Anda di halaman 1dari 29

PENERAPAN AKTIVITAS BERMAIN

TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR ANAK DI SD

Poposal Penelitian

Mia Rosmiati
G1C.17.000

PENDIDKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SUBANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari


kehidupan manusia, melalui pendidikan jasmani manusia dapat belajar lebih
banyak hal yang berhubungan dengan afektif, kongnitif, dan psikomotor yang
merupakan bekal manusia untuk mencapai tujuan hidup.

Pada dasarnya pendidikan jasmani harus sudah ditanamkan sejak masih


kanak-kanak karena pada umumnya jika ingin mengusai berbagai macam
aktivitas, dasarnya harus diletakan pada masa kanak-kanak dan menurut para
orang dewasa kebanyakan hobi dari mereka berdasarkan pengalaman pada masa
kanak-kanak. Usia sekolah dasar merupakan masa-masa yang sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta gerak yang memegang peranan
penting dalam pembentukan individu yang berkualitas dikemudian hari.

Struktur dan kurikulum pendidikan jasmani di sekolah dasar yang ada


sekarang memiliki ciri-ciri yang terdiri atas keterampilan teknik dasar beberapa
cabang olahraga. Keterampilan teknik dasar olahraga ini, akan dapat dikuasai bila
sebelumnya menguasai keterampilan gerak dasar. Keterampilan gerak dasar
disekolah dasar itu dapat dibagi menjadi beberapa kategori meliputi tiga macam,
yaitu: lokomotor, non lokomotor, dan manipulasi.

Menurut Mahendra (2007: 33) bahwa: Pada dasarnya yang termasuk


kedalam gerakan lokomotor yaitu gerakan berjalan, berlari, melompat, hop,
berderap, skip, slide dan sebagainya. Sedangkan gerakan non lokomotor adalah
gerakan yang tidak berpindah tempat seperti, menekuk, membengokan badan,
membungkuk, menarik, mendorong meregang, memutar, mengayun, memilin,
mengangkat, merentang, merendahkan tubuh, dll. Kemudian gerakan manipulatif
biasanya dilukiskan sebagai gerakan yang mempermainkan objek tertentu sebagai
medianya, atau keterampilan yang melibatkan kemampuan seseorang dalam
menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk memanipulasi benda diluar dirinya.
Keterampilan gerak dasar inilah yang diperlukan oleh anak khususnya
dibangku Sekolah Dasar untuk dapat menunjang kemampuan gerak anak
selanjutnya. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Strok dan Sanders
(2008: 199) yang menyatakan bahwa “Penguasaan keterampilan ini wajib dimiliki
oleh anak sebagai dasar untuk menguasai keterampilan motorik selanjutnya yang
lebih kompleks dan berguna untuk meningkatkan kualitas hidup dimasa yang akan
datang.” Hal ini diperkuat oleh Gallahue dan Ozmun (dalam Bozanic, Ana and
Beslija, Tea, 2010) yang menyimpulkan bahwa “Apabila keterampilan motorik
dasarnya kurang baik maka ia kurang dapat bersaing pada usia dewasa.”

Memang program pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia


umumnya masih menekankan pada pembelajaran kecabangan olahraga, di mana
anak Sekolah Dasar sudah diberikan teknik-teknik dasar kecabangan olahraga,
seperti passing dan dribling dalam permainan sepak bola atau basket. Sehingga
pembelajaran akan cenderung monoton. Hal ini diperparah oleh sarana dan
prasarana yang terbatas, sehingga kebutuhan anak dalam proses pembelajaran
menjadi tidak terpenuhi. Secara otomatis pembelajaran pendidikan jasmani
dengan keadaan seperti itu membatasi ruang gerak siswa. Dan sebagai akibatnya,
kemampuan gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif anak tidak
berkembang secara optimal dan menyebabkan mayoritas anak Indonesia pada usia
Sekolah Dasar kurang baik dalam perkembangan geraknya.

Permasalahannya hingga saat ini, di sekolah-sekolah terutama di sekolah


dasar, kegiatan bermain masih dianggap kurang penting, sehingga belum ada
program yang terencana dan terstruktur.

Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut jika tetap dibiarkan tanpa


ada upaya untuk mengubahnya, maka anak-anak Indonesialah yang akan
dirugikan dalam hal keterampilan geraknya. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk
mengubah kondisi di atas dengan mengembalikan kesadaran tentang perlunya
siswa diberi kesempatan mengembangkan keterampilan gerak dasar yang kaya,
salah satunya adalah dengan menerapkan aktifitas bermain dalam pembelajaran
pendidikan jasmani.
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar.
Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta
mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak
gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun
berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi
secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan
memperoleh kesenangan, kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan
motivasi bersosialisasi.

Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru,
orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan
fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku,
ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental
ataupun gangguan perkembangan lainnya.

Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young


Children, 1997), bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga
pemerintah Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain”.Bermain yang sesuai dengan tujuan di atas adalah
bermain yang memiliki ciri-ciri seperti: menimbulkan kesenangan, spontanitas,
motivasi dari anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri.

