PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Manusia dan pendidikan
tidak dapat di pisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dan masa depan
manusia yang di bekali akal dan pikiran. Oleh karena itu, pendidikan
tahun 1989 Pasal 5 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama
menderita kelainan atau cacat juga memiliki hak yang sama. Seperti tertulis
pada pasal 5 ayat (2) UU No.2 tahun 1989 bahwa setiap warga negara yang
normal dan ada yang terganggu, dan hal ini dapat mempengaruhi mental dan
anak yang memiliki kecacatan fisik, dengan anak yang memiliki kelemahan
1
2
masih dapat melakukan kegiatan bina diri seperti merawat diri, mengurus
laksana rumah sehingga dalam hal seperti ini mereka tidak tergantung pada
orang lain. Kecerdasan dan adaptasi sosial anak tunagrahita ringan dapat
bidang akademik dan kemampuan bekerja. Sementara itu (Efendi 2006: 90)
menjelaskan bahwa aktivitas fisik atau olahraga yang terencana dan teratur
kebugaran fisik. Aktivitas fisik yang paling sering dilakukan manusia adalah
berjalan kaki. Jalan kaki merupakan suatu kegiatan fisik yang menggunakan
otot-otot terutama otot kaki untuk berpindah dari suatu tempat atau ketempat
lain. Gerak tubuh yang kita lakukan dalam berjalan didominasi oleh langkah
kaki, meskipun gerak tangan, dan anggota badan lainnya juga diperlukan
tetapi gerak langkah kaki sebagai gerak utama (Gumilar, 2016). Dengan
dimodifikasi.
anak, Hal ini senada dengan ungkapan (Diana Mutiah, 2010: 91) Bermain
harus dilakukan atas inisiatif anak dan keputusan anak itu sendiri. Bermain
harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang
bisa lebih aktif dalam melakukan olahraga, hal ini secara tidak langsung
pembelajaran)
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
2. Bagi guru (terutama guru guru penjas yang mengajar di SLB), hasil
F. Definisi Operasional
memodifikasi bentuk engklek dan diberi nomer 1,2,3. Pada tiap nomer
engklek seperti biasa, setelah siswa kembali ke garis start siswa melakukan
dalam hal ini adalah kemampuan mental yang dibawah normal, namun
KAJIAN PUSTAKA
berlari dari kejaran musuh atau hewan liar yang hendak menerkam. Seiring
duduk, berdiri atau pada posisi yang sama untuk waktu yang terlalu lama.
Menurut (Gumilar, 2016). Jalan kaki adalah suatu kegiatan fisik yang
tempat atau ketempat lain. Gerak tubuh yang kita lakukan dalam berjalan
didominasi oleh langkah kaki, meskipun gerak tangan, dan anggota badan
lainnya juga diperlukan tetapi gerak langkah kaki sebagai gerak utama
melangkah ke segala arah yang dilakukan oleh siapa saja dan tidak
1. Persiapan
b. Pandangan ke depan.
8
9
2. Pelaksanaan
depan.
berada dibawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk ini adalah
grahita ringan, sedang, dan berat. Meskipun yang menonjol dalam hal ini
Dampak tersebut dapat anda kaji lebih cermat dalam berikut ini.
berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak
1. Tunagrahita Ringan
2. Tunagrahita Sedang
orang tuanya.
dengan pengawasan.
diderita oleh anak. Anak tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi dengan
belajarnya kurang.
C. Permainan Engklek
ciplak gunung, demprak, dampu dan masih banyak lagi, tetapi bentuk
permainannya sama.
14
terlebih dahulu digambar bidang atau arena yang akan digunakan untuk
pemain harus memiliki kreweng atau gacuk, yaitu pecahan genteng atau
2012: 51).
hoop/ roda
anggap sah
keluar petak.
