Anda di halaman 1dari 12

BAB VII

KALIMAT EFEKTIF

1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau

penulis, serta dapat diterima maksud, arti, dan tujuannya secara jelas seperti yang

dimaksud oleh pembicara atau penulisnya.

2. Syarat-syarat Kalimat Efektif

a. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya

b. Mengemukakan pemahaman yang sama (antara pendengar, pembaca,dan

penulisnya).

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif

3.1 Gramatikal

Kalimat efektif harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa.

Contoh-contoh:

Tidak Gramatikal Gramatikal

- Meskipun orang asing, dia pandai bicara Meskipun orang asing, dia pandai
bahasa Indonesia. berbicara bahasa Indonesia.

- Masalah itu belum semuanya disadari oleh Masalah itu belum semuanya kita
kita. sadari.

- Apa yang Saudara sudah jelaskan saya dapat Apa yang sudah Saudara jelaskan
pahami. dapat saya pahami.

3.2 Diksi (pilihan kata) yang Tepat

3.2.1 Pemakaian Kata Tutur

Kata tutur ialah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama

dalam percakapan. Kata-kata tutur tersebut antara lain: bilang, bikin, dikasih tahu,

makanya, nantinya, sendirian, bicara, jumpa, beli, baca, dan sebagainya. Pemakaian kata
55
tutur dalam karya ilmiah hendaknya dihindarkan, karena termasuk kata-kata yang tidak

baku.

Contoh :Saya sudah (dikasih, diberi) pisang goreng (sama, oleh) ibu.

3.2.2 Pemakaian Kata-kata Bersinonim

Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan, ada yang tidak.Bahkan

ada kata-kata bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan.

Contoh:Penataran-penataran itu sangat bermanfaat (bagi, untuk, buat, guna) para guru

agama Hindu.

Kata bagi dan untukdapat saling menggantikan. Kata buat dapat menggantikan kata bagi

dan untuk, tetapi kurang tepat sebab kata buatbiasa dipakai dalam bahasa tutur.

Contoh:Saya suka (menonton, melihat, memandang, mengawasi) wayang kulit.

Kata menonton lebih tepat daripada melihat, sebab wayang kulit merupakan tontonan.

3.2.3 Pemakaian Kata-kata yang Bernilai Rasa

Kata-kata bernilai rasa adalah kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembaca.

Kata-kata yang bernilai rasa menjadi salah satu faktor penentu keefektifan sebuah kalimat,

sebab kesalahan dalam memilih kata akan mengganggu perasaan pembaca. Kalimat-

kalimat tersebut akan terasa kasar, tidak sopan, dan lucu.

Contoh: Kucing saya (mati, meninggal, wafat, tutup usia) kemarin.

Walaupun kata mati, meninggal, wafat, dan tutup usiamengacu pada makna yang

sama, namun jika penggunaannya tidak tepat akan terasa aneh dan lucu. Kata matilebih

tepat digunakan pada kalimat di atas, sebab kata meninggal, wafat, dan tutup usia

merupakan kata-kata untuk manusia. Kalimat menjadi tidak efektif jika berbunyi: Kucing

saya tutup usia kemarin.

3.2.4 Pemakaian Kata-kata Umum dan Khusus

Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-
kata khusus adalah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya.Makin umum, makin kabur

56
gambarannya dalam angan-angan. Oleh sebab itu, supaya kalimat tersusun efektif akan
lebih tepat jika memakai kata-kata khusus daripada kata-kata umum.
Umum Khusus
memandang (gunung/sawah/laut)
menonton (wayang, film, drama)
menengok (orang sakit)
menatap (muka/gambar)
melihat
menentang (matahari/muka)
menoleh (ke kiri/ke kanan)
meninjau (lokasi/daerah-daerah)
menyaksikan (pertandingan)
roboh (rumah/gedung)
rebah (pohon pisang, tebu/badan)
Jatuh tumbang (pohon besar)
rontok (daun/bunga/rambut)
longsor (tanah)
membawa menjinjing (koper, sepatu, keranjang)
menyandang (pistol, senapan)
menggotong (meja, lemari)
pakaian baju, celana, kaos, dan sebagainya.
permainan bulu tangkis, tenis meja, catur, dan
sebagainya.
Buah-buahan apel, mangga, pisang, dan sebagainya.
bunga mawar, melati, anggrek, dan sebagainya.

Kata melihat, jatuh, dan membawa mengandung arti inti, sedangkan kata-kata

khusus yang bersinonim itu mengandung arti tambahan (arti khusus).Kata pakaian,

permaianan, buah-buahan dan bunga merupakan kata umum yang disebut superordinat,

sedangkan kata-kata khusus yang merupakan kelas bawah disebut hiponim.

