Anda di halaman 1dari 10

OM SWASTYASTU

Bimbingan konseling usia lanjut

Oleh :
Niluh Mita Wijayanti
Ds0120011
A. Pengertian Usia Lanjut (Lansia)

Di indonesia umumnya sekitar 60 tahun dipandang


sebagai masa tua, mereka sudah pensiun dari pegawai,
karena dipandang secara fisik dan mental sudah tua.
Diamerika umur 65 tahun menjadi syarat orang
mendapatkan tunjangan jaminan sosial dan beberapa
mendapatkan diskon dalam transportasi, bioskop dan
sebagainya. Tidak mudah untuk memberikan batasan
usia lanjut. Usia enam puluhan bisanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan dan
Pertumbuhan masa tua
a. Kontelasi “nature-nurture” (pemasakan-belajar) pada permulaan
proses menjadi tua.
b. Perubahan baru dalam sistem biologis (kesehatan, fungsi-fungsi
sensorik, dsb)
c. Perubahan baru dalam sistem peranan sosial (dipensiun,
kehilangan suami atau istri, kehilangan teman, peran sosial yang
baru, dsb).
d. Situasi sosial-ekonomi dan ekologis (misalnya penghasilan,
jaminan sosial, pemeliharaan kesehatan, dsb).
C. Pertumbuhan dan perkembangan orang lanjut
usia
Secara umum masa tua atau usia lanjut ditandai adanya
kemunduran dalam berbagai aspek, baik fisik, psikologis, sosial dan
sebagainya. Monks dkk (1994 : 7) mengutip pendapat buhler bahwa
masa tua merupakan tingkat perkembangan penurunan, kemunduran
atau menarik diri dari kehidupan. Uraian berikut ini akan menyajikan
konsep secara umum tentang perkembangan usia lanjut.
a. -Perkembangan aspek fisik biologis
b. -Perkembangan aspek psikologis
c. -Perkembangan sosial
d. -Perkembangan aspek spiritual/keagamaan
D. Lanjut usia ditinjau dari berbagai
budaya
Setiap kelompok kebudayaan memiliki
pandangan yang beragam terhadap lanjut usia. Ada
budaya yang menempatkan lansia pada tempat yang
terhormat, sebagai “pepunden”, tetapi ada yang
memandang lansia sebagai beban, bahkan dalam
budaya tertentu mengijinkan euthanasia (sengaja
mempercepat kematian) bagi lanjut usia. Berikut ini
dikemukakan pandangan beberapa budaya tentang
lansia.
E. Purna Karya Pada Lansia

Bekerja bagi manusia sebagai inti dari kehidupan, karena dengan


bekerja akan memberikan respek atau penghargaan, status sosial dan prestise
sosial. Bekerja juga menyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
persabahatan, dan bekerja akan memberikan ganjaran yang sifatnya materiil
(uang, gaji, fasilitas) dan imbalan yang sifatnya non materiil (penghargaan,
prestise, status sosial). Bagi lansia dengan kemunduran fisik dan psikisnya,
umumnya mereka mengurangi atau bahkan berhenti dari bekerja. Bagi yang
bekerja sendiri (usaha sendiri) mereka mengurangi kegiatan kerja, dan bagi
yang bekerja pada perusahaan lain umumnya mereka dipensiunkan.
  Mental Lanjut
F. Problem Dan Kesehatan
Usia

 Pfisik biologis.
Umumnya masalah fisik/biologis yang dihadapi lansia adalah
masalah kesehatan, termasuk kurang optimalnya fungsi-fungsi
tubuh. Banyak keluhan tentang kesehatan yang dirasakan orang
tua, seperti gangguan sirkulasi dan kimia darah, sistem
metabolisme, persendian, penyakit tumor, rematik, gangguan
pencernakan, syaraf terganggu, berjalan gontai dan sebagainya

 Problem mental psikologis


Kemunduran perkembangan fisik dan psikologis pada lansia
menimbulkan masalah seperti psikologis. Dari segi kognitif
kemampuan berfikir dan ingatannya menurun. Lansia mudah
tersinggung, dan merasa rendah diri. Hilangya rasa harga diri
menjadikan lansia merasa tegang, kecewa, cemas, takut,
murung, marah, putus asa dan sebagainya
LANJUTAN

 Problem ekonomi dan pekerjaan


Banyak lansia yang hidupnya sangat sederhana, masih harus membanting
tulang mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan makan dan kesehatan,
bahkan dijumpai lansia yang terlantar.

 Problem Sosial
Dengan kemunduran aspek fisik, mental, karier, menjadikan mobilitas fisik
lansia dan lingkup pergaulan sosial berkurang, sehingga para lansia banyak
mengalami problem sosial.
 Problem spiritual
Problem spiritual ini berkait erat dengan kondisi fisik dan kesehatan lansia
yang semakin menurun. Banyak lansia yang dirisaukan dengan kematian dan
kehidupan sesudahnya, di samping itu juga adanya kesadaran lansia yang
sebelumnya punya penghayatan agama yang kuat, untuk mempersiapkan
menyiapkan bekal menghadapi kematian dan kehidupan sesudah mati.
G. Layanan Bimbingan Konseling Bagi Lanjut Usia

Pelayanan BK secara professional pada usia lanjut belum banyak


dilakukan. Berbagai pelayanan terhadap lansia, baik oleh anak-anaknya,
lembaga keagamaan. LSM, umumnya dilakukan tidak secara utuh, yang
kadangkala kurang memahami permasalahan lansia secara menyeluruh. Di
lembaga keagamaan misalnya lebih menekankan aspek spiritual, di pusat-
pusat rehabilitasi sosial khususnya di panti wreda sudah
diupayakan  pelayanan secara optimal, namun penekanannya masih dalam
aspek fisik kesehatan. Kesulitan dalam pelayanan BK bagi lansia juga
diakui oleh George dan Cristiani (1981), dan menuntut program pelatihan
khusus bagi konselor yang melayani usia lanjut.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Anda mungkin juga menyukai