe/articl Pendidikan Jasmani Adaptif bagi Anak
e/view/9877/4434 dengan Hambatan Fisik dan Motorik. Jurnal
Pendidikan Kebutuhan Khusus, 2(2), 19-24.

9
Rohman.A.S.K, & Yuwono.C / Indonesian Journal for Phsical Education and Sport (1) (2022): 1-10

ISSN 2598-2508. https://ejurnal.teknokrat.ac.id/index.php/sport


https://jpkk.ppj.unp.ac.id/index.php/jpkk/artic /article/view/1052/641
le/view/496/26
Zaka, Q., (2016). Minat Siswa Berkebutuhan
Widiyanto, W. E., & Putra, E. G. P. (2021). Khusus Tunagrahita Dalam Mengikuti
Pendidikan jasmani adaptif di sekolah Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SLB-C
inklusif bagi anak berkebutuhan Yayasan Pendidikan Luar Biasa Demak.
khusus. Sport Science And Education Skripsi UNNES.
Journal, 2(2). ISSN 2722-1954.

10

Anda mungkin juga menyukai