Anda di halaman 1dari 2

Nama : Susilo Sudarman

NIM : 2013115
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Herman Subarjah, M.Si.
Prodi : S2 – Pendidkan Jasmani (UPI Kampus Sumedang)
Rincian Tugas : Filsafat Pragmatisme

Persoalan:
Dengan merebaknya pandemik Covid-19, maka beredar informasi antara fakta dan
fiksi. Dari sudut pandang pragmatisme, apa yang perlu dilakukan oleh ilmuwan untuk
menghasilkan temuan-temuan ilmiah berdasarkan bukti yang teruji kebenarannya
secara empirik. Pikirkan juga bagaimana caranya untuk bisa mengakses dan
memahami informasi yang sering simpang siur melalui media.
Jawaban:
Sebelum membahas tentang covid-19, perlu dibahas sedikit terkait virology.
Virology adalah cabang ilmu biologi, yang mempelajari submikroskopik, partikel
parasit dari bahan genetik yang terkandung dalam protein. Stuktur bangunan virology
berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut: ontology virology terkait
submikroskopik, partikel parasit dari bahan genetik yang terkandung dalam salah satu
bagian protein. Epistemology virology terkait teori-teori tentang virus; dari mulai
struktur virus, cara kerja virus, reproduksi virus, dll. Dari reproduksi virus ini,
virology kerap menjadi stasiun pengembangan penyakit dari suatu virus hingga obat
turunannya dan cara pencegahannya. Setelah melihat aspek epistemology lantas nilai
guna/aspek axilogy dari virology ini dapat dikatakan tidak universal, kemanfaatan
dikembangkannya reproduksi virus masih dalam kategori tidak semua manusia
membutuhkan kajian ilmu ini, bahkan hingga tataran produk suatu penyakit penyebab
dari suatu virus-pun dapat kita pastikan tidak mendatangkan kebaikan baik bagi
manusia terlebih untuk lingkungan secara keseluruhan. Hal ini yang kemudian
menjadikan suatu ilmu dalam kategori tidak ajeg atau tidak valid. Dikarenakan dari
aspek ini tidak menutup kemungkinan suatu disiplin memiliki peluang bebas nilai.
Dengan begitu dampak yang akan ditimbulkan jelas pada aspek nilai itu sendiri.
Dalam kajian ilmu virus, wabah Covid-19 bermula dari virus corona. Adapun
virus corona merupakan satu dari sekian banyak jenis virus yang dipastikan tengah
dalam pengerjaan ragam keperluan program Biotech di laboratorium virology di kota
Wuhan provinsi Hubei China (The Guardian: 2020).Terlepas dari faktor human error
yang menjadi sebab wabah ini, insiden keluarnya virus corona dari area laboratorium
ini dapat diidentifikasi sebagai bukti bahwa perkembangan ilmu kian abai terhadap
aspek etik. Motivasi etik dirasa tercerabut dari program dikembangkannya virus di
laboratorium virology di kota Wuhan itu. Temuan ragam inovasi yang makin ramai
dalam kemajuan ilmu pengetahuan terasa kering dari sentuhan axiology (nilai).
Keterangan tersebut dapat kita analisis bahwa ilmu pengetahuan dengan berdalih
menemukan obat-obatan tidak lain karena menebar penyakit. Inovasi digalakkan
semata-mata untuk meraup keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Demikian pula
Corona virus berdasarkan keterangan di atas sebagaimana tudingan Trumph Presiden
Amerika Serikat adalah satu dari sekian banyak jenis virus, bakteri atau kuman yang
sengaja diciptakan tak terkecuali hasil dari kegiatan keilmuan untuk keperluan perang
dagang. Sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan keilmuan hari ini,
perkembangannya lebih terasa bagai bola api yang menggelinding liar. Semata-mata
konsekuensi logis dari tercerabutnya motivasi value dari ilmu yang dikembangkan.
Pandemi Covid-19 seharusnya memberi sumbangan dalam mengembalikan
sikap keilmuan kita di Indonesia dengan mengacu kepada permasalahan lingkungan di
negeri ini. Pandemi Covid-19 paling tidak menjadi titik tolak perubahan perilaku kita
dalam kegiatan keilmuan. Baiknya kita kembalikan motivasi keilmuan pada aspek
etik, sebagaiamna sejarah ilmu mengawali begitu. Tidak lagi melulu pada
pertimbangan kuantiti (untung rugi, banyak sedikit), namun sudah seharusnya
bersama-sama sadar akan pentingnya kualitas hidup alam semesta (baik buruk, benar
salah). Kita harus belajar dari pandemi Covid-19, tanpa harus bergantung kepada
pihak manapun (asing). Maka seyogyanya pemerintah punya kekuasaan untuk
memulai perubahan perilaku dengan motivasi keilmuan merevitalisasi pendidikan
sebagai inisiator regenerasi nilai-nilai kemuliaan. Bagaimana pola perilaku peserta
didik terhadap lingkungan bisa dijadikan titik tolak perubahan arah pendidikan di
Indonesia. Kita fokuskan pada permasalahan lingkungan dalam merealisasikan ide
pembangunan berkelanjutan dengan memaksimalkan peran pendidikan berbagai
jenjang. Kajian Etika Lingkungan dalam Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
mengajak kita memiliki motivasi kebaikan terhadap alam. Kegiatan keilmuan yang
sejalan dengan fitrah kebenaran direalisasikan dengan pengendalian lingkungan dalam
objek forma yang benar. Karena lingkungan hakikatnya adalah sumber belajar dengan
banyak aspek keuntungan yang tiada terhingga (AN Sutisno: 2019).
Beredarnya informasi mengenai Covid-19 di Indonesia sangat beragam. Ada
yang menyebutkan didasarkan dengan fakta dan ada yang menyebutkan didasarkan
atas informasi yang belum pasti atau dalam hal ini disebutkan dengan kata “katanya”.
Belakangan ini khalayak semakin dibingungkan oleh simpang siur informasi baik itu
di media konvensional maupun media baru. Dulunya, media konvensional seperti
televisi dan media cetak menjadi sumber informasi mutlak dan terpercaya. Media
yang jauh lebih tua usianya dalam menjalankan fungsi praktis yaitu menghibur,
mendidik, informatif dan kontrol social tersebut kini semakin sedikit eksistensinya
dan beberapa hampir kehilangan integritasnya karena latar belakang kepemilikannya.
Pada akhirnya masyarakat mencari sumber informasi lain, mereka pun dapat
membandingkan dan memilih mana yang mereka bisa percayai. Dengan kemudahan
akses informasi di media baru maka khalayak menjadi aktif, baik dalam mencari
informasi atau bahkan sekaligus menjadi sumber informasi (creator) itu sendiri.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dan respon khalayak yang aktif
menjadikan pemahaman tentang literasi media sangatlah penting. Tak hanya
membaca dari mana sumbernya, namun kemampuan abstracting (memilah,
memahami, mencari pokok masalah, memutuskan, menceritakan kembali) sebaiknya
harus dikuasai oleh khalayak khususnya mereka yang kemudian menjadi sumber
informasi. Kemampuan viral yang menjadi keunggulan media baru selain
memudahkan informasi untuk diterima khalayak juga bisa menjadi boomerang yang
bisa merugikan si pengguna.
Perkembangan teknologi yang luar biasa dari yang konvensional hingga
munculnya media baru membuat seseorang harus memiliki kemampuan literasi yang
baik. Mampu membedakan mana yang benar dan tidak, mampu membuat keputusan
untuk percaya dan tidak. Pengaruh media yang kuat jika tidak di bentengi dengan skill
literasi yang baik membuat masyarakat yang adalah khalayak aktif menjadi mudah
terpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai