Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PEMBERITAAN CORONA VIRUS

TERHADAPA POLA PSIKOLOGIS “PANIC BUYING” DI MASYARAKAT


(Studi pada masyarakat di desa Legok Tangerang)
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir
Metode Penelitian 1
Dosen Pengampu :
Dr. Moch. Fachruroji, M.Ag

Disusun oleh:
Risky Honda Hartono Putra
(1194050149)

Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2022

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 dunia di hebohkan dengan munculnya virus baru yang mematikan
bernama “Corona Virus”. Virus ini pertama kali ditemukan dan menyebar di Wuhan, China
tepatnya pada Desember 2019 3 tahun lalu. Seiring bertambahnya pasien yang terjangkit
virus ini, pemerintahan China mengumumkan lockdown atau karantina ketat wilayah.
Dengan penyebaran virus corona yang sangat cepat di hampir seluruh wilayah dunia,
mengakibatkan banyak negara di dunia, salah satunya Indonesia juga turut serta mengambil
langkah lockdown di beberapa wilayah guna memperlambat penyebaran virus.
Sejak kebijakan lockdown dilakukan oleh pemerintah, mengakibatkan banyak
pemberitaan yang bermunculan mengenai kebijakaan ini. Mulai dari pemberitaan yang
ringan hingga berat pun diberitakan oleh banyak media. Hampir setiap hari di awal pandemi
berita mengenai corona dan lockdown muncul di berbagai platform berita. Baik itu di televisi,
radio, koran, atau media online. Hal ini menimbulkan fenomena menarik di
masyarkat ,terutama dalam bidang pola psikologi yaitu “panic buying” dan kesehatan
mental. Fenomena panic buying adalah krisis kesehatan mental yang dipengaruhi oleh
presepsi individu tentang ancaman dan kelangkaan produk karena ketakutan akan suatu
situasi yang tidak pasti. Penyimpangan kebiasaan ini terjadi selama pemulaan pandemic
corona dengan ditandai dengan kelangkaan beberpa produk kebutuhan hidup seperti
makanan, alat mandi, dan kebutuhan lain serta produk-produk kesehatan lainnya seperti
masker.
Panic buying yang ditimbukan sebagai imbas dari wabah virus corona merupakan
penyimpangan kebiasaan oleh masyarakat dikarenakan suatu situasi tertentu. Ini terjadi
karena terlalu sering dan banyaknya paparan berita dengan aspek yang negative mengenai
wabah virus ini. Sehingga menimbukan rasa cemas berlebihan pada masyarakat dan
ketakutan karena mereka tak mampu memastikan kapan wabah ini akan berakhir. Namun
seiring berjalannya waktu dan berkurangnya berita-berita yang ada di media mengenai virus
corona juga dapat menurunkan gejala dari fenomena ini. Hal ini dikarenakan kepanikan
masyarakat yang terjadi akibat berita-berita yang ada berkurang seiring berkurangnya juga
intensitas berita mengenai hal ini.
Begitu banyaknya berita tentang corona dan lokdown setiap harinya yang diterima oleh
masyarakat dari berbagai macam media secara langsung dan bertubi-tubi. Mengakibatkan
dampak yang sangat berpengaruh terhadap psikologis masyarakat. Kepanikan akan
pembatasan wilayah dan larangan keluar rumah sebagai bagian dari sistem lockdown,
nampaknya mebuat orang-orang memborong produk-produk tertentu dengan jumlah yang
tidak wajar. Fenomena ini bukan hanya terjadi di masyarakat Indonesia saja, namun di
negara-negara lain juga terjadi.
Hal ini lantas patut dipertanyakan lebih jauh lagi, apakah dengan adanya berita-berita di
media dalam waktu yang relatif bersamaan dapat mempengaruhi pola psikologis manusia ?
apalagi jika ditinjau kembali, hampir semua dari berita yang ada pada awal pandemi ini
mengandung isi yang “negative” atau aspek buruk untuk masyarakat. Menurut para ahli
bidang psikologi, orang-orang cenderung merasa takut akan kehilangan atau biasa disebut
dengan Fear Of Missing Out (FOMO) sehingga mereka secara sadar atau tidak membeli
barang-barang dengan jumlah yang tidak wajar. Ketakutan ini lah yang ditimbulkan dari
paparan banyaknya berita-berita yang ada sehingga menimbulkan kecemasan pada
masyarakat.
Lantas dengan munculnya fenomena “panic buying”ini menimbulkan pertanyaan lebih
lagi tentang sejauh apa pengaruh yang ditiimbulkan oleh isi media kepada psikologis
seseorang. Pada salah satu pendekatan yang dikelompokan oleh Gans (1979) dan Gitlin
(1980) mengenai pendekatan tentang isi media, menyebutkan teori Pendekatan Cermin
yaitu, isi sebuah berita merefleksikan realitas sosial yang sedikit distorsi atau tidak distorsi.
Ini berasumsi bahwa media massa menyampaikan suatu refleksi yang akurat mengenai
realitas sosial kepada khalayak. Dengan penggambaran singkat dari teori tersebutlah dapat
diketahui bahwa memang benar adanya relasi antara isi pemberitaan dengan pola pikir atau
psikologis masyarakat.
Dari hal-hal yang telah disebutkan, maka diketahuilah adanya urgensi yang harus
diperhatikan dan diteliti lebih lanjut dalam fenomena ini. Keterkaitan antara media dan
psikologis seseorang dapat mengakibat hal yang sangat serius. Terlebih lagi media massa
pun memiliki jangakauan dengan kapasitan komunikan yang sangat besar. Apabila hal ini di
normalisasikan, dikhwatirkan banyak media yang memanfaat kan hal ini untuk kepentingan
yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tugas utama media massa.
Karena dampak yang diberikan dari sebuah isi berita bukan hanya berdampak untuk
seorang pembaca saja. Tetapi lebih dari itu, jika para pembaca yang terpanguruh dari isi
berita berjumlah sangat banyak, maka dampaknya pun sangat besar di berbagai aspek
kehidupan. Seperti isu dalam penelitian ini, pemeberitaan secara terus-menerus mengenai
corona dan lockdown membuat masyarakat panik dan cemas sehingga melakukan tindakan
panic buying yang mengakibatkan pula ketidakstabilan perekonomian negara, konflik antar
masyarakat, kesenjangan sosial, dan konflik-konflik lainnya.
Pentingnya media literacy atau melek media juga sangat dibutuhkan dan harus dimiliki
oleh setiap individu. Hal ini menunjuk pada kemampuan seseorang unuk mampu mengakses,
memililah, menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi pesan-pesan yang terdapat
dalam berita. Sehingga ia mampu mengetahui batasan pesan yang ia harus terima demi
kesehatan mentalnya. Seseorang yang memiliki media literacy yang baik mampu
memanfaatkan media komunikasi untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapinya bukan media yang mempengaruhi masalahnya. Oleh karena itulas saya
mengangkat fenomena ini sebagai topik penelitian yang saya teliti karena fenomena ini
memiliki tingkat urgensi yang sangat penting.
1.2 Fokus Penelitian
Untuk membatasi penelitan guna memilih data mana yang tepat dan relevan dengan isu
yang diangkat oleh peneliti. Maka penelitian ini akan berfokus pada pengalaman dan sikap
serta kebiasaan yang terjadi pada masa awal pandemi yang dialami oleh responden dan atau
objek penelitian. Sumber data diambil dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada
masyarakat di desa Legok, Kabupaten Tangerang, Banten. Pengambilan sample dengan
teknik Random Sampling. Rata-rata umur responden berada pada kisaran 20 – 45 tahun.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak yang dirasakan oleh objek penelitian terhadapa kesehatan
mentalnya?
2. Apakah objek penelitian memliki rasa cemas berlebihan karena pemeberitaan dan
informasi berlebih dari berita di media mengenai corona virus?
3. Seperti apa tindakan yang dilakukan objek penelitian dalam menanggapi pemberitaan
buruk yang besar mengenai corona secara mendadak?
4. Apakah objek penelitian juga merasakan fenomena panic buying pada awal masa
pandemic corona?
1.4 Tujuan Penelitian
Meninjau dari rumusan masalah yang ditemukan oleh peneliti, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebegai berikut :
1. Mengetahui bagaimana dampak kesehatan mental objek penelitian dari pemberitaan
Corona Virus pada masa awal pandemic.
2. Mengetahui apakah objek penelitian mengalami rasa cemas yang berlebihan akibat dari
pemberitaan Corona Virus.
3. Mengetahui bagaimana tindakan yang dilakukan oleh objek penelitian pada awal masa
pandemic sebagaimana dampak dari pemberitaan buruk tentang Corona Virus.
4. Mengetahui sejauh mana perilaku objek penelitian tentang panic buying pada masa awal
panedemi.

Anda mungkin juga menyukai