Anda di halaman 1dari 37

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK PADA


PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI KELAS IV DAN V
DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) GERINTUK
KECAMATAN PRAYA KABUPATEN
LOMBOK TENGAH

Proposal Penelitian

diajukan oleh
Lahidi
Nim : 1804060008

Proposal ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


dalam mendapatkan gelar sarjana Program Studi PJKR

PROGRAM STUDI PJKR


FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM

1
2021

2
A. Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari

tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas

(SMA).Tentunya dalam memberikan pelajaran olaharaga, maka guru sebagai

pendidik dituntut untuk tetap aktif dan kreatif dalam mengembangkan materi

pelajaran. Materi-materi pelajaran olahraga pada zaman saat ini seharusnya tidak

hanya berfokus pada kegiatan olahraga pada umumnya, tetapi juga perlu

mengembangkan permainan tradisional ke dalam materi pelajaran olahraga. Hal

tersebut karena dalam permainan tradisional banyak melibatkan gerak (motorik).

Hasbi dan Pamuji Sukoco (2014:47) menyebutkan bahwa salah satu usaha

untuk mengembangkan potensi keterampilan motorik dan perkembangan anak

sekolah dasar secara menyeluruh yakni melalui pendekatan permainan. Hidayatullah

dan Hasbi (2021:337) mengatakan bahwa pembelajaran motorik merupakan salah

satu bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, yang dibebankan

tanggung jawab mencapai tujuan pembelajaran agar anak memiliki keterampilan

gerak yang memadai, baik dari aspek psikmotorik, kognitif, maupun aspek afektif

nya.

Perkembangan zaman saat ini banyak sekali macam permainan (games).

Akibatnya segala sesuatu permainan yang bersifat tradisional kerap kali ditinggalkan,

bahkan dilupakan oleh masyarakat. Permainan olahraga tradisional seperti bentengan,

3
lompat tali, gobak sodor, kaleng, senam gatra dan lain sebagainya kini semakin

tersisihkan dengan adanya permaian modern seperti playstation dan game online.

Permainan modern tentunya dapat memberikan dampak positif maupun

negatif. Akan tetapi, Susanto (2017:118) menyebutkan bahwa permainan digital

seperti video games dan games online lebih banyak dimainkan secara statis, anak

bermain dalam keadaan pasif. Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan anak

menjadi tidak peduli pada lingkungannya yang akan mempengaruhi interaksi sosial

anak yang dapat berakibat pada pribadi anak tersebut menjadi lebih pemalu,

penyendiri dan individualis.

Melihat kenyataan di atas, maka Hasbi dan Pamuji Sukoco (2014:47)

mengatakan bahwa perlu adanya sebuah terobosan lain agar anak sebagai generasi

penerus dapat menjadi pribadi yang sehat dan bersosial tinggi. Salah satu caranya

yakni dengan menerapkan model pembelajaran, yaitu suatu cara atau strategi yang

dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk

mencapai suatu tujuan yang dirancang secara sistematis. Oleh karena itulah, untuk

melatih gerak motorik yang ada pada anak maka penting untuk mengaktifkan kembali

permainan tradisional melalui pembelajaran pendidikan jasmani. Permainan

tradisional yang dimaksud yakni permainan bentengan. Seperti yang diketahui bahwa

permainan tradisional banyak melibatkan gerak. Hasbi dan Sukoco (2014:2)

menyebutkan bahwa permainan yang melibatkan banyak gerak dapat melatih motorik

4
anak, di mana motorik sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang

mengarah pada dimensi gerak. Rahyubi (2012: 209) Hal tersebut sangat penting

mengingat bahwa aktivitas bermain dan siswa merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan keterikatan yang sangat erat,

dengan demikian aktivitas menjadi karakter manusia.

Penerapan permainan tradisional melalui pembelajaran pendidikan jasmani

dirasa akan sangat penting. Hal tersebut karena peneliti merasa permainan tradisional

akan lebih efektif, efisien, dan lebih bermakna karena mendapat pengawasan guru

Pendidikan Jasmani. Di samping itu, dengan adanya penelitian ini nanti diharapkan

dapat memberikan kreativitas dan inovasi bagi guru pendidikan jasmani dalam

mengembangkan pembelajaran gerak dan menambah kajian bidang pendidikan

jasmani.

Permainan tradisional ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu solusi dari

minimnya sarana dan prasarana olahraga di sekolah, dari hasil observasi penulis

menunjukkan bahwa terdapat beberapa sekolah yang belum mempunyai sarana dan

prasarana yang cukup, salah satunya yakni di SDN Gerintuk.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka sangat perlu kiranya dilakukan

penelitian dengan judul “Pengembangan Model Permainan Tradisional Untuk

5
Meningkatkan Keterampilan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kelas IV Dan

V Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gerintuk Kecamatan Praya Kabupaten

Lombok Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diajukan

suatu rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengembangan permainan

tradisional Bentengan dan Gobak Sodor untuk meningkatkan keterampilan motorik

kasar anak pada pembelajaran pendidikan jasmani kelas IV dan V di Sekolah Dasar

Negeri (SDN) Gerintuk Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah.