3.2.5 Pemakaian Idiom

Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang susunannya terbentuk secara tetap

(baku) dan saling kebergantungan; atau gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan

unsur-unsur pembentuknya.

Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaan idiom:

Betul Salah
tergantung dari
bergantung kepada/pada tergantung daripada
bergantung dari
berbeda dengan berbeda dari/daripada
disebabkan oleh disebabkan karena
57
hormat akan/kepada/terhadap hormat atas/sama
terdiri atas terdiri/terdiri dari
sesuai dengan sesuai
bertemu dengan bertemu/bertemu sama
berdasar pada/kepada Berdasarkan atas/pada/kepada
(berdasarkan)

3.2.6 Pemakaian Kata yang Lugas

Kata-kata lugas adalah kata-kata yang bersahaja, apa adanya, dan tidak berupa

frase yang panjang.

Contoh:

(a) Setelah diberikan penjelasan secara mendalam, mereka tidak melakukan pengrusakan

terhadap toko-toko itu.

(b) Untuk memungkinkan kami memberikan penilaian secara tepat, kami sangat

memerlukan data dari saudara.

(c) Sepanjang pengetahuan saya keberadaan masyarakat Hindu di Batak belum pernah

diadakan penelitian.

Bandingkanlah dengan kalimat:

(a1) Setelah dijelaskan secara mendalam, mereka tidak merusak toko-toko itu.

(b1) Agar dapat menilai secara tepat, kami memerlukan data dari Saudara.

(c1) Setahu saya keberadaan masyarakat Hindu di Batak belum pernah diteliti.

3.3 Logis

Logis artinya masuk akal.Kalimat yang logis mudah dipahami, penulisannya sesuai

dengan ejaan yang berlaku, tepat, dan tidak menimbulkan salah paham.

Perhatikan contoh berikut ini!

Tidak logis Logis

Saya belum jelas. Saya belum mengerti.

Naik sepeda diharap turun! Pengendara sepeda diharap turun!

Pencopet itu berhasil ditangkap polisi. Polisi berhasil menangkap pencopet itu.

58
3.4 Padu

Kalimat dianggap padu apabila ada hubungan timbal balik yang jelas antara unsur-

unsur (kata atau kelompok kata)yang membentukkalimat itu.Maksudnya, antara subyek

dan predikat, predikat dan obyek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-

tiap unsur pokok tadi.

Kesalahan yang seringkali merusak kepaduan adalah penempatan kata depan, kata

penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, serta penempatan keterangan

aspek yang tidak sesuai, dan sebagainya.

Perhatikan contoh berikut!

(1) Malaysia sebelum mengadakan persetujuan bersama dengan Indonesia tentang

peristilahan telah mempunyai aturan sendiri seperti yang telah digariskan oleh

Universiti Malaysia.

Bandingkan dengan kalimat berikut!

(1a) Sebelum mengadakan persetujuan bersama dengan Indonesia tentang peristilahan,

Malaysia telah mempunyai aturan sendiri seperti yang telah digariskan oleh

Universiti Malaysia.

Kalimat (1) di atas tidak padu sebab hubungan S dan P terganggu oleh keterangan yang

disisipkan di antara S dan P. Keterangan …sebelum mengadakan persetujuan bersama

dengan Indonesia tentang peristilahan…seharusnya digeser ke posisi depan. Jadi, kalimat

(1a)-lah yang padu.

(2) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa

menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang.

(2a) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa

menentukan pola kepribadian yang sedang berkembang.

59
Kepaduan kalimat (2) rusak karena salah mempergunakan kata penghubung bagi.Kalimat

yang benar adalah (2a).

(3) Buku itu saya sudah baca hingga tamat.

(3a) Buku itu sudah saya baca hingga tamat.

Kalimat (3) bukanlah kalimat yang padu. Kepaduan kalimat terganggu karena salah

menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb.) pada kata kerja.

Pola kesalahan semacam ini sering terjadi, terutama bila menghadapi bentuk-bentuk yang

mirip, antara lain:

Benar Salah
membahayakan negara
membahayakan bagi negara
berbahaya bagi negara
membicarakan suatu masalah membicarakan tentang suatu masalah
berbicara tentang suatu masalah
mengharapkan belas kasihan mengharapkan akan belas kasihan
berharap akan belas kasihan
menceritakan peristiwa itu menceritakan tentang peristiwa itu
bercerita tentang peristiwa itu
saling membantu saling bantu-membantu
bantu-membantu

3.5 Tidak Bermakna Ganda (Ambigu)

Kalimat dikatakan bermakna ambigu apabila memiliki arti lebih dari satu.

