Anda di halaman 1dari 9

OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN

JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP


KHUSUS CAHAYA BANGSA PONTIANAK

Tuah Alkuzra, Andika Triansyah, Mimi Haetami


Program Studi Pendidikan Jasmnai FKIP Untan Pontianak
Email: tuah.alkuzra@gmail.com

Abstract
The problem in this study wht are the difficulties in learning physical education in
children with special needs in Pontianak Special Light Nation Middle School. The
purpose of this study is to find out what is the diffuculty of learning physical education for
children with special need in Pontianak Special Light Nation Middle School. The
research method used in this study is the quantitative method of the object which will be
examined as it is or the natural state. The form of research is a survey. Data collection
techniques used are using observation and interviews. Data analysis techniques used are
percentage descriptive data analysis techniques. The results of the data obtained are
percentage in %. The results of the study based on observations showed that 34% of the
aspects observed were not carried out by the teacher during the learning process, and
64% of the aspects observed were carried out by the teacher during the learning
perocces. From the results of interviews with teachers there were difficulties in learning
sports and health physical education activities, namely: difficulties in conveying material,
difficulties in sport practice, difficulties in understanding and social interaction.

Keywords: Observation, Learning Process

PENDAHULUAN sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Pendidikan


Pendidikan adalah pembelajaran jasmani dan kesehatan merupakan mata
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan pelajaran yang penting, karena membantu
sekelompok orang yang ditransfer dari satu mengembangkan siswa sebagai individu dan
generasi ke generasi berikutnya melalui mahluk sosial agar tumbuh dan berkembang
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. secara wajar. Ini dikarenakan pelaksanaan
Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk dalam pendidikan jasmani mengutamakan
lebih memajukan pemerintahan ini, maka aktivitas jasmani khususnya olahraga dan
usahakan pendidikan mulai dari tingkat awal kebiasaan hidup sehat.
sampai pendidikan di Universitas. Pada intinya Menurut Agustina (2017) sebagaimana
pendidikan itu bertujuan untuk membentuk anak normal pada umumnya, anak autistik juga
karakter seseorang untuk menjadi lebih baik memerlukan layanan pendidikan yang sesuai
sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. dengan kebutuhan anak tersebut. Sekolah luar
Menurut Samsudin (2008) pendidikan biasa menjadi salah satu sekolah yang bisa
jasmani adalah suatu proses pembelajaran memberikan layanan pendidikan anak
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk berkebutuhan khusus yang didalamnya terdapat
meningkatkan kebugaran jasmani, program-program yang bisa disesuaikan dengan
mengembangkan keterampilan motorik, kemampuan perkembangan anak berkebutuhan
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, khusus. Salah satu program pendidikan yang

1
dibutuhkan adalah Pendidikan Jasmani, dengan Berkebutuhan Khusus. Model pembelajaran
pendidikan jasmani anak berkebutuhan khsuus terhadap peserta didik berkebutuhan khusus
dapat menunjukkan bisa hidup dan beraktifitas yang dipersiapkan oleh guru di sekolah,
seperti anak-anak normal lainnya. ditujukan agar peserta didik mampu
Berdasarkan wawancara pada tanggal 19 berinteraksi terhadap lingkungan sosial.
Januari 2018 dengan guru mata pelajaran Adanya ketidaksesuaian antara teori yang
menyebutkan bahwa kondisi anak berkebutuhan ada dengan kenyataan di atas membuat peneliti
khusus pada saat mengikuti kegiatan tertarik untuk melakukan penelitian yang
pembelajaran di dalam kelas kurang kondusif berkaitan dengan kesulitan kegiatan
dikarenakan siswa mudah merasa jenuh saat pembelajaran penjasorkes bagi siswa Anak
pembelajaran. Guru mata pelajaran juga Berkebutuhan Khusus yang ada di SMP Khusus
menyebutkan bahwa kondisi di rumah juga Cahaya Bangsa. Penelitian yang akan dilakukan
mempengaruhi aktivitas pembelajaran, anak berjudul “Observasi Proses Pembelajaran Pada
tidak lepas secara bebas mengakibatkan mereka Guru Pendidikan Jasmani Oahraga dan
juga mengalami keterbatasan dalam gerak, hal Kesehatan di SMP Khusus Cahaya Bangsa
ini terjadi dikarenakan oleh keterbatasan yang Pontianak, yang menjadi gambaran kondisi
mereka miliki menjadi kendala dan kegiatan pembelajaran penjasorkes yang
kekhawatiran orang tua untuk melepas mereka dimiliki oleh para siswa.
secara bebas. Pendidikan jasmani pada hakikatnya
Kondisi lain yang terjadi pada anak adalah adalah proses pendidikan memanfaatkan
kondisi dilingkungan sekitar, dengan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
keterbatasan yang ada menyebabkan mereka holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
sulit untuk bersosialisasi seperti anak pada fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
umumnya. Lingkungan bermain yang mereka jasmani dilaksanakan sebagai salah satu alat
miliki sangat terbatas dan mengakibatkan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional,
keterbatasan pula pada pengayaan gerak yang dengan cakupan aspek kognitif, afektif,
mereka miliki. psikomotor, dan fisik (Septianingrum, 2016: 9).
Berdasarkan observasi pada tanggal 19 Sedangkan menurut Rahayu (2015: 835)
Januari penulis mengamati siswa dalam Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
mengikuti kegiatan olahraga di lapangan, pada adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
saat awal mengikuti kegiatan olahraga anak aktivitas fisik untuk memperoleh kemampuan
berkebutuhan khusus masih terlihat antusias individu, baik dalam hal fisik, mental serta
dalam mengikuti instruksi Guru. Namun emosional. Pengertian ini tidak hanya
mereka mulai tidak fokus dan mulai merasa menunjuk pada pengertian tradisional saja yang
tidak nyaman saat mereka sudah berkeringat, menganggap bahwa pendidikan jasmani,
ada juga yang mulai kesana-kemari olahraga, dan kesehatan berasal dari aktivitas
mengganggu teman-temannya yang lain, fisik, tetapi kita harus mengerti bahwa
bahkan ada yang meninggalkan kegiatan senam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
dan masuk ke kelas seenak mereka. Namun sebagai suatu proses pembentukan kualitas
berdasarkan pengamatan penulis gerak anak pikiran dan juga tubuh.
berkebutuhan khusus juga masih kurang Hubungan Pendidikan Jasmani dengan
optimal, mereka cenderung bergerak semaunya bermain dan olahraga dalam memahami arti
saja dan kurang memperhatikan dan kurang Pendidikan Jasmani kita juga harus
mengikuti gerak yang diinstruksikan oleh guru. mempertimbangkan hubungan antara bermain
Berdasarkan latar belakang di atas sudah (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang
seharusnya guru sebagai pendidik harus lebih lebih dahulu populer dan lebih sering
memahami karakteristik dan kompetensi yang digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari.
dimiliki siswa, sehingga guru dapat Pemahaman tersebut akan membantu para Guru
menyiapkan strategi dalam melakukan atau masyarakat dalam memahami peranan dan
pembelajaran yang baik untuk siswa Anak

2
fungsi Pendidikan Jasmani secara lebih tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk
konseptual. dan proses tetap yang terlibat.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang Peraturan, misalnya baik tertulis maupun
digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan tidak tertulis, digunakan atau dipakai dalam
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur
yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan
harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua
berarti olahraga dan Pendidikan Jasmani, pihak yang terlibat.
meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan Di atas semua pengertian itu, olahraga
di dalam keduanya. adalah aktivitas kompetitif. Karena tidak dapat
Menurut Harsuki (2003: 30) “olahraga mengartikan olahraga tanpa memikirkan
(sport) adalah aktivitas jasmani yang kompetisi, sehingga kompetisi itu, olahraga
dilembagakan yang peraturannya ditetapkan berubah menjadi semata-mata bermain atau
bukan oleh pelakunya atau secara eksternal dan rekreasi. Bermain, karenanya pada suatu saat
sebelum melakukan aktivitas tersebut”. Namun menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga
telah diakui bahwa istilah olahraga biasanya tidak pernah hanya semata-mata bermain,
digunakan dengan konsep yang lebih luas yang karena aspek kompetitif teramat penting dalam
mencakup “atletics”, games, permainan, senam, hakikatnya.
dan aktivitas-aktivitas perorangan dan beregu, Dipihak lain, pendidikan jasmani
baik yang kompetitif maupun kompetitif. mengandung elemen baik dari bermain maupun
Permainan (play) menurut mereka adalah dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah
aktivitas apapun dilakukan dengan motif satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang
intrinsik seperti kesenangan dan kepuasan. diantara keduanya. Sebagaimana dimengerti
“Game” adalah bentuk kompetisi apa pun yang dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah
berunsur permainan, yang hasilnya ditentukan aktivitas jasmani yang memiliki tujuan
oleh keterampilan jasmani, strategi, atau kependidikan tertentu.
kemungkinan, yang terikat pada ruang dan Pendidikan jasmani bersifat fisik dalam
waktu, dan tunduk pada peraturan yang aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk
ditetapkan. mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi
Aktivitas jasmani adalah istilah generik bermain dan olahraga, meskipun keduanya
yang mencakup semua bentuk gerak manusia selalu digunakan dalam proses pendidikan.
dan karena itu termasuk ke dalam game, Program penjas adaptif merupakan
permainan, olahraga dan tari. Istilah “athletics” program diversifikasi perkembangan motorik,
digunakan dengan pengertian olahraga pokok perhatian, dan kemampuan bagi siswa
kompetitif yang terorganisir dan dilakukan cacat yang tidak berprestasi dalam kegiatan
dengan penuh semangat/perjuangan. olahraga. Jadi pendidikan jasmani adaptif
Olahraga dipihak lain adalah suatu bentuk merupakan program pendidikan jasmani yang
bermain yang terorganisir dan bersifat khusus dirancang bagi anak cacat yang telah
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.
olahraga semata-mata suatu bentuk permainan Aip Sjarifuddin (2013: 9) mengemukakan
yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih bahwa perkembangan mengenai pendidikan itu
dekat kepada istilah Pendidikan Jasmani. bukan hanya diperuntukan bagi anak-anak
Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat normal yang memerlukan penjagaan atau
menunjukkan bahwa secara tradisional, pemeliharaan, pembinaan, asuhan dan didikan
olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. yang sempurna sehingga mereka dapat menjadi
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai manusia yang berdiri sendiri tanpa
aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita menyandarkan diri pada pertolongan orang lain.
mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah Merekapun mendambakan hidup yang layak,
disempurnakan dan diformalkan hingga kadar menginginkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis. Oleh karena itu merekapun

3
membutuhkan pendidikan dan bimbingan agar kurikulum Sekolah Menengah Pertama Luas
menjadi manusia dewasa dan menjadi warga Biasa, menyatakan bahwa kurikulum yang
negara yang dapat berpartisipasi bagi dikembangkan untuk peserta didik
pembangunan bangsa dan negaranya. berkebutuhan khusus atau berkelainan pada usia
Secara mendasar pedidikan jasmani adaptif tingkat SMPLB. Undang-Undang Nomor 20
adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek Nasional dalam Pasal 5 ayat (1) menyatakan
dari sebuah keseluruhan. Pendidikan jasmani bahwa yang dimaksud dengan anak
adaptif merupakan suatu sistem penyampaian berkebutuhan khusus adalah warga negara yang
layanan yang bersifat menyeluruh mempunyai kelainan fisik, emosional, mental,
(comprehensif) dan dirancang untuk intelektual, dan/atau sosial.
mengetahui, menemukan dan memecahkan Menurut data yang diberikan Kepala
masalah dalam ranah psikomotor. Sekolah SLB Cahaya bangsa Kurikulum yang
Hampir semua jenis ketunaan Anak berlaku di SLB (SMP) Cahaya Bangsa
Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki masalah Pontianak adalah Kurikulum Tingkat Satuan
dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor Pendidikan (KTSP) terdiri dari tujuan
sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan dan muatan kurikulum tingkat satuan
belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan Setiap tahun pelajaran, KTSP disusun kembali
demikian dapat dipastikan bahwa peranan disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi
pendidikan jasmani bagi ABK sangat besar dan terbaru.
akan mampu mengembangkan dan mengoreksi Karakteristik anak berkebutuhan khusus
kelainan keterbatasan tersebut. melalui informasi Kepala Sekolah di SLB
Berkaitan dengan pendidikan jasmani (SMP) Cahaya Bangsa menjelaskan bahwa
adaptif, perlu ditegaskan bahwa siswa yang siswa yang memiliki kecacatan sehingga
memiliki kecacatan mempunyai hak yang sama membutuhkan kebutuhan khusus atau biasa
dengan semua yang tidak cacat dalam disebut dengan anak berkebutuhan khusus
memperoleh pendidikan dan pembelajaran pada (ABK). Kategori kecacatan yang ada yaitu
setiap jenjang pendidikan. Para siswa yang berupa 1) tunagrahita ringan, 2) lambat belajar,
cacat, sesuai dengan kecacatannya, akan 3) autis.
memperoleh pembinaan melalui pendidikan Anak berkebutuhan khusus sering disebut
jasmani yang menjadi tugas utama para guru dengan ABK ialah istilah bagi anak-anak yang
penjas. Layanan tersebut perlu diberikan secara memiliki karakteristik khusus dan memerlukan
elegan kepada anak-anak kita yang kurang pelayanan spesifik yang berbeda dengan anak
beruntung dan memiliki kecacatan. Sebab pada umumnya. Menurut Heward dalam
mereka juga merupakan anak-anak bangsa yang Nur’aeni (2017: 2) anak berkebutuhan khusus
menjadi harapan orang tua, masyarakat, dan adalah anak dengan karakteristik khusus yang
negara. Mereka juga dapat tumbuh dan berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
berkembang menjadi dewasa yang mempunyai selalu menunjukkan pada ketidakmampuan
percaya diri dan harga diri yang tinggi dalam mental, emosi atau fisik. Sedangkan menurut
memimpin dan mengabdikan dirinya untuk Ferbalinda, (2016: 6) Anak berkebutuhan
pembangunan bangsa Indonesia pada masa khusus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang akan datang. yang berbeda dengan anak pada umumnya
Pendidikan Jasmani Olahraga dan tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
KesehatanUntuk Anak Berkebutuhan mental, emosiatau fisik.
Khusus Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 40 dalam jenis karakteristiknya, yang membedakan
Tahun 2015 tentang kerangka dasar dan struktur mereka dari anak-anak normal pada umumnya.

4
Anak berkebutuhan khusus merupakan satu Bentuk penelitian yang digunakan adalah
istilah umum yang menyatukan berbagai jenis penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini
kekhususan atau kelainan. Seorang guru guru penjas di SMP Khusus Cahaya Bangsa.
sekolah khusus (SLB) merasakan kesulitan Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dalam menghadapi anak didiknya yaitu anak menggunakan teknik sampling jenuh yaitu
berkebutuhan khusus yang begitu heterogin, teknik penentuan sampel bila semua anggota
sehingga dia perlu mengelompokkan anak populasi digunakan sebagai sampel. Menurut
didiknya berdasar jenis kelainannya agar lebih Sugiyono (2014: 118) sampel adalah bagian
homogen sehingga dapat memberikan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
pembelajaran yang lebih optimal. populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini
Jenis dan klasifikasi anak berkebutuhan adalah guru penjas di SMP Khusus Cahaya
khusus menurut buku Nur’aeni (2017: 5) antara Bangsa.
lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, Alat pengumpul data pada penelitian ini,
tunadaksa, tunalaras, autis, tunaganda, kesulitan yaitu tes instrumen, tes berupa lembar
belajar. Istilah lain bagi anak berkebutuhan observasi, dan pedoman wawancara. Penelitian
khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. ini dilaksanakan di Sekolah Khusus Cahaya
Karena karakteristik dan hambatan yang Bangsa Pontianak yang merupakan salah satu
dimiliki, anak berkebutuhan khusus lembaga pendidikan di kota Pontianak. Adapun
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan waktu penelitian dilaksanakan tanggal 13 April
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan 2018 sampai tanggal 17 April 2018 pada pukul
dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra 07.00 sampai selesai.
mereka memerlukan modifikasi teks bacaan Dalam penelitian ini teknik pengumpul
menjadi tulisan Braille dan tunarungu data yang digunakan adalah wawancara dan
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. observasi. Panduan wawancara sebagai alat
bantu peneliti dalam pengumpulan data yang
METODE PENELITIAN akan digunakan mengajukan pertanyaan kepada
Menurut Subana dan Sudrajat (2011: 10) informan yaitu guru penjas dan Kepala Sekolah
penelitian adalah suatu cara dari kesekian cara di SMP Khusus Cahaya Bangsa.
yang pernah ditempuh dilakukan dalam mencari Panduan wawancara tersebut merupakan
kebenaran. Cara mendapatkan kebenaran itu panduan awal dan panduan wawancara berisi
ditempuh melalui metode ilmiah.Bentuk garis besar permasalahan yang akan ditanyakan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sehingga pertanyaan yang diajukan terpusat
adalah metode deskriptif. pada permasalahan yang diteliti. Pedoman
Menurut Sugiyono (2014: 3) metode wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk akan ditanyakan pada informan.
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan Observasi dalam penelitian ini digunakan
tertentu. Dari pendapat tersebut dapat untuk melihat gambaran secara umum tentang
disimpulkan yang dimaksud dengan metode bagaimana pelaksanaan pembelajaran
penelitian adalah cara ilmiah yang ditentukan penjasorkes bagi peserta didik Anak
untuk proses penelitian menyangkut masalah Berkebutuhan Khusus (ABK), dengan
bagaimana proses penelitian tersebut menggunakan pedoman observasi maka selama
dilangsungkan, meliputi pengumpulaan data, melakukan pengamatan dilakukan pada guru
teknik analisis data dan penyusunan laporan penjasorkes dan siswa-siswi ABK dalam
penelitian. Berdasarkan pendekatan penelitian pembelajaran penjasorkes.
yang digunakan adapun di dalam penelitian ini Teknik analisis data yang digunakan yaitu
menggunakan metode penelitian deskriptif yang penerapan data sesuai dengan pendekatan
merupakan pemecahan masalah yang diselidiki penelitian. Adapun rumus yang digunakan
dengan menggambarkan atau melukiskan adalah deskriptif persentase
keadaan subjek objek penelitian.