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pada dasarnya memiliki tujuan, begitu juga dengan

penelitian ini memiliki tujuan yaitu: “untuk mengetahui bagaimana pengembangan

permainan tradisional bentengan dan gobak sodor untuk meningkatkan motorik kasar

anak pada pembelajaran pendidikan jasmani kelas IV dan V di Sekolah Dasar Negeri

(SDN) Gerintuk Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah.

D. Manfaat Penelitian

6
Dengan terciptanya tujuan-tujuan tersebut di atas, maka penelitian ini

memiliki kegunaan baik secara teoristis maupun secara praktis. Secara teoritis

penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi lain dalam penerapan

pembelajaran pendidikan jasmani dan sebagai salah satu upaya untuk

mempertahankan/melestarikan kebudayaan bangsa (permainan tradisional) dari

kepunahan. Sedangkan secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menstimulus

kreatifitas dan inovasi guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan pembelajaran

gerak dan menambah kajian bidang pendidikan jasmani, serta sebagai salah satu

solusi dari sekolah-sekolah yang kekurangan sarana dan prasarana keolahragaan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam pembahasan mengenai landasan teori ini, terdapat beberapa pendapat

para ahli yang dijadikan acuan dalam berpikir ilmiah dengan tujuan untuk pemecahan

masalah. Landasan teori ini akan menguraikan beberapa garis beras mengenai

pendapat para ahli, seperti pendidikan jasmani, pembelajarn, model pembelajaran,

permainan tradisional, dan permainan benteng.

2.1 Pendidikan Jasmani

Menurut Luthan, (2000:15) pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses

pendidikan secara keseluruahan, dimana tujuan umumnya selaras dengan tujuan

umum pendidikan yaitu menimbulkan perubahan perilaku. Selain belajar dan dididik,

melalui pendidikan jasmani dharapkan dapat mencapai tujuan pengajaran dalam

penjas. Dalam pengalaman tersebut nantinya akan terbentuk perubahan dalam aspek

jasmani dan rohaniahnya.

Surherman (2000:17-19) memberikan pandangan mengenai pendidikan

jasmani, yaitu;

8
1. Pandangan tradisional, dimana pandangan ini menganggap pendidikan

jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap.

Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap saja.

2. Pandangan modern, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terjadi

dari bagian-bagian yang terpilah-piah. Oleh karena itu pendidikan ajsmani

tidak hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan

satu komponen saja.

Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan jasmani

sebagai pendidikan yang meliputi segala aktivitas gerak yang dilakukan oleh siswa

untuk meningkatkan aktivitas kebugaran jasmani dan pertumbungan siswa yang

mencakup beberapa ranah jasmani, psikomotorik, kognitif dan efektif.

2.2 Tujuan Pendidikan

Menurut Suherman, (2000:22-23) pendidikan jasmani merupakan proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan

untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai

melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh,

tidak hanya pada aspek jasmani saja, melainkan juga aspek mental, emosional, sosial

dan spiritual.

9
Samsudin (2008: 2-3) berpendapat bahwa tujuan pendidikan jasmani yaitu

meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan

jasmani. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial

dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama, serta

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran

pendidikan jasmani.

2.3 Keterampilan Motorik

Beberapa ahli seringkali mendefinisikan bahwa motorik dan gerak merupakan

hal yang sama. Tentunya hal tersebut disebabkan karena diantara kedua istilah

tersebut sangat sulit untuk ditentukan batasan yang secara konkrit. Oleh karena itu,

Kiram (2016:7) mendefinisikan bahwa motorik sebagai suatu peristiwa laten yang

meliputi keseluruhan proses-proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ

tubuh baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu

gerak. Peristiwa-peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut meliputi antara lain:

penerimaan informasi/stimulus, pemberian makna terhadap informasi, pengolahan

informasi, proses pengambilan keputusan, dan dorongan untuk melakukan berbagai

bentuk aksi-aksi motorik (keseluruhannya merupakan peristiwa psikis).

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa motorik merupakan suatu

proses yang tidak dapat diamati dengan mata, karena merupakan peristiwa-peristiwa

10
laten. Akan tetapi, tetap dapat disimpulkan bahwa motorik dapat diwujudkan melalui

respon-respon muskuler yang umumnya diekspresikan dalam bentuk gerakan tubuh

atau bagian tubuh (Winarno, 2018:3).

