Anda di halaman 1dari 20

Masalah perkembangan dan

belajar anak

KELOMPOK 3
Ni Ketut Novira Dewi
Niluh Mita Wijayanti
Ni Komang Redi Asih

1
Permasalahan Belajar Anak

Melihat perkembangan dunia pendidikan kita


yang semakin menuntut hasil yang bermutu,
sudah seharusnya semua komponen yang terkait
berani dan proaktif untuk menjalankan roda
pendidikan secara bersama-sama dengan
komitmen yang tinggi agar menghasilkan
generasi yang berkualitas dan punya daya saing.
lanjutan
Tanpa diimbangan dengan kualitas pendidik dan
sarana pendukung, permasalahan belajar anak akan
 
semakin meningkat, apalagi masih dapat dilihat
mengenai anak-anak yang mengalami permasalahan
belajar masih mendapatkan perlakuan yang sama
dengan anak-anak tanpa permasalahan belajar.

Permasalahan belajar meliputi anak-anak yang


mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan
yang diharapkan diperoleh di sekolah, seperti misalnya
permasalahan membaca dan permasalahan berhitung
Faktor penyebab masalah belajar
Klasifikasi anak dengan problema belajar
dapat dijelskan dari faktor penyebabnya,
ialah:
• Dari segi perbedaan kecerdasan
• Dari segi perbedaan kreativitas
• Dari segi perbedaan kebutuhan
• Dari segi perbedaan kecacatan fisik
• Dari segi perbedaan perkembangan
kognitif
• Dari segi perbedaan ekonomi dan
cultural.
 
Perbedaan Kecerdasan

Berdasarkan hasil tes kecerdasan, tingkat kecerdasan


seseorang digolongkan sebagai berikut:
 Mereka dengan IQ 50 ke bawah, tergolong anak
dengan keterbelakangan mental/tunagrahita
sedang.
 Anak dengan IQ antara 50-70 disebut tuna grahita
ringan, mereka perlu latihan khusus untuk dapat
belajar membaca, menulis, dan berhitung
sederhana.
 Anak dengan IQ antara 70-90 sering disebut anak
lamban belajar atau "anak bodoh", saat proses
pembelajaran mereka memerlukan strategi khusus
dan memerlukan waktu yang lebih lama agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
LANJUTAN

 Golongan anak dengan IQ antara 90-110 termasuk


paling banyak jumlahnya antara 40-60%, mereka
belajar secara normal.
 Golongan anak dengan IQ antara 110-130 disebut
anak cerdas atau anak dengan bakat khusus,
mereka memerlukan pelayanan khusus untuk
mengembangkan potensi anak 6. Golongan anak
"Genius" dengan IQ 140 ke atas, mereka dapat
belajar sangat cepat mengerti dan menguasai
materi ajar. Kalau mereka tidak mendapatkan
pelayanan khusus, mereka cenderung dianggap
sering mengganggu.
 
Perbedaan Kreativitas

Dalam hal ini antara kecerdasan dan


kreativitas anak saling mendukung,
tingkat kecerdasan membantu
mempercepat pemecahan masalah,
dan kreatifitas mampu memberi
alternatif pemecahan masalah, anak
yang kreatif mampu melakukan
loncatan pikiran yang memperdalam
dan memperjelas pemikiran terutama
untuk mata pelajaran matematika,
kimia dan Fisika.

7
Adanya Gangguan Fisik /Cacat Fisik

Golongan dari anak tuna rungu (kelainan


pendengaran), tuna netra (gangguan penglihatan),
tuna wicara (gangguan kemampuan bicara), dan tuna
grahita/tuna daksa (gangguan neurologist).
Untuk semua golongan diatas memang sudah
disediakan sekolah khusus (Pendidikan Luar Biasa),
namun tidak menutup kemungkinan untuk menampung
mereka pada sekolah umum yang sudah stap
memberikan pelayanan khusus, sekolah ini disebut
memberikan pelayanan khusus.
Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan

Untuk anak-anak yang terpenuhi kebutuhannya secara


seimbang maka dalam kesehariannya mereka
menunjukkan perilaku yang mendukung proses
belajarnya. Namun pada kenyataannya tidak semua
anak terpenuhi kebutuhannya seperti, anak yang
kurang mendapat perhatian orang tuanya atau kurang
diterima keberadaannya, kurang kasih sayang,
kekurangan akan gizi (nutrisi) semua ini dapat
mengganggu aktivitas belajarnya
Perbedaan Perkembangan Kognisi

Dalam hal ini perkembangan kognisi atau kemampuan


anak untuk mengetahui, memahami, dan mengingat
sangat tergantung dari "masa peka" atau faktor
kesiapan anak, karena kesiapan setiap anak adalah
berbeda misalnya ada anak yang sudah siap masuk di
Sekolah Dasar pada usia 6-7 tahun, tetapi ada pula
yang baru siap setelah usia 7-8 tahun.
Perbedaan Sosial Ekonomi (budaya)
Anak-anak yang sibuk mencari nafkah untuk
membantu kehidupan ekonomi keluarga, sering
merasa kelelahan pada saat waktu belajar, demikian
juga bagi anak-anak yang hidup jauh di pelosok desa
jauh dari sekolah dapat juga mengganggu proses
belajarnya
Peran Pendidik Dalam Membantu Anak Dengan
Masalah Belajar