5
HASIL PENELITIAN DAN olahraga dan kesehatan dan melakukan
PEMBAHASAN wawancara dengan guru mata pelajaran dan
Hasil Penelitian Kepala sekolah.
Penelitian yang dilakukan adalah 1. Hasil Frekuensi Observasi (Pengamatan)
penelitian yang berkaitan dengan kegiatan Pembelajaran
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan Berdasarkan transformasi data pada hasil
kesehatan, pelaksanaan penelitian dilakukan pengamatan pelaksanaan pembelajaran
pada tanggal 13 April 2018- 17 April 2018. pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati SMP Khusus Cahaya Bangsa Pontianak
proses pembelajaran pendidikan jasmani disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Data Aspek Observasi (Pengamatan) Pelaksanaan Pembelajaran

No. Kriteria Penilaian Ya Tidak


1. Persiapan Aspek yang diamati 2 3
2. Pelaksanaan Aspek yang diamati 1 3
3. Evaluasi Aspek yang diamati 1 1

Dari deskripsi data penelitian melalui yang dilakukan adalah penelitian yang
pengamatan berdasarkan tabel 1 mennunjukkan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
klasifikasi terdapat 4 aspek yang diamati dan 7 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,
tidak terdapat aspek yang diamati. pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal
Penelitian yang dilakukan adalah 13 April 2018- 17 April 2018. Penelitian ini
penelitian yang berkaitan dengan kegiatan dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan pembelajaran pendsedangkan aspek yang
kesehatan, pelaksanaan penelitian dilakukan diamati tetapi tidak dilakukan guru pada saat
pada tanggal 13 April 2018- 17 April 2018. proses pembelajaran adalah sebanya 7 aspek
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan dalam persentase yaitu 64%.
proses pembelajaran pendidikan jasmani 1. Hasil Frekuensi dalam Persentase
olahraga dan kesehatan. Berdasarkan hasil frekuensi dalam
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat persentase pengamatan pelaksanaan kegiatan
persentase aspek yang diamati yang dilakukan pembelajaran disajikan dalam tabel 2 sebagai
guru pada proses pembelajaran terdapat 4 aspek berikut:
dan dalam persentase yaitu 36%, Penelitian

Tabel 2 Frekuensi dalam Presentase Aspek Pengamatan


Pelaksanaan Pembelajaran
No. Kriteria Penilaian Skor Persentase
1 Jumlah aspek yang diamati yang 4 36%
dilakukan guru pada proses pembelajaran
2 Jumlah aspek yang diamati namun tidak 7 64%
dilakukan guru pada saat proses
pembelajaran
Jumlah 11 100%
Penelitian ini dilakukan di SMP Khsuus
Cahaya Bangsa yang melibatkan siswa kelas
Pembahasan VIII, Guru mata pelajaran dan Kepala

