Anda di halaman 1dari 10

ANAK BERKEBUTUHN KHUSUS (ABK) TUNA LARAS

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Bambang Ferianto, M.Pd
Dony Andrijanto, M.Pd

PENYUSUN:
19060464140/Twiska Naufal A.G.
19060464143/Ibnussodiqin
19060464159/M.Alamul Huda
19060464169/ M.Fafi Niamil Aufa
19060464195/Rois Umam

2019D

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
JURUSAN PENDIDIKAN OALHARAGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-NYA tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah “Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tuna
Laras”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Drs. Bambang Ferianto M.Pd dan Dony
Andrijanto M.Pd yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca makalah. Apabila terdapat kesalahan didalamnya kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya, selanjutnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita bersama.
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………… 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 4
I.I Latar Belakang………………………………………………………………… ..4
I.II Rumusan Masalah……………………………………………………………… 4
BAB II ISI……………...…………………………………………………………..6
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..9
III.I Kesimpulan……………………………………………………………………..9
III.II Saran…………………………………………………………………………..9
Daftar Pusaka………………………………………………………………………9
BAB I
A. Visualisasi
Anak tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku,
sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya” (Sujtihati
Somantri, 2007, hlm. 56). Walaupun kondisi demikian, anak tunalaras merupakan peserta
didik dan bagian dari pemajuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, perlu diadakannya
konsep pendidikan yang tepat bagi mereka, sebagaimana hak mereka dalam memperoleh
pendidikan yang layak. Persoalan emosi dan perilaku pada peserta didik menjadi hal yang
lazim dalam suatu pelaksanaan pendidikan di sekolah. Gangguan emosi dan perilaku ini
sendiri mengacu pada karakteristik anak tunalaras, dan hal seperti ini seringkali menjadi
tersamar sebagai suatu kewajaran mengingat peserta didik merupakan individu yang
masih berkembang dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Maka sepatutnya, saat ini
mulai dicermati dari sisi identifikasi hingga bagaimana metode pendidikan yang searah
dengan treatmen perilaku yang tepat bagi mereka. Semua itu diperlukan mengingat
gangguan tingkah laku tunalaras dalam berbagai karakteristiknya adalah gangguan
perilaku yang mengganggu lingkungan sekitar, bahkan tipe agresif dan perilaku melawan
dapat membahayakan bagi siswa lain. Kesalahan dalam memberi treatmen pendidikan
dan bina perilaku, selain berdampak pada siswa lain juga utamanya berdampak terhadap
siswa tunalaras sendiri.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia, untuk mengubah
atau memperbaiki kehidupannya. Pendidikan merupakan hak bagi setiap orang, tak
terkecuali bagi anak yang berkebutuhan khusus terutama anak tunalaras. Anak
Berkebutuhan Khusus merupakan bagian dari dunia pendidikan. yang tidak bisa
diabaikan, karena mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan inklusi adalah salah satu model pendidikan yang disarankan untuk berbagai
tipe anak berkebutuhan khusus tidak terkecuali anak tunalaras. Pendidikan inklusi
memiliki konsep keterbukaan terhadap perbedaan karakter peserta didik dan berusaha
mengakomodasi agar perbedaan karakter tersebut tidak mengganggu pelaksanaan
pendidikan baik itu bagi anak tunalaras maupun peserta didik lain. Adanya usaha saling
memahami perbedaan antar peserta didik dan upaya untuk memperlakukan perbedaan
antar peserta didik secara semestinya memberi nilai plus bagi pendidikan inklusi.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan,
maka diperlukan adanya batasan masalah untuk membatasi permasalahan yang ada saat
melakukan suatu penelitian. Ruang lingkup batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini ditujukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sedang
mengalami tunalaras atau hambatan mengontrol emosi.
2. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan pada anak-anak tunalaras.
3. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi hubungan aktivitas gerak
dengan anak-anak tuna laras.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari anak tunalaras ?


2. Bagaimana gambaran real di lapangan anak tunalaras ?
3. Apa saja peraturan Undang-Undang untuk anak tunalaras ?
BAB II
A. Kajian Pustaka

Helmy Firmansyah (2009:42) mendefinisikan pendidikan jasmani olahraga dan


kesehatan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai
fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga melalui
kegiatan tersebut diharapkan peserta didik menumbuh kembangkan sehat jasmaninya.
Menurut Dale H. Schunk (2012:89), praktik pendidikan pendekatan neurolearning
diantaranya adalah pembelajaran berbasis permasalahan, stimulasi, dan permainan peran,
diskusi aktif, tampilan visual dan iklim yang positif. Selanjutnya yaitu ada ranah gerak
psikomotor melalui permainan tradisional dan afektif melalui pendidikan karakter.
Berkaitan dengan hal tersebut,memunculkan pendekatan pembelajaran phsycology
learning (terjadi dibelahan otakkanan) dimana secara masif aktifitas permainan
tradisional tergabung dengan aspek psikis melalui pendidikan karakter.
Helmy Firmansyah (2009:42) mendefinisikan pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai
fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Dale H.
Schunk (2012:89), praktik pendidikan pendekatan neurolearning diantaranya adalah
pembelajaran berbasis permasalahan, stimulasi, dan permainan peran, diskusi aktif,
tampilan visual dan iklim yang positif. Kedua yaitu ranah gerak psikomotor melalui
permainan tradisional dan ketiga yaitu afektif melalui pendidikan karakter. Berkaitan
dengan hal tersebut,memunculkan pendekatan pembelajaran phsycology learning (terjadi
dibelahan otakkanan) dimana secara masif aktifitas permainan tradisional tergabung
dengan aspek psikis melalui pendidikan karakter.

B. Gambaran Ril di lapangan (sekolah)

Helmy Firmansyah (2009:42) mendefinisikan pendidikan jasmani olahraga dan


kesehatan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai
fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga melalui
kegiatan tersebut diharapkan peserta didik menumbuh kembangkan sehat jasmaninya.
Pembelajaran permainan tradisional terhadap anak tuna laras sebagai salah satu cara
penanaman karakter. Pada permainan ini terdapat pendekatan berbasis
neurolearning(terjadi dibelahan otak kiri). Menurut Dale H. Schunk (2012:89), praktik
pendidikan pendekatan neurolearning diantaranya adalah pembelajaran berbasis
permasalahan, stimulasi, dan permainan peran, diskusi aktif, tampilan visual dan iklim
yang positif. Selanjutnya yaitu ada ranah gerak psikomotor melalui permainan tradisional
dan afektif melalui pendidikan karakter. Berkaitan dengan hal tersebut,memunculkan
pendekatan pembelajaran phsycology learning (terjadi dibelahan otakkanan) dimana
secara masif aktifitas permainan tradisional tergabung dengan aspek psikis melalui
pendidikan karakter.
Menurut Kemendikbud (2016:5), kurikulum 2013 memunculkan pendidikan
karakter seperti : religious, nasionalis, integritas, gotong royong,dan mandiri.
Pembelajaran anak tunalaras sebaiknya tidak hanya menggunakan pendekatan
phsycology learning, namun disertai pendekatan neuro learning. Hal tersebut diketahui
bahwa kondisi anak tunalaras memiliki gangguan pada neuron, ditunjukan dengan adanya
gangguan perilaku anak seperti munculnya perilaku agresif, menentang, dan gangguan
perilaku lainnya. Oleh karena itu, pendidikan jasmani anak tunalaras dapat terjadi
optimalisasi apabila ada penggabungan kedua pendekatan pembelajaran antara
neurolearning melalui otak kiri dan phsycology learning melalui otak kanan. Sala satu
permainan tradisional yang dapat digunakan adalah permainan gobak sodor.
Pada neurolearning dalam permainan gobak sodor terdapat : untuk berbasis
masalah yakni dalam gobak sodor ditaret untuk memperole point sebanyak-banyaknya,
stimulasi dan permainan peran yakni terdapat peran dalam permainan yaitu penyerang
dan penghadang, diskusi aktif yakni siswa dalam berkomunikasi untuk menyusun strategi
bermain bersama rekan timnya, tampilan visualnya yaitu visualisasi garis pembatas yang
berwarna dan terlihat serta untuk iklim yang positif yaitu diciptakannya suasana
permainan yang nyaman dan aman dengan menggunakan kalimat yang baik. Kemudian
untuk physicoloy learning yaitu religious yakni pembiasaan doa sebelum dan sesuda
permainan gobak sodor, nasionalis yaitu permainan gobak sodor juga salah satu
permainan tradisional yang harus dilestarikan, integritasnya yakni terbentuk melalui iklim
positif dari permainan, mandiri didapat dari membuat keputusan insidental sebagai
implementasi strategi tim dan gotong royong didapat dari permainan berkelompok yang
mengaruskan setiap orang untuk saling bekerjasama. Untuk hasil dari permainan ini
adalah untuk mengurani emosi atau sebagai kontrol emosi anak tuna laras sehingga anak
lebih terkontrol sisi emosional dan sosialnya.
C. Peraturan Undang-Undang
Menurut Kemendikbud (2016: 5), kurikulum 2013 memunculkan pendidikan
karakter seperti: religious, nasionalis, integritas, gotong royong,dan
mandiri.Pembelajaran anak tunalaras sebaiknya tidak hanya menggunakan
pendekatanphsycology learning, namun disertai pendekatan neuro learning. Hal tersebut
diketahui bahwa kondisi anak tunalaras memiliki gangguan pada neuron, ditunjukan
dengan adanya gangguan perilaku anak seperti munculnya perilaku agresif, menentang,
dan gangguanperilaku lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991
disebutkan bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku
sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Sementara itu masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah
anak nakal. Seperti halnya istilah, definisi mengenai tunalaras juga beraneka ragam.
Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat)
mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi, yaitu gangguan
emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut
dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi
belajar:
a. ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan,
pengindraan atau kesehatan;
b. ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru;
c. bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal;
d. perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus;
e. cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah
sekolah.

 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang


Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

 Peraturan Menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak RI


NO 10 tahun 2011 tentang berkebutuhan khusus
 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
menyebutkan bahwa anak cacat berhak memperoleh pelayanan khusus untuk
mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan
kesanggupan anak yang bersangkutan.
BAB III
A. Kesimpulan
Anak tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan emosi dan tingkah
laku, sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
baik terhadap lingkungannya.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
besar harapan kami kepada pembaca untuk dapat mengkritisi makalah ini. kemudian dari
penulisan ini semoga dapat menjadi kemanfaatan bagi pembaca.

C. Daftar pustaka
1. Astati. 2000.“Pengantar Pendidikan Luar Biasa”. Banten: Balai Penerbit FakultasIlmu
Pendidikan dan Keguruan Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai