Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL TESIS

MENGEMBANGKAN GROSS MOTOR SKILLS MELALUI PENERAPAN


PEMBELAJARAN AKTIVITAS POLA GERAK DOMINAN MODEL
PENDIDIKAN GERAK DAN PERMAINAN TRADISIONAL YANG
DIMODIFIKASI
(Penelitian eksperinmen Siswa kelas IV C SDPN 252 Stiabudi)
Diajukan Untuk Memenuhi sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Oleh :

SUSILO SUDARMAN
2013115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG

1
2

2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen menyebutkan bahwa pembangunan dalam pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Pernyataan ini telah tercantum dan sesuai dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab ll pasal 3 menjelaskan
tentang tujuan Pendidikan Nasional yaitu;
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan oleh bangsa indonesia
tersebut maka pemerintah wajib mengupayakan perubahan terhadap proses
pendidikan, terutama dalam pendidikan formal atau pendidikan di
lingkungan sekolah”.
Menurut Ahmadi dkk, (1991, hlm. 162) “pendidikan sekolah adalah
pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan
yang ketat, seperti harus berjengjang dan berkesinambungan sehingga disebut
pendidikan formal”. Terdapat berbagai macam mata pelajaran yang ada di sekolah
dasar salah satunya pendidikan jasmani, hampir disetiap sekolah ada pelajaran
penjas ini. Mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan ini merupakan mata
pelajaran yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak –anak sekolah dasar.
Menurut Juliantine, dkk (2015, hlm. 2) ”Pendidikan jasmani merupakan suatu
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar
dan sistematika melalalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh
kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, emosional, dan
pembentukan watak”. Menurut Bucher (1960) dalam Sukintaka (1992, hlm. 10)
3

”Pendidikan jamani itu merupakan bagian dari proses pendidikan umum, yang
bertujuan untuk mengembangkan jasmani, mental, emosi dan sosial anak menjadi
baik, dengan aktivitas jasmani sebagai wahananya”. Mahendra (2015, hlm. 11)
pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sunggu luas. Titik
perhatiannya bukan saja pada peningkatan gerak manusia. Lebih luas lagi, penjas
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya:
hubungan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik
terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Banyak definisi dan juga kajian yang berpendapat tentang pendidikan
jasmani, yang jika di simpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani
bermakna memanfaatkan seluruh angota tubuh untuk mengembangkan dirinya
sendiri atau manusia itu sendiri.Salah satu Tujuan pendidikan jasmani ialah
mengembangkan keterampilan gerak dengan berkembangnya bermacam-macam
karateristik jasmani, dan semakin beratambahnya umur anak-anak akan
mengembangkan untuk membentuk keterampilan gerak. Menurut Hurlock (1978,
hlm. 159) menyatakan bahwa perkembangan motorik diartikan sebagai
perkembangan dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai
pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.
Selanjutnya Menurut Emdang Rini Sukamti (2007, hlm. 15) bahwa
perkembangan motorik adalah sesuatu proses kemasakan atau gerak yang
langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses pensyarafan yang
menjadi seseorang mampu menggerakkan dan proses persyarafan yang
menjadikan seseorang mampu menggerakan tubuhnya.Pembelajaran penjas ada
yang disebut gross motor skill atau keterampilan otot kasar yang merupakan
aktivitas gerak yang banyak melibatkan otot-otot kasar Keterampilan motorik
kasar merupakan kemampuan mengkoordinasi gerakan otot-otot besar yaitu
tangan, kaki dan keseluruhan anggota tubuh. Keterampilan motorik kasar
membuat seseorang dapat melakukan aktivitas normal untuk berjalan, berlari,
duduk, bangun, mengangkat benda, melempar benda, dan lain sebagainya.
4

Berdasarkan hasil pengalaman mengajar di SDPN 252 Setiabudi, banyak


permasalah dalam proses belajar mengajar penjas salah satunya masih ada anak
yang keterampilan otot kasarnya masih kurang salah satunya dalam pembelajaran
atletik misalnya lari, melempar,memukul dan lainnya yamg dimana dalam
praktiknya sangat kompleks serta butuh pengembangan pada peserta didik dalam
keterampilan otot kasar (gross motor skills) maka dari itu, guru harus mencari
alternatif penerapan pembelajaran yang mengarah agar keterampiilan otot kasar
anak lebih berkembang supaya permasalahan tersebut bisa di atasi.
Penerapan pola gerak dominan (PGD) diperaga cocok untuk mengembangkan
keterampilan motorik anak dengan menggunakan model pendididkan gerak.
Banyak sekali keuntungan menggunakan baik untuk siswa ataupun untuk guru
setelah guru menguasai landasan teori ini maka guru bisa memberikan tugas gerak
yang lebih sukar untuk peserta didik. terdapat beberapa keuntungan jika
menggunakan pendekatan pola gerak dominan.
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukuan mengenai Pola gerak Dominan
(PGD) oleh Anhar Mustopa Mahasiswa Univeristas Pendidikan Indonesia tahun
2016 dengan Judul Penerapan Pola Gerak Dominan dalam Pembelajaran Senam
UntukMeningkatkan Keterampilan Lompat dalam Kuda Lompat pada Siswa kelas
V SDN Gegerkalong KPAD. Menyimpulkan bahwa Penerapan Pola Gerak
Dominan (PGD) dapat meningkatkan antusiasme,partisipasi dan keterampilan
lompatan dalam pembelajaran senam. Adanya peningkatan keterampilan gerak
dari 4 tindakan adalah sebagai berikut; tindakan I 48% tindakan II 55% tindakan I
68% tindakan II 76%. Berdasarkan perkembangan penelitian dan perubahan
keterampilan maka dapat mengindifikasikan bahwa pendekatan Pola Gerak
Dominan dapat meningkatkan antusiasme, partisipasi dan keterampilan lompat.
Penelitian yang dilakukan oleh Nafiseh Khalaj dan Saidon Amri (2013),
dengan judul Results of this study revealed that early elementary school children
are more susceptible to the gross motor development delays caused by
obesity.Maksudnya adalah, pentingnya mengetahui keterampilan motorik anak
sedini mungkin. Semakin cepat diketahui, maka semakin bagus program yang
akan diberikan. Tentunya berpengaruh pada hasilnya. Meskipun banyak penelitian
yang membahas perkembangan motorik kasar pada anak, penelitian ini adalah
5

yang terbaik dari pengetahuan, prasekolah dan anak-anak sekolah dasar. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa anak-anak usia sekolah dasar lebih rentan
terhadap keterlambatan perkembangan keterampilan motor kasar yang
disebabkan oleh obesitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Diana Sri Safitri, dkk (2018), dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Gerak Lokomotor Melalui Penerapan Model
Pendidikan Gerak Format Halang Rintang” kelas 3C SDPN 252 Setiabudi.
Diperoleh, berdasarkan hasil penelitian yang dillakukan pada siswa kelas 3C
SDPN 252 Setiabudi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pendidikan
gerak format halang rintang dapat meningkatkan keterampilan gerak loko-motor
siswa. Penggunaan format halang rintang dalam pendidikan gerak dianggap cukup
efektif untuk meningkatkan keterampilan gerak loko-motor, dibandingkan struktur
pergerakan bebas dan struktur berpola.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya pengembangan aktivitas
gross motor skills dengan penerapan pembelajaran aktivitas pola gerak dominan
model pendidikan gerakdan olahraga tradisional, Maka penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul“ mengembangan gross motor skills melalui penerapan
pembelajaran aktivitas pola gerak dominan model pendidikan Gerak dan
Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan pada ssaat pembelajaran
lapangan di SDPN 252 Stiabudi, permasalahan muncul saat mata pelajran atletik
yang dimana anak pada saat memukul, melempar, lari, padasaat mendarat dan
lainnya pada gerakannya masih cenderung kurang. pada dasarnya hal yang seperti
ini perlu diperhatikan gerakannya agar keterampilan anak bisa berkembang serta
ketika anak mendapat tugas gerak yang lebih kompleks siswa mampu untuk
melakukannya. Ini berarti ada masalah dalam Gross Motor skills yang membuat
anak susah melakukan Tugas gerak selanjutnya. Disebabkan, karena pada saat
pembelajaran guru kurang memperhatikan tentang perkembangan gerak siswa
pada siswa sekolah dasar dan model pengajarannya masih tradisional semua hak
ada pada guru sehingga anak kurang berkembang dalam geraknya. Pada akhirnya
6

siswa yang anak kurang semangat serta penerapan pembelajaran yang kurang
tepat dalam menyampaikan intruksi materi khusus nya yang menggunakan Gross
Motor Skills dalam pelaksanaannya. Maka dari itu pengembangan pada Gross
Motor Skills dengan menerapkan pembelajaran Pola gerak Dominan (PGD) dan
Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi di harapkan dapat mengembangkan
Gross motor Skills Siswa SDPN 252 Stiabudi.
Maka perumusan Masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah “
apakah penerapan Pemebelajaran Aktivitas Pola Gerak Dominan(PGD) model
pendidikan Gerak dan Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi dapat
mengembangkan Gross Motor Skills Sswa di SDPN 252 Stiabudi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Gross Motor
Skills melalui Pembelajaran Aktivitas Pola Gerak Dominan Model Pendidikan
Gerak dan Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi pada Siswa SDPN 252
Setiabudi.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian


1.4.1 Dilihat Dari Segi Teori
Untuk pengembangan Gross Motor Skills melalui pembelajaran aktivitas
PGD model Pendidikan Gerak dan olahraga Tradisioanl, agar menjadi solusi bagi
guru untuk menyelesaikan permasalahan terhadap Siswa. Sehingga Gross Motor
Skill Pada Siswa lebih berkembang lagi khususnya dalam pembelajaran yang
banyak melibatkan Gross Motor Skill. Maka dari itu penelitian ini diharapkan
memberikan pengetahuan tentang Gross Motor Skills, Pola Gerak dominan (PGD)
model pendidikan Gerak dan Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi dalam
pembelajaran yang akan di lakukan di kemudian hari.

1.4.2 Dilihat Dari Segi Kebijakan


Adapun kebijakan lembaga seperti sekolah dan dinas yaitu :
1. Sekoklah : kebijakan sekolah memberikan ijin untuk mengikuti pelatihan
tentang bagaimana Cara mengajar penjas dengan berbagai Model.
7

2. Dinas : memberikan bantuan sarana prasara bagi sekolah yang kurang


memadai dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar.

1.4.3 Dilihat dari Segi Praktik


Sebagai acuan dalam melaksanakan proses mengembangkan Gross Motor
Skills melalui penerapan Pembelajaran Aktivitas Pola Gerak Dominan (PGD)
model pendidikan Gerak dan Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi.

1.4.4 Dilihat dari Sosial


Penelitian ini sebagai referensi bagi masyarakat umum yang meneliti
tentang Gross Motor Skills melalui Pembelajaran Aktivitas Pola Gerak Dominan
(PGD) Model Pendidikan Gerak dan Permainan Tradisional Yang Dimodifikasi.

1.5 Struktur Penulisan Penelitian


Gamabaran singkat mengenai sistematika penulisan karya Ilmiah (skripsi)
sebagai berikut.
1. Bagian Awal Skripsi, meliputi : Judul Skripsi, Lembar pengesahan, Lembar
pernyataan keaslian Skripsi, Bebas Plagiarisme, persembahan, ucapan
terimakasih, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
2. Bagian Skripsi, meliputi :
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Penelitian
c. Rumusan Penelitian
d. Tujuan Penelitian
e. Struktur Organisasi Skripsi
Bab II Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
a. Metode Penelitian
b. Subjek Penelitian
c. Waktu Penelitian
8

d. Desain Penelitian
e. Instrumen Penelitian
f. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data
Bab IV Temuan dan Pembahasan
Bab V Simpulan dan Saran
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Pendidikan Jasmani


2.1.1 Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan yang
membantu sisiwa dalam prosees pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
baik fisik, motorik, mental dan sosial. Dauer dan pangrazi (1975, hlm. 2)
pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melalui gerak. Tujuan
pengembangan aspek fisik anak berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dan berbagai organ
tubuh (physical fitness). Bahkan dijelaskan secara spesifik Mahendra (2015,
hlm.11) Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Masih Mahendra
(2015, hlm. 11) pendidikan jasmani merupakan suatu bidang kajian yang sungguh
luas. Titik perhatiannya bukan saja pada peningkatan gerak manusia. Lebih luas
lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya, hubungan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain
dari manusia itulah menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti
pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia
Tujuan Pendidikan jasmani untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
berolahraga. banyak yang berpendapat tentang pengertian pendidikan jasmani
tetapi tetap hal yang utama yaitu membuat anak memiliki jasmani dan rohani yang
sehat atau memiliki Afektik, kognitif dan psikomotor yang tertanam dalam diri
individu.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani


Tujuan Pendidikan Jasmani Menurut Sukintaka (1992, hlm. 9), secara garis
besar tujuan pendidikan jasmani dapat digolongkan dalam empat kelompok yaitu :

9
10

1. Norma atau nilai, yang merupakan budaya bangsa timur pada umumnya,
jaditermasuk Indonesia. Norma itu menghendaki: Manusia berbudi luhur,
berbudi pekerti baik, dan atau mempunyai kepribadian yang kuat. Norma itu
sendiri akan terkait iman dan taqwa kepada Tuhan Yang maha Esa.
2. Jasmani, sehat dan terampil.
3. Psikis atau kejiwaan, menjadi anak cerdas, bebas dari kebodohan dan
mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri.
4. Rasa sosial, rasa bertanggung jawab kemasyarakatan, mempertebal rasa
kebangsaan atau rasa cinta tanah air, dan rasa kesetiakawanan.
Menurut Bucher (dalam Sukintaka 1992, hlm. 10) ”Pendidikan jamani itu
merupakan bagian dari proses pendidikan umum, yang bertujuan untuk
mengembangkan jasmani, mental, emosi dan sosial anak menjadi baik, dengan
aktivitas jasmani sebagai wahananya”.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pendidikan akan
terpimpin ke arah rumusan tujuan pendidikan yang berarti bahwa usaha
pendidikan harus menuju kepada tujuan yang telah dirumuskan. Agar tujuan
tercapai maka guru harus bisa menentukan sesuatu yang tepat guna bagi peserta
didik sesuai apa yang mereka butuhkan, maksud tepat, guna yaitu harus sesuai
keadaan, kemampuan, dan kebutuhan anak untuk membentuk kepribadian yang
di cita-citakan. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Dauer dan Pangrazi
(1975, hlm. 2) tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani adalah sama.

2.1.3 Karakteristik Umum Siwa Sekolah Dasar


Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa
seperti usia, kelas, pekerjaan dan gender. Karakteristik siswa merujuk kepada ciri
jhusus yang dimiliki oleh siswa, yang dimana ciri tersebut dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar. Karakteristik siswa merupakan
ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik sebagai individu atau
sebagai kelompok sebagai pertimbangan dalam proses pengorganisasian
pembelajaran.
Analisis karakteristik awal siswa merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat,
11

kebutuhan dan kepentingan siswa, berkaitan dengan suatu program pembelajaran


tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan
seperti; siswa, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kepentingan program pendidikan/pembelajaran tertentu yang akan
diikuti siswa.
Berikut akan dijelaskan tentang perkembangan siswa dari segi usia, fisik
dan psikomotorik bagi anak di sekolah dasar:
1. Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal
(dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan
Thompson (dalam Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik
individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4)
Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

2. Karakteristik Perkembangan Fisik Pada Anak


a. Usia 0 – 5 Tahun
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan anak
mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu
gerakan gera– kan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar
sebagai akibat partumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu
perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan
secara proporsional. Perkembangan fisik pada masa anak juga ditandai
dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.
12

b. Usia 5-8 Tahun


Pada tahap ini waktu perkembangan lebih lambat dibanding masa kanak-
kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum
mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan
mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
c. Usia 8-9 Tahun
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak
laki-laki cenderung menyukai aktivitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi
dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistem peredaran darah
masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik, dari segi
psikologi anak perempuan lebih maju satu tahun dari lelaki.
d. Usia 10-11 Tahun
Kekuatan anak laki-laki lebih kuat dari perempuan, Kenaikan tekanan
darah dan metabolism yang tajam. Perempuan mulai mengalami kematangan
seksual (12 tahun), lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.
(Santrock, 2007, hlm. 161) Pada tahap ini waktu perkembangan lebih lambat
dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik,
masih belum mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan umum relatif tidak
stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
Menurut Witherington (1952) yang dikemukakan Makmun (1995, hlm.
50) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis
sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial
yang pesat. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10
atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992, hlm. 101).
Beberapa sifat sosial yang dimiliki anak besar sebagai hasil
perkembangan dari usia 10 sampai 12 tahun:
1) Baik laki-laki maupun perempuan menyenangi permainan yang
terorganisir dan permainan yang aktif.
2) Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.
3) Membenci kegagalan atau kesalahan.
4) Mudah bergembira, kondisi emosional tidak stabil.
13

Aktivitas yang diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak besar di


antaranya adalah (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992, hlm. 127-128):
1) Bermain dalam situasi berlomba atau bertanding dengan
pengorganisasian yang sederhana. Misalnya: berlomba dalam beberapa
macam gerakan seperti berlari, merayap, melompat, menggiring bola,
adu lempar tangkap dan sebagainya.
2) Melakukan pertandingan kecabangan olahraga yang peraturannya
disederhanakan, misalnya pertandingan voli mini. Dengan pengarahan
dan pengelolaan aktivitas yang baik dari guru, aktivitas ini akan
berdampak kepada peningkatan kepercayaan diri anak dan kebanggaan
dirinya.
3) Aktivitas beregu atau berkelompok. Anak diberi kesempatan untuk
bekerja sama dengan temannya dalam melakukan aktivitas untuk
membina kebersamaan di antara mereka

3. Perkembangan Kemampuan Gerak dan Minat Melakukan Aktivitas


Fisik
a. Perkembangan Koordinasi Gerak
Koordinasiadalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, mampu
melakukan gerakan secara efisien(gerak fisik dengan baik). Koordinasi diukur
melalui pola gerak keterampilan mencakup kemampuan mengontrol tubuh,
keseimbangan, kelincahan, dan fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak
secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur
11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan
dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada
aktivitas kecermatan.
b. Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar
Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk: Gerakan
bisa dilakukan dengan melanika tubuh yang makin efisien Gerakan bisa
dilakukan semakin lancar dan terkontrol Pola atau bentuk gerakan semakin
bervariasi gerakan semakin bertenaga.
14

Kecepatan perkembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk


melakukan berulang-ulang aktivitasnya. Secara mekanikafaktor yang
mempengaruhinya adalah: koordinasi tubuh, ukuran tubuh, dan kekuatan otot.
Pengukuran fisik secara berkala adalah untuk memantau perkembangan
kemampuan dan keterampilan gerak yang sudah dimiliki anak.