6
Sekolah. Data yang didapatkan berkaitan mengatasi kesulitan pembelajaran pendidikan
dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran jasmani olahraga dan kesehatan diperlukan
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan strategi guru dalam mengelola kelas dan
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kesiapan guru dalam menyiapkan perangkat
selama proses pembelajaran dan melalui pembelajaran sehingga dapat menciptakan
wawancara kepada guru mata pelajaran dan kelas dan hasil pembelajaran yang optimal.
Kepala sekolah di SMP Khusus Cahaya Hasil tersebut sejalan dengan pendapat
Bangsa. Ridwan (2013: 43) tentang peranan dan
Data yang didapatkan berkaitan dengan kompetensi guru dalam proses belajar-
kegiatan pelaksanaan pembelajaran mengajar mengatakan “efektivitas
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas yang
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan berkualitas dalam perencanaan, pelaksanaan,
selama proses pembelajaran dan melalui dan evaluasi yang dilakukan oleh guru.
wawancara kepada guru mata pelajaran dan Guru juga memiliki peran sebagai
Kepala sekolah di SMP Khusus Cahaya demonstrator. Untuk mewujudkan perannya
Bangsa. Berdasarkan pelaksanan pengamatan tersebut, maka guru penjas diharapkan mampu
pada kelas 8 SMP Khusus Cahaya Bangsa memotivasi siswa untuk belajar, dan
yang berjumlah 23 orang, yang terdiri dari menguasai serta mampu melaksanakan
tiga ketunaan yaitu tunagrahita ringan, lambat keterampilan keterampilan mengajar termasuk
belajar, dan autis, pengamat mengamati mengajar anak inklusi. Guru penjas
beberapa aspek-aspek dalam kegiatan selayaknya memiliki keterampilan memilih
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan menggunakan serta mengusahakan media
dan kesehatan mulai dari persiapan, dengan baik yang dapat membantu siswa
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. memahami materi yang disampaikan. Hal ini
Aspek-aspek tersebut dibuat menjadi 11 butir sesuai dengan peran guru sebagai mediator
indikator. dan fasilitator. Guru yang mampu sebagai
Dari hasil pengamatan yang telah evaluator ditunjukkan dengan: (a) mampu dan
dilakukan sesuai dengan lampiran 5 halaman terampil melaksanakan penilaian, (b) terus-
50 didapatkan data persentase dari butir menerus mengikuti hasil belajar yang telah
aspek-aspek yang diamati adalah sebanyak dicapai siswa dari waktu ke waktu, dan (c)
64% aspek yang diamati tersebut tidak dapat mengklasifikasikan kelompok siswa
dilakukan atau tidak terdapat selama kegiatan yang pandai, sedang, kurang, atau cukup
pembeajaran pendidikan jasmani olahraga dan baik di kelasnya. Siswa ABK tentu saja secara
kesehatan berlangsung. Sedangkan untuk kognisi tidak dapat disamakan dengan siswa
aspek-aspek yang dilakukan oleh guru selama pada umumnya sehingga peran yang ketiga
kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dalam evaluator yaitu dapat
olahraga dan kesehatan berlangsung adalah mengklasifikasikan kelompok siswa yang
sebanyak 36%. pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
Berkaitan dengan klasifikasi persentase kelasnya sangat diperlukan.
yang didapatkan dalam proses penelitian Berdasarkan hasil wawancara dengan
tentang kegiatan pembelajaran pendidikan Kepala Sekolah bahwa yang mempengaruhi
jasmani olahraga dan kesehatan tersebut kesulitan pembelajaran siswa terdapat
disebabkan oleh kondisi proses pembelajaran beberapa faktor yaitu, faktor lingkungan
yang masih menyesuaikan dengan kondisi dimana siswa mempunyai karakteristik yang
siswa, sehingga proses pembelajaran belum cenderung senang sendiri dan tidak mau
menekankan pada kekhususan masing-masing bergaul dengan siswa lainnya, keterbatasan
ketunaan karena pada dasarnya pembelajaran kemampuan guru dalam mengelola kondisi
yang diberikan hanya terbatas pada kelas, dan faktor orang tua yang biasanya
penyampaian materi, sedangkan untuk menggap pembelajaran pendidikan jasmani
meningkatkan kemampuan siswa dan olahraga dan keseahatan terutama pada saat di

7
lapangan yang di lakukan setiap hari jumat. gangguan perkembangan koordinasi, gerakan
Menurut penjelasan Kepala Sekolah lebih stereotyp, gangguan perkembangan koordinasi
lanjut ketika hari jumat hampir rata-rata orang ditandai dengan hambatan dalam motoriknya
tua mengatakan “ Cuma olahraga tidak usah sehingga menyebabkan anak autis sulit untuk
masuk dulu, kan tidak belajar”. Jadi setiap melakukan aktivitas sehari-hari”. Kondisi ini
hari jumat banyak siswa yang tidak masuk. tentu saja menyulitkan guru penjas untuk
Hasil wawancara kepada Kepala sekolah dapat memahami siswa ABK. Tanpa adanya
juga sependapat dimana “Upaya untuk interaksi sangat tidak mungkin seorang guru
mengatasi hambatan dalam proses dapat memahami kondisi siswanya.
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani Kesulitan yang ketiga yaitu dalam
olahraga dan kesehatan adalah 1) untuk memahami dan melakukan interaksi
penyampaian materiguru harus mengenal, sosial dengan siswa ABK. Kondisi ini sesuai
memahami dan menguasai berbagai metode dengan pendapat Nur’aeni (2017: 6)
mengajar serta kelebihan dan kelemahannya memberikan karakteristik siswa ABK seperti
masing-masing, 2) guru harus mengenal, anak tunagrahita adalah individu yang
memahami, menguasai media yang akan memiliki intelegensi yang signifikan berada
digunakan sebagai alat bantu dalam mengajar. dibawah rata-rata dan disertai dengan
Dalam mengajar sesuai dengan kebijakan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku
yayasan, guru juga memodifikasi silabus yang yang muncul dalam perkembangan. Artinya,
akan digunakan sesuai dengan karakteristik merupakan hal yang wajar apabila guru
anak berkebutuhan khusus”. kesulitan dalam memahami dan melakukan
Selanjutnya hasil wawancara dengan interaksi sosial dengan siswa ABK karena
guru mata pelajaran juga didapatkan memang umumnya siswa tersebut menarik
ketetangan bahwa terdapat tiga kesulitan yang diri dari lingkungan dan tidak suka melakukan
dirasakan guru penjas dalam melaksanakan komunikasi.
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga Berdasarkan temuan-temuan tersebut
dan kesehatan. Kesulitan pertama yaitu peneliti menyimpulkan terdapat kesulitan
kesulitan dalam menyampaikan materi. yang dirasakan guru pendidikan jasmani
Sejalan dengan ini pada siswa ABK menurut olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan
Santrock (dalam Surna dan Olga, 2014: 204) pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
karakteristik umum ABK adalah tidak mampu dan kesehatan di SMP Khusus Cahaya Bangsa
berkonsentrasi. Hal ini membuat siswa ABK yaitu kesulitan dalam menyampaikan materi,
kurang mampu menyimpan informasi yang kesulitan dalam praktek olahraga, serta
diberikan oleh guru. Guru akibatnya kesulitan dalam memahami dan melakukan
mengalami kesulitan dalam menyampaikan interaksi sosial dengan siswa ABK. Hal ini
materi karena guru dituntut untuk juga terlihat dari persentase aspek yang
menyampaikan materi sesuai dengan jadwal diamati penulis yang tidak dilakukan oleh
yang ada. Tidak mungkin guru menunggu guru pada saat pelaksanaan proses
siswa ABK paham terhadap materi yang pembelajaran yaitu sebesar 64%. Terdapat
diberikan, baru menyampaikan materi yang beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan
selanjutnya. Hal ini dapat membuat tidak pembelajaran tersebut yaitu: faktor
selesainya materi. lingkungan, dukungan orang tua, dan
Kesulitan yang kedua, yaitu kesulitan keterbatasan guru dalam menciptakan kelas
dalam praktek olahraga. Pada kenyataannya yang kondusif.
siswa ABK yang ada di sekolah SLB (SMP)
Cahaya Bangsa banyak yang tergolong anak
autis. American Psychiatric Association 2013 SIMPULAN DAN SARAN
(dalam Anggawati, 2014:2) menyatakan Simpulan
“Anak autis juga mengalami gangguan dalam Berdasarkan hasil analisis data dan
perkembangan saraf motorik yang meliputi pembahasan yang telah dilakukan

