Anda di halaman 1dari 25

Pilihan Kata Dan Definisi

A.Kaidah Sosial
B.Kaidah Karang Mengarang

KELOMPOK VII
• CHANDRA H.P.P| IRFAN SETIAWAN | ISMA AZIZAH |
RISKI WAHYUDI
1
PILIHAN KATA

Pilihan kata sering disebut pula dengan


diksi. Dalam karang-mengarang,
pemilihan kata merupakan satu unsur
penting, demikian juga dalam bertutur
sapa setiap hari. Dalam bahasa mana
pun, gagasan, pikiran/konsep diwujudkan
dalam bentuk kata atau rangkaian kata-
kata
KAIDAH SOSIAL

Kaidah sosial adalah kaidah pemilihan


kata yang mempertimbangkan
kecocokan makna kata yang dipilih sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat
(sosial) pembaca. Kaidah sosial
berhubungan erat dengan persyaratan
kesesuaian pemilihan kata dalam
penulisan.
PILIHAN KATA KAIDAH SOSIAL

Dijumpai juga bentuk-bentuk yang menunjukkan kehalusan.


Dengan demikian, menunjuk pula pada situasi atau keadaan
hormat dan tidak hormat/biasa/intim atau akrab, misalnya:

Halus Tidak Halus


tinja, kotoran tahi
tuna susila pelacur
tuna rungu tuli
tuna aksara, niraksara butahuruf
tuna karya penganggur
tuna wisma gelandangan
sakit ingatan gila
pekerja kuli, buruh
PILIHAN KATA KAIDAH SOSIAL

Permasalahan diksi harus diperhatikan


lingkungan pemakaian kata-kata yang
digunakan. Lingkungan itu dapat dibedakan
berdasarkan tingkatan sosial (sosiolek) daerah
geografis (dialek) tingkat formalitas (fungsiolek:
baku, formal, usaha, akrab dan intim). Termasuk
ke dalam hal ini adalah lingkungan pemakai
(profesi pemakai; pengacara, pedagang, ilmu
pengetahuan, teknologi dan sejenisnya).
PILIHAN KATA KAIDAH SOSIAL

Pilihan kata berdasarkan tingkatan sosial kiranya tidak


akan terjadi dalam bahasa Indonesia, karena kita ingin
menciptakan bahasa Indonesia yang bersifat
demokratis. Lain halnya dengan bahasa Jawa, yang
membedakan pilihan kata berdasarkan tingkatan sosial.
Tingkatan tersebut secara garis besarnya seperti : kromo
inggil, kromo, ngoko andap, ngoko. Dalam hal ini,
bahasa Indonesia hanya mengenal pemilihan kata
berdasarkan karakteristik sosial yang lain. Misalnya :
bahasa petani, bahasa nelayan, bahasa sopir, bahasa
buruh, bahasa guru, dan sebagainya.
PILIHAN KATA KAIDAH SOSIAL

Dalam kaidah ini perlu kiranya kita perhatikan pula pemilihan variasi
atau ragam bahasa selain yang telah disebutkan di atas. Bahasa
Indosesia baku atau standar adalah salah satu variasi pemakaian
bahasa Indonesia yang secara umum yang diterima dan diangkat
berdasarkan kesepakatan bersama menjadi bahasa Indonesia
yang baku. Bahasa undang-undang, bahasa kitab suci, bahasa
prasasti termasuk dalam variasi ini. Kemudian ada variasi usaha
yang lazim dipakai dalam pembicaraan yang berorientasi pada
hasil. Misalnya: bahasa dalam kuliah, konsultasi dan sejenisnya.
Variasi atau ragam akrab lazim dipakai dalam pembicaraan atau
situasi antarteman, antar anggota keluarga. Yang terakhir adalah
variasi atau ragam intim yang lazim dipakai dalam lingkungan
anggota keluarga, teman sejati, karib.
PILIHAN KATA KAIDAH SOSIAL

Misalnya: (1) Intim: aku, daku, kau, engkau, dikau, dia.


(2) Formal: saya, kita, kami, saudara, anda,
ibu.

Di samping itu, dalam tingkat ketatabahasaan variasi


diterima baik yang standar daripada yang tidak standar.
Bentuk- bentuk tulisan karangan resmi haruslah dilakukan
dalam bahasa Indonesia standar, seperti: peraturan
pemerintah, undang-undang, surat-surat kedinasan,
laporan resmi, pembicaraan resmi, ceramah. Kuliah dan
berkala resmi pemerintah, sidang dan rapat pemerintah
(pengadilan) dan karangan-karangan ilmiah.
KAIDAH KARANG MENGARANG

Kaidah karangan-mengarang adalah


kaidah pemilihan kata yang
mempertimbangkan kecocokan
makna kata yang dipilih dengan
aturan bahasa tulis atau aturan dunia
karang-mengarang
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

1. Makna denotatif
Makna denotasi itu lazimnya hadir lantaran tidak adanya makna
tambahan pada sebuah kata. Jadi, makna denotasi itu
sesungguhnya menunjuk pada makna yang sebenarnya, bukan
makna yang sifatnya kiasan, dan bukan pula makna yang bersifat
konteksual. Jadi dapat ditegaskan, bahwa yang dimaksud dengan
denotasi adalah makna kata yang tidak mengandung tambahan
makna atau perasaan tambahan sedikit pun. Marilah kita lihat
contoh pemakaian berikut ini
Kursi-kursi paling depan dikelasku ditempati oleh anak-anak
perempuan.

Dapat dilihat dengan jelas, bahwa bentuk ‘kursi-kursi’diatas


menunjuk pada makna sebenarnya. Kata ‘kursi’ dalam kalimat itu
tentu saja selalu akan dimaknai sebagai ‘tempat duduk’.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

2. Makna konotatif
Makna konotatif itu sering disebut juga sebagai makna konteksual.
Jadi, sebuah bentuk kebahasaan akan dapat diartikan berbeda
atau tidak sama , jadi, sebuah bentuk kebahasaan akan dapat
diartikan berbeda atau tidak sama.
Pemilu legislatif yang lazimnya digunakan untuk memperebutkan
kursi-kursi parlemen baru saja berlangsung.

Dengan membedakan bentuk ‘kursi’ pada kalimat diatas itu


dengan bentuk ‘kursi’ pada kalimat yang di bagian awal sudah
disampaikan tadi, akan sangat jelas kelihatan bahwa ‘kursi’ pada
kalimat ini tidak bermakna ‘tempat duduk’ tetapi bermakna
‘kekuasaan’ atau mungkin pula dapat dimaknai sebagai
‘kesempatan untuk berkuasa’.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

3. Kata bersinonim
Kata berarti kata yang bermakna sejenis, bermakna
sepadan.bermakna sejajar, bermakna serumpun, dan memiliki arti.
Sebuah bentuk kebahasaan akan dikatakan bersinonim apabila
apabila memiliki makna yang sepadan, sejajar, sejenis, jadi makna
itu tidak harus selalu persis sama. Berkenaan dengan ini, kita ambil
saja contoh kata ‘melihat’, ‘menatap’,’menonton’, ‘melirik’,
‘menyaksikan’, ‘mengawasi’. Kata-kata diatas itu tidak memiliki kata
yang persis sama. Masing-masing memiliki raut atau fitur makna.
Kesamaannya adalah bahwa semuanya memerantikan indra
manusia yang disebut ‘mata’. Hanya saja, mata itu diperantikan
dengan gradsi kelebaran yang tidak sama sehingga lahirlah kata-
kata yang bersinonim itu
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