Bermain adalah dunia anak (Mahendra, 2015: 28). Sambil bermain mereka
belajar. Dalam hal belajar, anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya, dari
menggerakan tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan
sekitarnya. Sedangkan menurut Misbach (2006: 5) (dalam Dockett, 1996) bahwa
“Bermain merupakan kegiatan spontan, tanpa beban dan tanpa aturan yang
mengikat.” Ketika bermain anak bereksplorasi, menemukan sendiri hal yang
sangat membanggakannya. Hal ini menjadi sarana yang sangat baik bagi anak
untuk mengembangkan diri, baik perkembangan emosi, sosial, fisik maupun
intelektualnya. Kegiatan mempelajari suatu hal dalam suasana bermain atau dalam
bentuk permainan yang di dalamnya mengandung unsur rekreatif dan
menyenangkan memudahkan penyampaian sebuah pengetahuan. Bermain juga
merupakan salah satu alat yang memfasilitasi anak untuk belajar motorik. Maka
dari itu bermain dapat dilakukan secara bebas oleh anak di manapun, baik itu di
sekolah maupun di rumah. Pembelajaran akan dengan cepat diserap oleh anak jika
anak merasa senang dan tidak terbebani dengan tugas gerak yang diberikan dalam
pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti ingin meneliti lebih jauh


mengenai penerapan aktivitas bermain dalam meningkatkan keterampilan gerak
dasar di sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan


permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Apakah aktivitas bermain memberikan pengaruh signifikan terhadap


keterampilan gerak dasar anak di sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka


penelitian ini bertujuan:

“Ingin mengetahui pengaruh aktivitas bermain terhadap keterampilan


pengembangan gerak dasar anak di sekolah dasar”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis


maupun secara praktis, yaitu:

1. Secara teoritis
Dapat dijadikan sumbangan ilmu atau sumbangan informasi untuk guru
penjas di SD
2. Secara praktis
a. Bagi guru penjas SD sebagai bahan masukan agar memperhatikan
gerak dasar siswa, sehingga guru mendapat kemudahan
melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani.
b. Bagi siswa SD dapat melakukan bentuk permainan, sehingga
potensi yang ada pada siswa dapat dikembangkan.
c. Bagi sekolah dapat dijadikan masukan sebagai alternatif untuk
mengembangkan potensi anak sidini mungkin.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Bermain

Pengertian bermain sangatlah unik dan deskriptif. Terdapat berbagai


pandangan dan pengertian yang diberikan oleh kaum akademik maupun
nonakademik secara luas dan beraragam, mulai teori klasik yang dikaitkan dengan
“surplus energy” dan hewan. Teori ini menyatakan, semakin tinggi spesies
makhluk hidup semakin banyak waktu dihabiskan untuk bermain di mana pada
kasus spesies yang lebih rendah energi dikeluarkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan utama organisme tersebut. Antara tahun 50-an hingga 70-an teori-teori
tentang bermain muncul. Ada teori bermain yang dikaitkan dengan dorongan dan
keperluan dasar organisme. Di samping itu ada juga teori yang menyatakan
bermain sebagai komunikasi, bermain sebagai peluang menjelajah perilaku baru
bahkan Heron (1971) menegaskan bermain sebagai suatu pekerjaan bagi anak-
anak. Lebih jauh Moyles (1991) menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses
yang diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Bermain merupakan
proses pembelajaran yang melibatkan pikiran, persepsi, konsep, kemahiran sosial
dan fisik. Selain itu bermain juga dikaitkan dengan ganjaran instrinsik dan
kegembiraan. Dengan demikian bermain merupakan aktivitas yang natural bagi
anak-anak yang memberi peluang kepada mereka untuk mencipta, menjelajah dan
mengenal dunia mereka sendiri.

Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti: Plato, Aristoteles,


Frobel, Hurlock dan Spencer (dalam Satya, 2006) bermain adalah suatu upaya
anak untuk mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan
segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti: keinginan untuk
menjadi presiden, raja, permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan
mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Sedangkan
menurut Hurlock, bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan. Di samping itu bermain bagi anak adalah upaya yang menyalurkan
energi yang berlebihan dan dapat menghindari hal-hal negatif yang diakibatkan
dari tenaga yang berlebihan, salah-satu contoh akibat dari kelebihan tenaga ini
adalah timbulnya perkelahian antar pelajar.

Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjang hari,
bermain adalah kehidupan dan kehidupan adalah bermain. Anak-anak tidak
membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak adalah pemain
alami, mereka menikmati bermain dan dapat berkonsentrasi dalam waktu yang
lama untuk sebuah keterampilan. Bermain merupakan motivasi interinsik bagi
anak dan tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan apa yang akan dilakukan
dan bagaimana melakukannya.

Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya


memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang
disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi
artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal
posiif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah
dan lebih kreatif. Adapun manfaat dari bermain bagi anak:

a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan


fisik (melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus),
perkembangan psiko sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta
perkembangan kognitif (melatih kecerdasan).
b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi.
c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan.
d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya.
e. Melalui bermain anak –anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam
dirinya kedalam aktivitas yang menyenangkan.
f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas
mungkin.
g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan
menemukan hal-hal baru dalam kehidupan.
h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan,
saling berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta
menghargai waktu.
i. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak.
j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sseorang untuk


memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua
yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain, akan membuat anak
menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:

a. Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak


b. Bermain dapat digunakan sebagai terapi
c. Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
d. Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
e. Bermain dapat mengembangkan tingkah laku social anak
f. Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

George W Maxim (dalam Satya, 2006) mengemukakan lima karakteristik


yang dapat diidentifikasi dalam bermain yaitu:

1) Motivasi interinsik, aktivitas bertujuan untuk kesenangan dan motivasi


datang dari dalam diri anak
2) Penekanan pada proses bukan hasil
3) Perilaku nonliteral, anak-anak menggunakan kekuatan yang luar biasa
untuk berpura-pura selama bermain
4) Kebebasan
5) Kesenangan
Sedangkan karakteristik bermain yang dikemukakan oleh Mary Mayesky
antara lain:

1) Bagian alami dalam kehidupan anak, orang dewasa tidak dapat


mengemukakan bagaimana anak bermain
2) Langsung pada diri sendiri
3) Aktivitas kreatif bukan hasilnya
4) Aktivitas total
5) Sesuatu yang sensitif bagi anak

Bentuk-bentuk permainan yang sesuai untuk siswa SD (usia dini) yaitu:


permainan eksplorasi (penjelajahan), permainan energik, permainan kemahiran
(skillfull play), permainan sosial dan puzzle (Dorothy, 1985).

a. Permainan Eksplorasi
Dapat dipelajari melalui empat cara:
1) Mencari atau membuat penemuan baru seperti : mencari suatu
benda dilingkungan rumah atau sekolah
2) Meransang rasa ingin tahu anak, seperti : permainan remote control
3) Mengembangkan keterampilan, seperti : permainan sapu lidi
4) Mempelajari keterampilan baru seperti, : video game, computer
b. Permainan Energik
Ciri-cirinya :
1) Banyak mengeluarkan tenaga yang anak mengekplorasi
lingkungannya (berlari, bermain kuda-kudaan, memanjat)
2) Terjadi control pada tubuh (berjalan-jalan, menendang bola)
3) Mengkoordinasikan berbagai bagian tubuh yang berbeda secara
bersama-sama (berjalan, berlari, berenang, sit-up, berguling-guling
di matras)
c. Permainan Kemahiran
Yang dimaksud bermain kemahiran adalah semua bentuk
permainan dan aktivitas yang membutuhkan kemahiran dan penggunaan
tangan dan mata yang terkendali, contoh : membangun menara dari
tumpukan balok, konstruksi puzzle jigsaw, pingpong,dsb
d. Permainan Sosial
Dasar dari semua aktivitas permainan sosial adalah adanya
interaksi antara dua orang atau lebih. Aktivitas seperti permainan bola,
domino, atau bermain jual-jualan membutuhkan anak untuk berperan
memberi dan menerima secara bergantian. Jika seseorang tidak
memainkan peran tersebut, maka permainan social tidak dapat berjalan.
Pentingnya bermain sosial:
1) Mendorong anak belajar berbagai bentuk karakter orang lain
2) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
3) Mendorong anak menjadi ramah dan mudah bergaul
4) Membantu anak mengembangkan persahabatan
e. Permainan Imajinatif
Permainan ini bermanfaat bagi anak dalam hal:
1) Meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa.
2) Membantu anak dalam memahami orang lain.
3) Menumbuhkembangkan kreativitas.
4) Membantu anak memahami dirinya dan menjadi dirinya sendiri.
Contoh permainan imajinatif: bermain peran (pura-pura), permainan
boneka, permainan raksasa, mendongeng, bermain drama, melawak,
bermain dengan gambar (gambar kubus, domino, dsb)

f. Permainan Puzzle
Permainan ini bermanfaat bagi anak dalam hal:
1) Meningkatkan kemampuan berfikir
2) Menambah keingintahuan
3) Berlatih menyelesaikan permasalahan sendiri
Contoh permainan ini: permainan kartu gambar, permainan kancing,
permainan papan kotak pencocokan, sorting (memisahkan warna atau
bentuk dsb)
Wilayah di Indonesia memiliki beragam permainan salah satunya permainan
tradisional, permainan tradisional berkembang dari permainan rakyat yang timbul
pada tiaptiap etnis dan suku yang ada di Indonesia. Adapun menurut Dilanisa
(2011:5) permainan tradisional merupakan permainan daerah yang tiap
daerahnya memiliki tata cara dan permainan yang berbeda-beda. Salah satu
permainan tradisional yang ada permainan gobak sodor, kasti dan lompat tali.

1. Gobak Sodor
Menurut Hajar Pamadhi (2001: 1) gobak sodor adalah jenis permainan
ketangkasan menyentuh teman.Permainan ini dilakukan oleh dua
kelompok yang dibatasi oleh bilik yang digariskan di tanah.Setiap
kelompok permainan berjumlah empat orang atau lebih. Kelompok
pertama bertugas sebagai pemeran, sedangkan kelompok yang lain sebagai
penjaga. Kelompok pemeran berusaha melewati bilik yang dijaga dan
berusaha agar tidak tersentuh oleh kelompok jaga. Permainan ini dipimpin
oleh dua orang wasit yang bertugas di garis depan dan belakang serta
dibantu oleh dua hakim garis dan dua orang sebagai pencatat nilai. Waktu
permainan dilakukan 2 x 15 menit dengan istirahat 5 menit dan time out
satu kali untuk setiap regunya, apabila terjadi nilai sama, maka diadakan
perpanjangan waktu selama 10 menit (2 x 5 menit) tanpa istirahat dan time
out. Jika masih terjadi nilai yang sama maka untuk menentukan pemenang
ditentukan berdasarkan hasil undian atau tos.
2. Kasti
Kasti adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu yang
masingmasing regu terdiri dari 12 orang.Kasti adalah permainan yang
berasal dari negeri Belanda. Pengertian kasti sebenarnya sudah cukup lama
kita kenal, permainan ersebut dimainkan oleh anak-anak(Deni Kurniadi,
Suro Prapanca, BSE, Penjasorkes Kelas IV, 2000 : 3). Menurut Iwan
Ridwan dan Ikman Sulaeman (2008: 12) Kasti merupakan salah satu jenis
permainan bola kecil.Permainan kasti termasuk permainan
beregu.Permainan ini mengutamakan kegembiraan dan ketangkasan para
pemainnya. Untuk dapatmemenangkan permainan, satu regu dituntut
untuk bekerja sama dengan baik.
3. Lompat Tali
Permainan ini bisa dimainkan di mana saja karena tidak memerlukan
tempat yang khusus, asalkan bisa untuk berputar tali dan awalan
untuk pemain maka permainan ini bisa dimainkan. Cara bermainnya
bias dilakukan perorangan ataupun berkelompok. Jika hanya bermain
seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang, batang
pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu melompatinya.
Permainan secara sendiri bisa juga dengan cara skipping, yaitu
memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala
dan kaki sambil melompatinya. Jika bermain secara berkelompok
biasanya melibatkan minimal tiga anak. Aturan permainannya sangat
sederhana; bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal
melompati tali, maka anaktersebut akan berganti dari posisi pelompat
menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana.Bisa
berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak
dijual di pasaran yang dikenal dengan skipping.