2.2 Keterampilan Motorik Kasar (Gross Motor Skills)


2.2.1 Keterampilan Motorik Kasar
Keterampilan motorik kasar merupakan kemampuan mengkoordinasi
gerakan otot-otot besar yaitu tangan, kaki dan keseluruhan anggota tubuh.
Keterampilan motorik kasar membuat seseorang dapat melakukan aktivitas
normal untuk berjalan, berlari, duduk, bangun, mengangkat benda, melempar
benda, dan lain sebagainya.
Keterampilan motorik setiap individu pada dasarnya berbeda-beda.
Tergantung seberapa banyak iya beraktivias gerak yang dikuasainya. Menurut
Fikriyahti (dalam Hidayanti 2013, hlm 196) kemampuan motorik sangat erat
kaitannya dengan perkembanan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Sementara itu
Sage (dalam Hidayanti 2013, hlm 197) menjelaskan pentingnya perkembangan
motorik kasar anak sebagai salah satu aspek perkembangan yang sangat penting
bagi anak, bahwa kemampuan motorik kasar adalah kapasitas individu yang
berhubungan dengan kinerja dalam melakukan berbagai keterampilan yang
didapatkannya sejak masa kanak-kanak. Gross Motor Skill ini terdiri dari
keterampilan lokomotorseperti berlari, melompat meluncur. pengembangan
motorik ini sangat penting bagi anak-anak mengingat pada usia tersebut sedang
aktif-aktifnya dalam beraktivitas jasmani. Gross Motor Skill Ini harus dimiliki
oleh setiap anak sebagai pondasi baginya untuk menguasai keterampilan motorik
berikutnya yang lebih kompleks dan juga untuk meningkatkan kualitas hidup di
masa yang akan datang.
Satu penentu dalam membuat seorang individu yang berkualitas yaitu
dengan aktif bergerak dan berolahraga, sementara itu untuk mencapai hal tersebut
seseorang harus menguasai keterampilan motorik yang kompleks. Penguasaan
15

keterampilan yang kompleks dapat di peroleh dengan menguasai keterampilan


motorik kasar (Gross Motor Skills) terlebih dahulu.
Aktivitas yang menggunakan keterampilan motorik kasar (Gross Motor
Skills) antara lain Lokomotor, Non-lokomotor dan manipulatif.
1. Menurut Mahendra (2017, hlm. 21) Gerakan Lokomotor adalah gerakan yang
menyebababkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang
digunakan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Manipulatif adalah adalah aktivitas gerakan yang melibatkan alat atau media,
misalnya melampar bola kasti, menggiring bola dan sebagainya. Masih
menurut Mahendra (2017, hlm. 22) gerakan Manipulatif biasanya dilukiskan
sebagai gerakan yang mempermainkan obyek tertentu sebagai medianya, atau
keterampilan yang melibatkan kemampuan seseorang dalam menggunakan
bagian
3. Non-lokomotor adalah aktivitas gerak yang posisi tubuhnya tetap atau tidak
berpindah, misalnya jongkok, kayang dan sebagainya.
Gross Motor Skillbukan hanya persiapan anak untuk mempelajari
keterampilan yang lebih kompleks, tetapi juga untuk mempengaruhi tentang
pengetahuan anak itu sendiri (Kognitif). Hal ini bisa mengatasi anak atau siswa
dalam mengatasi kesulitan dalam belajar di sekolah sekaligus bisa membuat anak
akan bertambah kepercayaan dirinya.
Pendidikan jasmani merupakan paktor yang mendukung bagi perkembangan
Gross Motor skills anak didik dengan dibarengi program pembelajaran yang tepat
sesuai dengan kebutuhan individu. Salah satu strategi belajar yang tepat untuk
mengajak anak belajar aktivitas penjas yaitu dengan bermain karena dunia anak
dunia bermain maka hal tersebut cocok untuk di terapkan sekaligus memfasiitasi
anak dalam belajar ketrampilan Motorik. Menurut (Payne & Isaacs,
2005)Pengembangan motor dapat didefinisikan sebagai pengembangan gerakan
fundamental manusia pola dan keterampilan khusus yang mencakup kemampuan
dan gerakan manusia gerakan yang berlangsung sepanjang hidup.
Keterampilan motorik kasar (Gross Motor Skills) merupakan hal yang
menjadi syarat bagi anak-anak untuk menjadikan pengalaman yang mengasikan
atau nyaman dalam gerakan terorganisir ataupun tidak terorganisir, maksudnya
16

gerakan yang telah guru rencanakan sebelumnya untuk anak-anak. Prasekolah dan
pada awal masuk sekolah dasar merupakan momen penting dalam pemberian
materi tentang Penguasaan keterampilan motorik kasar (Gross Motor Skill).
MenurutOlrich (2002, hlm. 796)anak-anak dapat menguasai keterampilan dengan
lebih mudah selama periode ini daripada titik lain dalam hidup mereka. Dengan
bertambahnya usia anak-anak dan motoriknya berkembangmaka dengan otomatis
ia akan lebih mengeksplorasi dan berintraksi dengan lingkuannya mereka.

2.2.2 Tujuan Pengembangan GrossMotor SkillPada Anak SD


Pengembangan keterampilan Motorik Kasar (Gross motor Skills) di SD
bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih motorik kasar anak SD (gross
motor) mulai dari mengontrol gerakan tubuh, koordinasi. Tentunya di upayakan
agar peserta didik mendapatkan pengalaman berhasil dalam mempraktikan tugas
gerak yang di intruksikan oleh guru. Hal ini perlu dikembangkan oleh setiap
pendidik untuk mengurangi kesulitan anak dalam melakukan gerakan yang
melibatkan otot-otot kasar.

2.2.3 Fungsi Pengembangan Motorik Kasar (Gross Motor Skils)


Fungsi pengembangan motorik Kasar pada anak SD :
1. Melatih koordinasi antara mata, tangan, dan seluruh tubuh sejak kecil.
2. Mengembangkan fisik/motorik baik itu dalam jasmani ataupun dalam
rohaninya.
3. Mellatih ketangkasan anak.
4. Melatih emosional anak.
5. Menumbuhkan rasa senang dalam diri anak serta membiasakan hidup sehat
sepanjang hayat.
Berdasarkan hasil uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa anak
sekolah dasar sangat penting dalam pengembangan Keterampilan motorik kasar
(Gross Motor Skills) karena pada usia tersebut anak beda dalam pase aktif dalam
bermain tentunya akan berpengaruh dengan keterampilan motoriknya. Selain itu
juga keterampilan morik kasar ni bisa menjadi tolak ukur anak dalam melakukan
gerakan selanjutnya, jika anak melakukan melakukan tugas gerak dengan berhasil
17

maka anak akan memiliki percaya diri yang lebih untuk mencoba yang lain,
sebaliknya jika anak mengalami kesusahan dalam melakukan tugas gerak atau
keterampilan motorik kasar (gross motor skills) maka anak tersebut akan kesulitan
dalam melakukan tugas gerak yang lebih kompleks.

2.3 Pola Gerak Dominan (PGD)


Pola gerak dominan (PGD) merupakan pola gerak yang mendasari
terbentuknyasuatu keterampilan sehingga perannya dianggap dominan Mahendra
(2001, hlm. 3).Yang dimaksud dengan pola gerak dominan adalah pola gerak
yang mendasari terbentuknya suatu keterampilan sehingga perannya dianggap
dominan. Menurut Singer (1980, hlm. 3)Gerak diartikan sebagai perpindahan
tubuh atau anggota tubuh secara nyata dari satu titik ke titik lainnya. sedangkan
pola gerak adalah sekelompok atau suatu seri aksi gerak yang memiliki fungsi
luas yang ditampilkan dengan tuntunan ketetapan yang rendah. Kemudian
keterampilanadalah kemampuan atau suatu aksi gerak yang mengantarkan pada
suatu hasil dengan kepastian yang tinggi dan dengan pengeluaran energi dan
waktu yang minimal (Guthrie dalam Schmidt and Wrisberg, 2000).
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pendekatan pola gerak dominan
adalah pendekatan pengajaran yang lebih ditekankan pada pengembangan PGD-
nya daripada terhadap keterampilannya itu sendiri (Shembri,1983). Dengan
demikian bahwasannya pendekatan dengan model ini siswa tidak harus menguasai
salah satu cabang olah raga tetapi anak belajar tentang pola gerakan.
PGD merupakan sebuah bentuk pembelajaran untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Misalnya gerak lokomotor, non-
lokomotor dan manippulatif.Menurut Mahendra (2017, hlm. 63) Gerakan-gerakan
lokomotor adalah gerkan-gerakan yang “pergi ke mana saja”. Demikianmungkin
anak-anak akan memberi batasan terhadap istilah yang satu ini. Sebenarnya
dengan batasan yang diberikan anak-anak demikian, apa yang di gambarkan dari
istilah tersebut tidaklah salah, walaupun terlalu sempit arti. Banyak para ahli yang
mendefinisikan tentang gerakan lokomotor sebagai gerakan yang berpindah
tempat ke tempat lain dalam berbagai ruang,sehingga dalam bahasa inggris di
18

sebut Traveling. Hal ini justru berbeda dengan gerakan non-lokomotor, yang
gerakannya tidak berpindah tempat.

2.3.1 Macam-macam Gerak Lokomotor


1. Gerak Dasar Berjalan
Masih Mahendra (2017, hlm. 64) berjalan adalah suatu proses menghilangkan
keseimbangan dan mengembalikannya secara bergantian ketika bergerak ke
depan dalam posisi tegak. Dalam pelaksannannya hanya sedikit gerakan ke atas
dan ke bawah serta gerkan ke samping lengan dan kaki bergerak secara
berlawanan.
2. Pola berjalan
a. Berat tubuh dipindahkan ke area Tumit.
b. Dilanjutkan ke bola kaki.
c. Kemudian ke jari-jari kaki untuk mendapatkan dorongan.
d. jari-jari kaki lurus ke arah depan.
e. Lengan diayunbebas dari bahu dengan arah berlawanan dengan kaki.
f. Posisi badan tegak.
g. Mata terfokus ke depan dan sedikit mengarah lebih rendah dari
ketinggian mata sendiri.
h. Tungkai berayun dengan lembut dari pinggul.
i. Lutut bengok hingga cukup terangkat dari bumi/tanah berpijak.
Pola berjalan yang sudah mencapai tahap matang terlihat lembut, halus
dan diselesaikan dalam rangkaian yang mudah.
3. Gerak dasar Berlari/Run
Mahendra (2017, hlm.65) Berlari adalah pergerakan kaki yang cepat secara
bergantian,pada saat yang sekejap, kedua kaki meninggalkan bumi sebelum salah
satu kaki segera bertumpu kembali. Ada dua macam berlari diantarnya lari cepat
dan lari lambat akan tetapi walaupun berbeda kecepatannya tetap saja tubuh harus
di condongkan ke arah depan.
Sebagian besar anak-anak sekolah dasar sudah mahir dalam berlari dengan
kecepatan yang sangat tinggi begitupun dengan arahnya bisa di sesuaikan dengan
kehendaknya.Tahapan pola lari dapat dilihat sebagai berikut:
19

a. Tubuh condong ke arah depan .


b. Ke dua lengan mengayun dengan sudut yang luas kemudian disinkonkan
secara berlawanan dengan ayunan kaki.
c. Kaki yang menupu kontak deengan tanah hampir rata dab dekat di bawah titik
berat tubuh
d. Lutut dari kaki yang bertumpu sedikit bengkoksetelah kaki membuat kontak
dengan tanah/bumi.
e. Pelurusan dari kaki yang bertumpu pada bagian panggul, lutut, dan
pergelangan kaki mendororng tubuh ke depan dan ke atas ke arah fase
melayang.
f. Lutut mengayunke depan dengan cepat pada angkatan lutut tinggi,secara
bersamaan kaki kaki yang lebih rendah di bengkkan dan tumit berada di dekat
pantat.
4. Berderap/ Galloping
Berderap/Galloping adalah gerak yang hampir mirip suaranya dengan suara
kuda. Mahendra (2017, hlm. 94) gerak menyerupai gerak lari kuda pada saat
lomba atau ketika kuda berlari cepat. Geraka ini hampir mirip dengan gerakan
slidding namun ada bedanya dengan gelloping yaitu arahnya yang berbeda, kalau
gerak slidding arahnya ke sam[ing sedangan gelloping arahnya ke depan.Tahapan
Pola gerak Berdeap/ Galloping dapat dilihat sebagai berikut:
a. Posisi badan tegak lurus kedepan
b. Kaki kanan berada tetap di depan
c. Kaki kiri berada tetap di belakang
d. Kaki yang berada di belakang mendorong ke arah depan
e. Kemudian tubuh ikut condong ke depan sampai titik berat tubuh berada di
jari-jari kaki yang di depan
f. Dengan cepat kaki yang di depan berpindah ke arah depan sambil di ikuti
kaki yang di belakg,
g. Kaki yang di belakang tetap berada di belakang.
5. GerakanSlidding
20

Mahendra (2017, hlm. 94) Slidding adalah gerakan melompat ke samping


dengan satu kaki selalu berada di depan, dari posisi kedua kaki terbuka
lebar.Tahapan Pola gerak slidding dapat dilihat sebagai berikut:
a. Posisi tubuh tegak
b. Bergerak ke samping
c. Kedua Kaki terbuka lebar
d. Pada saat melayang, kaki di belakang segera mendarat pada bekas kaki yang
memimpin.
e. Titik berat badan berada di bola-bola kaki yang berpindah pindah sesuai kaki
yang memimpin dan mengikutinya.
Mengingat gerakan slidding hanya satu arah maka guru penjas diharuskan
mengembangkan gerakan tersebut dengan berbagai variasi agar anak terus
bersemangat dalam proses pembelajaran penjas.
6. Gerakan Skipping
Mahendra (2017, hlm.95) skipping adalah gerakan gabungan antara
melangkah (step) dan jangkit (hop) secara bergantian. Gerakan ini merupakan
gerakan yang lumayan sulit karenna perlu latihan. Untuk belajar gerakan ini anak
di anjurkan untuk belajar hop. Pola gerakan Skipping dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Badan tegap lurus ke depan.
b. Berat badan bertumpu pada bola-bola kaki.
c. Kedua Tangan di mengayun setinggi bahu dengan arah yang berlawanan
dengan kaki.
Terdapat beberapa keuntungan dalam menerapkan PGD. Sebagai berikut:
a. Guru dapat berkonsentrasi pada pola gerak kunci. Maksudnya mengurangi
jumlah keterampilan yang harus di kuasai oleh murid. Selanjutnya akan
variasi kesulitan akan ditambah dari setiap PGD di kuasai.
b. Lebih di sesuaikan pada tarap usia murid . jadi siswa tidak akan merasa
dipaksa dlam melakukan tugas geraknya
c. Karena PGD menekankan pada yang termudah ke yang sulit , maka guru
menyesuaikan dengan kemampuan siswa.
21

d. Guru memilih matapejaranyang sekiranya dapat di berikan pada saat belajar


berlangsung. Dan sisanya untuk pertemuan selanjutnya.
7. Horizontal Jump
Gerakan horizontal jump menurut Payane dan Isaacs (2005, hlm. 368 )
Lengan mengulurkan tangan ke depan dan ke atas saat lepas landas, mencapai
perpanjangan penuh di atas kepala "Lepas landas." Pinggul dan lutut
diperpanjang sepenuhnya, dengan sudut lepas landas pada 45 ° atau kurang.
Dalam persiapan untuk pendaratan, lengan dibawa ke bawah dan kaki didorong
ke depan sampai paha sejajar dengan permukaan. Pusat gravitasi jauh di
belakang pangkalan pendukung pada kontak kaki, tetapi pada saat kontak lutut
dilipat dan lengan didorong ke depan untuk menjaga momentum untuk
membawa pusat gravitasi di luar kaki.

2.4 Model Pendidikan Gerak


Pendidikan Gerak (Movement education) pendekatan yang masih baru serta
segar, metodologi yang baru, dan cara baru dalam memberikan pengalaman
belajar bagi anak-anak Pangrazi dan Dauer (1975, hlm. 4).Model Pendidikan
Gerak (movement education model) berasal dari negara inggris dan berkembang
bedasarkan alasan-alasan tertentu. Pendidikan gerak ini merupakan pemberotakan
terhadap program formal yang brorientasi pada perintah/ gaya komando seperti
halnya senam. Model pendidikan gerak merupakan sebuah cara menyampaikan
pembelajaran penjas yang menekankan pada pengajaran konsep dan komponen
gerak. Maksudnya model pendidikan gerak ini guru tidak banyak memberkan
contoh pada peserta didiknya melainkan guru yang memberi tantangan agar anak
mau mencoba gerakan yang sesuai guru intruksikan. pendidikan gerak ini
dimasudkan juga agar anak lebih bertanggung jawab berusaha untuk kemajuan
dirinya sendiri serta metodologi pemecahan masalah.
(Dauer, 1972; Flinchum,1988; Frostig, 1970). “Pendidikan
GerakanPendidikan gerakan atau eksplorasi gerakan,seperti yang digunakan
dalam penelitian ini, tidak terbatasuntuk pendidikan jasmani. Pendidikan
gerakanmelibatkan pengajaran keterampilan dasardan / atau keterampilan baru
22

dan aspek terkaitgerakan. Ini membantu anak-anak mencapai kebebasandalam


ekspresi dan dinamika mereka kesadaran diri”.
“Movement Education Movement education or movement exploration,as
used in this study, is not limitedto physical education. Movement
educationinvolves the teaching of basic skillsand/or new skills and related
aspects ofmovement. It helps children achieve freedomin their expression
and a dynamicawareness of ”

Mahendra (2017, hlm. 3) berpendapat bahwa Pendidikan Gerak (movement


education) adalah sebuah model pembelajaran dalam penjas menekankan pada
pengajaran konsep dan komponen gerak. Hal ini berbeda dengan model
pembelajaran penjas yang ada umumnya mengajarkan pada anak tentang teknik
dasar, peraturan, serta strateginya dalam pendidikan gerak anak tidak di
perkenalkan tentang teknik ataupun komponen olahraga.Berdasarkan uraian di
atas, dalam pendidikan gerak, guru tidak memberikan contoh tentang gerakan
yang akan di berikan pada anak, karena dalam model pendidikan gerak tidak
mengenal teknik dasar, jadi guru tidak perlu memberikan contoh gerakan yang
dianggap benar. Justru dalam model pendidikan gerak ini bagaimana caranya
menanatang anak agar mau mencoba, selain itu juga dalam pendidikan gerak ini
siswa yang di tuntut untuk mencari sendiri gerakan yang mampu ia pikirkan dan
melakukan gerakan apa semampunya tanpa harus melihat temannya dengan kata
lain anak diberi keleluasaan dalam berpikir. Masih menurut Mahendar (2017, hlm.
3) semakin banyak dan semakin variatif anak menemukan dan mengembangkan
gerakannya, maka semakin baik manfaat pembelajaran bagi meraeka.

2.4.1 Kelebihan Model Pendidikan Gerak


Kelebihan model Pendidikan Gerak sebagai berikut Mahendra lagi (2017,
hlm. 11):
1. Siswa diarahkan untuk menjawab melalui serangkaian pertanyaan dan
aktivitas yang diajukan guru, maksudnya anak di ajak untuk memecahkan
masalah yang guru berikan pada anak setelah itu anak untuk mencari
jawabannya, setelah itu anak di beri pujian dari hasil yang ia capai.
2. Menekankan kreativitas maksudnyya dalam pengajaran dengan model
pendidikan gerak guru lebih menekankan pada siswa untuk menghasilkan
23

gerakan-gerakan yang baru berdasarkan pengalaman atau pengetahuan gerak


anak, pada dasarnya siswa di ajak untuk kreatif guna menghasilkan gerakan
yang baru. Jika pembelajaran ini terus di galakan maka model pendidkan
gerak ini akan menjadi penghasil kreativitas kepada peserta didiknya.
3. Siswa umumnya aktif bersama, pada dasarnya model pendidikan gerak ini
merupakan pendidikan yang menekankan pada anak agar ia bergerak ddengan
bebas baik itu dalam ruangan ataupun di tempat ia sedang belajar, sehingga
anak bisa aktif bergerak bersama-sama. Model pendidikan gerak ini di
sinyalir dapat mengurangi perintah guru dalam mengajar serat anak akan
memiliki kepercayaan diri dalam belajar.

2.4.2 Konsep Gerak Dalam Pendidikan Gerak


Masih Mahendra (2017, hlm. 14) konsep gerak adalah konsep yang
mencoba mengenali hakikat terjadinya gerak yang dilakukan manusia, yang
secara tradisional telah disepakati selalu melibatkan unsur-unsur seperti unsur
tubuh, ruang, usaha dan keterhubungan.
1. Konsep Tubuh
Tubuh dianggap sebagai instrumen gerak, setiap tubuh harus di ketahui
potensinya oleh setiap anak serta anak harus tahu atau sadartentang hubungan
antara bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lainnya secara
keseluruhan.kesadaran hal ini maksudnya mengetahui dengan perasaan (affective)
juga dengan pemikiran (cognitive). Mahendra mengungkapkan (2017, hlm 15)
tubuh pada dasarnya dapat di babgi daubagian, yaitu: bagian tubuh dan aksi
tubuh. Bagian tubuh, dalam hal ini maksudnya menanyakan pada anak bagian
tubuh mana yang dapat di gerakan. Dengan hal ini juga menanmkan pemahaman
tentang konsep gerak berarti kita sudah mengajarkan pada anak untuk
mensyukuri dengan karunia Allah SWT dengan di berikannya kesempurnaan
tubuh. Dengan memiliki tubuh yang sempurna anak bisa bergerak.
Sama halnya dengan Aksi tubuh, maksudnya bagaimana tubuh bergerrak
serta apa yang bisa dilakkan oleh tubuh tersebut. Anak harus mengetahui tentang
aksi tubuh ini dengan bagaimana mereka menyadari hubungan antara geraj atau
aksi tubuh ini dengan bagaiman proses pergerakan dapat terjadi.
24

a. Konsep Ruang
Maksud dari konsep ruang ini yaitu dimana gerak itu dilakukan serta
kearah mana gerak dilakukan, tentunya dalam gerak harus ada ruang. Ruang
ini dibagi menjadi dua, yaitu: area dan dimensi.Area maksudnya anak harus
tahu wilayah (area). Dalam kaitan ini, kita membaginya mejajdi tiga wilayah
(area), yaotu wilayah pribadi, wilayah umum dan wilayah peralatan.
Wilayah pribadi maksudnya setiap orang mempunyai wilayahnya
masing-masing yang dapat dimasukinya, yaitu suatu jarak yang tidak dapat
dilaluinya kecuali ia melakukan gerkan lokomotor. Anak harus paham
tentang wilaynya misalkan berbaring, berdiri dan sebagainya, pengetahuan
tentang batas dari wilayah pribadi seseorang memudahkan dalam
menggunakan batas-batas tersebut dalam menjelajahi gerakan.
Wilayah umum maksudnya anak-anak pada saat bergerak bersama di
dalam satu ruangan senam, nereka harus neniliki kesadaran terhadap wilayah
umum ini,. Maka anak harus dilatih untuk menyadari adanya wilayah orang
lain dan wilayah yang berhubungan dengan alat.Wilayah peralatan,
maksudnya dimana alat itu berada baik itu di atas ataupun yang di atas lantai,
hal ini harus dikenal oleh anak dan di jelajahi.Menurut Mahendra (2017, hlm.
17) dimensi ruangsetiap kali suatu ruangan dijelajahi, dimensi baru dapat di
tambahkan ke dalamnya, dimesi ruang meliputi: gerakan dapat terjadi pada
tingkatan yang berbeda, gerakan pada arah yang berbeda, gerakan terjadi
pada bidang yang berbeda dan gerakan dapat terjadi dalam jaraka/besarannya.
b. Konsep Usaha
Konsep usah berkaitan dengan bagaimana gerakan tersebut dilakuka.
Salain gerakan yang berkaitan dengan konsep tubuh dan ruang, juga berkaitan
dengan konsep usaha . artinya, seluruh gerakan selalu mempunyai komponen
waktu dan daya serta irama, secara bersama menunjukan adanya usaha.
c. Konsep Keterhubungan
Maksudnya, gerakan yang dilakukan berhubungan dengan orang lain atau
media yang mendukung dalam melakukan gerakan. Keterhubungan dapat
berkaitan dengan individu atau kelompok.Secara individu dan kelompok,
oarang dapat :
25

1) Terpaut –terpisah.
2) Bertemu-berpisah.
3) Memimpin-mengikuti.
4) Bergabung-berpencar.
2. Gerak Dasar Fundamental
Mahendra lagi (2017, hlm. 17) Gerak dasar fundamental (basic fundamental
movement) adalah gerak dan keterampilan dasar yang sifatnya fundamental
karena merupakan kemampuan bawaan semua anak. Maksudnya, tidak perlu ada
pengajaran khusus karena gerak fundamental akan berkembang seiring
bertambah usia, misalnya anak akan mulai berjalan 9 samapai 16 bulan dan
seterusnya. Gerakan-gerakan tersebut oleh para ahli disebut sebagai gerak dasar
fundamental.
Gerak dasar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: gerak dasar lokomotor, Non-
lokomotor dan manipulatif. Gerakan dasar lokomotor merupakan gerakan
berpindah temppat dari itik satu ke titik yang lain, misalnya lari, berjalan dan
sebagainya. Gerak dasar manipulatif merupakan gerakan yang melibatkan dengan
media atau alat misalnya menggiring bola atau bermain bola volly.Gerak dasar
non-lokomotor merukapan gerakan yang tetap di posisi tidak berpindah tempat
misalnya jongkok,kayang dan lainnya.
2.5 Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan permainan yang lahir dari daerah itu sendiri
sebagai ciri khas daerah tersebut.
Menurut ayi Suherman (1994: hlm 29) bahwa
“permainan tradisional yang sudah mentradisi, hasil warisan turun
temurun dari generasi satu ke generasi berikutnya. Yang
dianggappermainan tradisional berasal dari daerah tertentu (daerah
khas)yang masih utuh tanpa dimodifikasi lebih dulu.

2.6 Penelitian yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Sri Safitri, dkk (2018), dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Gerak Lokomotor melalui Penerapan Model
Pendidikan Gerak Format Halang Rintang” kelas 3C SDPN 252 Setiabudi.
26

Diperoleh, berdasarkan hasil penelitian yang dillakukan pada siswa kelas 3C


SDPN 252 Setiabudi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pendidikan
gerak format halang rintang dapat meningkatkan keterampilan gerak
lokomotor siswa. Penggunaan format halang rintang dalam pendidikan gerak
dianggap cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan gerak lokomotor,
dibandingkan struktur pergerakan bebas dan struktur berpola.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anhar Mustofa (2016), dengan judul
“Penerapan Pendekatan Pola Gerak Dominan dalam Pembelajaran Senam
untuk Meningkatkan Keterampilan Lompat Dalam Kuda Lompat” pada kelas
V SDN Gegerkalong KPAD. Diperoleh, berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Maka penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui penerapan PGD dalam meningkatkan
keterampilan lompat dalam kuda lompat dapat disimpulkan bahwa penerapan
PGD dapat meningkatkan keterampilan lompat dalam kuda lompat. Hal ini
dapat terlihat dari peningkatan nilai rata-rata pada setiap tindakan persiklus.
Dengan demikian penelitian ini dapat menguji hipotesis, yaitu Pendekatan
Pola Gerak Dominan dapat diterapkan dalam pembelajaran senam untuk
membantu memecahkan kesulitan anak dalam menguasai keterampilan
senam, khususnya dalam pembelajaran lompat dalam kuda lompat. Selain itu
Pendekatan PGD dapat meningkatkan antusiasme dan pasrtisipasi siswa. Hal
ini dapat terlihat dari peningkatan nilai siswa pertindakan, bagaimana siswa
dapat termotivasi dalam mencapai nilai yang sempurna dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lesmana Nugraha, dengan judul
“Penerapan Model Pendidikan Gerak Dalam Pengembangan Pola Gerak
Dasar Manipulatif Melalui Kerangka Analisis gerak (Movement Analysis
Framework)” pada kelas V SDN Hanura Kota Bandung. Diperoleh hasil
bahwa dengan melalui model pendidikan gerak, aktivitas pola gerak dasar
(PGD) yang terdapat di dalam kurikulum 2013 dapat diselenggarakan secara
optimal. Terlihat dari meningkatnya prosentase pola gerak dasar manipulatif
siswa kelas V dari observasi awal sampai ke siklus 2 tindakan 2. Model
pendidikan gerak melalui kerangka analisis gerak (Movement Analysis
27

Framework) dipandang paling tepat untuk meningkatkan PGD manipulatif


siswa kelas V. Terlihat dari setiap siklus dan tindakan yang mengacu kepada
model pendidikan gerak dan dibantu dengan kerangka analisis gerak
(Movement Analysis Framework), pola gerak dasar manipulatif siswa
meningkat prosentasen-ya. Dalam model pendidikan gerak melalui kerangka
analisis gerak (Movement Analysis Framework), membuat aktivitas
pembelajaran yang kondusif bagi guru dan siswa kelas V. Dari setiap siklus
dan tindakan suasana pem-belajaran pendidikan jasmani semakin kondusif
karena setelah tindakan berakhir peneliti melakukan refleksi agar tindakan
berikutnya dapat memaksimalkan model pendidikan gerak. Di samping
suasana pembelajaran menjadi kon-dusif, melalui model pendidikan gerak
pemben-daharaan gerak siswa kelas V meningkat. Melalui model pendidikan
gerak siswa kelas V dituntut mengeksplor dirinya sendiri untuk
mengembangkan fundasi yang luas sehingga siswa mengembangkan
keterampilan dalam berbagai gerakan.
4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nafiseh Khalaj dan Saidon Amri
(2013), dengan judul “Mastery of gross motor skills in preschool and early
elementary schoolobese children”, Results of this study revealed that early
elementary school children are more susceptible to the gross motor
development delays caused by obesity. Maksudnya adalah pentingnya
mengetahui keterampilan motorik anak sedini mungkin. Semakin cepat
diketahui, maka semakin bagus program yang akan diberikan. Tentunya
berpengaruh pada hasilnya. Meskipun banyak penelitian yang membahas
perkembangan motorik kasar pada anak, penelitian ini adalah yang terbaik
dari pengetahuan, prasekolah dan anak-anak sekolah dasar. Hasil penelitian
ini mengungkapkan bahwa anak-anak usia sekolah dasar lebih rentan
terhadap keterlambatan perkembangan keterampilan motor kasar yang
disebabkan oleh obesitas.

2.6 Kerangka Berpikir


Upaya mengembangkan keterampilan motorik siswa (gross motor skills) guna
memberi perhatian pada keterampilan siswa sejak dini mungkin mengingat
28

dengan era zaman modern sekarang tentunya tantangan bagi kaum pendidik untuk
lebih kreatif dalam mengajar dan mencari atau membuat ide baru supaya
pembelajaran lebih menarik serta memberikan manfaat yang sangat berguna bagi
siswa dan juga dapat dijadikan dasar keterampilan bagi siswa ketika
bertambahnya usia mereka. Hal yang paling penting pada siswa sekolah dasar
yaitu gross motor skills, karena pada usia tersebut anak aktif bergerak. Ketika
guru memberikan perhatian terhadap gross motor skills siswa maka akan sangat
berguna bagi siswa itu sendiri untuk mengembangkannya sendiri dikemudian hari.
Selain itu penelitia yang telah dilakukan oleh Anhar Mustofa (2016) “Penerapan
Pendekatan Pola Gerak Dominan dalam Pembelajaran Senam untuk Meningkatkan
Keterampilan Lompat Dalam Kuda Lompat” disimpulkan bahwa penerapan pola gerak
dominan dapat meningkatkan keterampilan lompat dalam kuda lompat.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lesmana Nugraha, dengan judul
“Penerapan Model Pendidikan Gerak Dalam Pengembangan Pola Gerak Dasar
Manipulatif Melalui Kerangka Analisis gerak (Movement Analysis Framework)” pada
kelas V SDN Hanura Kota Bandung. Diperoleh hasil bahwa dengan melalui model
pendidikan gerak, aktivitas pola gerak dasar (PGD) yang terdapat di dalam kurikulum
2013 dapat diselenggarakan secara optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Sri
Safitri, dkk (2018), dengan judul “Peningkatan Keterampilan Gerak Lokomotor melalui
Penerapan Model Pendidikan Gerak Format Halang Rintang” Penggunaan format halang
rintang dalam pendidikan gerak dianggap cukup efektif untuk meningkatkan
keterampilan gerak lokomotor.

2.7 Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan
kerangka berpikir,maka Penerapan pemebelajar aktivitas pola gerak dominan
model pendidikan gerak dan olahraga Tradisioanl dapat mengembangkan gross
motor skills siswa kelas IV C SDPN 252 Stiabudi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Pandangan dunia, desain, dan metode semuanya berkontribusi pada
pendekatan penelitian yang cenderung kuantitatif, kualitatif, atau campuran
(Creswell, 2001, hlm. 46).Masih (Creswell, 2001, hlm. 48)peneliti menguji teori
dengan menentukan hipotesis sempit dan koleksi data untuk mendukung atau
membantah hipotesis. Desain eksperimental digunakan di mana sikapdinilai
sebelum dan sesudah diberi perlakuan eksperimental. Data dikumpulkan pada
instrumenyang mengukur sikap, dan informasi dianalisis menggunakan prosedur
statistik danpengujian hipotesis.
Agar penelitian ini memiliki prosedur yang lebih jelas, maka peneliti
menggunakan desain penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian iniPre-
Experimental Designdengan bentuk desain The one grupPre-tes Post-test grup
desain. Pada penelitian ini kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan
penerapan pembelajaranaktivitaspola gerak dominan (PGD) model Pendidikan
Gerak. Design The One Groups Pretest-Posttest dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar3.1. The One-Group Pretest-Posttest Design


(Sumber : Fraenkel (2012, hlm 269))
Keterangan:
1) O1 merupakan pre test
2) X merupakan treatment
3) O2 merupakan post test

3.2 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian


3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDPN 252 Stiabudi bandung yang bertempat
di Sarijadi. Alasan mengambil penelitian di lokasi ini adalah karena Sekolah ini

29
30

merupakan sekolah yang cocok dalam nengembangan gross motor skill dengan
pembelajaran pola gerak dominan model pendidikan gerak. Oleh sebab itu,peneliti
memilih penelitian di SDPN 252 Stiabudi. Hal tersebut dilihat berdasarkan
pengamatan pada saat PPL disekolah SDPN 252 Stiabudi. Oleh sebab itu peneliti
perlu adanya pengembangan terhadap segi mengajar dan gross motor skills
siswanya dapat berkembang.

3.2.2 Populasi penelitian


Populasi didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengamatan atau obyek
yang menjadi perhatian kita, Boediono dan Koster (1992, hlm. 9). Populasi
merupakan suatu jumlah keseluruhan yang akan menjadi obyek penellitian.
Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas IV C SDPN
252 Stiabudi.

3.2.3 Sampel Penelitian


Sampel merupakan bagian dari populasi. Boediono dan Koster (1992, hlm.
9) memaparkan bawah sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi perhatian
kita. Sugiyono (2010, hlm. 62) berpendapat sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan sampling purposive. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 68) sampling
purposive adalah teknik penetuan sampel dengan pertimbangan tertentu.Dapat
ditarik kesimpulan bahwa sampel merupakan jumlah bagain dari populasi yang
akan menjadi obyek penelitian.

3.3 Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV C SDPN 252 Stiabudi
yang bejumlah 30 siswa, laki-laki 16 dan perempuan 14 siswa dengan rentang
usia anara 10 sampai 11 tahun, semua siswa normal atau dalam keadaan sehat
jasmani dan jiwa. Penelitian ini menyangkut kasus tentang gaya mengajar yang
cenderung masih tradisional dan kebebasan anak dalam gerak masih sempit serta
cenderung mengabaikan terhadap keterampilan motorik kasar (gross motor skills)
31

pada siswa. Padahal pada usia tersebut keterampilan Gross motor skills sangat
penting untuk tugas gerak selanjutnya yang lebih kompleks.

3.4 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian denngan 2
tes yaitu aspek Lokomotor dan objek control. Tes ini di ambil dari buku TGMD-2
yang di susun oleh Dale A Ulrich, (2000). Adapun butir-butir tes nya dapat dilihat
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Format Penilaian Gross Motor SkillsPada Lokomotor dan Objek
Kontrol
Format Penilaian Keterampilan Gerak Dasar
Tangan dominan kanan kiri tidak ketergantungan
Kaki dominan kanan kiri tidak ketergantungan
Lokomotor
Keterampilan Alat/Media Pengarahan Kriteria Penampilan Percobaan 1 Percobaan 2 Skor
1. Run -ruang Letakan 1. Tangan berlawanan
kosong kedua cones dengan kaki,lutut
-dua buah dengan jarak dibengkokkan
cones 15m 2. Sesaat kedua kaki
instruksikan tidak menyentuh tanah
siswa untuk 3. Perkenaan kaki
“berlari dengan lantai
cepat” dari menggunakan tumit
cones satu ke atau ujung kaki ( tidak
cones lainnya menggunakan seluruh
kaki )
4. Kakki yang tidak
mendukung ditekuk
90 drajat (dekat
dengan bokong).
Skor Keterampilan
2. Gallop / -ruang Letakan 1. Lengan dibengkokan
berderap kosong cones pada dan diangkat setinggi
dengan jarak jarak 10 m, perut
10m instruksikan 2. Melangkah ke depan
- 2 buah siswa untuk dengan menolak pada
cones melakukan satu kaki diikiuti
gallop dari dengan langkah
cones satu ke selanjutnya dengan
cones kaki berbeda
lainnya,berita 3. Sesaat kedua kaki
hu juga siswa melayang secara
untuk bersamaan
mendarat 4. Irama langkah dapat
dengan satu dipertahankan
kaki di depan, setidaknya langkah
gunakan kaki gallop
lainnya ketika
kembali ke
tempat awal
Skor Keterampilan
3. Hop -ruang Beritahu 1. Kaki yang tidak
kosong siswa untuk menumpu berayun ke
dengan jarak melakukan depan dan kebelakang
5m hop sebnayak untuk menghasilkan
3 kali gaya
menggunakan 2. Lutut yang tidak
kaki yang ia menumpu berat badan
sukai, ditekukan kebelakang
kemudian 3. Tangan ditekuk dan
32

ulangi dengan mengayun untuk


kaki lainnya menghasilan gaya
4. Berjingkak tiga kali
secara beruntun
dengan kaki yang
tidak dominan
5. Berjingkak tiga kali
secara berurutan
dengan kaki yang
tidak dominan
Skor Keterampilan
4. Leap -ruang Beri tanda 1. menolak dengan satu
kosong menggunakan kaki dan mendarat
dengan jarak selotip,letaka dengan kaki yang
10m n matras pada berlawanan
-matras jarak 5m dari 2. sesaat kedua kaki
-selotip garis awal, melayang dan lebih
instruksikan lama dibanding berlari
siswa untuk 3. tangan meraih ke
berdiri pada depan dan berlawanan
garis awal dengan kaki yang
kemudian melangkah
berlari dan
melompati
matras
Skor Keterampilan
5. Horizont -selotip Buat garis 1. selama
al jump start pada persiapan,kedua lutut
lantai,posisik ditekukan dan tangan
an siswa tepat dijjulurkan
di belakang kebelakang tubuh
garis, 2. lengan dijulurkan
instruksikan dengan keras ke arah
siswa untuk depan dan ke arah atas
melompat sehingga mencapai
setinggi yang extension yang
ia mampu sepenuhnya di atas
kepala
3. lengan condong ke
bawah pada saat
mendarat
4. pada saat loncat dan
mendarat sama
menggunakan 2 kaki
secara bersamaan.
Skor Keterampilan
6. Slide -ruang Letakan 1. tubuh berbalik ke
kosong cones samping ke arah yang
dengan jarak diantara jarak diinginkan dari
10m 10m,instruksi perjalanan
-2 buah cones kan siswa 2. langkah samping
untuk diikuti dengan slide
melakukan kaki mengikuti ke titik
slide dari satu sebelah kaki pertama
cones sampai 3. melakukan slide
cones lainnya minimal 4 kali ke arah
kanan
4. melakukan slide
minimal 4 kali ke arah
kiri
Skor Keterampilan

Object control
Keterampilan Alat/Media Pengarahan Kriteria Penilaian Percobaan 1 Percobaan 2 Skor
1. striking - bola Letakan bola 1. pada saat memegang
a kasti/bo pada batting bat,letak tangan
stationar la tee, dominan berada di atas
y ball ringan intruksikan tangan non dominan
- batting kepada siswa 2. sisi tubuh yang tidak
tee untuk disukai menghadap
memukul bola dengan kaki
dengan keras sejajar
33

3. pinggul dan bahu


berputar ketika
mengayun
4. memindahkan berat
badan ke kaki depan
5. bat kontak dengan bola
Skor Keterampilan
2. stationar - bola Beritahu 1. kontak bola dengan
y dribble basket siswa untuk lengan setinggi pinggul
ukuran melakukan 2. mendorong bola
anak dribling dengan jari bukan
kecil sebanyak 4 dipukul
kali pantulan 3. kontak bola ke
tanpa oermukaan berada di
menggerakan depan atau di luar kaki
kakinya,guan sisi yang disukai
akan satu 4. mengontrol bola untuk
tangan dan empat kali pantulan
berhenti tanpa menggerakan
dengan cara kaki
ditangkap
Skor Keterampilan
3. catch - ruang Buatlah garis 1. pada fase
kosong diantara jarak persiapan,siku ditekuk
dengan 5m,siswa dari tangan di depan
jarak berdiri pada tubuh
5m garis pertama 2. lengan memanjang
- bola dan pelempar untuk meraih bola yang
plastik berdiri pada datang
berukur garis lainnya. 3. bola hanya ditangkap
ann 4 Lemparkan oleh tangan
inci bola dari arah
- selotip bawah sedikit
melambung
dan mengarah
ke daerah
bagian dada
siswa,siswa
diberitahu
untuk
menangkap
bola
menggunakan
kedua
tangannya
dari arah
bawah
Skor Keterampilan
4. kick - bola Beri tanda 1. mempercepat gerakan
plastik pada jarak 10 menuju bola
berukura meter dari 2. langkah memangjang
n 10 inci dinding,kemu atau melompat sesaat
- ruang dian beri pula sebelum kontak denga
kosong tanda pada bola
dengan jarak sekitar 0 3. kaki yang tidak
jarak 10 – 7 meter dari menendang
m dinding. ditempatkan di
didepan Letakan bola samping atau sedikit
dinding sejajar di belaknag bola
disamping 4. bola ditendang dengan
cones kedua punggung kaki (tali
anak berdiri sepatu) atau jari kaki
pada comes yang disukai
yang pertama.
Anak
diberitahu
untuk berlari
dengan cepat
dan
dilanjutkan
menendang
bola dengan
34

keras
mengarah
kepada
dinding
Skor Keterampilan
5. overhan - bola Beri tanda 1. awalan ditandai
d throw tenis pada dinding dengan gerakan
- selotip menggunakan kebawah tangan /
- ruang selotip lengan
kosong dengan tinggi 2. pinggul dan bahu
dengan 5 – 6 meter diputar ke titik
jarak 5m dari lantai, diantara sisi tubuh
didepan anak berdiri yang tidak melempar
dinding pada jarak 5 – menghadap dinding
6 meter di 3. titik berat tubuh
depan dinding ditransfer dengan
ditandai melangkahkan kaki
dengan yang berlawanan
cones.Beritah dengan tangan yang
u anak untuk melempar
melempar 4. follow-throught
bola dengan melampaui rilis bola
kerasa pada diagonal ke sisi tubuh
dinding yang tidak disukai
Skor Keterampilan
6. underha - bola Simpan kedua 1. Tangan yang
nd roll tenis / cones didepan melempar diayunksn
bola dinding ke bawah dan ke
softball dengan jarak belakang dada
- 2 buah 1 meter. Beri sednagkan dada
cones tanda menghadap ke depan
- Ruang menggunakan 2. Melangkah ke depan
kosong selotip pada dengan kaki yang
dengan jarak 6 meter berlawanan dengan
jarak 5 dari dinding. tangan yang disukai
m Beritahu anak 3. Menekuk lutut hingga
untuk badan ke bawah
menggelindik 4. Bola yang dilepaskan
an bola dekat dengan lantai
dengan kertas sehingga tidak
agar bola memantul setinggi
dapat masuk 10,2 cm
di anatara
kedua cones
didepan
Skor Keterampilan
3.5 Prosedur penelitian
Dalam melaksanakan penelitian perlu adanya prosedur penelitian agar
menjaga sistematis dan memandu peneliti menuju pada tujuan penelitian.Adapun
prosedur penelitian sebagai berikut :
1. Tahap awal (persiapan dalam penelitian)
a. Mengadakan studi yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran
yang mempengaruhi keterampilan motorik kasar (gross motor skills).
b. Pembuatan proposal untuk kerangka awal dalam acuan penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel oenelitian
d. Menyusun instrumen penelitian. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
1) Membuat rancangan program pemberian perlakuan.
35

2) Membuat rancangan pretesst, treatment dan posttest.


3) Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing penelitian.
4) Mulai penelitian di sekolah SDPN 252 Setiabudi.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Melakukan pretest kepada siswa kelas 4 di Sekolah SDPN 252 Stiabudi.
b. Melakukan treatment (perlakuan).
c. Melakukan posttest.

3.6 Analisa Data


3.6.1 Statistik Deskritif
Pengolahan data peneliti menggunakan teknik analisis statitik deskriptif.
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 147) mengatakan bahwa “statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskrifsikan atau menggambakan data yang telah terkumpul sebagai adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi”.
1. Mean
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai
rata-rata dari kelompok tersebut. Menurut Darajat dan Abduljabar (2014, hlm
89) untuk keperluan ini dan perhitungan selanjutnya akan digunakan simbol-
simbol. Nilai-nilai data kuantitatif akan dinyatakan dengan x1, x2, x3, ......., xn
apabila dalam kumpulan dan terdapat nilai n buah nilai. Simbol n juga dipakai
untuk menyatakan ukuran sampel, yakni banyaknya data atau objek yang
akan diteliti dalam sampel.
Menghitung rata-rata (mean):

∑x₁
X́ =
n

Keterangan:
X́ = Nilai rata-rata yang dicari
N = Banyaknya Subjek
36

∑ x = Jumlah Skor
xi = Skor yang didapat subyek
2. Standar Deviasi
Darajat dan Abduljabar (2014, hal 99) berpendapat standar deviasi adalah
(simpangan baku). Suatu nilai yang menunjukan tingkat (drajat) variasi
kelompok atau ukuran standar penyimpangan reratanya.
Menghitung simpangan baku (standar deviation)

∑(X i− X́ )²
S ²=
n−1

Keterangan:
S ² = Simpangan baku
X́ = Nilai rata-rata
x = Nilai yang diperoleh
n =Jumlah sampel

3.7 Uji Normalitas


Darajat dan Abduljabar (2014, hlm. 126) mengatakan ada beberapa pengujian
normalitas kolmogororv-smirnov, Shapiro-Wilk, Q-Q plot dan sebagainya.
Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi
normal atau diambil dari populasi normal. Dengan kata lain, uji normalitas adalah
uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu
sesuai dengan distribusi normal. Dengan kata lain, apakah data yang diperoleh
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data kemampuan pemahaman
matematis yang diperoleh dari kedua hasil harus dianalisis terlebih dahulu, apakah
sampel data berasal dari sebaran populasi yang berdistribusi normal atau tidak
normal.Analisisdata yang dilakukan kali ini menggunakan (Kolmogorov-smirnov)
dengan bantuan program SPSS 22.00 for windows. Adapun hipotesis dari uji
normalitas data adalah sebagai berikut:
Ho = data berasal dari sampel yang berdistribusi normal
Hi = data berasal dari sampel yang berdistribusi tidak normal
37

Syarat yang harus dipenuhi dari analisis data yaitu taraf signifikansi ɑ = 0,05.
Sehingga Ho akan diterima apabila sig > 0,05 dan Ho akan ditolak apabila sig <
0,05.

3.8 Uji Homogenitas


Uji homogenitas merupakan pengujian mengenai sama tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam
tulisan ini adalah uji homogenitas variansi dan uji Bartlett. Uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat
homogen atau tidak. Selanjutnya, uji statistik untuk mengukur homogenitas
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika data berdistribusi normal, maka uji statistikanya
menggunakan uji levene’s (parametrik) dengan menggunakan bantuan
program SPSS 22.00 for windows.
2. Jika data berdistribusi tidak normal, maka uji statistikanya menggunakan uji
wilcoxon (non parametrik) dengan menggunakan bantuan program SPSS
22.00 for windows.
Kriteria pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi (ɑ = 0,05) adalah
sebagai berikut:
1. Jika sig < (ɑ = 0,05), maka Ho ditolak.
2. Jika sig > (ɑ = 0,05), maka Ho diterima.

3.9 Uji Hipotesis


3.9.1 Independent Sample t Test
Darajat dan Abduljabar (2017, hlm. 152) mengutarakan untuk menguji dua
sampel atau dua kelompok data yang berasal dari beda sumber data atau berbeda
kelompok. Pada prinsipnya tujuan uji dua sampel ini adalah ingin diketahui
apakah perbedaan rata-raa (mean) antara dua populasi, dengan melihat rata-rata
dua sampelnya.Peneliti menggunakan program SPSS Statistics 22 For
Windowsuntuk mengolah data yang telah di dapatkan. Mulai dari analisis data,
statistik deskriptif, uji asumsi dan uji hipotesis.
38

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., dkk. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J. W. (2001). Research Desig (4th ed.) London: SAGE.

Darajat, J., & Abduljabar, B. (2014). Aplikasi Statistika Dalam Penjas: Lengkap Dengan
Penghitungan SPSS. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang


Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Hidayanti, M. (2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalu Permainan


Bakiak. Jurnal Pendidikan Usia Dini, vol. (VII) E1.

Hurlock, E. B. (1956). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B. E. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Juliantine, T., Subroto, T., & Yudiana, Y. (2015). Model-Model Pembelajaran Dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Khalaj, N., & Amri, S. (2013). Mastery Of Gross Motor Skills In Preschool And Early
Elementary School Obese Children. (Artikel). Kuala Lumpur: University of Malaya.
Diakses dari: http://dx.doi.org/10.1080/03004430.2013.820724

Mahendra, A. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh Menyiasati Kurikulum Pendidikan


Jasmani Di Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Depdiknas.

Mahendra, A. (2015). Filsafat Pendidikan Jasmani: Dasar-Dasar Pembelajaran Penjas Di


Sekolah Dasar. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Mahendra, A. (2017). Model Pendidikan Gerak Implementasi Pendidikan Jasmani Di


Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Makmun. (1995). Perkembangan Anak. Bandung: Remaja Rosdakarya.


39

Mustopa, A. (2016). Penerapan Pendekatan Pola Gerak Dominan Dalam Pembelajaran


Senam Untuk Meningkatkan Keterampilan Lompat Dalam Kuda Lompat. (Skripsi).
PJKR, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan
Indonesia.

Nugraha, L., Mahendra, A., & Herdiyana, I. (2018). Penerapan Model Pendidikan Gerak Dalam
Pengembangan Pola Gerak Dasar Manipulatif Melalui Kerangka Analisis gerak (Movement
Analysis Framework). Journal of Teaching Physical Education in Elementary School, 1 (2),
hlm. 24-32.

Olrich, T. W. (2002). Assessing Fundamental Motor Skills In The Elementary School


Setting: Issues and Solutions. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 73
(7), hlm. 26-28.

Pangrazi, R. P., & Dauer, V. P. (1975). Dynamic Physical Education For Elemntary School
Children, (5th ed).United States of America. Penerbit: Burgess.

Payne, V. G., & Isaacs, L. D. (2005). Human Motor Development: A Life Span Approach
(6th ed). Boston: McGraw Hill.

Safitri, S. D., dkk. (2018). Peningkatan Keterampilan Gerak Lokomotor Melalui Penerapan
Model Pendidikan Gerak Format Halang Rintang. Jurnal of Teaching Physical
Education in Elementary School, vol (I) no. 2, 33-40.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak: Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Erlangga.

Schembri, G. (1983). Introductory Gymnastic: A Guide for Coaches an Teachers. Australian:


Gymnastics Federation.

Schmidt, R. A., & Wrisberg, C. A. (2000). Motor Learning and Performance (2nd Ed.).
USA: Human Kinetics.

Singer, R. N. (1980). Motor Learning and Human Performance: An Application to Motor


Skills And Movement Behaviours. New York: Macmilan Pub.

Sugiyanto & Sudjarwo. (1992). Materi Pokok Perkembangan Dan Belajar Gerak. Jakarta:
Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualtatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.
40

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta.

Sukamti, E. (2007). Perkembangan Motorik. Yogyakarta: UNY.

Sukintaka. (1992). Teori Bermain. T.Kota: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidik.

Ulrich, D. A. (2000). TGMD-2: Test of Gross Motor Development (2nd ed.), Examiner’s
Manual. Texas: Shoal Creek Boulevard.

Wang, J. H.-T. (2004). A Study on Gross Motor Skills of Preschool Children. Journal of
Research in Childhood Education, 19(1), 32–43.doi:10.1080/02568540409595052 

Anda mungkin juga menyukai