2. Hakikat Modifikasi
membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya
kurang terampil menjadi lebih terampil. Guru yang kreatif akan mampu
menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada untuk
disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga anak merasa senang
yang dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan suatu hal yang baru,
penyesuaian dan penampilan suatu alat atau sarana dan prasarana yang baru,
dengan hasil rata-rata pre-test yaitu 55,5 dan hasil nilai rata-rata post-
digunakan oleh guru dapat menarik minat peserta didik dan membantu
manual.
22
Tunagrahita
Aspek psikomotor
Mi-band / Mi-fit
F. Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
24
25
XXXX
OO OOOO OO
Waktu
Keterangan :
1. Baseline 1 (A)
2. Treatment
3. Baseline 2 (A)
B. Variabel Penelitian
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
gerak langkah siswa tunagrahita kelas V SLB Dharma Wanita Pare ini
terdapat 2 variabel penelitian yang akan menjadi objek yang diteliti dan
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel yang terdapat dalam
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
dimana peneliti hanya ingin meneliti sebagian dari populasi yang ada.
Nama : YSP
Berat badan : 37 kg
Usia : 13 tahun
yang sudah mendukung yaitu dengan adanya lapangan olahraga yang dapat
dilakukan.
(06-12-2019)
Pertemuan ke 8 Menggiring bola
Intervensi
(07-12-2019)
Pertemuan ke 9 Menggelindingkan hula hoop
Intervensi
(13-12-2019)
Pertemuan ke 10 Menendang bola
Intervensi
(14-12-2019)
Pertemuan ke 11 Menggelindingkan hula hoop
Intervensi
(20-12-2019)
Pertemuan ke 12 Pembelajaran Guru Olahraga
Baseline 2
(21-12-2019
Pertemuan ke 13 Pembelajaran Guru Olahraga
Baseline 2
(10-01-2020)
Pertemuan ke 14 Pembelajaran Guru Olahraga
Baseline 2
(11-01-2020
1. Observasi
2. Tes
dapat dilihat pada miband dan terhubung dengan mifit. Tes yang
3. Dokumentasi
memotret.
yaitu dokumentasi berupa foto dan video sejak siswa melakukan tes
awal, perlakuan, hingga tes akhir. Sehingga terdapat bukti yang akurat
F. Instrumen Penelitian
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis
langkah pada siswa yaitu mengunakan Miband yang terhubung dengan Mifit
penelitian :
32
satu putaran. Namun ketika berada pada dua kotak yang berada
c. Saat bermain, siswa tidak boleh menginjak garis atau keluar petak.
seperti sebelumnya.
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari untuk membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
33
hasil penelitian ini disajikan dalam grafik. Dalam penelitian ini, grafik
ini dilakukan dengan menganalisis data dalam kondisi dan antar kondisi.
Kegiatan analisis data pada penelitian dengan subjek tunggal ini terdapat
beberapa komponen penting yang harus yang harus dianalisis seperti yang
data, rata-rata untuk setiap kondisi, dan data yang overlapping. Analisis
1. Panjang kondisi
2. Kecenderungan arah
data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada diatas dan
dibawah garis yang sama banyak. Pembuatan garis ini dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu dengan metode tangan bebas dan metode belah
dua.
3. Tingkat stabilitas
banyaknya data yang berada didalam rentang 50% diatas dan dibawah
mean.
4. Tingkat perubahan
5. Jejak data
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu
6. Rentang
Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama
3. Perubahan stabilitas
4. Perubahan level
5. Data overlap
Terjadinya data yang sama pada kedua kondisi. Tidak adanya perubahan
teknik analisis visual grafik, yaitu dengan cara memplotkan data-data yang
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap awal
a. Tahap persiapan
b. Fase baseline-1
2. Tahap perlakuan
Pada penelitian ini, intervensi dilakukan setelah melakukan tes pada fase
a. Kegiatan awal
permainan engklek.
akan terjadi
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup
3. Tahap akhir
BAB IV
Dimana 3 hari pertama adalah fase baseline (A1), kemudian 8 hari sebagai
fase intervensi (B) atau pemberian treatment, dan yang terakhir adalah fase
baseline (A2) selama 3 hari. Untuk fase intervensi B setiap subjek memiliki
B. Analisis Data
analisis antar kondisi. Pada analisis dalam kondisi, komponen yang dianalisis
stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentang, level perubahan. Akan tetapi
siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Dharma Wanita Pare. Berdasarkan hasil
perkembangan yang terjadi pada baseline-1 dan baseline-2 dapat dilihat pada
penyajian data.