2. Keterampilan Gerak Dasar Anak

Gerak adalah perubahan atau peralihan posisi dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Menurut Delphie (2006: 20) gerak merupakan alat bantu kita untuk
dapat berpindah dari satu relasi ke relasi yang lain sehingga ruang itu menjadi
milik kita. Pendapat diatas didukung oleh Utama (2012) gerak adalah perubahan
posisi tubuh dalam ruang atau terhadap bagian tubuh lainya. Dengan hal ini dapat
disimpulkan bahwa gerak adalah perubahan posisi bagian tubuh dalam ruang dari
suatu dari tempat ke tempat yang lain, sehingga menghasilkan peralihan.

Keterampilan gerak dasar disekolah dasar itu dapat dibagi menjadi


beberapa kategori meliputi tiga macam, yaitu: lokomotor, non lokomotor, dan
manipulasi.
Komponen-komponen gerak dalam model pendidikan gerak adalah gerakan
lokomotor, gerakkan non lokomotor, dan gerakkan manipulatif, menurut
Mahendra (2017: 21-22):

a. Gerakan lokomotor adalah gerakkan yang menyebabkan terjadinya


perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan memindahkan
tubuh dari satu tempat ke tempat lainya. Contoh gerakkan lokomotor
adalah berlari, berjalan, melompat, dsb.
b. Gerakkan non-lokomotor adalah gerakkan yang tidak menyebabkan
pelakunya berpindah tempat, seperti menekuk, membengkokkan badan,
membungkuk, menarik, mendorong, meregang, memutar, mengayun,
memilin, mengangkat, merentang, merendahkan tubuh, dsb
c. Gerak manipulatif Gerakkan manipulatif sebagai gerakkan yang
mempermainkan obyek tertentu sebagai medianya, atau keterampilan yang
melibatkan kemampuan seseorang dalam menggunakan bagian-bagian
tubuhnya untuk memanipulasi benda diluar dirinya. Contoh gerakkan
manipulatif yaitu melempar, menendang, menangkap, menyetop bola,
memukul dengan raket, memukul dengan pemukul softball, dsb.

Keterampilan lokomotor merupakan gerakan berpindah tempat dari satu titik


ke titik yang lain. Keterampilan non lokomotor atau keterampilan keseimbangan
merupakan gerakkan yang tidak menyebabkan perpindahan tempat atau dapat
dikatakan keterampilan yang stabil. Keterampilan manipulatif merupakan gerakan
untuk bertindak melakukan sesuatu bentuk gerak dari anggota badannya secara
lebih terampil, seperti menendang, melempar, menangkap dan sebagainya.
Menurut Mahendra (2017: 22) gerakkan manipulatif biasanya dilukiskan sebagai
gerakkan yang mempermainkan objek tertentu sebagai medianya, atau
keterampilan yang melibatkan seseorang dan menggunakan bagian tubuh yang
memanipulasi benda diluar dirinya. Menurut Kogan (dalam Mahendra, 2017: 22)
keterampilan ini perlu melibatkan koordinasi antara mata-tangan dan koordinasi
mata-kaki, misalnya menangkap, melempar, menendang, memukul dengan
pemukul seperti raket, tongkat, atau bat.
3. Pembelajaran Gerak dasar Melalui Permainan

Pembelajaran gerak dasar melalui permainan dapat dikatakan adalah


pembelajaran berbasis permainan, Pembelajaran berbasis permainan menurut
Apri. Dkk adalah permainan yang didesain khusus untuk pembelajaran. Desain
permainan tersebut mengaitkan materi dan keterampilan yang harus dimiliki
sesuai dengan kompetensi yang hendak di capai dalam setiap pembelajaran.
Pembelajaran berbasis permainan tidak terlepas dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus di capai, permainan yang nanti akan di lakukan
harus di analisis terlebih dahulu sebelum digunakan, Selain itu dalam mendesain
permainan guru dapat melakukan modifikasi-modifikasi permainan agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan.

Pembelajaran Gerak Dasar melalui permainan dapat meningkatkan


kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotor karena dalam permainan siswa
dapat belajar secara langsung dengan praktik langsung gerak dasar dalam
permainan serta mengenal sikapsikap dalam permainan, Pembelajaran gerak dasar
melaui permainan diawali dengan melakukan pemanasan melalui permainan
seperti melakukan kucing-kucingan atau permainan hijau hitam. Jadi guru tidak
menyuruh siswa untuk lari berkeliling, kemudian untuk peregangan guru dapat
melakukan permainan seperti estafet bola yang mengharuskan siswa melakukan
gerakan membungkung atau menengadah atau mengoper kekiri ataupun kekanan.
Kegiatan pembelajaran gerak dasar melalui permainan dapat dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Persiapan: pada tahap kegiatan ini guru mempersiapkan materi-materi