Maksudnya antara pembaca yang satu dengan yang lain dapat berlainan pemahamannya.

Contoh:

(1) Ayah ibu Arya pergi ke Pura.

Kalimat tersebut dapat diartikan dua makna, maksudnya yang pergi ke Pura itu Kakeknya

Arya atau orang tuanya Arya.

Bandingkan dengan kalimart berikut!

(1a) Ayah dan ibu Arya pergi ke Pura (orang tua Arya).

(1b) Kakek Arya pergi ke Pura (ayah dari ibunya Arya).

3.6 Hemat
60
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan

kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata

bahasa. Penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada

beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:

a) menghilangkan pengulangan subyek.

Contoh:

Karena dia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku (tidak efektif).

Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku (efektif).

b) menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

Contoh:

Santi menanam bunga mawar, bunga melati, dan bunga kenanga di halaman (tidak

efektif).

Santi menanam mawar dan melati di halaman (efektif).

c) menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

Contoh:

Dia sudah menunggumu sejak dari pagi (tidak efektif).

Dia sudah menunggumu sejak pagi (efektif).

d) tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

Para tamu-tamusudah dipersilakan duduk (tidak efektif).

Para tamu sudah dipersilakan duduk (efektif).

3.7 Sejajar

Kalimat dianggap sejajar apabila terdapat kesamaan bentuk kata atau imbuhan

yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga

61
menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-,

maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh-contoh:

(1) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

(2) Sesudah memahami dan menghayati, pancasila harus diamalkan.

Bandingkanlah dengan kalimat:

(1a) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.

(1b) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

(2a) Sesudah memahami dan menghayati, kita harus mengamalkannya.

(2b) Sesudah dipahami dan dihayati, pancasila harus diamalkan.

Catatan 1:

Pada kalimat (1) dan (2) terdapat ketidaksejajaran bentuk tentang gagasan-gagasan

sederajat. Pada kalimat (1) gagasan yang sederajat adalah kata kerja menolong dan

dipapahnya; sedangkan pada kalimat (2) gagasan-gagasan yang sederajat adalah kata kerja

aktif me(N)- memahami dan menghayati, dan kata kerja pasif diamalkan. Agar sebuah

kalimat menjadi efektif gagasan-gagasan yang sederajat harus dinyatakan dengan bentuk

yang sama. Hal tersebut terlihat pada contoh (1a), (1b), (2a), dan (2b).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kalimat:

1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :

- Sejak dari usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.


(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)

- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.


(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.


(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

- Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.


62
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)

- Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.


(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)

2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :

- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera
diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. /
Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)

3. Penggunaan imbuhan yang kacau :


- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang
dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)

- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.


(Iadiperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

- Operasi yang dijalankan Sinta memberi dampak buruk.


(Oparasi yang dijalani Sinta berdampak buruk)

- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.


(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi./ Pelajaran BI
mengajarkan juga teori apresiasi puisi.)

4. Kalimat tidakselesai :

- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin
berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)

- Rumah yang besar yang terbakar itu.

63
(Rumah yang besar itu, terbakar.)

5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :


- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)

Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh,
menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan,
menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci,
mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik,
mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.

- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.


(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)

- Sekolah itu diolah oleh para guru secara professional.


(Sekolah itu dikelola oleh para guru secara professional.)

- tau à tahu - negri à negeri

- kepilihà terpilih - faham à paham

- ketinggalà tertinggal - himbau à imbau

- gimanaà bagaimana - silahkan à silakan

- jaman à zaman - antri à antre

- trampilà terampil - disyahkan à disahkan

6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :

- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.


(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)

- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.


(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)

- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-
zat yang diperlukan oleh tubuh.

64
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh.)

7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :


- Seorang daripada pembantunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)

- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.


(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)

- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.


(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)

8. Pilihan kata yang tidak tepat :


- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang
bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-
bincang dengan masyarakat.)

- Bukunya ada di saya.


(Bukunya ada pada saya.)

1. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :


- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai
pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian.Siapa/apa yang gagal?
Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?

(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai


kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak
pemerintah.

- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri


Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian.Siapa/apa yang
dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau
sopirnya?

(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)


65
1. Pengulangan kata yang tidak perlu :
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

- Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan,
yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan
yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan
kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)

2. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :


- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)

- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?)

66

Anda mungkin juga menyukai