2.4 Fungsi Motorik

Menurut Mutohir dan Gusril dalam Hasbi dan Sukoco (2014:47)

menyebutkan bahwa fungsi utama motorik adalah untuk mengembangkan

kesanggupan dan kemampuan setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya

kinerja. Artinya bahwa anak didik perlu dilatih terus menerus kemampuan

motoriknya agar memiliki kecakapan dalam berpikir dan kesehatan. Disebutkan pula

oleh Bambang, dkk (2002:13) bahwa gerak merupakan unsur utama dalam

pengembangan motorik anak sehingga perkembangan kemampuan motorik anak akan

dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka

lakukan.Oleh karena itu, melalui permainan-permainan tradisional yang akan

dikembangkana diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik pada anak,

terutama pada anak tingkat sekolah dasar ini.

Selain seperti yang telah disebutkan di atas, tentunya fungsi mengembangkan

kemampuan motorik anak menurut Bambang, dkk (2002:15) adalah untuk

perkembangan fisiologis dan perkembangan kognitif.

11
2.5 Pembelajaran

Banyak ahli mendefinisikan mengenai pembelajaran . Beberapa diantaranya

seperti Hamdani (2011:23) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau

stimulus. Artinya bahwa terdapat upaya guru untuk menciptakan situasi dan lokasi

agar dapat terciptanya pembelajaran seperti yang diinginkan.

Briggs dalam Rifa’i dan Anni, (2011:191) pembelajaran adalah seperangkat

peristiwa (event)untuk mempengaruhi pola pikri seingga diperoleh seuatu kemudahan

bagi siswa. Sedangkan Winataputra dan Udin (2008:1-18) mendefinisikan

pembelajaran sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi

dengan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada siswa.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

sebagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan menciptakan

lingkungan dan situasi belajar yang menyenangkan agar pembelajaran yang

diinginkan mudah tercapai.

2.5.1 Model Pembelajaran

12
Joyce dalam Trianto, (2011:5) menyebutkan bahwa model pembelajaran

sebagai salah satu bentuk perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam

perencanaan pembelajaran di kelas dan menentukan perangkat pembelajaran seperti

buku, film, komputer dan kurikulum.

Hasbi dan Sukoco (2014:47), model pembelajaran merupakan suatu cara atau

strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa

untuk mencapai suatu tujuan yang dirancang secara sistematis. Artinya bahwa

penggunaan model pembelajaran dalam pengajaran olahraga sangat penting agar

tujuan-tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.

Namun, dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, Rusman dalam Hasbi

dan Sukoco (2014:47) mengatakan bahwa perlu adanya penentuan model

pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan harus

mempertimbangkan beberapa hal, seperti; (a) tujuan yang hendak dicapai, (b) bahan

atau materi pembelajaran, (c) peserta didik, dan (d) pertimbangan lainnya.

Jadi, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sebagai sebuah rencana

yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Salah satu contoh strategi

pembelajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah

manajemen kelas, pengelompokan, dan penggunaan alat bantu, sehingga tujuan dari

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan keinginan guru. Adapun model

13
pembelajaran yang akan dikembangkan ini adalah model pembelajaran motorik

dengan memodifikasi permainan tradisional bentengan.

2.5.2 Pembelajaran Pendidikan Jasmani Anak di Sekolah Dasar

Salah satu tujuan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yaitu

memantau siswa untuk meningkatkan keterampilan gerak, di samping agar mereka

senang dan mau berpartisipasi dalam segala kegiatan pembelajaran. Diharapkan

apabila mereka memiliki fondasi pengembangan ketrampilan gerak, pemhaman

kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menajdi

manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta memiliki kepribadian

yang mantap, (Samsudin, 2008:17).

a) Pengertian Gerak

Gerak ( motor ) sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak

manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai

perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi great (motor ) ruang

lingkupnya lebih luas dari psikomotor.

Pengertian gerak dasar adalah sesuatu yang ditampilkan oleh manusia

secara nyata dan dapat diamati (Kiram, 2016:8). Sedangkan menurut Ma’mum dan

Saputra (2000:20), kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa

14
lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi

3 kategori yaitu: 1) kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh

dari satu tempat ke tempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti lompat

dan loncat, 2) kemampuan non lokomotor, dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak

yang memadai, contoh mendorong, menarik, dan lain-lain, 3) kemampuan

manipulatif lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki,tetapi bagian lain

dari tubuh juga dapat digunakan.

b) Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Dasar

Untuk menemukan pembelajaran yang tepat dan bahan ajar yang tepat bagi

anak, maka seseorang guru pendidikan jasmani perlu mengetahui karakteristik anak,

kemampuan anak, kesukaan anak, dan tujuan yang harus dicapai (Sukintaka,

1992:40). Anak Sekolah dasar adalah anak dengan usia 6-12 tahun, ini termasuk usia

anak besar. Pada masa ini mereka memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Karakter fisik

Menurut Sugiyanto (2008:4.20) Anak usia besar adalah anak yang berusia

antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun. Perkembangan fisik pada anak besar

cenderung berbeda, pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat dibandingkan

pertumbuhan togok.