C. Penyajian Data.
a. Persiapan
b. Observasi
41
c. Akhir Sesi
diberikan intervensi dapat dilihat pada tabel 4.1 dan secara visual data
Tabel 4.1
Kondisi baseline (A1) sebelum diberikan intervensi
700
600
500
400
Step
300 Sesi
200
100
0
1 2 3
Gambar 4.1
Grafik kondisi baseline (A1) sebelum diberikan intervensi
sebagai berikut :
a. Persiapan
b. Intervensi
pembelajaran olahraga
c. Observasi
43
d. Akhir Sesi
pada aplikasi android. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.2
dan secara visual data yang diperoleh disajikan pada gambar 4.2
Tabel 4.2
Kondisi Intervensi (B)
1600
1400
1200
1000
800 Step
Sesi
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8
44
Gambar 4.2
Grafik kondisi Intervensi B
tahap intervensi. Tujuan pada tahap ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Pengambilan data pada tahap ini dilakukan sebanyak 3 sesi. Langkah yang
intervensi dapat dilihat pada tabel 4.3 dan secara visual data yang
Tabel 4.3
Kondisi baseline (A2) setelah diberikan intervensi
1000
900
800
700
600
500 Step
Sesi
400
300
200
100
0
1 2 3
Gambar 4.3
Grafik kondisi baseline (A2) setelah diberikan intervensi
penelitian, maka dapat dilihat dari tabel 4.4 dan untuk tampilan visual
Tabel 4.4
Rekapitulasi Data Sedentary Behavior
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3
Gambar 4.4
Grafik rekapitulasi data sedentary behavior subjek penelitian
data dalam suatu kondisi baseline atau intervensi. Karena penelitian ini
a. Panjang Kondisi
Pada tahap ini terdapat tiga tahap, diantaranya tahap baseline (A1)
yang terdiri dari 3 sesi, tahap intervensi (B) yang terdiri dari 8 sesi, dan
tahap baseline (A2) yang terdiri dari 3 sesi seperti dapat dilihat pada
tabel 4.5
47
Tabel 4.5
Panjang Kondisi
menarik garis naik, sejajar atau turun dengan membelah dua (split-
bagian.
antar garis grafik dengan garis belahan kanan dan kiri. Garisnya
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3
Gambar 4.5
Kecenderungan Arah Perkembangan Sedentary Behavior
48
Tabel 4.6
Estimasi Kecenderungan ArahSedentary behavior
maka dapat dilihat perkembangan subjek pada setiap tahap dari sesi awal
hingga sesi akhir. Perilaku subjek yaitu tahap baseline (A1) kecenderungan
naik atau meningkat, tahap baseline (A2) kecenderungan datanya stabil atau
mendatar.
c. Kecenderungan Stabilitas
tertinggi untuk jarak pada gerak langkah tahap baseline (A1) nilainya 579,
tahap intervensi (B) nilainya 1398, tahap baseline (A2) nilainya 876.
tabel 4.7
49
Tabel 4.7
Rentang Stabilitas Sedentary Behavior
jumlah nilai gerak langkah tahap baseline (A1) nilainya 558,3 tahap
Tabel 4.8
Mean Level Sedentary Behavior
rentang stabilitas pada setiap tahapnya, hasilnya dapat dilihat pada tabel
4.9
Tabel 4.9
Batas Atas Sedentary Behavior
Tabel 4.10
Batas Bawah Sedentary Behavior
data poin yang ada dalam rentang : banyaknya data). Dimana banyaknya
data poin yang ada dalam rentang batas atas dan batas bawah pada setiap
Tabel 4.11
Data Sedentary Behavior
Pada tabel 4.9, terlihat data poin jarak gerak langkah tahap baseline (A1)
sebanyak 3 poin, tahap intervensi (B) sebanyak 6 poin, tahap baseline (A2)
Tabel 4.12
Persentase Stabilitas Sedentary Behavior
arah. Kecenderungan data gerak langkah dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel 4.13
Jejak Data Sedentary Behavior
terlihat pada tabel sebelumnya. Hasil dpt dilihat pada tabel 4.14
52
Tabel 4.14
Level Stabilitas dan Rentang
8. Level Perubahan
dikurangi dengan data pertama. Hasil dari data tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.15
Tabel 4.15
Level Perubahan
Level perubahan ini adalah untuk melihat bagaimana data pada sesi
(+54) pada tahap baseline (A1) dari sesi pertama hingga sesi terakhir, pada
Tabel 4.16
Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi Sendentary Behavior
Kondisi A1 B1 A2
Panjang Kondisi 3 8 3
Estimasi - / -
Kecenderungan Arah (=) (+) (=)
Kecenderungan Stabil Variabel Stabil
Stabilitas 100% 75% 100%
Jejak Data - / -
Level Stabilitas Stabil Variabel Stabil
Rentang 525 – 579 1130 – 1398 824 – 876
Level Perubahan 579 – 525 1398- 1130 851- 824
(+54) (+268) (+27)
didahului tren stabil pada tahap baseline (A1) dan tren stabil pada baseline
(A2). Pada tahap baseline (A1) terdapat level perubahan sebesar (+54
step), (+206 step) pada tahap intervensi dan (+27 step) pada tahap baseline
Tabel 4.17
Data Jumlah Variabel Yang Di Ubah
mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas (naik, tetap atau
Tabel 4.18
Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
Tabel 4.19
Perubahan Stabilitas dan Efeknya
Untuk B/A1 dimana nilai pada sesi akhir B (intervensi) dikurangi nilai
pada sesi akhir A1 (baseline 1), selanjutnya A2/B dimana nilai akhir
Tabel 4.20
Perubahan Level Data
(-547) langkah.
e. Data overlap
intervensi (B), dengan kata lain semakin kecil presentase overlap maka
ditemukan data yang overlap atau 0% data yang overlap. Hasil analisis
Tabel 4.21
Hasil Analisis Antar Kondisi
D. Pembahasan
bugar. Hal ini berlaku juga pada anak berkebutuhan khusus (ABK),
permainan engklek.
hula hoop.
SSR dapat dilihat dari data dalam kondisi dan antar kondisi.
yang terjadi pada baseline-1 (A) adalah stabil, intervensi (B) meningkat,
dan baseline-2 (A’) stabil. Selain itu, perubahan yang terjadi pada aktivitas
level +268 dan pada fase baseline-2 terjadi perubahan level +27. Setelah
stabil, yang menandakan kondisi semakin lebih baik. Hal tersebut juga
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
gerak lagkah siswa tunagrahita ringa di SLB Dharma Wanita Pare. Hal ini
yaitu dengan ditandai oleh meningkatnya jumlah langkah pada hasil tes
B. Saran
aktivitas gerak langkah bagi siswa tunagrahita ringan, oleh karena itu
disarankan bahwa:
60
sehingga siswa tidak merasa tertekan untuk belajar. Hasil yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ali Maksum. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa
University Press.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Bahagia, Y. (2009). MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.
Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita.pdf (A. Gunarsa, Ed.).
Bandung: PT Refika Aditama.
Diana Mutiah. (2010). Psikologi Bermain Anak usia Dini. Jakarta: PRENADA
MEDIA GROUP.
Gumilar. (2016). Keterampilan Gerak Aktivitas Jalan, Lari, Lompat, Lempar. 57–
126.