4.Kata berantonim
Kata berantonim menunjuk pada kata-kata yang
memiliki makna yang tidak sama. Sebuah bentuk
kebahasaan akan dapat dikatana berantonim kalau
bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi
antarmakna yang wujud logusnya berbeda atau
bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya
seperti bentuk ‘benci’ dan ‘cinta’ , bentuk ‘panas’ dan
‘dingin’, bentuk ‘timur’ dan ‘barat’ ,’suami’ dan ‘istri’,
bentuk ‘pandai’ dan’bodoh’ serta ‘kaya’ dan ‘miskin’.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

5.Kata berasa
Bahasa pun sesungguhnya memiliki citarasa. Jika anda
adalah seorang penyunting bahasa yang baik anda
akan tahu peersis kapanharus menggunakan kata
‘mati’,kata ‘gugur’, kata ‘tewas’ dan yang
semacamnya. Demikian pula kata’pelacur’ atau ‘lonte’
atau ‘PSK’ . Bentuk kebahasaan yangdemikian ini
ternyata memiliki masing-masing nilai rasa yang tidak
sama. Semuanya adalah bentuk kebahasaan yang
boleh digunakan, tentu saja tetapi harus digunakan
secara tepat,cermat dan harus sesuai dengan makna
yang hendak diembannya
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

6.Kata konkret
Yang dimaksud dengan kata konkret adalah
kata-kata yang menunjuk pada objek yang
dapat dipilih, didengar, didengar, dirasakan,
diraba, atau dicium. Dengan perkataan lain
kata konkret itu sesungguhnya adalah kata
yang dapar diindra dengan alat indra manusia.
Bentuk-bentuk kebahasaan seperti ‘komputer’,
‘printer’, ‘pemindai’. ‘buku’, ‘kamus’ adalah
contoh-contoh dari benda-benda yang sifatnya
konkret.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

7. Kata abstrak
Sangat berbeda atau bahkan agak bertentangan
dengan kata konkret. Kata abstrak ialah kata-kata yang
menunjuk kepada konsep atau sifat gagasan. Kalau
kata-kata konkret itu banyak digunakan untuk membuat
semacam deskripsi atau penggambaran dalam karang-
menggarang, kata-kata abstrak sering dipakai untuk
mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang
cenderung lebih kompleks dan rumit. Sebagai contoh
dari kata abstrak adalah kata ‘pendidikan’ atau kata
‘pembodohan’. Tentu saja, orang tidak akan dapat
menggunakan indra untuk bisa menyentuh entitas
‘pendidikan’ atau ‘pembodohan’
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

8. Kata umum
Kata umum,lazimnya dipahami sebagai kata yang memiliki
lingkup makna yang jauh lebih luas dibandingkan dengan kata
khusus.Semakin umum sebuah kata,maka akan semakin tidak
akuratlah kata itu jika digunakan untuk menggambarkan sebuah
konsep. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa,bahwa kata
umum sesungguhnya masih masih harus dijabarkan lebih lanjut agar
menjadi kata-kata yang sifatnya lebih khusus agar dapat digunakan
untuk menggambarkan sebuah konsep.Sebagai contoh
kata’melihat’ yang jelas sekali masih dapat dijabarkan lebih lanjut
menjadi kata ‘menonton’, ’melirik’, ’memandang’,
‘mengamati’,dan seterusnya.Demikian pula kata ‘jatuh’ yang juga
masih dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi ‘tersungkur’,
‘terpeleset’, ‘terjerembab’, dan seterusnya.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

9. Kata khusus
Sesuai dengan sebutannya,kata-kata yang
bersifat khusus itu merupakan kebalikan dari kata-kata
yang sifatnya umum. Kata umum selalu
menggambarkan sesuatu dengan bentuk kebahasaan
yang masih dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi kata-
kata yang sifatnya khusus. Kata ‘bunga’ misalnya saja,
masihdapat dijabarkan lebih lanjut menjadi mama-
nama yang lebih spesifik, yang jumlahnya mungkin
ribuan. contohnya bunga mawar, melati, kenanga dan
lain-lain. Kadang-kadang, nama-nama yang sifatnya
sudah khusus tersebut masih dapat dijabarkan lebiih
lanjut menjadi nama-nama yang lebih khusus lagi.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