Dengan pemahaman faktor-faktor penyebab


munculnya masalah belajar anak, berdasarkan ciri-ciri
sikap dan perilakunya, diupayakan bagi para pendidik
baik orang tua, guru maupun para ahli pendidikan
untuk bersama-sama mencari jalan keluar untuk
membantu masalah belajar anak.
Peran Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan


utama bagi putra-putrinya, sudah seharusnya lebih
tahu akan keberadaan anaknya. Bagi anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar sering menunjukkan sikap
dan perilaku anti sosial terutama bagi anak yang mulai
menginjak remaja, karena menurut pandangan remaja
perilaku anti sosial tersebut menjadi senjata ampuh
untuk menarik perhatian, agar mereka merasa
diterima, diperhatikan, dan dihargai.
Peran Guru

Munawir Yusuf (2005:53) menjelaskan, ada beberapa hal


yang dapat dilakukan guru untuk mebantu anak-anak yang
mengalami masalah belajar, antara lain:
• Guru harus memahami perbedaan individual anak.
• Guru perlu melakukan identifikasi atas kekuatan dan
kekurangan atau kelemahan dari masing-masing anak
didiknya.
• Guru mencoba mengelompokkan anak didik di kelas
dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkat
permasalahan yang perlu diatasi.
• Guru bekerja sama dengan orang tua dan profesi lain
untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal.
• Guru harus menyiapkan materi, strategi dan media
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
peserta didik.
Lanjutan

Pada anak-anak yang memiliki kecepatan belajar yang


tinggi, guru dapat mengembangkan model
pembelajaran pengayaan dan/atau akselerasi.
Dalam siste evaluasi, guru sebaiknya tidak cukup
hanya mengukur aspek akademik dan yang dicapai
oleh anak.

Umpan balik atas keberhasilan atau kegagalan anak


dalam perkembangannya di sekolah. harus selalu
disampaikan kepada orang tua.
Permasalahan Membaca

Menyimak beberapa bentuk dan anak yang mengalami


kesulitan membaca, untuk dapat mengerti dimana letak
permasalahannya, berikut ini bentuk proses belajar dan
perkembangan keterampilan membaca.
 Dengan Pola Visual
 Recording fonologis
Permasalahan Berhitung

Sebagian besar anak yang mengalami permasalahan


belajar mempunyai keterbelakangan dalam
kemampuan berhitung dibandingkan dengan teman-
teman sebayanya. Ada dua pengertian berhitung yaitu
berhitung faktual dan berhitung melalui cerita.
Permasalahan Emosional Dan Tingkah Laku
Autistik

Emosi memegang peranan penting dalam kehidupan


anak. Dengan emosi anak akan timbul semangat,
bahagia, empati, dan timbul dorongan ingin tahu.
Bentuk emosi yang lain seperti marah, sedih, takut,
nikmat, cinta kasih, terkejut, jengkel dan malu.

mengenai bentuk atau ekspresi emosi anak dan faktor


penyebab dan pemicu terjadinya permasalahan emosi
anak. Pada umumnya anak yang mengalami gangguan
emosi menunjukkan rasa cemas dan menyendiri,
agresif dan sifatnya kekanak-kanakan.
Mengenal dan Membantu Autistik
Yoswan Aswandi menjelaskan bahwa, Autistik adalah
gangguan perkembangan neorobiologis berat yang
mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi
dan (berhubungan) dengan orang lain. Perilakunya
didasarkan oleh dorongan dari dalam dirinya, sehingga
ia seperti hidup dalam dunia sendiri

Reaksi dan Sikap Lingkungan Terhadap Anak


Autistik
Kehadiran anak autistik di tengah keluarga merupakan
suatu yang di luar harapan. Maka kehadirannya
memberikan dampak psikologis kepada semua
anggota keluarga dan masyarakat Namun dari
semuanya "ibu" merupakan pihak yang paling merasa
tertekan dan mengalami dampak psikologis yang
paling berat.
Deteksi Awal dan Penanganan Dini Anak Autistik

Dalam tulisan Yosfan Aswandi menguraikan bahwa usaha


untuk mengetahui gejala austik pada anak sebaiknya
dilakukan sebelum bayi berumur 2,5 tahun. Perlu disadari
khususnya oleh orang tua, semakin dini perilaku autistik
diketahui, maka semakin besar kemungkinan
memperbaiki perilakunya.
Autisme infatil yaitu autistik yang dibawa sejak lahir.
Perbedaan perilaku bayi autisme infatil dengan bayi
normal sudah dapat teramati pada usia 4 bulan.
Program Pendidikan Anak Autistik
Anak autistik yang telah mendapat penanganan dini dengan
baik dan mendapat hasil yang menggembirakan, anak tersebut
anak tersebut dapat dikatakan "sembuh dari gejala autistik. Hal
ini terlihat apabila anak sudah dapat mengendalikan perilakunya
sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan
berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang
cukup sesuai dengan anak seusianya.

Kurikulum dan Tenaga Pendidik


Kurikulum pendidikan anak autistik dapat dipilih, dimodifikasi
dan dikembangkan oleh guru/pelatih/terapis pembimbing,
dengan bertitik tolak pada kebutuhan masing-masing anak
berdasarkan hasil identifikasi Pemilihan dan modifikasi
kurikulum juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan,
kemampuan anak, dan ketidakmampuannya, usia anak, serta
memperhatikan sumber daya lingkungan yang ada.
Sekian dan terimakasih

20

Anda mungkin juga menyukai