Anda di halaman 1dari 16

0

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK GIFTED CHILD


DENGAN MENGGUNAKAN TOKEN ECONOMY DI KINDERGARTEN
2 SINGAPORE INDONESIAN SCHOOL PALEMBANG

Nama : Sheilla Andriani Rizky, S.Pd.

Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial

Sekolah : SMP Singapore Indonesian School Palembang

DIKLAT SERTIFIKASI KOMPETENSI


BAGI GURU SATUAN PENDIDIKAN KERJASAMA

KERJASAMA UNESA DENGAN ASKAJATI

LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN MUTU


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan
peserta didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan
menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan (Desmita 2012: 288). Sekolah di
Indonesia terdiri atas beberapa jenjang pendidikan secara umum, antara lain : Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Perguruan tinggi. Pada usia dini, anak di Indonesia memasuki
jenjang pendidikan anak usia dini berkisar antara 2-3 tahun dan taman kanak- kanak pada 4-6
tahun. Selain tuntutan pendidikan, anak di sekolah juga memiliki tugas perkembangan yang
harus dicapai secara optimal.
Piaget dalam Asri Budiningsih 2004 mengatakan tahap ini antara usia 2 – 7/8 tahun.
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda,
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi
kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
1. Self counter nya sangat menonjol.
2. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
4. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan
perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 4 – 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki
pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
2

4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5
tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun.
Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
Tugas perkembangan anak diatas harus dicapai secara optimal bagi anak pada
umumnya. Namun, pada anak yang berkebutuhan khusus memiliki ketercapaian yang
berbeda. Pada kamus bahasa Indonesia, kata abnormal diartikan tidak sesuai dengan keadaan
yang biasa, mempunyai kelainan dan tidak normal. Pada undang-undang RI No. 2 Tahun
1989 tentang sistem pendidikan nasional ditegaskan bahwa anak atau peserta didik yang
memiliki kelainan fisik dan mental disebut anak luar biasa. Sementara dalam undang-undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Anak yang memiliki kelainan
fisik dan mental tersebut disebut dengan istilah anak berkebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus juga dapat di maknai sebagai anak yang karena kondisi fisik, mental,
sosial, dan/ atau memiliki kecerdasan atau bakat istimewa memerlukan bantuan khusus
dalam pembelajaran (Wardani, 2013 : 1.5). kebutuhan khusus dapat dimaknai sebagai
kebutuhan khas setiap anak terkait dengan kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
kecerdasan atau bakat istimewa yang dimilikinya. Tanpa dipenuhinya kebutuhan khusus
tersebut, potensi yang dimiliki tidak akan berkembang optimal. Istilah anak berkebutuhan
khusus ditujukan pada segolongan anak yang memiliki kelainan atau perbedaan dari anak
rata-rata normal dalam segi fisik, mental, emosi, sosial, atau gabungan dari ciri-ciri tersebut
(Iswari, 2007 : 43). Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami hambatan untuk mencapai
perkembangan yang optimal sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus untuk
mencapai perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami
perbedaan tersebut sehingga guru mampu memberikan program pembelajaran khusus untuk
anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan kekhususannya.
Kaitannya dengan masalah di lapangan, terdapat seorang anak yang teridentifikasi
berkebutuhan khusus dari perilakunya di sekolah. Di dukung konfirmasi diagnosa dari dokter
yang menyatakan bahwa anak tersebut berkebutuhan khusus. Meskipun demikian, orang
tuanya tidak ingin memasukan anaknya yang berusia 4 tahun di sekolah luar biasa (SLB)
atau pun di sekolah inklusi yang lebih memahami kebutuhan anaknya. Karena sudah
terdaftar di sekolah, anak tersebut menjalani pendidikan yang “di samakan” dengan
“perlakuan” berbeda dari guru kelasnya. Dengan diagnosa Gifted Child serta ADHD
membuat guru kelas harus proaktif membantu anak ini dibantu guru BK dan bekerjasama
3

dengan terapis anak. Bantuan yang diberikan guru BK adalah pendampingan selama di
sekolah dalam kegiatan belajar mengajar ataupun setelah pulang sekolah. Beberapa treatment
yang diberikan guru BK antara lain : layanan konseling yang diberikan kepada orang tua
maupun anak. Orang tua diberikan bantuan pengarahan perilaku terhadap anak karena masih
usia emas yang sangat disayangkan jika tugas perkembangan anaknya tidak tercapai atau
terlewatkan. Sementara, terhadap anak guru BK memberikan konseling dengan fleksibel dan
terarah. Yang menjadi tujuan guru BK adalah membantu anak tersebut menjadi lebih
konsetrasi dan mandiri. Selain penanganan diluar yang dibantu terapis, guru BK juga melatih
anak tersebut untuk lebih konsetrasi sembari bermain. Perkembangan pesat di alami anak ini
selama 3 bulan awal setelah mendapat perlakuan dari guru BK, guru kelas dan terapis.
Namun, di 3 bulan kedua konsetrasi dan perilaku anak tersebut kembali seperti
sebelum mendapat perlakuan. Hal ini terjadi, setelah libur sekolah selama 1 minggu. Anak
tersebut kembali mengulangi perilakunya di awal masuk sekolah. Bentuk perilaku yang
dilakukan anak tersebut antara lain : memukul, menjambak, mendorong, menendang,
meneriaki, menampar teman sebaya dan perilaku agresif lainnya. Selain itu, anak ini
mengantuk dan tidur di jam 10 pagi dan bangun jam 11 pagi setiap harinya di sekolah. Serta,
memiliki emosi yang berubah- ubah. Ditengah-tengah menangis, ia bisa tiba- tiba tertawa
lalu menangis lagi. Kalimat- kalimat imitasi dari video-video di youtube ia lafalkan dengan
baik. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi guru BK yang sudah memberikan perlakuan
terhadap anak tersebut. Fase selanjutnya, anak tersebut kembali stabil di 3 bulan ketiga anak
tersebut di sekolah. Namun, ada beberapa kalimat- kalimat yang tidak harus diucapkan anak
usia tersebut namun diucapkannya terus menerus setiap hari. Dan juga, memanggil semua
orang dengan “hey” bukan menyebut nama. Di 3 bulan ke-empat, anak tersebut mulai guru
BK bantu memiliki konsetrasi agar pelajaran di sekolah tetap diikuti seperti murid lainnya.
Hal ini dilakukan karena tuntutan orang tua yang meminta agar nilai akademik anak tersebut
sesuai capaian KKM. Sedangkan, sebelum memulai pelajaran di sekolah anak harus bisa
konsetrasi dulu untuk mengikuti pembelajaran secara efektif.
Maka dari itu, guru BK melakukan refleksi dari pemberian perlakuan kepada
seorang anak berkebutuhan khusus di sekolah dengan menggunakan token economy yang
bertujuan meningkatkan konsetrasi anak. Karena, selama rentan waktu 1 tahun anak tersebut
sudah banyak diberikan perlakuan baik dari sekolah maupun terapis, namun konsetrasi yang
dimiliki masih rendah sehingga harus diupayakan meningkat agar tercapai hasil belajar yang
optimal.
4

B. Rumusan Masalah
1. Apakah token economy yang diberikan kepada anak oleh guru BK sudah tepat?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelemahan dan modifikasi yang tepat
dalam token economy agar konsentrasi anak berkebutuhan khusus di Kindergarten 2
Singapore Indonesian School Palembang terus meningkat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa
Siswa bisa meningkatkan konsetrasi dalam kesehariannya dan bisa maksimal
dalam belajar di sekolah.
2. Bagi Guru
Guru bisa menerapkan metode yang tepat untuk meningkatkan konsetrasi anak
berkebutuhan khusus dan memaksimalkan pembelajarannya.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi salah satu sumber penelitian lain
sejenisnya agar bisa bermanfaat dan bisa dikembangkan serta di aplikasikan dalam dunia
pendidikan.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA (LANDASAN TEORI)