15
2) Sifat psikologis dan sosial anak besar

Menurut Sugiyanto (2008:4.35) sifat-sifat yang menonjol pada anak-anak

sampai kira-kira pertengahan masa anak besar atau kurang lebih sampai umur 9tahun

adalah: (1) Imajinatif serta menyenangi suara dan gerak ritmik, (2)menyenangi

pengulangan aktivitas, (3) menyenangi aktifitas kompetitif, (4) rasaingin tahunya

besar, (6) selalu memikirkan sesuatu yang dibutuhan ataudiinginkan, (7) lebih

menyenangi aktivitas kelompok daripada aktivitas individual,(8) meningkat minatnya

unttu terlibat dalam permainan yang diorganisasi tetapibelum siap untuk mengerti

peraturan permainan yang ritmik, (9) cenderung membandingkan dirinya dengan

teman-temannya, dan mudah merasa rendahdiri apabila merasa ada kekurangan pada

dirinya atau mengalami kegagalan,(10) mudah gembira karena pujian, dan mudah

patah hati atau tidak senang karena kritik, (11) senang menirukan idolanya, (12)

selalu menginginan persetujuan orang dewasa tentang apa yang diperbuat.

2.6 Permainan Tradisional

Permaian tradisional sudah ada sejak zaman dahulu. Banyak juga masyarakat

yang tidak mengetahui asal usul dari permaian tradisioal sehingga tidak jarang

permainan dari satu daerah dengan daerah yang lain bisa sama. Permainan tradisional

merupakan permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara

16
tradisi. Tentunya permainan tersebut juga sudah tersebar di berbagai daerah atau

negara dan memiliki istilah yang berbeda-beda.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa permainan merupakan hasil

budi daya manusia pada masa lampau itu, dimana tujuannya adalah untuk

menggairahkan anak bersenang-senang dan mempunyai pengaruh yang sangat

bermakna pada perkembangan pribadi anak-anak mereka.

2.6.1 Permainan Tradisional di Indonesia

Pada umumnya permainan tradisional di Indonesia dimainkan oleh anak-anak,

tetapi ada juga yang dimainkan orang dewasa pada acara-acara tertentu,misalnya

diperlombakan pada saat hari kemerdekaan Republik Indonesia. Permainan

tradisional di Indonesia jumlanya sangat banyak, setiap daerah di Indonesia memiliki

permainan tradisional sendiri-sendiri. Akan tetapi, ada juga di satu daerah yang

memiliki permainan tradisional yang sama dengan daerah lain hanya saja nama

permainanya berbeda.

Menurut peneliti permainan tradisional yang ada di setiap daerah di tanah air

ada yang layak diangkat menjadi bahan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Permainan tradisional yang layak dijadikan bahan pelajaran pendidikan jasmani di

sekolah yaitu jika permainan tersebut memiliki nilai pendidikan, mudah dimainkan,

serta dapat melibatkan semua siswa di kelas yang bersangkutan.

17
2.6.2 Permainan Bentengan

Benteng atau bentengan adalah permainan tradisional yang memerlukan

ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang jitu. Inti dari permainan ini adalah

menghadang dan mengambil alih benteng dari lawan (Mulyani, 2013:22). Tentunya

setiap permainan memiliki tujuan tersendiri. Oleh karena itu, berikut akan dijabarkan

beberapa tujuan dari permaian bentengan.

1. Tujuan Permainan Bentengan

Beberapa tujuan permainan bentengan yaitu;

1. Melatih kecepatan dan kelincahan berlari

2. Meningkatkan daya tahan tubuh karena bentengan merupakan permainan

yang melatih fisik dan sama seperti melakukan olahraga

3. Memupuk kerjasama dan kekompakan dalam kelompok

4. Membuat anak lebih aktif bergerak dan mengurangi risiko obesitas akibat

kurang bergerak.

2. Tata Cara Permainan Bentengan

Adapun cara melakukan permainan ini sebagai berikut;

18
1. Bagi pemain menjadi dua tim yang bertanding dengan jumlah pemain 4–8

orang tiap tim;

2. Tentukan tempat bertahan/benteng tim, dapat berupa pohon, batu, tiang,

tembok dan lain-lain. Wilayah aman adalah ketika anggota tim

menyentuh/berada di sekitar benteng masing-masing;

3. Lakukan suit untuk menentukan tim mana yang akan "menyerang" lebih

dahulu;

4. Tim yang diserang dapat melawan dengan mengejar anggota tim penyerang

dan menangkap serta menyanderanya dengan cara menyentuh anggota tubuh

tim lawan, begitu pula sebaliknya. Penangkapan dapat dilakukan selama

anggota tim lawan tidak berada di dalam wilayah aman benteng;

5. Tempatkan tawanan/sandera di sekitar benteng musuh;

6. Anggota tim yang tertangkap/tersandera dapat dibebaskan oleh anggota tim

yang lain dengan cara menyentuh tangan atau anggota tubuhnya;

7. Tim pemenang adalah tim yang terlebih dahulu merebut bendera yang ada di

benteng musuh dengan mengibarkan bendera tersebut dan menyerukan kata

‘Benteng/Merdeka’.

TAWANAN

TIM
TIM
TIM
BBB

LAPANGAN

TIM
TIM A
A

19 TAWANAN
Gambar 1. Permainan Bentengan

3. Peraturan Permainan

Peraturan permainan tradisional bentengan meliputi :

(1) Tiap-tiap kelompok berusaha mengambil bendera yang ada dikelompok

lawan, dimana kelompok (A) berusaha mengambil bendera kelompok (B)

begitu juga sebaliknya;

(2) kelompok yang berhasil menyentuh atau mengambil bendera lawan duluan,

maka kelompok tersebut yang menang. Kelompok yang kalah mendapat

hukuman dari kelompok yg menang. (Indiyah Prana A.W, 2010).

4. Durasi Permaian Bentengan

Alokasi lamanya permainan bentengan dibatasi selama kurang lebi 30 menit.

5. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran


1. Latihan Pendahuluan

a. Guru meminta peserta didik berbaris dan berdoa


b) Guru selanjutnya melakukan pemanasan bersama peserta didik
c) Guru memberikan penjelasan dan tujuan pembelajaran

2. Latihan Inti

20
a. Guru membagi Peserta didik menjadi beberapa kelompok
b. Guru menjelaskan aturan permainan dan memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti
3. Pelaksanaan
a. Guru membagi peserta didik menjadi 2 kelompok
b. Guru mengundi menggunakan uang logam kelompok mana yang
menjadi penyerang terlebih dahulu
c. Guru mempersiapkan waktu untuk dimulai dan meniupkan peluit tanda
dimulainya pertandingan
d. dahulu;

e. Tim yang diserang dapat melawan dengan mengejar anggota tim

penyerang dan menangkap serta menyanderanya dengan cara menyentuh

anggota tubuh tim lawan, begitu pula sebaliknya. Penangkapan dapat

dilakukan selama anggota tim lawan tidak berada di dalam wilayah aman

benteng;

f. Tempatkan tawanan/sandera di sekitar benteng musuh;

g. Anggota tim yang tertangkap/tersandera dapat dibebaskan oleh anggota

tim yang lain dengan cara menyentuh tangan atau anggota tubuhnya;

h. Tim pemenang adalah tim yang terlebih dahulu merebut bendera yang ada

di benteng musuh dengan mengibarkan bendera tersebut dan menyerukan

kata ‘Benteng/Merdeka’.

6. Latihan Penenangan

21
Setelah permainan selesai peserta didik dipersilahkan duduk sambil
melakukan peregangan. Selanjutnya guru memberikan apresiasi kepada
peserta didik/kelompok yang telah melakukan permainan dengan baik dan
melakukan perbaikan-perbaikan selama permainan berlangsung kemudian
guru melakukan tanya jawab kepada peserta didik untuk mengetahui hasil
belajar dan respon peserta didik terhadap permainan modifikasi
Bentengan.

7. Aturan Keselamatan

Melakukan pengecekan terhadap peralatan dan tempat yang di


gunakan untuk memastikan kondisi dalam keadaan baik, sehingga tidak
membahayakan peserta didik pada saat melakukan permainan. Peserta didik
tidak perlu untuk berebutan dalam melakukan aktivitas permainan ini karena
semua peserta didik dapat giliran untuk melakukannya, peserta didik
disaranakan untuk serius aktivitas permainan Bentengan serta peserta didik
disarankan untuk menggunakan sepatu.

2.6.3 Permainan Gobak Sodor

Permainan Gobak Sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang

dimainkan secara beregu. Dalam permainan gobak sodor tentunya sangat

mengandalkan berlari dan melompat dimana tentunya kegiatan tersebut memerlukan

tenaga yang cukup besar, sehingga permainan tersebut tentunya berepran penting

sebagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak.

Seperti yang disebutkan oleh Aini (2019:112) bahwa gobak sodor melibatkan unsur-

22
unsur motorik kasar yaitu ketangkasan, kekuatan, keseimbangan dan kelincahan pada

gerakan kaki serta otot-otot besar.

a. Tujuan Permainan Gobak Sodor

Emiliyana (2010:84) manfaat/tujuan permainan gobak sodor antara lain


sebagai berikut:

a) Meberikan kegembiraan pada anak


b) Melatih bekerja sama anak dalam sebuah tim
c) Pada permainan, setiap tim harus memilih pemimpinnya. Hal ini
bermanfaat untuk melatih kepemimpinan pada anak.
d) Mengasah kemampuan anak menyusun strategi untuk menenangkan
permainan
e) Pada permaiann gobak sodor, anggota tim yang kalah harus menerima
konsekuensi, berupa menggendong anggota tim yang menang dengan
jarak yang sudah ditentukan. Hal ini bermanfaat untuk melatih
tanggung jawab dan membangun sportivitas anak.
f) Melatih semangat juang anak untuk meraih kemenangan dalam
permainan (semgnat pantang menyerah).
b. Tata Cara Permainan Gobak Sodor

Dalam melakukan permainan gerobak sodor, langkah-langkah yang perlu


dilakukan yaitu;

1. Guru membuat lapangan Gobak Sodor dengan mengukur panjan


dan lebar lapangan 17m x 9m.
2. Membagi luas lapangan menjadi 16 bagian (lapangan Gobak
Sodor disesuaikan dengan jumlah peserta didik).

23
3. Dalam satu petak/kotak ukurannya 5 meter jarak dengan kotak
yang lain. Bentuk aktivitas dapat dilihat pada gambar 1 berikut;

Gambar 2. Permainan Gerobak Sodor

Bentuk permainan Gobak Sodor:


YZ : Garis pangkalan tim penyerang. A, B, C, D, E : Tim Penyerang
: Tim jaga

C. Durasi Permainan

Permainan Gerobak Sodor berlangsung kurang lebih selama 30 menit

E. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran


1. Latihan Pendahuluan

c. Guru meminta peserta didik berbaris dan berdoa


d) Guru selanjutnya melakukan pemanasan bersama peserta didik
e) Guru memberikan penjelasan dan tujuan pembelajaran

24
2. Latihan Inti

a. Guru membagi Peserta didik menjadi beberapa kelompok


b. Guru menjelaskan aturan permainan dan memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti

3. Pelaksanaan

a. Permainan terdiri dari 2 kelompok/regu, masing-masing terdiri dari 10


orang
b. Guru membuat undian untuk menentukan regu penyerang dan penjaga.
c. Guru memberikan tanda ikat yang berfungsi sebagai regu penyerang
dengan regu penjaga.
d. Regu penjaga menempati garisnya masing-masing dengan kedua atau
salah satu kaki berada di atas garis, sedangkan regu penyerang siap
unutk masuk menerobos hadangan
e. Permainan dimulai ketika wasit meniup peluit
f. Penyerang harus berusaha mengambil bendera yang ada di baris
terakhir/finis dengan syarat harus melewati hadangan penjaga dan
kembali membawa bendera tersebut ke baris depan.
g. Penjaga berusaha menangkap lawan yang melakukan penyerangan
h. Penjaga berusaha menangkap lawan yang melakukan penyerangan dan
menyentuh penyerang dengan tangan dalam posisi kedua kaki atau
salah satu kaki berpijak pada garis, sedangkan kaki yang satu lagi
melayang.
i. Apabila regu penyerang dapat ditangkap penjaga, maka penyerangan
akan diambil alih oleh regu penjaga dan begitu juga sebaliknya.

25
j. Apabila bendera terjatuh/keluar dari arena permainan/garis sodor,
maka regu penyerang dikatakan mati dan berganti posisi menjadi tim
penjaga.
k. Setelah sampai pada garis akir/finish tanpa sentuhan, maka penyerang
membawa/mengambil bendera tersebut kemudian berbalik arah dan
melakukan permainan seperti biasa (kembali ke garis awal dengan
melewati hadangan).

Dalam permainan tersebut setiap kelompok harus berusaha melakukan


permainan dengan sempurna (bentuk kompetisi yang bersifat kreatif) dan
mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya.

4. Latihan Penenangan

Setelah permainan selesai peserta didik dipersilahkan duduk sambil


melakukan peregangan. Selanjutnya guru memberikan apresiasi kepada
peserta didik/kelompok yang telah melakukan permainan dengan baik dan
melakukan perbaikan-perbaikan selama permainan berlangsung kemudian
guru melakukan tanya jawab kepada peserta didik untuk mengetahui hasil
belajar dan respon peserta didik terhadap permainan modifikasi Gobak
Sodor.

5. Aturan Keselamatan

Melakukan pengecekan terhadap peralatan dan tempat yang di


gunakan untuk memeastikan kondisi dalam keadaan baik, sehingga tidak
membahayakan peserta didik pada saat melakukan permainan. Peserta didik
tidak perlu untuk berebutan dalam melakukan aktivitas permainan ini karena
semua peserta didik dapat giliran untuk melakukannya, peserta didik

26
disaranakan untuk serius aktivitas permainan Gobak Sodor serta peserta didik
disarankan untuk menggunakan sepatu.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni;

1. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaria Kusumawati tahun 2017, dengan judul

“Pengaruh Permainan Tradisional terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak

Dasar Siswa Sekolah Dasar Kelas Bawah. Dalam penelitiannya, Oktaria

meneliti mengenai pengaruh permainan tradisional terhadap kemampuan

gerak, sedangkan penelitian dari peneliti meneliti mengenai

pengembangan permainan tradisional.

2. Penelitian oleh Hidayatu Munawaroh dengan judul “Pengembangan Model

Pembelajaran dengan Permainan TradisionalEngklek Sebagai Sarana

Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini”tahun 2017. Dalam penelitian

tersebut peneliti menggunakan permainan tradisional Engklek sebagai sarana

untuk stimulais perkembangan anak usia dini. Sedangan pada penelitian ini,

peneliti ingin menerapkan permainan tradisional benteng khususnya sebagai

salah satu pembelajaran dalam pendidikan jasmani.

27
3. Penelitian yang dilakukan oleh Asriansyah dan Muh. Akmal Almy pada tahun

2018, dengan judul “Pengembangan Permainan Tradisional untuk

Melestarikan Budaya Bangsa Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Sekolah Dasar”. Dalam penelitian tersebut, jenis-jenis permainan

tradisional yang diteliti yakni: (1) permainan panting, (2) permainan

Lempar Kaleng, (3) permainan Pikak, (4) permianan Cas-casan dan, (5)

permainan yeye. Hasil dari penelitiannya yakni kelima macam permainan

tersebut sudah dinyatakan sangat baik dan layak untuk diterapkan pada siswa

Sekolah Dasar. Sedangkan dalam penelitian ini, nantinya peneliti akan

meneliti permainan tradisional lain yang sesuai dengan budaya lokal/daerah

setempat, seperti permainan (1) Main Benteng, (2) Main Kasti dan (3)

Gerobak Sodor, dimana tipe permainan tradisional tersebut adalah tim yang

berhadapan dengan tim lain.

C. Kerangka Pikir

Saat ini keberadaan permainan tradisional semakin terancam keberadaannya

oleh permainan modern. Tentunya hal ini juga tidak bisa dihindari karena

perkembangan zaman yang menuntut masyarakat untuk terus melakukan perubahan.

Akan tetapi, kesadaran akan kesehatan dan pembentukan masa depan anak-anak yang

sehat perlu menjadi pertimbangan, terlebih lahan olahraga yang semakin hari semakin

28
terbatas dan kegitan olahraga pun hampir semuanya beralih pada kegitan

menggunakan HP/gadget.

Sesuai dengan kompetensi pendidikan jasmani saat ini yang diperlukan adalah

perlunya adanya suatu pengembangan model pembelajaran penjasorkes yang efektif,

kreatif, menyenangkan, serta dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi.

Sekarang ini permainan tradisional sudah sangat jarang dimainkan, bahkan dijumapai

beberapas siwa yang kurang mengetahui ragam permainan tradisional di daerahnya.

Maka dari itu perlu adanya pengembangan model permainan tradisional, salah

satunya yaitu bentengan yang telah dikembangkan baik peraturan maupun alat yang

digunakan untuk menarik siswa agar lebih antusias memainkan permainan tradisional

bentengan. Sehingga permainan tradisional bentengan kembali digemari dan bisa

kembali populer bagi siswa. Pengembangan permainan tradisional bentengan yang

lebih menarik dan harus diwujudkan karena akan mendukung berjalannya

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Metode

Menurut Sugiyono, (2010:155) metode dalam penelitian

pengembangan permainan tradisional ini termasuk ke dalam penelitian dan

pengembangan. Siregar dan Akbar (2021:3) juga menyebutkan bahwa

penelitian jenis ini berbeda dengan penelitian pendidikan lainnya karena

tujuannya adalah mengembangkan produk berdasarkan uji coba untuk

kemudian direvisi sampai menghasilkan produk yang layak pakai (Research

and Development). Metode penelitian pengembangan adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut. (Syahputra, W.D. dalam Siregar dan Akbar).

Borg & Gall (dalam Siregar dan Akbar) menyebutkan bahwa

penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam

latihan.

30
31
2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian permainan tradisional merupakan penelitian dan

pengembangan (Research and Development) yang menggunakan langkah-

langkah dari (Sugiyono, 2010: 409-426). Langkah-langkah penelitian

pengembangan permainan tradisional ini adalah sebagai berikut: (1) potensi

dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk/metode permainan, (4)

validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji

coba produk, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal (Sugiyono, 2010,

pp.409-426).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Negeri Gerintuk, Kelurahan

Renteng, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sd. November 2021.

C. Sumber Data

32
Sumber data dari data penelitian ini tentunya peserta didik/ siswa-siswi

kelas III di SDN gerintuk.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utamapenelitian adalah mendapatkan data.

Tanpamengetahui teknik pengumpulan dta maka,peneliti tidak akan

mendapatkan data yangmemenuhi standar yang ditetapkan. (Sugiyono,

2010:224)

1. Wawancara

Melalui wawancara dengan guru untukmengetahui hal-hal yang

lebihmendalam tentang kesulitan-kesulitandalam penyampaian materi pembelajaran

a) Observasi

Pengumpulan data padasaat observasidiperoleh melalui pengamatan

yangdilakukan oleh peneliti dan gurudengan menggunakan instrumen lembar

observasi model checklist.

b) Dokumentasi

33
Dokumen merupakan catatan peristiwa.Dokumen ini bisa berbentuk

tulisan,foto, rekaman audio maupun video.Hasil penelitian lebih kredibel

biladidukung oleh rekaman dokumentasitersebut.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode/teknik analisis data yang digunakan yakni

dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui tingkat kepuasan dari peserta didik

pada pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi permainan tradisional, yang

salah satunya adalah permainan benteng.

Teknik analisis data yang diperoleh melalui kegiatan uji coba produk yang

akan di analisis dan diklasifikasikan menjadi dua data yaitu data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif berupa penilaian, kritik, serta saran yang dikemukakan oleh

ahli, dari beberapa saran yang diperoleh kemudian akan digunakan untuk keperluan

perbaikan dan penyempurnaan pengembangan permainan yang akan dikembangkan

dan dihasilkan.

Teknik analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik

deskriptif, yang berupa pertanyaan. Jawaban setiap butir instrumen menggunakan

skara Likert yang bergradasi sangat baik/puas sampai dengan sangat sangat kurang

dengan pengembangan 5 pilihan (skala lima). Pemberian nilai dari pertanyaan

tersebut yakni pernyataan sangat kurang (nilai 1), kurang (nilai 2), cukup (nilai 3),

34
baik/puas (nilai 4) dan sangat baik/puas (nilai 5) yang diubah menjadi data kuantitatif

dengan skala 5 yaitu dengan penskoran dari angka 1 s/d 5. Kemudian dikonversikan

menjadi data kualitatif yakni mengetahui nilai maksimal (ideal) = (skor butir

maksimal) x (butir pertanyaan) x (jumlah ahli dan praktisi). Nilai minimal= (skor

butir minimal) x (butir pertanyaan) x (jumlah ahli dan praktisi). Kelas interval = 5.

Jarak kelas interval = nilai maksimal dikurangi nilai maksimal dibagi jumlah kelas

interval. Berikut ini adalah tabel konversi data kuantatif ke data kualitatif dengan

skala 5. Perhitungan di atas diadaptasi menurut (Widoyoko, 2012: 114-115).

35
DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud.

Emiliyana, Danika Martun. 2010. Skripsi: Peran Permainan Tradisional Gobak


Sodor dalam Pengembangan Aspek Motorik dan Kognitif Anak TK Pilangsari
I Gesi Sragen. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nur’Aini, Arina Rizki. 2019. Skripsi: Peran Permainan Tradisional Gobak Sodor
dalam Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Anak kelompok B1 di TK
Nurul Umma Kotagede Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.

Hasbi dan Pamuji Sukoco. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Motorik


dengan Modifikasi Permainan Tradisional untuk Sekolah Dasar Kelas Atas.
(Jurnal Keolahragaan, volume 2-Nomor 1)

Hidayatullah, Muhammad Riyan dan Hasbi. 2021. Pengembangan Model


Pembelajaran Motorik Dengan Modifikasi Permainan Tradisional Untuk
Meningkatkan Motorik Kasar Anak Sekolah Dasar Kelas Bawah. (Jurnal
Ilmiah Mandala Education, Vol 7. No. 4, Oktober 2021).

Kiram, Prof. Dr. Phil. H Yanuar. 2016. Belajar Motorik (Edisi Revisi). Padang:
Universitas Negeri Padang.

Luthan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta: Depdiknas

Ma’mun,Amung dan M. Yudha Saputra. 2000. Perkembangan Gerak dan


BelajarGerak. Jakarta: Depdiknas

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.Jakarta


: Litera.

Siregar dan Akbar. 2021. Pengembangan Variasi Latihan Menyerang Menggunakan


Pola 2-2 Dalam Olahraga Futsal Tahun 2020. Medan: Universitas Negeri
Medan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

36
Widoyoko, E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Winarno, M.E. 2018. Belajar Motorik. Malang. Universitas Negeri Malang

Winataputra, Udin s. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.

https://www.rinso.com/id/kotor-itu-baik/permainan/mengisi-akhir-pekan-dengan-
permainan-bentengan.html (diakses pada 1 januari 2022)

37

Anda mungkin juga menyukai