10. Penyempitan makna


Sebuah kata atau entitas kebahasaan yang lain di
katakan akan mengalami penyempitan makna apabila
dalam kurun waktu tertentu maknanya bergeser dari
semula yang sifatnya luas ke dalam makna yang
cenderung lebih sempit atau terbatas. Contoh :
sarjana
dulu orang menyebut sarjana untuk tiap orang pandai,
tetapi sekarang sarjana hanya diberikan atau
digunakan untuk menyebut gelar universitas.
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

11. Perluasan makna


Suatu kata akan dapat di katakan mengalami perluasan
makna apabila dalam kurun waktu tertentu maknanya dapat
bergeser dari yang semula sempit ke makna yang jauh lebih luas
dan variatif. Sebagai contoh sekedar ilustrasi, pada masa lalu kata
“ibu” banyak di definisikan sebagai sosok wanita yang melahirkan,
atau mungkin wanita yang sudah pernah melahirkan. Akan tetapi
sekarang, kata “ibu” sudah menjadi kata yang umum untuk wanita
yang sudah dewasa, sekalipun dia belum pernah melahirkan
seorang anak.
bapak
dulu digunakan untuk menyebut orang yang ada hubungan
biologis dengan pembicara, sekarang digunakan untuk siapa saja
yang lebih tua/lebih tinggi kedudukannya..
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

12. Bentuk serapan asing


Kata serapan merupakan kata yang diserap atau diambil yang
berasal dari bahasa daerah maupun bahas asing.
Proses penyerapan (macam-macam kata serapan) :
• Adopsi:
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan
makna kata asing itu secra keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall, hotdog, film, bank
• Adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna
kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh : pluralisasi (English : pluralization), maksimal (Deutsch :
maximaal), kado (France : cadeu)
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

• Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang
terkandung dalam bahasa asing itu. Kemudian kata tersebut dicari
padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh : tumpang tindih (overlap), percepatan (acceleration),
proyek rintisan (pilot project), uji coba (try out)

• Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep
dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian ia mencari
padanannya dalam bahasa Indonesia. Cara kreasi tidak menuntut
bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Contoh : berhasil guna (effective), ulang-alik (shuttle), suku cadang
(spare parts)
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

13. Bentuk mubazir


Mengacu pada pengertian mubazir KBBI, kata mubazir
artinya kata-kata yang sia-sia atau tidak berguna, terbuang-
buang (karena berlebihan), bersifat memboroskan, dan
berlebihan.
Kata-kata Mubazir Kata-kata tidak Mubazir
Maju ke depan Maju/kedepan
Mundur ke belakang Mundur/ke belakang
Tenggelam ke dalam Tenggelam
Sangat sempurna sekali sempurna
PILIHAN KATA KAIDAH KARANG-MENGARANG

14. Bentuk baku-tidak baku


Para penyunting bahasa benar-benar harus memahami dan
menguasai segala seluk beluk kebakuan kata-kata dalam bahasa
indonesia. Hal yang sama juga harus di lakukan oleh para penuis
dan para peneliti dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Secara
khusus harus saya tegaskan pula, bahwa bentuk kebahasaan yang
baku tidak sama dengan bentuk kebahasaan yang tidak baku di
dalam pemakaiannya.
Bentuk baku Bentuk tidak baku Keterangan
Alumnus Alumni Lulusan
Azab Asab Siksa Tuhan
Bajaj Bajay Kendaraan beroda tiga
Pilihan Kata Dan Definisi
Sesi pertanyaan
A.Kaidah Sosial
B.Kaidah Karang Mengarang
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

KELOMPOK VII
• CHANDRA H.P.P| IRFAN SETIAWAN | ISMA AZIZAH |
RISKI WAHYUDI
25

Anda mungkin juga menyukai