BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan
peserta didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan
menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan (Desmita 2012: 288). Sekolah di
Indonesia terdiri atas beberapa jenjang pendidikan secara umum, antara lain : Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Perguruan tinggi. Pada usia dini, anak di Indonesia memasuki
jenjang pendidikan anak usia dini berkisar antara 2-3 tahun dan taman kanak- kanak pada 4-6
tahun. Selain tuntutan pendidikan, anak di sekolah juga memiliki tugas perkembangan yang
harus dicapai secara optimal.
Piaget dalam Asri Budiningsih 2004 mengatakan tahap ini antara usia 2 – 7/8 tahun.
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda,
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi
kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
1. Self counter nya sangat menonjol.
2. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
4. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan
perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 4 – 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki
pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
2
4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5
tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun.
Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
Tugas perkembangan anak diatas harus dicapai secara optimal bagi anak pada
umumnya. Namun, pada anak yang berkebutuhan khusus memiliki ketercapaian yang
berbeda. Pada kamus bahasa Indonesia, kata abnormal diartikan tidak sesuai dengan keadaan
yang biasa, mempunyai kelainan dan tidak normal. Pada undang-undang RI No. 2 Tahun
1989 tentang sistem pendidikan nasional ditegaskan bahwa anak atau peserta didik yang
memiliki kelainan fisik dan mental disebut anak luar biasa. Sementara dalam undang-undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Anak yang memiliki kelainan
fisik dan mental tersebut disebut dengan istilah anak berkebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus juga dapat di maknai sebagai anak yang karena kondisi fisik, mental,
sosial, dan/ atau memiliki kecerdasan atau bakat istimewa memerlukan bantuan khusus
dalam pembelajaran (Wardani, 2013 : 1.5). kebutuhan khusus dapat dimaknai sebagai
kebutuhan khas setiap anak terkait dengan kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
kecerdasan atau bakat istimewa yang dimilikinya. Tanpa dipenuhinya kebutuhan khusus
tersebut, potensi yang dimiliki tidak akan berkembang optimal. Istilah anak berkebutuhan
khusus ditujukan pada segolongan anak yang memiliki kelainan atau perbedaan dari anak
rata-rata normal dalam segi fisik, mental, emosi, sosial, atau gabungan dari ciri-ciri tersebut
(Iswari, 2007 : 43). Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami hambatan untuk mencapai
perkembangan yang optimal sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus untuk
mencapai perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami
perbedaan tersebut sehingga guru mampu memberikan program pembelajaran khusus untuk
anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan kekhususannya.
Kaitannya dengan masalah di lapangan, terdapat seorang anak yang teridentifikasi
berkebutuhan khusus dari perilakunya di sekolah. Di dukung konfirmasi diagnosa dari dokter
yang menyatakan bahwa anak tersebut berkebutuhan khusus. Meskipun demikian, orang
tuanya tidak ingin memasukan anaknya yang berusia 4 tahun di sekolah luar biasa (SLB)
atau pun di sekolah inklusi yang lebih memahami kebutuhan anaknya. Karena sudah
terdaftar di sekolah, anak tersebut menjalani pendidikan yang “di samakan” dengan
“perlakuan” berbeda dari guru kelasnya. Dengan diagnosa Gifted Child serta ADHD
membuat guru kelas harus proaktif membantu anak ini dibantu guru BK dan bekerjasama
3
dengan terapis anak. Bantuan yang diberikan guru BK adalah pendampingan selama di
sekolah dalam kegiatan belajar mengajar ataupun setelah pulang sekolah. Beberapa treatment
yang diberikan guru BK antara lain : layanan konseling yang diberikan kepada orang tua
maupun anak. Orang tua diberikan bantuan pengarahan perilaku terhadap anak karena masih
usia emas yang sangat disayangkan jika tugas perkembangan anaknya tidak tercapai atau
terlewatkan. Sementara, terhadap anak guru BK memberikan konseling dengan fleksibel dan
terarah. Yang menjadi tujuan guru BK adalah membantu anak tersebut menjadi lebih
konsetrasi dan mandiri. Selain penanganan diluar yang dibantu terapis, guru BK juga melatih
anak tersebut untuk lebih konsetrasi sembari bermain. Perkembangan pesat di alami anak ini
selama 3 bulan awal setelah mendapat perlakuan dari guru BK, guru kelas dan terapis.
Namun, di 3 bulan kedua konsetrasi dan perilaku anak tersebut kembali seperti
sebelum mendapat perlakuan. Hal ini terjadi, setelah libur sekolah selama 1 minggu. Anak
tersebut kembali mengulangi perilakunya di awal masuk sekolah. Bentuk perilaku yang
dilakukan anak tersebut antara lain : memukul, menjambak, mendorong, menendang,
meneriaki, menampar teman sebaya dan perilaku agresif lainnya. Selain itu, anak ini
mengantuk dan tidur di jam 10 pagi dan bangun jam 11 pagi setiap harinya di sekolah. Serta,
memiliki emosi yang berubah- ubah. Ditengah-tengah menangis, ia bisa tiba- tiba tertawa
lalu menangis lagi. Kalimat- kalimat imitasi dari video-video di youtube ia lafalkan dengan
baik. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi guru BK yang sudah memberikan perlakuan
terhadap anak tersebut. Fase selanjutnya, anak tersebut kembali stabil di 3 bulan ketiga anak
tersebut di sekolah. Namun, ada beberapa kalimat- kalimat yang tidak harus diucapkan anak
usia tersebut namun diucapkannya terus menerus setiap hari. Dan juga, memanggil semua
orang dengan “hey” bukan menyebut nama. Di 3 bulan ke-empat, anak tersebut mulai guru
BK bantu memiliki konsetrasi agar pelajaran di sekolah tetap diikuti seperti murid lainnya.
Hal ini dilakukan karena tuntutan orang tua yang meminta agar nilai akademik anak tersebut
sesuai capaian KKM. Sedangkan, sebelum memulai pelajaran di sekolah anak harus bisa
konsetrasi dulu untuk mengikuti pembelajaran secara efektif.
Maka dari itu, guru BK melakukan refleksi dari pemberian perlakuan kepada
seorang anak berkebutuhan khusus di sekolah dengan menggunakan token economy yang
bertujuan meningkatkan konsetrasi anak. Karena, selama rentan waktu 1 tahun anak tersebut
sudah banyak diberikan perlakuan baik dari sekolah maupun terapis, namun konsetrasi yang
dimiliki masih rendah sehingga harus diupayakan meningkat agar tercapai hasil belajar yang
optimal.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah token economy yang diberikan kepada anak oleh guru BK sudah tepat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelemahan dan modifikasi yang tepat
dalam token economy agar konsentrasi anak berkebutuhan khusus di Kindergarten 2
Singapore Indonesian School Palembang terus meningkat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Siswa bisa meningkatkan konsetrasi dalam kesehariannya dan bisa maksimal
dalam belajar di sekolah.
2. Bagi Guru
Guru bisa menerapkan metode yang tepat untuk meningkatkan konsetrasi anak
berkebutuhan khusus dan memaksimalkan pembelajarannya.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi salah satu sumber penelitian lain
sejenisnya agar bisa bermanfaat dan bisa dikembangkan serta di aplikasikan dalam dunia
pendidikan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA (LANDASAN TEORI)
A. Penelitian Terkait
Pada penelitian sebelumya terdapat dalam jurnal berjudul “Identifikasi dan
Psikoterapi terhadap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi
Pendidikan Islam Kontemporer “ membedah secara lebih mendalam bagaimana proses
identifikasi dan psikoterapi pada penderita gangguan pemusatan perhatian disertai kondisi
hiperaktif, khususnya pada anak-anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). Lebih lanjut, identifikasi serta psikoterapi terhadap ADHD ini mengambil fokus
pada perspektif psikologi pendidikan Islam kontemporer. ADHD merupakan gangguan atau
kelainan pada aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif yang bersifat kompleks.
Kemunculan gejala ADHD dimulai pada usia anak-anak dan bersifat menahun. Gejala
utamanya berupa hambatan konsentrasi (inatensi), pengendalian diri (impulsifitas), dan
hiperaktifitas. Efektifitas prosedur psikoterapi secara umum dapat dilakukan melalui
pendekatan perilaku, pendekatan farmakologi, dan pendekatan multimodal atau gabungan.
Dalam pembahasan artikel ini menghasilkan beberapa solusi pada penderita ADHD menurut
pandangan psikologi pendidikan Islam kontemporer, yaitu: 1) terapi desensititasi melalui
proses membayangkan atau relaksasi; 2) terapi sholat secara khusu’ (meditasi); 3) terapi
auto-sugesti melaui do’a dalam sholat dengan memberikan sugesti terhadap diri untuk
berbuat baik (hypnosis theory); 4) terapi aspek kebersamaan melalui sholat berjamaah; 5)
terapi murottal yang bersifat menenangkan penderita ADHD.
B. Pengertian Konsentrasi
Dikutip dari tulisan bahwa pengertian konsentrasi adalah pemusatan perhatian,
pikiran dan jiwa dan fisik pada sebuah objek. Konsentrasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia “Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.” Dalam hal ini,
konsentrasi yang akan dibahas yakni terkait dengan konsentrasi belajar.
Dalam psikologi umum (2003) dalam Nugraha (2008), “Konsentrasi belajar adalah
kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktifitas belajar”.
Pengertian konsentrasi menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010) yakni: fokus
i belajar siswa merupakan suatu perilaku dan konsetrasi perhatian siswa untuk dapat
memperhatikan dengan baik dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami
setiap materi pelajaran yang telah diberikan.
6
Hal tersebut senada dengan pengertian konsentrasi yang dikemukakan oleh Scholz
(2006) sebagai berikut: “Konzentration ist eine Fähigkeit, die sich in vielen Leistungen des
täglichen Lebens widerspiegelt, so z .B. bei der Arbeit, in der Schule, beim Führen eines
Fahrzeugs oder beim Leseneines Buches”. Pendapat tersebut berarti bahwa “Konsentrasi
merupakan suatu kemampuan yang tercermin di berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya dalam pekerjaan, di sekolah, dalam berkendara, atau dalam membaca buku”.
C. Pengertian Gifted Child
Dikutip dari artikel Indonesian Pediatric Society bahwa Lewis Teman menyatakan gifted
children sebagai anak dengan kemampuan intelligence quotient (IQ)>140, sedangkan ahli
lain menyebut gifted children sebagai anak yang mempunyai potensi tinggi. Gifted
children dilabel pada anak yang memiliki potensi tinggi, kemampuan intelegensia dan atau
bakat spesifik di atas kemampuan rata- rata di kumpulan anak umur tersebut.
National association for gifted children menyatakan bahwa gifted children sebagai
anak dengan kemampuan/bakat yang luar biasa pada satu atau lebih jenis intelegensia, yang
mencakup intelegensia bahasa, logis- matematika, spasial, musical, somatokinetik,
interpersonal, dan naturalism.
Pembagian gifted children berdasarkan nilai IQ (Wechelrer Intelligence Score)
Pembagian Nilai IQ
Gifted children pada umumnya sudah terlihat berbeda sejak periode masa bayi.
Mereka tampak lebih aktif dan siaga. Selain menunjukkan kemampuan kognitif yang
melebihi usia anak sebayanya, mereka lebih peka dalam hal emosional.
Beberapa masalah dan penyakit yang dapat timbul pada gifted chidren, yaitu perilaku
berbicara terlalu banyak, sulit bekerja berkelompok, keras kepala, dan perfeksionis atau
sempurna membuat gifted children tidak disukai oleh teman sebayanya. Guru sekolah
juga gifted children sebagai anak yang nakal dan sering melawan. Lompat kelas mengikuti
kemampuan intelegensia yang terlalu sering dapat membuat masalah beradaptasi dengan
teman yang lebih tua. Umumnya, perkembangan emosi- sosial gifted children jauh tertinggal
dari kemampuan intelegensia. Di samping kelebihan, gifted children juga tidak terlepas dari
kekurangan seperti risiko gangguan perilaku, yaitu attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD), autism syndrome disorder (ASD), atau kesulitan belajar.
D. Konsep ADHD
1. IDENTIFIKASI ADHD
Diagnosa gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder sangat beragam, tidak ada
jenis tes yang pasti untuk melakukan mengetahui apakah anak mengidap ADHD atau tidak.
Gejala ADHD tersebut bergantung pada umur, situasi, dan lingkungan anak. Dapat
8
dikatakan, ADHD merupakan suatu gangguan yang kompleks.6 yang berhubungan dengan
kelainan aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif.
Perlu diketahui bahwa kemunculan gejala ADHD dimulai pada umur kanak-kanak,
bersifat menahun. Gejala utamanya berupa hambatan konsentrasi, pengendalian diri, serta
hiperaktif. 7 Pada gejala Inatensi anak sering terlihat mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian (tidak bisa fokus). Adanya stimulus secara spontan dari indera
masing-masing sangat mempengaruhi konsentrasi mereka. Daya tahan konsentrasi mereka
sangat terbatas, sehingga menghambat proses information receiving dari luar (lingkungan).
Kemudian pada gejala Impulsifitas, anak mengalami kelainan sikap atau ketidak harmonisan
antara pikiran dengan tindakannya. (Disorder among think and do). Faktor sense atau
perasaan begitu mendominasi sehingga mereka sangat cepat merespon. Anak juga
mengalami hambatan dalam menentukan skala prioritas ketika sedang beraktifitas, kondisi
demikian sangat mengganggu kepribadian dan lingkungannya. Pada gejala Hiperaktifitas,
anak mengalami aktifitas berupa gerakan motorik yang berlebih di atas rata-rata aktifitas
motorik anak normal sesuai usianya. Mereka terlalu banyak bergerak serasa tanpa lelah dan
tujuan yang jelas bahkan sangat sulit untuk ditenangkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling yang dilaksanakan
di kelas Kindergarten 1 Singapore Indonesian School Palembang tahun ajaran 2018-2019
dan berlanjut kembali di ajaran baru per 22 Juli 2019. Dengan pemberian layanan konseling
menggunakan token economy diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi anak gifted child
di kelas. Waktu penelitian selama 1 tahun dan akan berlanjut hingga 3 bulan ke depan.
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dan untuk kelancaran penelitian ini, peneliti dibantu
oleh guru kelas sebagai mitra sejawat yang akan membantu penelitian dalam melakukan
observasi tindakan bimbingan konseling pada saat penelitian dilakukan .
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap penelitian tindakan bimbingan konseling
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan diikuti dengan pengamatan yang
sistematik terhadap hasil tindakan yang dilakukan (observasi) dan refleksi yang dilakukan
berdasarkan hasil pengamatan dan kemudian diulangi lagi dari tahapan awal perencanaan
tindakan berikutnya (Suharsimi Arikunto, 2009 : 16)
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan
masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2002:107). Untuk mendapat data yang tepat maka
perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data
(purposive).
Subjek diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dan refleksi dari hasil tindakan
secara tertulis yang ada dalam bentuk komentar perilaku dan sikap anak di setiap term-nya
yang tertulis di raport anak.
Teknik analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses
konseling khususnya berbagi tindakan yang dilakukan peneliti sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan untuk peningkatan motivasi belajar matematika siswa sebagai
pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan peneliti.
Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahap :
1). Reduksi Data yaitu kegiatan menyeleksi data disesuaikan dengan fokus
masalah.
2). Mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir menjadi
bermakna.
3). Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data.
(Sanjaya wina,2009:107)
H. Indikator Keberhasilan
a. Anak gifted child bisa lebih memperhatikan guru saat mengajar di kelas
b. Anak konsentrasi belajar ditunjukan dengan memahami materi yang di ajarkan
I. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dimulai pada senin 22 juli 2019 selama rentan waktu 3 bulan atau
sebanyak siklus hingga hasil yang dituju tercapai
15
Daftar Pustaka
Desmita. 2012. psikologi perkembangan peserta didik. bandung: rosda karya.
https://www.asikbelaja a/r.com/piaget-tahap-preoperasion piaget : tahap preoperasional
asik belajar tanpa batas dot com (Jum’at, 12 juli 2019)
dr. c. asri budiningsih, 2004. belajar dan pembelajaran. penerbit rinika cipta,
yogyakarta. hal. 37-38. https://mfahreza742.wordpress.com/2014/05/14/pengertian-konsentrasi-
menurut-beberapa-ahli/ .Pengertian Konsentrasi Menurut Beberapa Ahli.Muhammad Fahreza
(kamis,18 Juli 2019)
http://mozaikbimbingankonselingii.blogspot.com/2013/04/teknik-token-economy-
dalam-teori.html mozaik bimbingan dan konseling . EKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TEORI
KONSELNG BEHAVIOR
(kamis 23.33, 18 juli 2019)