Oleh:
Destian Dwi Darmawan, Universitas Negeri Yogyakarta
NIM 15601241121
ddestiandwi@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif pada anak tunadaksa di SLB Negeri Tamanwinangun.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dilaksanakan pada bulan Desember
2018 sampai dengan Januari 2019. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah guru penjas adaptif, guru pendamping kelas,
kepala sekolah, dan beberapa peserta didik tunadaksa. Analisis data yang digunakan yaitu data
collection, data reduction, data display, dan conclusion drawing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perumusan tujuan sudah sesuai dengan kondisi peserta didik
dan penyusunan perangkat pembelajaran belum sepenuhnya sesuai dengan kurikulum 2013.
Pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan teori meskipun kondisi pengalaman guru
penjas adaptif masih tergolong minim di sekolah luar biasa. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap
akhir pembelajaran, akhir pertemuan setiap materi, dan setiap akhir semester. Jenis evaluasi untuk kelas
besar teori dan praktik sedangkan kelas kecil hanya praktik. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah
pengembangan bina gerak bagi peserta didik yang kemampuan motoriknya masih kurang serta dijadikan
bahan acuan guru penjas adaptif untuk pembelajaran kedepannya.
Abstract
The research intends to find out how the implementation of adaptive physical education learning
children with physical disability in SLB Negeri (State Disability School) in Tamanwinangun is.
This research used descriptive qualitative method done in December 2018 until January 2019.
Data collection of the research used interview, observation, and documentation techniques. Research
subjects were adaptive Physical Education teachers, class assisting teachers, school principals, and
some disabled students. Data analysis used was by data collection, data reduction, data display, and
conclusion drawing.
Research results show that the formulation of objectives that is in accordance with the conditions
of the students and the preparation of learning devices is not fully in accordance with the curriculum
2013. The implementation has run well and in accordance with the theory even though the experience
of adaptive physical education teachers is still minimal in disability schools. Learning evaluation is
conducted at the end of each lesson, at the end of each material meeting, and at the end of each semester.
This type of evaluation for large classes is theory and practice while small classes only practice. The
follow-up of this evaluation is the development of nurturing motion for students whose motoric skills
still lack and are used as reference material for adaptive Physical Education teachers for future
learning.
“Setiap warga negara mempunyai hak yang untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian,
sama untuk memperoleh pendidikan yang keterampilan, kesehatan, dan kebugaran
bermutu”. Pendidikan merupakan hak dari jasmani. Anak tunadaksa memiliki hak untuk
semua warga negara bahkan sejak dari memperoleh pengetahuan, kepribadian,
dilahirkan. Pendidikan merupakan bagian dari keterampilan, kesehatan, dan kebugaran
upaya untuk memampukan setiap insan untuk jasmani melalui olahraga pendidikan yang
mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa
menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter atau biasa disebut pendidikan jasmani adaptif.
serta berkehidupan sosial yang sehat. Dari Pendidikan Jasmani Adaptif hadir
anak-anak hingga orang tua semuanya berhak memberikan pelayanan olahraga khusus untuk
mendapat pendidikan. Tidak terkecuali pada melatih kemampuan gerak (motorik) dari Anak
manusia yang mengalami disabilitas terutama Berkebutuhan Khusus (ABK) khususnya
pada anak-anak atau yang biasa disebut dengan tunadaksa dengan melakukan olahraga untuk
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). penyandang cacat. Olahraga penyandang cacat
Anak yang memiliki kecacatan adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai
mempunyai hak yang sama dengan anak normal dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental
dalam memperoleh pendidikan dan seseorang. (Undang-Undang No. 3 Tahun 2005
pembelajaran dalam setiap jenjang pendidikan Pasal 1 ayat 16).
melalui pendidikan khusus. Pendidikan khusus Dipergunakannya aktivitas jasmani
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang sebagai suatu cara untuk mengobati (terapi) dan
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti juga sebagai ajang bagi penderita cacat untuk
proses pembelajaran karena kelainan fisik, aktualisasi diri bahwa merekapun dapat
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki melakukan hal-hal seperti yang dilakukan oleh
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. orang normal, sehingga para penderita cacat
(Undang-Undang No. 20 Tahun 2005 Pasal 32 bukan lagi manusia-manusia tidak berguna
ayat 1). yang dapat diperlakukan semena-mena
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melainkan sebagai manusia yang memiliki hak
merupakan anak yang mengalami gangguan yang sama untuk menjalani dan meningkatkan
fisik, mental, inteligensi, dan emosi sehingga kebermaknaan hidupnya seperti halnya manusia
membutuhkan pembelajaran secara khusus. lainnya. Dengan melakukan aktivitas jasmani
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dianggap para penderita cacat dapat berbaur dengan
berbeda dengan anak normal. Oleh karena itu, lingkungan sekitarnya, mereka dapat
anak berkebutuhan khusus membutuhkan bersosialisasi, membangkitkan rasa percaya diri
perhatian yang lebih dari anak normal. Dengan serta mendapatkan nilai-nilai positif lainnya
kekurangannya, ABK memiliki keterbatasan dari jasmani sehingga para penderita cacat tidak
dalam berbagai macam hal, salah satunya lagi memiliki jurang perbedaan dengan orang
adalah keterbatasan dalam gerak (psikomotor). yang normal dan pada gilirannya nanti dapat
Salah satu jenis disabilitas yang banyak lebih leluasa dalam berusaha meningkatkan
disandang anak-anak adalah tunadaksa. kebermaknaan hidupnya. (Komarudin, 2009:
Tunadaksa masuk ke dalam kelas D dalam 39-40).
sekolah luar biasa. Tunadaksa adalah sesorang Adapun tujuan dari Pendidikan Jasmani
yang mengalami kekurangan yang dapat dilihat Adaptif yaitu untuk membantu peserta didik
dari fisik yaitu kelainan pada anggota tubuh mencapai pertumbuhan dan perkembangan
baik otot-otot dan saraf pada anggota tubuh. jasmani, mental, emosional, dan sosial secara
Anak-anak tunadaksa memiliki kekurangan optimal dalam program pembelajaran yang
dalam gerak karena adanya kelainan atau dirancang khusus dan pendidikan jasmani
kekurangan pada anggota tubuhnya dan adaptif membantu ABK membangun
cenderung tidak percaya diri. khususnya anak tunadaksa perwujudan diri
Anak berkebutuhan khusus khususnya sehingga dapat berkembang secara optimal dan
anak tunadaksa juga memiliki hak yang sama memberikan kontribusi secara menyeluruh
dalam memperoleh pendidikan khususnya kepada masyarakat. Dengan pendidikan
dalam olahraga. Olahraga pendidikan jasmnai adaptif, Anak Berkebutuhan Khusus
merupakan pendidikan jasmani dan olahraga (ABK) diharapkan mampu beraktivitas seperti
yang dilaksanakan sebagai bagian proses anak-anak normal pada umumnya. Maka dari
pendidikan yang teratur dan berkelanjutan itu pendidikan jasmani adaptif sangat
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan … (Destian Dwi Darmawan) 3
Tindak lanjut evaluasi - Pembetulan gerakan baik dari segi fisik maupun mentalnya sehingga
melalui bina gerak mereka mampu bersosialisasi dengan
ditingkatkan lingkungan dan memiliki rasa percaya diri dan
- Guru harus lebih kreatif
lagi dalam pembelajaran
harga diri.
selanjutnya Sedangkan menurut Komarudin, (2009:
39-40), dengan melakukan aktivitas jasmani
Pembahasan para penderita cacat dapat berbaur dengan
A. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran lingkungan sekitarnya, mereka dapat
Pendidikan Jasmani Adaptif Pada Anak bersosialisasi, membangkitkan rasa percaya diri
Tunadaksa serta mendapatkan nilai-nilai positif lainnya
1. Tujuan Pembelajaran Penjas Adaptif dari jasmani sehingga para penderita cacat tidak
Rumusan tujuan pembelajaran lagi memiliki jurang perbedaan dengan orang
pendidikan jasmani adaptif pada anak yang normal dan pada gilirannya nanti dapat
tunadaksa di SLB Negeri Tamanwinangun lebih leluasa dalam berusaha meningkatkan
secara umum diantaranya adalah mendukung kebermaknaan hidupnya.
kebugaran dan kesehatan peserta didik, melatih Dasar dari perumusan tujuan pendidikan
kemampuan gerak motorik kasar peserta didik, jasmani adaptif disesuaikan dengan kondisi dan
melatih otot-otot peserta didik agar tidak kaku kemampuan anak atau kebutuhan anak. Selain
sebagai tindak lanjut dari pembelajaran bina itu juga merujuk pada pedoman kurikulum yang
gerak, dan juga sebagai terapi psikologi digunakan yaitu K13. Pada anak tunadaksa
kebahagiaan dan kesenangan peserta didik. kondisi dan kemampuannya sangat bermacam-
Tujuan dari pembelajaran ini sudah macam tergantung kecacatan apa yang
sesuai dengan beberapa pendapat ahli. Menurut dialaminya. Hal ini akan mempengaruhi apa
Direktorat Pembinaan Khusus dan Layanan saja yang dibutuhkan anak tersebut. Sebagai
Khusus Pendidikan Dasar mengatakan adapun contoh, anak yang mengalami kekurangan pada
tujuan dari pendidikan jasmani adaptif yaitu anggota gerak bagian bawah akan diajarkan
untuk membantu peserta didik mencapai untuk memaksimalkan anggota gerak bagian
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, atas, begitu juga sebaliknya.
mental, emosional, dan sosial secara optimal Sedangkan untuk keberhasilan
dalam program pembelajaran yang dirancang pencapaian tujuan indikatornya adalah
khusus dan pendidikan jasmani adaptif berdasarkan penilaian proses dan progress dari
membantu ABK membangun khususnya anak tiap peserta didik. Guru melihat dan menilai
tunadaksa perwujudan diri sehingga dapat keberhasilan peserta didik melakukan materi
berkembang secara optimal dan memberikan yang disampaikan berdasarkan indikator yang
kontribusi secara menyeluruh kepada baku yaitu dari RPP yang sudah dibuat disitu
masyarakat. (Direktorat Pembinaan Khusus dan ada indikator penilaiannya.
Layanan Khusus Pendidikan Dasar, 2013:13). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut
Sedangkan Abdoellah (1996: 4), dapat diambil kesimpulan bahwa SLB Negeri
mengatakan bahwa tujuan pendidikan jasmani Tamanwinangun sudah berusaha membantu
bagi yang berkelainan adalah untuk membantu anak berkebutuhan khusus khususnya anak
mereka mencapai pertumbuhan dan tunadaksa mencapai atau meningkatkan
perkembangan jasmani, mental, emosional, dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, baik
sosial yang sepadan dengan potensi mereka dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotor
melalui program aktivitas pendidikan jasmani melalui program pendidikan jasmnai khusus
biasa dan khusus yang dirancang dengan hati- yang dirancang sedemikian rupa dengan
hati. menanamkan nilai-nilai dan sikap positif
Kemudian, Tarigan dalam Pambudi terhadap keterbatasan yang dimiliki dengan
(2017: 16), juga menyatakan bahwa tujuan dasar menyesuaikan kondisi dan kebutuhan
pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif bagi peserta didik. Sedangkan indikator
anak berkebutuhan khusus adalah untuk keberhasilannya berdasarkan penilaian proses
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang diamati dan dinilai oleh guru penjas
jasmani, keterampilan gerak, sosial, dan dengan merujuk pada indikator yang sudah
intelektual. Disamping itu, proses pendidikan dituliskan di RPP.
itu penting untuk menanamkan nilai-nilai dan
sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan … (Destian Dwi Darmawan) 9
satu dengan panduan dan arahan guru. Guru satu menuju pos dua. Sampai di pos dua, peserta
harus mengulang-ulang perintah yang diberikan didik berbalik badan dan berlari dari pos dua ke
agar bisa dipahami karena sebagian peserta pos satu.
didik ada yang menderita slow learner. Guru Hal tersebut sesuai dengan pendapat
harus sabar dan telaten. Pambudi (2017: 24) yang mengatakan bahwa
Hal tersebut sesuai dengan pendapat memodifikasi peraturan permainan sudah
Pambudi (2017: 22) yang menyatakan bahwa menjadi kewajiban seorang guru penjas adaptif
jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam untuk meudahkan peserta didik dalam
membuat urutan-urutan peristiwa yang dialami, melakukan materi olahraga dan mendapatkan
maka pelaksanaan tugas yang diperintahkan pengalaman gerak tersebut. Memodifikasi
guru tersebut akan menjadi tantangan berat peraturan permainan yang ada merupakan
yang sangat berarti bagi dirinya. Oleh karena itu sebuah keharusan yang dilakukan oleh guru
guru harus tanggap dan memberikan bantuan pendidikan jasmani agar program pendidikan
sepenuhnya baik secara verbal maupun manual jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat
pada setiap langkah secara beraturan. berlangsung dengan baik. Oleh karena itu guru
pendidikan jasmani harus mengetahui
10. Ketersediaan Waktu Belajar modifikasi apa saja yang dapat dilakukan dalam
Waktu belajar yang dibutuhkan peserta setiap cabang olah raga bagi siswa
didik tunadaksa dalam satu materi yaitu 2-3 kali berkebutuhan khusus.