serta permainan dan alat permainan yang akan di gunakan dalam
pembelajaran
b. Pelaksanaan Pembelajaran dalam laksanaan pembelajaran guru memulai
kegiatan pendahuluan dengan menggunakan permainan-permainan
pemanasan seperti permainan ucing jongkok dan permainan sertafet bola
kemudian pada kegiatan inti guru dapat mengguanakan permainan yang
lebih kompleks dan sesuai dengan materi pembelajaran dan tujuan
pembelajaran, kemudian pada tahap akhir pembelajaran guru menjelaskan
materi apa saja yang telah dilakukan dalam pembelajaran pada saat
permainan, guru jangan menjelaskan konteks di luar dari materi walaupun
dalam permainan ada kagiatan tersebut seperti pada materi gerak dasar
lokomotor, walaupun guru menggunakan permainan boy-boyan dimana
dalam permainan tersebut terdapat gerak dasar manipulatif guru jangan
menjelaskannya biarkan nanti pada saat materi gerak dasar manipulatif
guru menjelaskannya.
c. Evaluasi dan refleksi pembelajaran: setelah melakukan kegiatan
pembelajaran guru melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran, dimana
dalam evaluasi tersebut guru mengukur dan menilai kwalitas pembelajaran
yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Hasil penelitian Leila Dehghan, dkk. (2017) Yang berjudul “The


Relationship between Fine Motor Skills and Social Development and
Maturation”. Hasil studi ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara Social
Quotient (SQ) dan halus keterampilan motorik pada umumnya anak-anak,
yang konsisten dengan temuan studi lainnya, yaitu semakin baik
keterampilan motorik halus anak, lebih tinggi akan menjadi miliknya
Social Quotient (SQ) dan lebih lambat fungsi anak dengan keterampilan
motorik baik, lebih buruk akan menjadi keterampilan sosialnya. Memang,
hubungan ini dapat digunakan demi peningkatan keterampilan sosial pada
anak-anak. Menurut ly, keterampilan sosial anak - anak dapat
dikembangkan dengan membantu mereka meningkatkan keterampilan
motorik halus mereka. Tidak diragukan, keterampilan sosial yang lebih
maju menuntun pada tingkat kematangan sosial yang lebih tinggi,
keterampilan menolong diri sendiri yang lebih efisien, dan bahkan kinerja
akademis yang lebih baik pada anak-anak.
2. Hasil penelitian PatriziaTortella, dkk. (2016) Yang berjudul “Motor Skill
Development in Italian Pre-School Children Induced by Structured
Activities in a Specific Playground”. Penelitian ini meneliti dampak dan
spesifisitas kegiatan yang terstruktur dan tidak terstruktur yang dimainkan
di taman bermain, Primo Sport 0246 di bagian utara italia, dengan
keterampilan motorik pada anak berusia lima tahun. Taman bermain
secara khusus dirancang untuk mempromosikan keterampilan motorik
yang besar pada anak - anak prasekolah; Dalam penelitian ini 71 anak dari
taman kanak-kanak lokal datang ke taman sekali seminggu selama sepuluh
minggu berturut-turut dan terpapar 30 menit bermain bebas dan 30 menit
kegiatan terstruktur. Sebelum dan setelah sepuluh kunjungan, setiap anak
menyelesaikan sembilan tes untuk menilai tingkat keterampilan motorik,
tiga untuk keterampilan motorik halus dan enam untuk keterampilan
motorik gross-. Sebagai kontrol, keterampilan motorik juga dinilai pada 39
anak dari kindergar yang berbeda - puluhan yang tidak datang ke taman.
Hasilnya memperlihatkan bahwa kelompok eksperimental yang prac- ticed
aktivitas gross-motor di taman bermain selama 1 jam seminggu selama 10
minggu secara signifikan meningkat dalam 4 dari 6 tugas motorik kotor
dan bukan dalam kegiatan motorik halus. Data menunjukkan bahwa
transfer yang terbatas terjadi antara tugas yang merujuk pada berbagai
bidang kompetensi motorik sambil menyarankan pemberian makan secara
silang untuk perbaikan keterampilan motorik antara berbagai latihan ketika
ranah berkaitan dengan kebugaran fisik dan kekuatan kelompok otot spe-
cific terlibat. Hasil ini relevan dengan isu kondisi (-kondisi) yang pantas
untuk mempertahankan dan mengembangkan keterampilan motorik dalam
kelompok usia ini serta untuk perencanaan, organisasi, dan cacat

3. Hasil Penelitian Harriet G. Williams, dkk. (2008) yang berjudul “Motor


Skill Performance and Physical Activity in Preschool Children”. Anak-
anak yang memiliki keterampilan motorik yang lebih maju mungkin lebih
mudah untuk aktif dan melakukan lebih banyak kegiatan fisik (PA)
daripada yang memiliki keterampilan motorik yang kurang maju. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara kinerja keterampilan
motorik dan ayah di taman kanak-kanak. Para peserta adalah 80 tiga dan
118 anak berusia empat tahun. Kegiatan dan gerakan anak - anak dalam
pelajaran prasekolah (CHAMPS) protokol keterampilan motorik
digunakan untuk menilai karakteristik proses enam lokomotif dan enam
keterampilan pengendalian objek; Banyak yang dikategorikan sebagai
penggerak, kendali objek, dan total. Accelerometer aksikograf digunakan
untuk mengukur PA; Data dinyatakan sebagai persen waktu yang
dihabiskan dalam PA (MVPA) yang kurang gerak, ringan, dan energik,
dan PA (VPA) yang kuat. Anak-anak yang berada di terubin tertinggi
untuk nilai total menghabiskan lebih banyak waktu di MVPA (13, 4% vs.
12, 8% vs. 11, 4%) dan VPA (5% vs. 4, 6% vs. 3, 8%) daripada anak-anak
di terubin tengah dan terendah. Anak-anak yang berada di tingkat tertingg
tertinggi di lokomotif menghabiskan lebih sedikit waktu untuk aktivitas
kurang gerak dibandingkan dengan anak-anak di terubin lainnya dan lebih
banyak waktu di MVPA (13.4% vs. 11, 6%) dan VPA (4, 9% vs. 3, 8%)
daripada anak-anak di terubin terendah. Tidak ada perbedaan antara
terubin untuk nilai kontrol objek. Anak-anak dengan kinerja keterampilan
motorik yang lebih buruk lebih tidak aktif daripada anak-anak yang
memiliki keterampilan motorik yang lebih maju. Hubungan antara
kemampuan motorik dan PA ini penting bagi kesehatan simpanse

4. Hasil Penelitian Bamitale Toba David and Jaiyesimi Boluwaji Gbenga


yang berjudul “Role of Physical Activity and Motor Learning in Child
Development”. Kegiatan fisik sehari-hari adalah penting bagi
perkembangan anak kita dan penting bagi anak-anak dari segala usia.
Totalitas perkembangan anak dibahas dari sudut pandang holistik. Untuk
perkembangan total anak, tujuan kegiatan fisik harus dicapai yang "belajar
untuk bergerak dan belajar melalui gerakan". Oleh karena itu, agar seorang
anak dapat belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerakan, ia harus
memperoleh semua tujuan dalam kegiatan fisik dan ia juga harus memiliki
kesehatan yang baik. Istilah perilaku motorik menggambarkan semua
gerakan tubuh, termasuk gerakan mata (seperti dalam tatapan), dan bayi
yang sedang mengembangkan kendali atas kepala. Gerakan motorik bruto
mencakup gerakan anggota tubuh yang besar atau seluruh tubuh, seperti
berjalan kaki. Baik perilaku motorik mencakup penggunaan jari untuk
menangkap dan memanipulasi objek. Perilaku motorik seperti mencapai,
menyentuh, dan menggenggam adalah bentuk kegiatan eksplorasi.
Kegiatan fisik penting dalam pengembangan dan pembelajaran motorik
pada anak, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan total anak-anak.
Kegiatan fisik yang direkomendasikan bervariasi oleh karakteristik dan
usia anak pada waktu tertentu. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah
untuk menjabarkan peran kegiatan fisik dan pembelajaran motorik tentang
perkembangan anak.

5. Hasil penelitian Rif’iy Qomarrullah, M. Furqon H., Agus Kristiyanto yang


berjudul “Model Aktivitas Belajar Gerak Berbasis Permainan Sebagai
Materi Ajar Pendidikan Jasmani (Penelitian Pengembangan Pada Siswa
Kelas I Sekolah Dasar)” Penelitian ini mampu mengembangkan sosok
model pembelajaran Penjas inovatif yaitu: “model aktivitas belajar gerak
berbasis permainan sebagai materi ajar Penjas di kelas I SD”. Hasil belajar
siswa berupa produk dan proses pembelajaran diperoleh berdasarkan: 1)
Rekapitulasi persentase hasil pengisian kuesioner evaluasi validasi ahli
diperoleh rata-rata jumlah skor 47, dengan persentase 79% yang termasuk
kategori cukup valid, oleh karenanya model aktivitas belajar gerak
berbasis permainan dapat digunakan sebagai materi ajar Penjas di kelas I
SD. 2) Data nilai hasil kemampuan belajar siswa, bahwa model yang
diujicobakan pada uji coba skala kecil diperoleh ketuntasan hasil belajar
siswa sebesar 68.97% yang berarti baik dan pada uji coba skala lebih luas
diperoleh ketuntasan belajar siswa rata-rata sebesar 76% yang berarti baik,
sehingga dapat dimaknai jika model yang dikembangkan secara nyata
mampu memberikan kontribusi yang positif dalam kemampuan hasil
belajar siswa. Dengan mencermati hasil ketuntasan belajar terhadap
kelompok yang diberikan perlakuan, terdapat perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan setelah diberikan tindakan. Berdasarkan data hasil pre-
test menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa hanya mencapai
36.36%, kemudian setelah dilaksanakan penerapan produk model, pada
tahap post-test menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar
86.37%. Perbedaan tersebut merupakan efek dari penerapan
pengembangan model, dimana efek model yang dikembangkan
memberikan dampak positif kepada tingkat ketuntasan belajar siswa.

6. Hasil penelitian AgusBudiono (2014) yang berjudul “Survey Kemampuan


Gerak Dasar Pada Siswa-Siswi Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya”. Hasil penelitian ini mennjukkan
kemampuan gerak dasar kategori cukup dimana: (1) Kemampuan Tes
Lempar Tangkap Bola Jarak 1 Meter ke tembok rata-rata sebesar 53, 33%.
(2) Kemampuan Tes Lari Cepat 30 Meter dalam kelompok baik dengan
rata-rata sebesar 43, 33%. (3) Kemapuan Tes standing long jump dalam
kelompok baik dengan rata rata sebesar 53, 33%. (4) Kemampuan
Keseimbangan (tes stork stand) tergolong dalam kelompok baik dengan
rata-rata sebesar 43, 33%. (5) Kemampuan Kes Kelincahan tergolong
dalam kelompok baik dengan rata-rata sebesar 40%.

7. Nur Shandy (2017). Implementasi Model Pendidikan Gerak Untuk


Meningkatkan Keterampilan Dan Pemahaman Anak Tentang Konsep
Gerak Dasar Siswa Sekolah Dasar Negeri 052 Cisaranten Wetan. Pada
penelitian nya beliau menggunakan instrumen untuk mengukur dan
pemahaman keterampilan yaitu lembar penilaian keterampilan lokomotor,
non lokomotor, dan manipulatif. Adapun hasil penelitianya beliau
mengatakan model pendidikan gerak sangat cocok diberikan kepada siswa
karena membuat keterampilan dan pemahaman anak tentang konsep gerak
dasar meningkat menjadi baik.

C. Kerangka Berpikir

Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan


perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar.
Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta
mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak
gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun
berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi
secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan
memperoleh kesenangan, kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan
motivasi bersosialisasi.

Permasalahannya hingga saat ini, di sekolah-sekolah terutama di sekolah


dasar, kegiatan bermain masih dianggap kurang penting, sehingga belum ada
program yang terencana dan terstruktur.

Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut jika tetap dibiarkan tanpa


ada upaya untuk mengubahnya, maka anak-anak Indonesialah yang akan
dirugikan dalam hal keterampilan geraknya. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk
mengubah kondisi di atas dengan mengembalikan kesadaran tentang perlunya
siswa diberi kesempatan mengembangkan keterampilan gerak dasar yang kaya,
salah satunya adalah dengan menerapkan aktifitas bermain dalam pembelajaran
pendidikan jasmani.

D. Hipotesis

Berdasarkan masalah yang ada maka penulis dapat menetapkan hipotesis


dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan aktivitas bermain diduga berpengaruh terhadap keterampilan


gerak dasar anak di sd
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Sukamulya Kalijati

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen.Menurut Sugiyono (2009: 6)


bahwa metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Untuk memperoleh data yang
sesuai dengan tujuan penelitian ini maka mempergunakan eksperimen yaitu
dengan memberikan perlakuan pada Siswa berupa kegiatan tes awal, treatment
atau latihan-latihan dan tes akhir sebanyak 8 kali pertemuan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk


One Group Pretest Postest Design, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada
satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.

C. Populasi dan Sampel

Penentuan populasi dalam status penelitian harus jelas dan tegas, karena
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SD Sukamulya Kalijati
sebanyak 30 siswa. Jadi teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total
sampling yaitu keseluruhan dari populasi.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 136) instrumen penelitian adalah alat


atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

Instrumen tes motor ability yang digunakan adalah dari Nurhasan.


Menurut Nurhasan (2004: 6.6), tes ini mempunyai reliabilitas sebesar 0, 93, dan
validitasnya sebesar 0, 87. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan gerak
dasar bagi siswa sekolah dasar. Instrumen tes motor ability untuk sekolah dasar
dari Nurhasan, (2004: 6.6) sebagai berikut:

1. Tes shuttle-run 4 x 10 meter untuk mengukur kelincahan dalam bergerak


mengubah arah, dengan cara mencatat waktu yang ditempuh oleh
responden. Semakin sedikit waktu yang diperoleh hasilnya semakin baik
(1 kali percobaan).
2. Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan mengarahkan bola bebas ke
arah tembok selama 30 detik, mengukur kemampuan koordinasi mata
dengan tangan. Semakin banyak hasil lempar tangkap yang dihasilkan
maka akan semakin baik hasil lempar tangkap bola nya (1 kali percobaan).
3. Tes stork stand positional balance, mengukur keseimbangan tubuh dengan
mempertahankan keseimbangan tubuh selama-lamanya. Hasil catatn waktu
semakin lama maka hasilnya semakin baik (1 kali percobaan).
4. Tes lari cepat 30 meter, mengukur kecepatan lari. Semakin sedikit waktu
yang diperoleh hasilnya semakin baik (1 kali percobaan).

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengukuran dengan tes shuttle-run 4 x 10 meter, tes lempar tangkap bola jarak
1 meter dengan mengarahkan bola bebas ke arah tembok selama 30 detik, tes
stork stand positional balance, dan tes lari cepat 30 meter dilaksanakan sebelum
perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest).

1. Tes Shuttle Run 4x10 meter


Tujuan : Mengukur kelincahan dalam bergerak mengubah arah.
Alat/fasilitas : Stopwatch, lintasan yang lurus dan datar dengan jarak 10
meter antara garis start dan garis finish.
Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia
orang coba atau testee berdiri dengan salah satu ujungjari
sedekat mungkin dengan garis start.
Skor : Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan tes
2. Tes Lempar Tangkap Bola Jarak 1 Meter ke Tembok
Tujuan : Mengukur kemampuan koordinasi mata dengan tangan.
Alat/fasilitas : Bola tenis, stopwatch, dan tembok yang rata.
Pelaksanaan : Testee berdiri di belakang garis batas sambil memegang
bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba-aba
“yak” subjek dengan segera melakukan lempar tangkap ke
dinding selama 30 detik.
Skor : Dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan
selama 30 detik.

3. Tes Stork Stand Positional Balance


Tujuan : Mengukur keseimbangan tubuh.
Alat/fasilitas : Stopwatch
Pelaksanaan : Testee berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan
bertolak pinggang, kedua mata dipejamkan, lalu letakkan,
kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan
sikap tersebut selama mungkin.
Skor : Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan
sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri
dari tempat semula.

4. Tes Lari Cepat 30 Meter


Tujuan : Mengukur kecepatan lari-lari cepat
Alat/fasilitas : Stopwatch, lintasan lurus dan rata sejauh 30 meter,
bendera.
Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia”
testee berdiri dengan salah satu ujung jari kakinya sedekat
mungkin dengn garis start. Aba-aba “siap” testee siap untuk
lari. Aba-aba “yak” testee dengan segera lari menuju garis
finish dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finish.
Skor : Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari
sejauh 30 meter.

Masing-masing siswa melakukan tes secara bergantian dengan urutan:


kelincahan, koordinasi mata dan tangan, keseimbangan dan yang terakhir
kecepatan. Dan masing-masing hasil tes yang didapatkan siswa dicatat dalam
lembar pencatatan yang telah disediakan.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam upaya pengambilan data menggunakan langkah-


langkah sebagai berikut:

1. Menentukan sampel dari populasi


2. Melakukan pretest, Tes awal ini bertujuan untuk melihat keterampilan
gerak dasar awal anak Sekolah Dasar sebelum diberikan treatment.
Instrumen yang digunakan dalam tes ini adalah tes motor ability yang
diadopsi dari penelitian Nurhasan (2004)
3. Pemberian treatment, yaitu aktivitas bermain selama 8 kali pertemuan
4. Melakukan posttest tes motor ability, untuk mengetahui hasil setelah
diberikan treatment.
5. Setelah data terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan uji statistik
sehingga dapat ditarik kesimpulannya.

G. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat
dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan
jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji Lieliefors. Agar lebih mudah dalam proses
penghitungan, peneliti menggunakan bantuan Software IBM SPSS Statistics 24.
2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data


dari dua variansi yang berbeda, dalam pengujian homogenitas dengan melakukan
uji hipotesis Levene’s Test. Agar lebih mudah dalam proses penghitungan,
peneliti menggunakan bantuan Software IBM SPSS Statistics 24.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, kemudian


dilakukan pengolahan data yang diperoleh untuk mengetahui persamaan dan
perbedaan ukuran masing-masing item tes kemampuan keterampilan gerak dasar.
Dari hasil setiap tes yang dicapai setiap siswa yang telah mengikuti tes disebut
hasil kasar. Kemampuan gerak dasar siswa tidak dapat dinilai secara langsung
berdasarkan hasil tes tersebut, karena satuan ukuran masing-masing tidak sama,
yaitu:

1. Kelincahan yang diperoleh melalui shuttle-run 4 x 10 meter dengan satuan


detik (s).
2. Koordinasi mata dengan tangan yang diperoleh melalui banyak nya lempar
tangkap bola jarak 1 meter ketembok.
3. Keseimbangan yang diperoleh melalui stork stand positional balance
dengan satuan detik (s).
4. Kecepatan yang diperoleh melalui lari cepat 30 meter dengan
satuandetik(s).

Hasil kasar yang didapatkan dari keempat item tes tersebut, perlu disamakan
satuannya dengan menggunakan T-Score. Adapun rumus T Score yangdigunakan
adalah sebagai berikut:

1. Rumus T-Score untuk tes shuttle-run 4 x 10 meter, tes lari cepat 30 meter.
Penghitungan dengan satuan waktu, semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan maka semakin bagus hasil yang diperoleh. Adapun rumus T-
Scoreadalah sebagai berikut:
2. Rumus T-score untuk tes stork stand positional balance. Dan lempar
tangkap bola. Penghitungan dengan satuan waktu, dan satuan jumlah,
semakin banyak waktu atau angka yang dibutuhkan atau diperoleh
semakin bagus hasil yang diperoleh. Adapun rumus T-Score adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
X = Skor yang diperoleh
X́ = Mean (rata-rata)
SD = Standar Deviasi

Hasil kasar yang telah diubah dalam bentuk T-Score dari keempat item tes
tersebut dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah item tes yang ada, hasil dari
pembagian tersebut dijadikan dasar untuk menentukan kemampuan keterampilan
gerak dasar siswa kelas 3 SD Sukamulya Kalijati. Kemampuan keterampilan
gerak dasar siswa kelas 3 SD Sukamulya Kalijati, dikategorikan menjadi lima (5)
kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dansangat rendah.
Pengkategorian kemampuan gerak dasar siswa tersebut, menggunakan rumus
pengkategorian dari B. Syarifudin (2009: 113), sebagai berikut:
Untuk mengetahui jumlah masing-masing kategori kemampuan gerak dasar siswa
kelas V SD N 1 Prembun, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen,
menggunakan rumus persentase dari Anas Sudijono, (1992: 40).

Keterangan:

P : Persentase
f : Skor
N : Jumlah siswa

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang


dibuat oleh peneliti sebelumnya. Uji hipotesis dengan menggunakan Uji-T Paired
Sample Test menggunakan bantuan Software IBM SPSS Statistics 24
DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan
Usia Dini. Jakarta : Grasindo

Anggani Sudono (1995). Alat Permainan & Sumber Belajar TK, Depdikbud,
Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tinggi Akademis.

Depdiknas. (2000). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan


(PAKEM) di TK dan SD. Depdiknas. Jakarta.

Iskandar, Srini M. (1998). Kecenderungan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Depdikbud.

Mayke Sugianto T. (1995). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta Depdiknas

Mulyani Sumantri dkk. (1999). Strategi Belajar Mengajar, Depdikbud, Dirjen


Dikti, Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. IBRD: Loan 3496 - IND

Soegeng Santoso. (2002) Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan
Indonesia.

Wira Indra Satya. (2006). Membangun Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan


Melalui Bermain, Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan.

Gunawan, Wahyu M., Bermain itu Asyiik, Yogyakarta: ELMATERA Publishing,


2009.Sumantri, M. Syarif., Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui
Pendidikan Jasmani Anak. Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa, 2010.

Profesionalisme guru pendidikan anak, Jakarta: suara GYKE peduli bangsa, 2011.
Apri, Widharyanto, dan Rishe, Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah
dasar Bekasi: Media Maxima,2018.

Anda mungkin juga menyukai