A. Penelitian Terkait
Pada penelitian sebelumya terdapat dalam jurnal berjudul “Identifikasi dan
Psikoterapi terhadap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi
Pendidikan Islam Kontemporer “ membedah secara lebih mendalam bagaimana proses
identifikasi dan psikoterapi pada penderita gangguan pemusatan perhatian disertai kondisi
hiperaktif, khususnya pada anak-anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). Lebih lanjut, identifikasi serta psikoterapi terhadap ADHD ini mengambil fokus
pada perspektif psikologi pendidikan Islam kontemporer. ADHD merupakan gangguan atau
kelainan pada aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif yang bersifat kompleks.
Kemunculan gejala ADHD dimulai pada usia anak-anak dan bersifat menahun. Gejala
utamanya berupa hambatan konsentrasi (inatensi), pengendalian diri (impulsifitas), dan
hiperaktifitas. Efektifitas prosedur psikoterapi secara umum dapat dilakukan melalui
pendekatan perilaku, pendekatan farmakologi, dan pendekatan multimodal atau gabungan.
Dalam pembahasan artikel ini menghasilkan beberapa solusi pada penderita ADHD menurut
pandangan psikologi pendidikan Islam kontemporer, yaitu: 1) terapi desensititasi melalui
proses membayangkan atau relaksasi; 2) terapi sholat secara khusu’ (meditasi); 3) terapi
auto-sugesti melaui do’a dalam sholat dengan memberikan sugesti terhadap diri untuk
berbuat baik (hypnosis theory); 4) terapi aspek kebersamaan melalui sholat berjamaah; 5)
terapi murottal yang bersifat menenangkan penderita ADHD.
B. Pengertian Konsentrasi
Dikutip dari tulisan bahwa pengertian konsentrasi adalah pemusatan perhatian,
pikiran dan jiwa dan fisik pada sebuah objek. Konsentrasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia “Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.” Dalam hal ini,
konsentrasi yang akan dibahas yakni terkait dengan konsentrasi belajar.
Dalam psikologi umum (2003) dalam Nugraha (2008), “Konsentrasi belajar adalah
kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktifitas belajar”.
Pengertian konsentrasi menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010) yakni: fokus
i belajar siswa merupakan suatu perilaku dan konsetrasi perhatian siswa untuk dapat
memperhatikan dengan baik dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami
setiap materi pelajaran yang telah diberikan.
6

Hal tersebut senada dengan pengertian konsentrasi yang dikemukakan oleh Scholz
(2006) sebagai berikut: “Konzentration ist eine Fähigkeit, die sich in vielen Leistungen des
täglichen Lebens widerspiegelt, so z .B. bei der Arbeit, in der Schule, beim Führen eines
Fahrzeugs oder beim Leseneines Buches”. Pendapat tersebut berarti bahwa “Konsentrasi
merupakan suatu kemampuan yang tercermin di berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya dalam pekerjaan, di sekolah, dalam berkendara, atau dalam membaca buku”.
C. Pengertian Gifted Child
Dikutip dari artikel Indonesian Pediatric Society bahwa Lewis Teman menyatakan gifted
children sebagai anak dengan kemampuan intelligence quotient (IQ)>140, sedangkan ahli
lain menyebut gifted children sebagai anak yang mempunyai potensi tinggi. Gifted
children dilabel pada anak yang memiliki potensi tinggi, kemampuan intelegensia dan atau
bakat spesifik di atas kemampuan rata- rata di kumpulan anak umur tersebut.
National association for gifted children menyatakan bahwa gifted children sebagai
anak dengan kemampuan/bakat yang luar biasa pada satu atau lebih jenis intelegensia, yang
mencakup intelegensia bahasa, logis- matematika, spasial, musical, somatokinetik,
interpersonal, dan naturalism.
Pembagian gifted children berdasarkan nilai IQ (Wechelrer Intelligence Score)

Pembagian Nilai IQ

Moderately gifted 130-144

Highly gifted 145-159

Profoundly gifted >180

Kemampuan intelegensia umumnya dinilai dari intelligence quotient (IQ). Gifted


children menunjukkan nilai IQ yang tinggi di atas rata- rata IQ pada populasi yaitu >130.
Walaupun demikian, tes IQ bukanlah satu- satunya tes intelegensia yang dapat dilakukan. Tes
IQ dapat gagal pada gifted children yang belum dapat membaca dengan baik, atau bila gifted
children yang mengalami hari yang buruk. Nilai IQ juga hanya menggambarkan tingkat
intelektual dalam domain bahasa dan logika- matematika sehingga indentifikasi gifted
children lebih baik bila dilakukan dengan beberapa macam uji.
7

Gifted children pada umumnya sudah terlihat berbeda sejak periode masa bayi.
Mereka tampak lebih aktif dan siaga. Selain menunjukkan kemampuan kognitif yang
melebihi usia anak sebayanya, mereka lebih peka dalam hal emosional.

Beberapa masalah dan penyakit yang dapat timbul pada gifted chidren, yaitu perilaku
berbicara terlalu banyak, sulit bekerja berkelompok, keras kepala, dan perfeksionis atau
sempurna membuat gifted children tidak disukai oleh teman sebayanya. Guru sekolah
juga gifted children sebagai anak yang nakal dan sering melawan. Lompat kelas mengikuti
kemampuan intelegensia yang terlalu sering dapat membuat masalah beradaptasi dengan
teman yang lebih tua. Umumnya, perkembangan emosi- sosial gifted children jauh tertinggal
dari kemampuan intelegensia. Di samping kelebihan, gifted children juga tidak terlepas dari
kekurangan seperti risiko gangguan perilaku, yaitu attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD), autism syndrome disorder (ASD), atau kesulitan belajar.

D. Konsep ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder secara istilah adalah hambatan pemusatan


perhatian disertai kondisi hiperaktif. Secara umum sudah banyak penelitian tentang faktor
penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Meskipun demikian, belum bisa
dipastikan secara pasti fakor dominan atau utama penyebab adanya gangguan tersebut. Para
ahli menyimpulkan bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder disebabkan adanya
masalah genetikal, bahan-bahan kimia, virus, problem kehamilan dan persalinan serta
kondisi yang dapat mengintervensi penyebab rusaknya jaringan otak manusia. Tidak hanyan
faktor hereditas saja, dalam penelitian yang lain memperlihatkan bahwa lingkungan sosial
ternyata juga memiliki peran dan andil yang cukup besar. Pemanfaatan teknologi informasi
audio-visual berupa televisi, komputer, dan gadget secara tidak tepat disinyalir ikut berperan
memperburuk timbulnya sindrom tersebut. Perlu diketahui bahwa gejala ini juga bisa muncul
pada anak yang mempunyai kondisi neurologis normal. Faktor penyebabnya bisa disebabkan
oleh pola asuh orangtua kepada anak.

1. IDENTIFIKASI ADHD

Diagnosa gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder sangat beragam, tidak ada
jenis tes yang pasti untuk melakukan mengetahui apakah anak mengidap ADHD atau tidak.
Gejala ADHD tersebut bergantung pada umur, situasi, dan lingkungan anak. Dapat
8

dikatakan, ADHD merupakan suatu gangguan yang kompleks.6 yang berhubungan dengan
kelainan aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif.

Perlu diketahui bahwa kemunculan gejala ADHD dimulai pada umur kanak-kanak,
bersifat menahun. Gejala utamanya berupa hambatan konsentrasi, pengendalian diri, serta
hiperaktif. 7 Pada gejala Inatensi anak sering terlihat mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian (tidak bisa fokus). Adanya stimulus secara spontan dari indera
masing-masing sangat mempengaruhi konsentrasi mereka. Daya tahan konsentrasi mereka
sangat terbatas, sehingga menghambat proses information receiving dari luar (lingkungan).
Kemudian pada gejala Impulsifitas, anak mengalami kelainan sikap atau ketidak harmonisan
antara pikiran dengan tindakannya. (Disorder among think and do). Faktor sense atau
perasaan begitu mendominasi sehingga mereka sangat cepat merespon. Anak juga
mengalami hambatan dalam menentukan skala prioritas ketika sedang beraktifitas, kondisi
demikian sangat mengganggu kepribadian dan lingkungannya. Pada gejala Hiperaktifitas,
anak mengalami aktifitas berupa gerakan motorik yang berlebih di atas rata-rata aktifitas
motorik anak normal sesuai usianya. Mereka terlalu banyak bergerak serasa tanpa lelah dan
tujuan yang jelas bahkan sangat sulit untuk ditenangkan.

E. Pengertian Token Economy


Token ekonomy adalah sistem perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan
bukti target perilaku setelah mengumpulkan sejumlah prilaku tertentu sehingga mencapai
kondisi yang diharapkan. Contoh seperti pada lembar bukti prestasi. Siswa mendapatkan
bukti dalam bentuk rewads atau hadiah dari pekerjaan yang dapat ditunjukannya. (Jason,
2009 ; 35).
Token Economy merupakakan sistem perlakuan pemberian penghargaan kepada
siswa yang diwujudkan secara visual. Token Economy adalah usaha mengembangkan
prilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan melalui penggunaan penghargaan. Setiap
individu mendapat penghargaan setelah menunjukan prilaku yang diharapkan. Hadiah
dikumpul selanjutnya setelah hadiah terkumpul ditukar dengan penghargaan yang bermakna.
(Joson, 2009 ; 66).
Menurut Wallin (1991), Token Economy yang diberikan kepada siswa merupakan
dukungan sekunder untuk memperkuat suasana belajar supaya lebih kondusif. Oleh karena
itu, penghargaan harus menjadi rangsangan yang netral atau tidak berpihak. Siswa
9

berkompetisi untuk memperolehnya dengan cara mengumpulkan token sebanyak-banyaknya


dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa Token economy adalah sistem
perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah
mengumpulkan sejumlah prilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang diharapkan,
dengan cara subyek mendapat penghargaan setelah menunjukan prilaku yang diharapkan.
Hadiah dikumpul selanjutnya setelah hadiah terkumpul ditukar dengan penghargaan yang
bermakna.
F. Kerangka Berpikir
Konsentrasi pada anak Gifted Child dengan ADHD mengalami gangguan dari luar
dan dalam. Perlakuan yang diberikan guru BK berupa token ekonomi yang menggunakan
reward and punishment di refleksi oleh guru BK. Kaitannya dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi gangguan- gangguan tersebut untuk menguranginya dan membantu
meningkatkan konsentrasi anak tersebut agar bisa mengikuti kegiatan belajar yang maksimal.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “konsentrasi anak gifted child meningkat
dengan menggunakan token economy di Kindergarten 2 Singapore Indonesian School
Palembang
10

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling yang dilaksanakan
di kelas Kindergarten 1 Singapore Indonesian School Palembang tahun ajaran 2018-2019
dan berlanjut kembali di ajaran baru per 22 Juli 2019. Dengan pemberian layanan konseling
menggunakan token economy diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi anak gifted child
di kelas. Waktu penelitian selama 1 tahun dan akan berlanjut hingga 3 bulan ke depan.
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dan untuk kelancaran penelitian ini, peneliti dibantu
oleh guru kelas sebagai mitra sejawat yang akan membantu penelitian dalam melakukan
observasi tindakan bimbingan konseling pada saat penelitian dilakukan .
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap penelitian tindakan bimbingan konseling
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan diikuti dengan pengamatan yang
sistematik terhadap hasil tindakan yang dilakukan (observasi) dan refleksi yang dilakukan
berdasarkan hasil pengamatan dan kemudian diulangi lagi dari tahapan awal perencanaan
tindakan berikutnya (Suharsimi Arikunto, 2009 : 16)

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan
masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2002:107). Untuk mendapat data yang tepat maka
perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data
(purposive).
Subjek diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dan refleksi dari hasil tindakan
secara tertulis yang ada dalam bentuk komentar perilaku dan sikap anak di setiap term-nya
yang tertulis di raport anak.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Kindergarten 2, Preschool, Singapore Indonesian School Palembang
11

D. Prosedur Tindakan (Per-siklus)


Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dengan masing-masing siklus dilaksanakan
dalam empat tahap. Tahap-tahap tersebut merupakan tahap perencanaan, pelaksanaaan,
pengamatan (observasi) dan refleksi.
a) Perencanaan
Dalam tahapan ini disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran.
Dimana bukan hanya berisi tentang tujuan yang harus dicapai tetapi juga harus lebih
ditonjolkan perlakuan khusus yang harus diberikan.
Pada tahap ini langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Menganalisis perkembangan anak gifted chid
b. Membuat need assesment.
c. Membuat satuan layanan konseling dengan aplikasi tindakan token economy.
d. Menyusun alat evaluasi (skala penilaian).
e. Menyiapkan lembar observasi.
f. Menyiapkan permainan.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan peneliti berdasarkan perencanaan
yang telah disusun. Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai
dengan fokus masalah. Tindakan ini adalah inti dari penelitian, sebagai upaya meningkatkan
kinerja guru untuk menyelesaikan masalah.
Tahap pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tahap pemulaan, yaitu upaya penumbuhan minat bersama dalam Konseling.
b. Tahap transisi, yaitu proses pembentukan interaksi.
c. Tahap kegiatan sharing yang merupakan inti proses konseling.
d. Tahap pengakhiran, yaitu membuat suatu kesimpulan.
c). Pengamatan (observasi)
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang
dilakukan peneliti sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui observasi peneliti
dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan
tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika peneliti melakukan refleksi
untuk penyusunan rencana ulang memasuki putaran atau siklus berikutnya.
Pengamatan dilakukan oleh guru yang dibantu oleh rekan sejawat atau guru mitra selama
proses kegiatan konseling berlangsung.
Adapun hal-hal yang diamati meliputi :
12

a. Partisiapsi anak gifted child di kelas


b. Ketertarikan anak terhadap guru
c. nteraksi dengan teman sekelas
d. Fokus terhdapa guru
e. Tangan dan gerakan tubuh
f. Keaktifan anak dalam kegaiatan pembelajaran
g. Pemc.ahaman mengenai pelajaran di sekolah
d).Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan peneliti
selama tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer yang
biasanya dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat segala
kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana
ulang.
Setelah melakukan proses pembelajaran, masih ditemukan kekurangan dari segi
peneliti maupun yang diteliti. Kekurangan tersebut misalnya :
a. Konsetrasi anak gifted child masih rendah
b. Anak gifted child masih sering mengganggu teman saat pembelajaran

E. Definisi Operasional Variabel


Token Ekonomi yang digunakan berupa reward and punishment kepadaa anak gifted
child dan ADHD agar konsentrasinya meningkat.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Burhan Bungin (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan
cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir
penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”.
Suharsimi Arikunto (2002:136), berpendapat bahwa “metode penelitianadalah
berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Cara yang
dimaksud adalah wawancara dan studi dokumentasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Wawancara guru Kelas
b. Observasi
c. Evaluasi nilai raport
d. Asesmen
13

G. Teknik Analis Data


Dalam penelitian kualitatif, analisis data sangat diperlukan untuk memperoleh data
dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. “Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unuit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain” (Sugiyono, 2012:335),.
Jadi, analisis data diperlukan dalam penelitian untuk mengolah data menjadi
informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami
dan bermanfaat untuk menjawab masalah- masalah yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian.
Kemudian, dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data yang bersifat
deskriptif kualitatif, yaitu kebutuhan Upaya meingkatkan fokus anak gifted child . Adapun
analisis data kulatitatif yang digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu
atau menjadi hipotesis (Sugiyono, 2012:335).
Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan
analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan
dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang
karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).
Agar setiap data dapat memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dipahami, maka
data tersebut perlu disajikan dalam berbagai bentuk penyajian.
Bentuk-bentuk penyajian data yang digunakan antara lain :
1). Data dalam bentuk tabel
Tabel adalah bentuk penyajian data untuk mengambarkan keadaan sesuatu. Biasanya sebuah
tabel terdiri atas judul kolom, judul baris, dan sumber data.
2). Data dalam bentuk Diagram atau Grafik
Grafik dapat memvisualkan perkembangan sesuatu dalam kurun waktu atau setiap kegiatan.
(Sanjaya wina,2009:115)
14

Teknik analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses
konseling khususnya berbagi tindakan yang dilakukan peneliti sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan untuk peningkatan motivasi belajar matematika siswa sebagai
pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan peneliti.
Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahap :
1). Reduksi Data yaitu kegiatan menyeleksi data disesuaikan dengan fokus
masalah.
2). Mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir menjadi
bermakna.
3). Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data.
(Sanjaya wina,2009:107)

H. Indikator Keberhasilan
a. Anak gifted child bisa lebih memperhatikan guru saat mengajar di kelas
b. Anak konsentrasi belajar ditunjukan dengan memahami materi yang di ajarkan

I. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dimulai pada senin 22 juli 2019 selama rentan waktu 3 bulan atau
sebanyak siklus hingga hasil yang dituju tercapai
15

Daftar Pustaka
Desmita. 2012. psikologi perkembangan peserta didik. bandung: rosda karya.
https://www.asikbelaja a/r.com/piaget-tahap-preoperasion piaget : tahap preoperasional
asik belajar tanpa batas dot com (Jum’at, 12 juli 2019)

dr. c. asri budiningsih, 2004. belajar dan pembelajaran. penerbit rinika cipta,
yogyakarta. hal. 37-38. https://mfahreza742.wordpress.com/2014/05/14/pengertian-konsentrasi-
menurut-beberapa-ahli/ .Pengertian Konsentrasi Menurut Beberapa Ahli.Muhammad Fahreza
(kamis,18 Juli 2019)

Indonesian Pediatric Society http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-


anak/gifted-children-bagian-1-2 .Gifted Children (bagian 1) (Kamis, 18 Juli 2019)

Bimbingan Konseling Pemula. http://bkpemula.blogspot.com/2011/09/ptbk-upaya-


peningkatan-motivasi-belajar.html PTBK Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui
Konseling Kelompok Bimbingan dan Konseling Kamis, 23.32 WIB

Jurnal : Identifikasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity


Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam Kontemporer
file:///C:/Users/User/Downloads/10990-23475-1-PB.pdf
Evita Yuliatul Wahidah STIT Muhammadiyah Bojonegoro

http://mozaikbimbingankonselingii.blogspot.com/2013/04/teknik-token-economy-
dalam-teori.html mozaik bimbingan dan konseling . EKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TEORI
KONSELNG BEHAVIOR
(kamis 23.33, 18 juli 2019)

Anda mungkin juga menyukai