pertemuan bahkan ada yang sampai 4-5 kali
pertemuan. Semua tergantung tingkat kesulitan 12. Modifikasi Lingkungan Belajar
materi dan kemampuan peserta didik dalam Guru penjas adaptif di SLB Negeri
memahami materi yang disampaikan. Ini Tamanwinangun sudah melakukan modifikasi
merupakan hal yang wajar mengingat peserta lingkungan belajar dengan tepat. Contohnya
didik tunadaksa di SLB Negeri dalam pemilihan tempat belajar, pembelajaran
Tamanwinangun kebanyakan mempengaruhi bisa dilakukan di mana saja (lapangan atau
kemampuan kognitif mereka sehingga menjadi ruang aula) tergantung situasi dan kondisi,
slow learner dan membutukan waktu lebih karena sekolah ini memungkinkan
banyak untuk menerima informasi. pembelajaran indoor dan outdoor. Kemudian
Hal tersebut sesuai dengan apa yang guru penjas adaptif juga memanfaatkan sarana
diungkapkan oleh Tarigan dalam Pambudi dan prasarana yang tersedia seperti walker dan
(2017: 23), bahwa dalam menghadapi siswa kursi roda saat pembelajaran. guru juga dapat
cacat perlu disediakan waktu yang cukup, baik memusatkan perhatian dan menghindari
lamanya belajar maupun pemberian untuk gangguan konsentrasi peserta didik dengan
memproses informasi. Sebab dalam menghadapkan peserta didik ke arah yang sepi
kenyataannya ada siswa yang cacat mampu saat pembelajaran.
menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai Hal tersebut sesuai dengan teknik-teknik
dengan rata-rata anak normal. memodifikasi lingkungan belajar siswa
menurut Tarigan dalam Pambudi (2017: 25-28)
11. Modifikasi Peraturan Permainan ada tiga yaitu modifikasi fasilitas dan peralatan,
Modifikasi peraturan permainan yang pemanfaatan ruang secara maksimal, dan
dibuat oleh guru penjas cukup baik, banyak, dan menghindari gangguan dan pemusatan
beragam. Misalnya pada materi guling depan, konsentrasi. Menurut peneliti, guru penjas
peserta didik diperbolehkan memdapat bantuan adaptif sudah melakukan ketiga hal tersebut
dari guru untuk menggulingkan badannya. Juga dengan baik.
diperbolehkan untuk menggulingkan badannya
ke samping. Kemudian pada materi sit up, guru 13. Penggunaan Reinforcement
memperbolehkan peserta didik untuk Penggunaan reinforcement atau
memegangi bagian kaki atau celana yang penguatan yang diberikan oleh guru penjas
dipakai untuk ditarik sehingga badan dari posisi adaptif sangat efektif dilakukan ketika
berbaring bisa dalam posisi duduk. Sedangkan pembelajaran. Selain untuk mengatur kondisi
pada materi jalan dan lari, peserta didik berdiri kelas, juga dapat menguatkan kemampuan dan
baik tidak memakai alat bantu maupun kemauan, serta meningkatkan motivasi peserta
memakai walker atau duduk di kursi roda. didik untuk lebih giat dalam belajar. Salah
Kemudian peserta didik berjalan biasa dari pos satunya adalah dengan pemberian reward jika
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan … (Destian Dwi Darmawan) 13
memberikan prestasi bagus dan pemberian semester sama seperti sekolah pada umumnya.
punishment jika melakukan suatu kesalahan Hal tersebut sesuai dengan pendapat
atau keributan. Abdoellah (1988:5) yang mengemukakan
Reward yang diberikan berupa hadiah bahwa evaluasi mengenai peserta didik meliputi
kecil (jajanan), pujian, tepuk tangan, dan nilai mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan
yang bagus. Sedangkan punishment yang siswa yang berkaitan dengan sifat atau
diberikan berupa hukuman sederhana seperti karakteristik yang dipilih. Tujuan-tujuan hasil
memindahkan posisi belajar peserta didik ke pembelajaran siswa dapat diuji melalui
depan gersama guru, lalu disuruh untuk beberapa tes.