8
dapat ditarik kesimpulan yaitu: (1) Klasifikasi DAFTAR RUJUKAN
persentase dalam pelaksanaan kegiatan Agustina, Gina. 2017. Pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga Pembelajaran Pendidikan Jasmani
dan kesehatan aspek yang tidak di lakukan Adaptif Anak Autis Di SLB Khusus
oleh guru adalah sebanyak 64%, dan Aspek Autisma Dian Amanah Yogyakarta.
yang dilakukan oleh guru adalah 36%. (2) Tersedia: journal.student.uny.ac.id. [5
Kesulitan yang dirasakan guru pendidikan Juli 2018]
jasmani olahraga dan kesehatan dalam Harsuki. 2003. Perkembangan olahraga
melaksanakan pembelajaran pendidikan terkini. Jakarta: RajaGrafindo Persada
jasmani olahraga dan kesehatan di SLB Imanniyah, Anggawati. 2014. Pengaruh
(SMP) Cahaya Bangsa yaitu kesulitan dalam Bermain Bola Terhadap Kemampuan
menyampaikan materi, kesulitan dalam Aktivitas Gerak Anak Autis Hipoaktif
praktek olahraga, serta kesulitan dalam Di SLB Autis Mutiara Hati Sidoarjo.
memahami dan melakukan interaksi sosial Tersedia:jurnalmahasiswa.unesa.ac.id. [5
dengan siswa ABK. (3) Terdapat beberapa Juli 2018
faktor yang mempengaruhi kesulitan Nur’aeni. 2017. Psikologi Pendidikan Anak
pembelajaran tersebut yaitu: faktor Berkebutuhan Khusus. Purwokerto:
lingkungan, dukungan orang tua, dan UMP Press
keterbatasan guru dalam menciptakan kelas Permendikbud. 2014. Kerangka Dasar dan
yang kondusif. Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa.
Saran Jakarta. [online]. [28 Maret 2018]
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Rahayu, Ega Trisna. 2013. Strategi
dikemukakan tersebut di atas, maka peneliti Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
memberikan saran-saran (1) Mengingat Bandung: Alfabeta
berbagai karakteristik yang berbeda, yang Ridwan, A. S. 2013. Inovasi Pembelajaran.
dimiliki oleh siswa ABK, maka selayaknya Jakarta: Bumi Aksara
guru pendidikan jasmani olahraga dan Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan
kesehatan dibekali dengan pengetahuan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.
tentang penanganan siswa ABK. Hal ini dapat Jakarta: Prenada Media Group
dilakukan dengan mengkuti seminar yang Santrock, John. W. 2009. Educational
berkaitan dengan ABK, serta cara pengajaran Psychology (ed. 4). New York. Mc.Graw
yang tepat bagi ABK. (2) Mengingat terdapat Hill, h.2-14, 31-58. 80-84, 117-122, 175-
berbagai kesulitan yang dirasakan guru penjas 180, 194-207, 217-220.
di SLB (SMP) Cahaya Bangsa dalam Subana dan Sudrajat. 2011. Dasar-Dasar
melaksanakan pembelajaran pendidikan Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
jasmani olahraga dan kesehatan di kelas yaitu setia
kesulitan dalam menyampaikan materi, Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
kesulitan dalam praktek olahraga, serta Pendidikan. Bandung: Alfabeta
kesulitan dalam memahami dan melakukan Sunaryo, Septianingrum. 2016. Minat Siswa
interaksi sosial dengan siswa ABK, maka Dalam Mengikuti Pembelajaran
sebaiknya sekolah memberikan waktu khusus Pendidikan Jasmani Di SMP Negeri 2
kepada guru penjas untuk memberikan les Tempel Kab. Sleman Daerah Istimewa
tambahan kepada siswa ABK agar Yogyakarta. [online]. Tersedia:
pemahaman siswa ABK terhadap pelajaran http://eprints.uny.ac.id [20 Maret 2018]
penjas dapat meningkat dan siswa ABK dapat Surna, I.N. Dan Olga, D.P. 2014. Psikologi
menjaga kebugaran tubuhnya. Pendidikan 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai