Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PRESEPSI MASYARAKAT DENGAN


MOTIVASI DILAKUKAN VAKSINASI COVID-19
Disusun guna memenuhi tugas metodologi penelitian
Dosen pengampu : Laily Isro’in, S.Kep.Ns., M.Kep

Di Susun Oleh :

No. Absen NAMA NIM


19 WILIAM CANDRA P.U 18631672

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2020
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah


Munculnya wabah penyakit corona virus (covid-19) yang menimpa
seluruh dunia saat ini telah memunculkan tantangan baru bagi dunia
kesehatan. Berbagai bangsa dan negara merespon dan berupaya dalam
pencegahan dan memutus rantai penyebaran virus mulai dari mejaga jarak
atau social distancing & physical distancing maupun kebijakan me-lockdown
wilayahnya hingga proses dilakukannya vaksinasi.
Pemerintah indonesia sendiri telah melakukan proses vaksinasi tahap ke
satu sejak awal tahun 2021 dalam proses vaksinasi tersebut banyak
mengalami pro dan kontra di kalangan masyarakat. Kelompok-kelompok
masyarakat yang menolak adanya proses vaksinasi ini memiliki berbagai jenis
latar belakang alasan, mulai dari kekhawatiran tentang masalah kesehatan,
politik hingga agama.
Diawali dari alasan dari segi kesehatan, dimana terdapat beberapa kelompok
masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda. Pertama masyarakat
beranggapan bahwa dengan di adakannya proses vaksinasi ini akan
menambah jumlah korban kematian akibat dari dilakukannya vaksinasi. Hal
tersebut karena mereka khawatir bahwa pada saat di lakukan vaksinasi tubuh
mereka tidak siap menerima vaksin dan akibatnya virus akan menyerang
balik orang yang disuntik vaksin sehingga dapat menimbulkan penyakit baru
hingga kematian. Ada pula kelompok masyarakat yang branggapan atau
memiliki ke khawatiran bahwa tubuh orang yang di suntik vaksin akan
mengalami kelebihan atau overload pada sistem imunitas tubuh akibat
beragamnya vaksin yang di berikan kepada tubuh. Hal lain yang
mempengaruhi presepsi masyarakat tentang proses dilakukannya vaksinasi
adalah kekhawatiran masyarakat tentang munculnya berbagai teori konspirasi
terkait isu politik, yang menyatakan bahwa vaksinasi ini hanya untuk
kepentingan korporat bidang farmasi atau obat-obatan.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas terdapat pula kelompok masyarakat
yang melakukan penolakan vaksin dengan berlandaskan agama yang mereka
anut.
“Dalam beberapa kelompok kristen di negara barat, adanya penolakan vaksin
berasal dari penolakan ide pengetahuan ilmiah di atas nilai agama, mengingat
banyak berjalannya paham sekularisme yang mereka anggap semakin
menyudutkan posisi agama dalam masyarakat. Beberapa kelompok ini
kemudian menentang pengetahuan ilmiah sebagai bentuk simbolis
superioritas nilai agama dibanding nilai lainnya. Ilmu pengetahuan dianggap
sebagai ancaman bagi nilai tradisional yang dimiliki. Lebih lanjut, kelompok
ini juga melihat bahwa institusi berbasis pendidikan yang menjalankan
kebijakan intervensi juga dianggap sebagai institusi yang memiliki motif di
belakangnya, peranan tokoh agama juga sangat penting, di mana untuk tokoh
agama yang memberikan pandangan negatif pada vaksin akan turut
meningkatkan penolakan pada program vaksinasi yang dijalankan
pemerintah” (Whitehead & Perry, 2020).
Hal tersebut tentu tidak hanya terjadi di negara barat, di negara kita dengan
populasi muslim terbanyak di dunia juga mengalami hal yang sama, bahwa
beberapa kelompok dari mereka menolak dilakukannya vaksin karena mereka
berfikir bahwa vaksin merupakan hasil dari ide atau riset yang dilakukan oleh
orang kafir sehingga mereka meragukan kehalalan vaksin tersebut. para
kelompok ini memiliki kecurigaan bahawa vaksin memiliki kandungan dari
unsur babi yang mebuatnya menjadi haram.
Terkait hal ini, MUI sebenarnya telah mengeluarkan fatwa tentang imunisasi
pada tahun 2016. “Memang di dalam ketentuan umumnya, MUI menjelaskan
bahwa wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci. Namun di sisi lain,
MUI juga membolehkan penggunaan vaksin haram dengan beberapa
ketentuan, yaitu digunakan pada kondisi al-dlarurat (keterpaksaan) atau al-
hajat (keterdesakan), belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci,
serta adanya keterangan tenaga media yang kompeten dan dipercaya bahwa
tidak ada vaksin yang halal. Bahkan dalam fatwa tersebut disebutkan pula
hukum vaksin menjadi wajib apabila penyakit tersebut dapat menyebabkan
kematian, penyakit berat, maupun kecacatan permanen” (MUI, 2016).
“Dampak psikologis juga disebabkan oleh kondisi pandemi. Dimana pandemi
mampu menimbulkan dampak yang cukup luas dan mempengaruhi stabilitas
ekonomi, sosial, politik, hingga psikologis. Saat pandemi terjadi, aspek
emosional manusia adalah yang paling pertama diserang” (Winahyu, 2020).
“Dampak psikologis dapat berupa ketakutan, kecemasan, stres,
ketidakpastian, maupun perilaku konsumen yang berlebihan seperti panic
buying” (Shadiqi et al., 2020).
“Stress juga dapat disebabkan karena masih simpang siurnya informasi
dikarenakan COVID-19 adalah penyakit baru, kemunculan dan
penyebarannya, menyebabkan kebingungan, kecemasan dan ketakutan di
kalangan masyarakat umum. Banyak fakta terus berubah dan banyak mitos
juga tersebar mengenai cara pencegahan dan pengelolaan infeksi” (Roy et al.,
2020).
“Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan intervensi untuk mengatasi kecemasan
dan stress yang dialami masyarakat akibat pandemic COVID-19, sehingga
masyarakat dapat memanajemen stress yang dihadapi dan menghadapi
kondisi ini lebih tepat. Karena, bila tidak diatasi dengan baik maka akan
muncul gangguan fisik, perilaku yang tidak sehat, ataupun gangguan jiwa”
(Sarwono, 2013).
Dari seluruh keteranagan yang di jabarkan di atas dapat kita tarik benang
merah bahwasannya dalam kondisi pandemi saat ini tidak ada salahnya kita
sama sama berusaha memutus rantai virus ini dengan melakukan vaksinasi
karena kondisi al-adharurat dan al-hajat sesuai fatwa MUI karena tentu
masyarakat saat ini sudah mulai merasakan kecemasan, bosan hingga stress
yang malah mengakibatkan timbulnya masalah atau penyakit lain yang tentu
tidak kita inginkan. proses cepatnya penyebaran virus dan banyaknya
memakan korban jiwa hingga berdampak pada ekonomi masyarakat menjadi
alasan yang cukup kuat bagi kita untuk ikut andil dan mendukung pemerintah
dalam upaya di lakukannya vaksinasi. Memang hal ini tidak semena-mena
mengilangkan atau mengatasi pademi ini, karena vaksin buakanlah obat yang
dapat menyembuhkan penyakit ini juga belum di temukannya vaksin yang
memberikan kekebalan tubuh secara utuh terhadap virus corona (covid-19).
Dari sisi agama, MUI telah menyatakan kehalalan dari vaksin yang telah
masuk ke indonesia, untuk saat sekrang ini vaksinasi merupakan jalan keluar
terbaik yang kita miliki, cara kerja dari vaksin itu sendiri adalah dengan
menciptakan atau memperkuat sistim kekebalan tubuh sehingga penyebaran
virus covid-19 dapat tertangani dan lambat laun akan menghilang sehingga
masyarakt dapat berinteraksi seperti sediakala. Walaupun begitu, perlu kita
garis bawahi bahwasannya dengan adanya vaksin bukan berarti persebaran
covid-19 ini akan cepat hilang dan berhenti, tentu di perlukan waktu yang
cukup lama dalam proses vaksinasi mengingat luasnya wilayah indonesia
serta banyaknya populasi penduduk yang terdiri lebih dari 230 juta penduduk.
Pendistribusian vaksin tentu menjadi tantangan bagi para relawan maupun
pemerintah saat ini mengingat kondisi geografis indonesia dengan gugusan
ribuan pulau dengan beragam topografi wilayahnya. Ketersediaan dari vaksin
itu sendiri juga menjadi salah satu kunci dalam upaya vaksinasi di indonesia,
dimana terkait dengan kapasitas produksi yang dilakukan, waktu produksi
juga mempengaruhi pendistribusian vaksin ke sejumlah penduduk Indonesia.
Sebagai bentuk usaha serta ikhtiar kita dalam menghadapi pandemi covid-19
ini tentunya kita haruslah berperan aktif menjaga diri kita sendiri dan
mendukung upaya pemerintah dalam menghambat penyebaran covid-19. Di
awali dengan mematuhi tentang protokol kesehatan, tetap menjaga jarak serta
selalu menjaga kebugaran tubuh agar sitem imunitas kuat, dan tentu saja
selalu mebiasakan diri memakai masker serta cuci tangan setiap melakukan
aktivitas sehari-hari.
Vaksinasi adalah langkah berikutnya yang dapat kita lakukan untuk
berkontribusi dalam upaya menekan laju persebaran virus ini dengan
meningkatkan kekebalan imunitas tubuh sehingga kita tidak
menjadi transmitter dari virus tersebut.
1.2 Rumusan masalah
Hasil dari penelitan ini nantinya akan menjawab permasalahan serta
fenomena yang diangkat oleh penulis yang di tuangkan dalam latar belakang
masalah.
Adapaun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan
presepsi masyarakat dengan motivasi dilakukan vaksinasi covid-19 ?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


1. Mengetahui hubungan presepsi masyarakat dengan motivasi dilakukan
vaksinasi covid-19.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengeidentifikasi presepsi masyarakat tentang dilakukan vaksinasi covid-
19.
2. Mengidentifikasi motivasi masyarakat dilakukannya vaksinasi covid-19.
3. Menganalisis hubungan presepsi masyarakat dengan motivasi
dilakukannya vaksinasi covid-19.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis


Sebagai bahan wacana yang di gunkan untuk mengetahui studi literatur
dengan judul “hubungan presepsi masyarakat dengan motivasi dilakukan
vaksinasi coid-19”

1.4.2 Manfaat praktis


1. Bagi masyarakat
Hasil dari proses penelitian ini dapat di gunakan oleh masyarakat dalam
menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses vaksinasi covid-19
2. Bagi pembaca
Hasil dari proses penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dalam
menambah refrensi pengetahuan dan bahan masukan serta wawasan
tentang dilakukannya vaksinasi covid-19
3. Bagi institusi pendidikan
Hasil dari proses penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan
yang menyangkut dengan dilakukannya proses vaksinasi.
4. Bagi perawat
Hasil dari proses penelitian ini dapat digunakan sebagai kontribuasi untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan serta keterampilan seorang perawat
khususnya dalam upaya dilakukannya proses vaksinasi di indonesia.

1.5 Keaslian penelitian


Keaslian dari penelitian ini, sepengetahun peneliti belum ada penelitian
yang dilakukan terkait dengan “hubungan presepsi masyarakat dengan
motivasi dilakukan vaksin covid-19” seperti yang kita ketahui
bahwasannya pandemi covid-19 serta vaksinasi covid-19 merupakan hal
yang baru di dunia kesehatan khusunya, oleh karena itu peneliti ingin
menggali lebih dalam akibat dari kompleksnya masalah yang di timbulkan
akibat pandemi covid-19 ini.

1.6 Daftar jurnal dan literatur

Majelis Ulama Indonesia. (2016). Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 04


Tahun 2016 Tentang Imunisasi. 4.

Whitehead, A. L., & Perry, S. L. (2020). How Culture Wars Delay Herd
Immunity: Christian Nationalism and Anti-vaccine Attitudes. Socius, 6.
https://doi.org/10.1177/2378023120977727

Rahmawati, T. (2021). PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN MANAJEMEN


STRESS DI. 5(1), 8–11.

Anda mungkin juga menyukai