mencoba berdiri sendiri tanpa bantuan yang
bertujuan untuk melatih karakter kemandirian 2. Jenis Evaluasi
peserta didik. Jenis evaluasi yang diberikan yaitu tes
Hal ini sesuai dengan pendapat Pambudi teori dan praktik untuk kelas besar, dan praktik
(2017: 26) yang menyatakan penguatan penting untuk kelas kecil. Hal ini dilakukan karena
diberikan kepada anak terutama anak tunadaksa untuk kelas kecil kebanyakan masih belum bisa
untuk membangkitkan motivasi belajar. menulis sehingga hanya praktik saja. berbeda
Dengan begitu, materi yang sudah disampaikan dengan kelas besar yang kemampuan
dapat optimal. Penguatan ini dapat berupa menulisnya sudah lebih bagus sehingga
penguatan verbal, gerak wajah, sentuhan, diadakan tes tertulis juga. Hal ini sesuai dengan
kegiatan yang menyenangkan, dan dengan pendapat Widati dan Murtadlo. Menurut Widati
benda untuk menarik perhatian anak. dan Murtadlo dalam Agustina (2016: 39)
menyebutkan beberapa pertimbangan kriteria
14. Keterampilan Menutup Pembelajaran dalam memilih tes, diantaranya adalah
Pembelajaran ditutup diawali dengan penghematan, validitas (keahlian), rehabilitas
membariskan kembali peserta didik dalam (keterandalan), dan tujuan.
posisi duduk dan kaki diluruskan. Setelah itu
guru memimpin peserta didik untuk melakukan 3. Tindak Lanjut Evaluasi
pendinginan sederhana yaitu dengan Tindak lanjut dari evaluasi yang
melemaskan anggota gerak tubuh yang baru dilakukan oleh guru penjas adalah pembetulan
saja dipakai. Gerakan-gerakannya sama seperti gerakan melalui bina gerak ditingkatkan lagi
pendinginan pada umumnya. Setelah untuk peserta didik yang masih kurang dalam
melakukan pendinginan, guru me-review melakukan praktik tertentu. Guru harus lebih
kembali materi materi yang sudah diajarkan dan kreatif lagi dalam pembelajaran selanjutnya.
mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang sering Evaluasi dijadikan bahan oleh guru untuk
terjadi. Pembelajaran ditutup dengan berdoa menentukan arah pembelajaran selanjutnya
bersama dan kemudian dibubarkan kembali ke mau seperti apa agar menjadi semakin baik lagi
kelas masing-masing. kedepannya.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan
Dirjendikdasmen No 10/D/KR/2017 yang SIMPULAN DAN SARAN
menyatakan penutup merupakan kegiatan yang A. Simpulan
dilakukan untuk mengakhiri aktivitas Berdasarkan hasil penelitian dan
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam pembahasan secara keseluruhan, dapat diambil
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, kesimpulan bahwa secara umum pelaksanaan
dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada
anak tunadaksa di SLB Negeri Tamanwinangun
C. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran diuraikan di bawah ini sebagai berikut:
Pendidikan Jasmani Adaptif Pada Anak 1. Perencanaan perumusan tujuan sudah
Tunadaksa sesuai dengan kondisi peserta didik.
1. Pelaksanaan Evaluasi Sedangkan penyusunan program semester,
Pelaksanaan evaluasi yang dilaksanakan silabus, dan RPP mengacu pada kurikulum
guru penjas adpatif yaitu evaluasi rutin setiap 2013, namun belum sepenuhnya sesuai
selesai pembelajaran, yaitu dengan me-review dengan apa yang diharapkan pada
kesalahan yang masih sering terjadi dan kurikulum 2013 lebih tepatnya pada
melakukan pembetulan gerakan. Kemudian Peraturan Dirjendikdasmen No
evaluasi juga dilaksanakan setiap akhir 10/D/KR/2017 tentang Struktru
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan … (Destian Dwi Darmawan) 14
Karyana, A. & Widati, S. (2013). Pendidikan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31, tentang
anak berkebutuhan khusus tunadaksa. Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta: Luxima Metro Media.